TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Menurut Aru, S., dkk (2009) demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang di sertai leukopenia , ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan di tesis hempragik (Nanda Jilid 1,
2016, p. 148).
Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue haemoragic fever
(DHF) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebakan oleh virus dangue,
yang masuk ke dalam tubuh penderita yang mengeluh demam, sakit kepala,
mual, nyeri, pegal seluruh tubuh, dan hiperemia di tenggorokan (Ronald,
S.H., 2008).
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang dsebabkan oleh arbovirus
(anthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
albopictus dan Aedes Aegypti). Setelah virus dengue memasuki tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes tubuh pasien membentuk kekebalan
terhadap penyakit. Jika pasien diserang untuk yang kedua kalinya tidak akan
mengalami kesulitan, kecuali jika yang menyerang kedua kali atau lebih
tersebut jenis virus yang berbeda, akan menimbulkan reaksi imunologik
dalam tubuh. Reaksi imunologik ini mengakibatkan komplikasi yang
ditakutkan ialah perdarahan saluran cerna dan syok (Ngastiyah, 2008,
p.368).
Jadi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti yang menyerang darah dengan
tanda dan gejala demam, sakit kepala, mual, nyeri, dan pegal seluruh tubuh
dan dapat menjadi penyakit luar biasa.
8
9
2. Klasifikasi
Tabel 2.1
Manifestasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/
Derajat Derajat Laboratorium
DBD
Demam disertai
2 atau Lebih Leukopenia
tanda : mialgia, Trombositopenia,tid Serologi
DBD Sakit kepala, ak ditemukan bukti dengue
nyeri retro ada kebocoran positif
orbital, plasma
arthralgia
Gejala di atas di
DBD 1 tambah uji
bendung positif
Gejala di atas di
tambah
DBD 2
perdarahan
spontan
Gejala di atas di Trombositopenia (<100.000/uL)
tambah Bukti ada kebocoran plasma
kegagalan
DBD 3
sirkulasi( kulit
dingin lembab
disertai gelisah)
Syok berat di
DBD 4 sertai dengan
tekanan darah
Sumber : BA Infeksi dan Pediatri Tropis, p.164.
10
3. Etiologi
Menurut Aru, S., dkk (2009) virus dengue termasuk genus flavi
virus, keluarga flavidae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN – 1, DEN – 2,
DEN – 3, dan DEN – 4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN
– 3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan. Sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 seritipe selama hidupnya. Ke empat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nanda Jilid 1, 2016, p.148-149).
11
4. Patofisiologi
Bagan 2.1.
Pathway DBD
perdarahan
Ke ekstravaskuler
Asidosis metabolik Resiko perfusi jaringan tidak
efektif Abnomen
kelemahan
Penekanan intra abnomen
Intoleransi aktivitas
Nyeri
Sumber : ( Aru,S., dkk (2009). Ronald, S.H (2008). Ngastiyah (2008). Nanda, 2016, p. 154).
12
c. Sindrom syok dengue Setelah kriteria DBD di atas di sertai dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu :
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat dan lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin – lembab.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien derajat I ini keadaan umumnya seperti pada pasien
influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala dan sebagainya,
tetapi terdapat juga gejala perdarahan atas hasil uji turniket positif (cara
uji turniket iallah pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompa
sampai air raksa mencapai tertengahan sistolik dan diastolik, biarkan
selama 5 menit. Bila setelah manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekia
pada daerah lengan bawah dengan diameter 2,8 cm dinyatakan positif).
Pasien perlu istirahat mutlak, observasi, tanda vital setiap 3 jam (terutama
tekanan darah dan nadi), periksa Ht, Hb, dan trombosit secara periodic
(4 jam sekali). Berikan minum satu setengah sampai 2 liter dalam 24 jam.
Air minum boleh teh manis, sirup, susu, dan lebih baik oralit jika anak
mau (Ngastiyah, 2008, p. 272).
14
1. Proses keperawatan
2) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah.
Kadang kadang disertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola matat terasa
pegal.
2) Riwayat penyakit masa lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak
bisa mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
3) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko,
apabila terdapat faktor predisposisinya anak yang menderita DHF
sering mengalami keluhan mual,muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badab sehingga status gizinya menjadi kurang.
5) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar).
