Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN TUTORIAL

BLOK GERIATRI

SKENARIO 2
AKU MALU BILA SERING KENCING DI ARISAN

KELOMPOK VI
BASTOMY EKA REZKITA G0015039
M. FADILIZA ABINANDRA G0015143
NARENDRA RANGGA R. G0015183
MUHAMMAD FATAH A G0015165
ALIYA WARDHANI G0015017
DEWI AMANI HUSNA G0015055
FIRSTA NURINA ADELIN G0015089
KHOIRUN NISAK G0015129
MISKA RAIHANA G0015155
RAMADHANI BELLA K.P. G0015195
WAHYU TRI KAWURI G0015229

Tutor: Novan Adi Setyawan, dr., Sp.PA.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018
BAB I

SKENARIO

AKU MALU BILA SERING KENCING DI ARISAN

Nenek Rujiyem, kini berusia 78 tahun, dibawa ke poliklinik geriatrik


oleh cucunya karena beberapa hari mengeluh sulit menelan kencing, tetapi
masih keluar sedikit sedikit. Sebelumnya beliau justru mengeluh sulit
menahan kencing.

Pasien tinggal bersama suami yang pikun dan sering marah-marah,


sehingga pasien menjadi gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien sudah satu
tahun ini sering minum obat tidur Alprazolam dari dokter umum.

Pada pemeriksaan tanda vital tekanan darah 150/90 mmHg. Hasil


pemeriksaan urin rutin leukosit 50/LPB. Hasil GDS 350 mg/dl, kreatinin 2,0
mg/dl, proteinuria (+3). Juga dilakukan pemeriksaan geriatric depression
scale dengan skor 9, mini mental scale examination dengan skor 24 dan tes
drawing clock yang memburuk. Dokter masih mempertimbangkan untuk
mengkonsultasikan kepada psikiatri.
BAB II
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa


istilah dalam skenario.
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai
berikut:
1. Aprazolam : Obat golongan benzodiazepine, yang
biasanya digunakan untuk mengatasi
gangguan kecemasan dan serangan
panik. Obat ini dapat membuat
penggunanya merasa lebih tenang dan
tidak terlalu tegang. Alprazolam
bekerja di dalam otak dan saraf untuk
menghasilkan efek menenangkan
dengan meningkatkan aktivitas zat
kimia alami dalam tubuh yang disebut
asam gamma-aminobutirat (GABA).
2. MMSE : Salah satu alat yang paling umum
untuk pemeriksaan penurunan kognitif
pada dewasa tua dan lanjut usia,
dikembangkan untuk membedakan
antara lanjut usia dengan atau tanpa
gangguan neuropsikiatri awal dalam
proses penyakit. MMSE mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menilai
lima bidang fungsi kognitif (orientasi,
memori langsung, perhatian /
konsentrasi, daya ingat, bahasa).
3. Drawing clock test : Instrumen penapisan demensia yang
dapat diandalkan namun dipengaruhi
usia, jenis kelamin dan edukasi. Tes ini
dapat dilakukan dengan cara
menggambar mengikuti perintah atau
meniru gambar yang ada.
4. Geriatric depression scale : Salah satu instrumen yang membantu
diagnosis depresi pada lansia dan
dapat digunakan untuk mempermudah
pengenalan gejala depresi pada usia
lanjut terutama pada penderita dengan
fungsi kognitif yang masih intak.

B. Langkah II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan.


Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja gangguan kencing yang sering terjadi pada lansia?
2. Apa yang menyebabkan dan pathogenesis gangguan kencing pada
lansia?
3. Apa pengaruh alprazolam yang dikonsumsi pasien?
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan yang dilakukan?
5. Bagaimana hubungan keluhan dengan hasil pemeriksaan?
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan dan tujuan
pemeriksaan?
7. Bagaimana keterkaitan gangguan tidur dengan gangguan kencing
pada lansia?
8. Bagaimana prinsip pemberian obat pada lansia sesuai skenario?
9. Kapan pasien dirujuk kepada psikiatri dan saraf?
10. Bagaimana tatalaksana yang dapat dilakukan?
11. Apa saja gangguan jiwa yang biasa terjadi pada lansia?
12. Apa saja perubahan anatomi dan fisiologi pada kasus?
13. Edukasi apa saja yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga?
14. Bagaimana psikogeriatri pada skenario?
15. Apa kasus ini termasuk kegawatdaruratan pada geriatri?
C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan
sementara mengenai permasalahan (dalam langkah II)
1. Apa saja gangguan kencing yang sering terjadi pada lansia?
A. INFEKSI SALURAN KEMIH
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 % sedangkan pada usia 65 tahun kira- kira
mempunyai angka prevalensisebesar 20 %. Infeksi saluran kemih
dapat mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur. Akan
tetapi wanita lebih sering mengalami ISK dibandingkan pria dengan
angka populasi umum kurang lebih 5-15%.
B. INKONTINENSIA URIN
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan
higienis penderitanya. Inkontinensia urin merupakan salah satu
manifestasi penyakityang sering ditemukan pada pasien geriatri.
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15-30%
pada usia lanjut dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah
sakit mengalami inkontinensia urin dan saat berumur 65-74 tahun
kemungkinan inkontinensia urin meningkat sebesar 25-30%. Angka
kejadian inkontinensia urin dua kali lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria.