17
6) Pola kesehatan
a) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, nafsu makan
berkurang dan nafsu makan menurun.
b) Eleminasi alvi (buang air besar). Kadang kadang anak
mengalami diare/konstipasi, sementara pada DBD grade III dan
IV bisa terjadi melena.
c) Tidur dan istirahat, anak sering mengalami kurang tidur karena
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas
maupun istirahat kurang.
d) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cederung kurang terutama untuk kebersihan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
e) Perilaku dan tanggapan bila ada anggota keluarga yang sakit
serta upaya untuk menjaga kesehatan.
f) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan
tingkat (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
1) Grade 1 Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
dan ada pendarahan spontan patekia, perdarahan gusi dan
telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil, nadi tidak teratur serta tensi lemah.
4) Grade IV Kesadaran koma, tanda tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur,
ektermitas dingin, berkerngat, dan kulit tampak biru.
18
Tabel 2.2
Pengukuran tanda tanda vital normal bagi pasien Pediatrik
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Biasanya pada pasien DBD mengalami lemas, panas, nyeri perut.
2) Kepala dan Leher
kepala terasa nyeri tampak kemerahan karena demam (flusy) mata
anemis, hidung kadang mengalami pendarahan (epistaksis) pada
Grade II, III, IV. Di mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan, sementara tenggorokan
19
g. Intervensi
Setelah diagnosa keperawatan teridentifikasi satu rencana
asuhan keperawatan dibuat dan hasil atau tujuanya ditetapkan. Hasil
adalah perubahan yang terprojeksi pada status kesehatan pasien,
kondisi klinis atau perilaku yang terjadi setelah intervensi keperawatan.
Sasaran akhir dari asuhan keperawatan adalah merubah diagnosa
keperawatan menjadi status kesehatan yang diinginkan, rencana harus
ditetapkan sebelum intervensi dapat di buat. Titik akhir dari fase
perencanaan adalah pengembangan rencana asuhan keperawatan
(Donna dkk. 2009).
Intervensi pada diagnose keperawatan yang muncul pada pasien
dengan DBD adalah (Nanda, Jilid 1, 2016).
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas
a. Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi
ventilasi.
b. Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kedalaman pernafasan
2) Perubahan ekskursi dada
23
e. Kriteria Hasil :
1) Mendemonstraasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dispneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips).
2) Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3) Tanda – tanda vital dalam renang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan).
f. Intervensi (NIC) :
1) Airway Management
a) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya memasang alat jalan
nafas bauatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada bila perlu
f) Keluarkan secret dengan batuk atau suction
g) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila perlu
j) Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
k) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
l) Monitor respirasi dan status O2.
2) Oxygen Therapy
a) Bersihkan mulut, hidung dan secret trachea
b) Pertahankan jalan nafas yang paten
c) Atur peralatan oksigenasi
25
j) Selimuti pasien
k) Lakukan tapid sponge
l) Kolaborasikan dengan dokter mengenai pemberian
cairan intravena sesuai program
m) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
n) Tingkatka sirkulasi udara
o) Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil.
2) Temperature regulation
a) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b) Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
c) Monitor TD, nadi, dan RR
d) Monitor warna dan suhu kulit
e) Monitor tanda- tanda hipertermi dan hipotermi
f) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
g) Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
h) Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
panas.
i) Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
j) Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan
k) Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
diperlukan.
l) Berikan anti piretik jika perlu.
3) Vital sign Monitoring
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
c) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
28
f. Intervensi (NIC) :
1) Pain management
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi teurapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
d) Ksji kultur ysng mempengsruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi,
non farmakologi dan inter personal)
k) Kaji sumber dan tipe nyeri untuk menentukan
intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
31
2) Analgesic Administration
a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
b) Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
f) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
j) Evaluasi evektivitas analgesik, tanda dan gejala.
4. Diagnosa 4 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
a. Definisi : Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan /
atau intraseluler, ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saja tanpa perubahan pada natrium.
b. Batasan Karakteristik :
1) Perubahan status mental
2) Penurunan tekanan darah
3) Penurunan tekanan nadi
4) Penurunan volume nadi
5) Penurunan turgor kulit
6) Penurunan turgor lidah
32
b. Batasan Karakteristik :
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makanan
4) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebih
8) Bising usus hiperaktif
9) Kurang makanan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan nutrisi adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahan informasi
15) Membrane mukosa pucat
16) Ketidak mampuan memakan makanan
17) Tonus otot menurun
18) Mengeluh gangguan sensasi rasa
19) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
(Recommended daily allowance)
20) Cepat kenyang setelah makan
21) Sariawan rongga mulut
22) Sterotorea
23) Kelemahan otot pengunyah
24) Kelemahan otot untuk menelan.
c. Faktor yang berhubungan :
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
4) Ketidakmampuan mencerna makanan
37
h. Implementasi
Fase implementasi dimulai ketika perawat menempatkan
intervensi tertentu ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik
mengenai efeknya. Umpan balik muncul kembali kedalam bentuk
observasi dan kemunikasi serta memberi dasar data untuk mengevaluasi
hasil intervensi keperawatan. Selama hasil implementasi keaamanan
dan kenyamanan psikologi pasien berkenaan dengan asuhan atraumatik
tetap harus diperhatikan (Donna dkk, 2009, p. 24).
i. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan
keputusan. Perawat mengumpulkan, menyortir, dan menganalisis data
untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai, rencana memerlukan
modifikasi atau alternatif baru harus dipertimbangkan. Pedoman
observasi dimasukan dalam rencana asuhan standar untuk membantu
pembaca mengidentifikasi metode untuk mengevaluasi apakah tujuan
atau hasil tercapai. Tahap evaluasi memenuhi proses keperawatan atau
berperan sebagai dasar untuk pemilihan alternative lain untuk intervensi
dalam pemecahan masalah spesifik (Donna dkk, 2009, p. 24).
Evaluasi dalam keperawatan adalah tahapan menilai tindakan
keperawatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Menentukkan perkembangan klien
2. Menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan
3. Menilai asuhan keperawatan
4. Mendapatkan umpan balik
5. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan .
43
j. Dokumentasi
Meskipun dokumentasi bukan salah satu dari lima tahap proses
keperawatan. Proses ini penting untuk evaluasi perawat dalam
mengkaji dan mengidentifikasi masalah rencana, dan
mengimplementasi tanpa dokumentasi namun evaluasi paling baik
dengan bukti tertulis tentang kemajuan pencapaian hasil. Catatan pasien
medis harus mencakup bukti tentang elemen-elemen yang disebutkan
pada kotak pedoman (Donna dkk, 2009, p. 24).
44
C. Konsep Anak
1. Pengertian
UU RI Nomor 23 tahun 2014, bab 1 pasal 1 menegaskan bahwa
anak adalah seorang yang belum berusia (delapan belas tahun) 18 tahun
(UU RI Nomor 23 tahun 2014 bab 1 pasal 1).
Anak usia pra sekolah merupakan usia perkembangan anak dari
usia tiga tahun sampai dengan lima tahun. Pada anak dalam usia tiga
sampai dengan lima tahun terjadi perubahan yang signifikan terhadap
perkembangan biologis, psikososial, kognitif, spiritual, dan sosialnya
(Hockenberry & Wilson, 2009).
Jadi anak adalah seseorang yang berusia dari 1 sampai 18 tahun
dan klasifikasi anak dibagi dalam 4 tahapan yaitu dimulai dari periode bayi,
periode masa kanak kanak awal, masa kanak kanak pertengahan dan masa
kanak kanak akhir.
2. Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang anak menurut Dr. Soetjiningsih mencakup dua
peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan
apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan
perdefinisinya sebagai berikut.
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) peningkatan jumlah dan besar sel di
seuruh bagian tubuh. Selama sel – sel tersebut membelah diri dan
menyintesis protein – protein baru; menghasilkan penambahan jumlah
dan berat secara keseluruhan atau sebagian (Wong, 2000, di kutip
dalam Hidayat, 2009, p. 26).
b. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah perubahan secara
berangsur – angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang, kematangan atau
45
Kecukupan energi
Usia (tahun) Protein (G)
(KKAL/KG)
Bayi
0-1/2 108 13
½-1 98 14
Anak-anak
1-2 102 16
4-6 90 24
7-10 70 28
Pria
11-14 55 45
15-18 45 49
Wanita
11-14 47 46
15-18 40 44
Sumber : Marjory Gordon, dkk, 2016.
49
D. Tepid Sponge
1. Pengertian
4) Mencuci tangan
5) Menutup pintu dan jendela sebelum prosedur
6) Mengatur posisi klien senyaman mungkin
7) Menempatkan perlak di bawah klien
8) Memakai sarung tangan
9) Membuka pakaian klien dengan hati hati
10) Mengisi bak mandi dengan air hangat, suhu air 28-32`C (Allves et
all, 2008)
11) Memasukan/handuk sapu tangan ke bak
12) Memeras handuk /sapu tangan menempatkan handuk/ sapu tangan
di dahi, ketiak dan selangkangan
13) Mengusap bagian ektermitas klien selama lima menit. Kemudian
bagian punggung klien selama 5-10 menit
14) Memonitor respon klien
15) Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis dan menyera
keringat
16) Mengganti sprei (bila memungkinkan) dan memindahkan perlak
dan alat-alat yang di pakai.
17) Mendokumentasi tindakan.