2. Apa yang menyebabkan dan patogenesis gangguan kencing pada


lansia?
A. Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat
pergi ke toilet sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium
teratasi maka inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi. Setiap
kondisi yang menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya
inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia
persisten, seperti fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.
Resistensi urin karena obat-obatan, atau obstruksi anatomis dapat pula
menyebabkan inkontinensia urin. Keadaan inflamasi pada vagina dan
urethra (vaginitis dan urethritis) mungkin akan memicu inkontinensia
urin. Konstipasi juga sering menyebabkan inkontinensia akut.

Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat memicu terjadinya


inkontinensia urin, seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal jantung dan
insufisiensi vena dapat menyebabkan edema dan nokturia yang
kemudian mencetuskan terjadinya inkontinensia urin nokturnal.
Berbagai macam obat juga dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia
urin seperti Calcium Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesic
narcotic, psikotropik, antikolinergik dan diuretic.

Untuk mempermudah mengingat penyebab inkontinensia urin akut


reversible dapat dilihat akronim di bawah ini :
D --> Delirium
R --> Restriksi mobilitas, retensi urin
I --> Infeksi, inflamasi, Impaksi
P --> Poliuria, pharmasi

B. Inkontinensia Urin Persisten

Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,


meliputi anatomi, patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis,
klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan
intervensi klinis.

Kategori klinis meliputi :

a. Inkontinensia urin stress (stres inkontinence)


Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan intraabdominal,
seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga. Umumnya disebabkan oleh
melemahnya otot dasar panggul, merupakan penyebab tersering
inkontinensia urin pada lansia di bawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada
wanita tetapi mungkin terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter
urethra setelah pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh
mengeluarkan urin pada saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang
keluar dapat sedikit atau banyak.

b. Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence)

Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan


berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan kontraksi
detrusor tak terkendali (detrusor overactivity). Masalah-masalah neurologis
sering dikaitkan dengan inkontinensia urin urgensi ini, meliputi stroke,
penyakit Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Pasien mengeluh
tak cukup waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk
berkemih sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe
urgensi ini merupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas
75 tahun. Satu variasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas detrusor
dengan kontraktilitas yang terganggu. Pasien mengalami kontraksi
involunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung kemih sama sekali.
Mereka memiliki gejala seperti inkontinensia urin stress, overflow dan
obstruksi. Oleh karena itu perlu untuk mengenali kondisi tersebut karena
dapat menyerupai ikontinensia urin tipe lain sehingga penanganannya tidak
tepat.

c. Inkontinensia urin luapan / overflow (overflow incontinence)

Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung


kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti
pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis
multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung
kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien umumnya mengeluh keluarnya
sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.

d. Inkontinensia urin fungsional

Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran


urin akibat faktor-faktor di luar saluran kemih. Penyebab tersering adalah
demensia berat, masalah muskuloskeletal berat, faktor lingkungan yang
menyebabkan kesulitan untuk pergi ke kamar mandi, dan faktor psikologis.

Seringkali inkontinensia urin pada lansia muncul dengan berbagai gejala


dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia urin.
Penatalaksanaan yang tepat memerlukan identifikasi semua komponen.

3. Apa pengaruh alprazolam yang dikonsumsi pasien?


Alprazolam adalah obat golongan benzodiazepine yang hanya bisa dibeli
dengan resep dokter untuk mengobati gangguan cemas umum,
cemas terkait depresi, dan gangguan panik. Kegunaan obat Alprazolam
lainnya termasuk untuk mengatasi depresi dan sindrom pramenstruasi
(PMS) dengan berbagai gejalanya. Alprazolam termasuk dalam golongan
benzodiazepin. Alprazolam memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
golongan benzodiazepine lainnya, yaitu berikatan dengan reseptor GABA.
Seperti kita ketahui bahwa Gamma-aminobutyric acid, GABA adalah
neurotransmiter dan hormon otak yang tugasnya menghambat reaksi-reaksi
dan respon neurologis yang tidak menguntungkan.
Dengan demikian obat ini akan memberikan efek anti kecemasan
(antiansietas), memberikan rasa mengantuk (hipnotik) sehingga membantu
cepat tidur, membuat orang lupa terhadap sesuatu (amnestik),
melemaskan otot rangka (muscle relaxant), dan efek anti kejang.

Indikasi atau Kegunaan


 Pengobatan gangguan kecemasan, termasuk gangguan cemas
menyeluruh atau generalized anxiety disorder (GAD), gangguan cemas
sosial atau social anxiety disorder (SAD).
 Pengobatan gangguan panik untuk jangka panjang
 Mengobati mual-mual bahkan muntah akibat efek samping
obat kemoterapi
 Digunakan sebagai terapi kombinasi dalam pengobatan depresi
 Mengatasi insomnia atau gangguan sulit tidur.

Kontraindikasi
 Diketahui memiliki alergi atau reaksi hipersensitifas terhadap
alprazolam, ataupun obat lain dalam golongan benzodiazepin, seperti
Librium, Tranxene, Valium, Ativan, atau Serax dan lain-lain.
 Memiliki penyakit tertentu seperti Glaukoma sudut
sempit, myasthenia gravis, gangguan pernafasan, sleep apnea sindrom,
gangguan fungsi hati dan ginjal berat, kondisi fobia dan obsesi, dan psikosis
kronik.
 Ibu menyusui dan juga ibu hamil terutama hamil muda trimester
pertama.
 Anak-anak dan balita.
 Sedang menjalani pengobatan dengan obat antijamur yang
mengandung ketoconazole dan/atau itraconazole.
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan yang dilakukan?
5. Bagaimana hubungan keluhan dengan hasil pemeriksaan?
 Tekanan darah 150/90 : Mengalami peningkatan tekanan darah
 GDS 350 mg/dl : Mengalami peningkatan kadar gula dalam darah
 Leukosit 50/LPB : Leukositosis, mungkin ada infeksi
 Cratinin 2 mg/dl dan Proteinuria +3 : Mengalam peningkatan,
mungkin ada gangguan fungsi ginjal
 GDS skor 9 : Mild depressive
 MMSE skor 24 : Borderline mild dementia
 Drawing Clock memburuk : Penurunan fungsi kognisi
Pasien kemungkinan mengalami penurunan fungsi ginjal yang juga
berpengaruh ke inkontinensia urine. Inkontinesia urine meningkatkan risiko
ISK. Penurunan fungsi ginjal bisa jadi disebabkan oleh peningkatan gula
darah (nefropati diabetika) yang juga berpengaruh ke peningkatan tekanan
darah. Persarafan yang menginervasi otot detrusor dan spinchter juga
dicurigai dipengaruhi oleh peningkatan gula darah ( neuropati diabetika)
disamping juga oleh fisiologis penuaan. Pasien juga mengalami mild
depressive dan mengalami penurunan fungsi kognisi.

6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan dan tujuan


pemeriksaan?
Akan dibahas di LO.
7. Bagaimana keterkaitan gangguan tidur dengan gangguan
kencing pada lansia?
Akan dibahas di LO
8. Bagaimana prinsip pemberian obat pada lansia sesuai skenario?
Akan dibahas di LO.
9. Kapan pasien dirujuk kepada psikiatri dan saraf?
Pasien kejiwaan geriatri harus dirujuk ke dokter spesialis kejiwaan
apabila sudah menemui tanda-tanda dibawah ini:

1. memiliki resiko bunuh diri

2. Mengalami delusi

3. Tidak kooperatif

10. Bagaimana tatalaksana yang dapat dilakukan?


Tatalaksana belum terbahasa pada jump tiga.

11. Apa saja gangguan jiwa yang biasa terjadi pada lansia?
A. DEPRESI

Menurut kriteria DSM-III R ada beberapa hal yang harus diperhatikan


untuk diagnosis depresi:

1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari


2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi
kesenangan,atau atas semua atau

hampir semua aktivitas.

3. Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera
makan secara nyata

4. Isomnia atau justru hipersomnia

5. Agitasi atau retardasi psikomotorik.

6. Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.

7. Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat


(seiring bersifat delusi)

8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat


keputusan.

9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran


berulang untuk lakukan

bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana
khusus untuk melakukan bunuh diri

B. DEMENSIA

Kriteria diagnosis demensia menurut DSM IV adalah:

A. Adanya defisit kognitif multipel yang termanifestasi oleh dua hal


berikut:
1. Gangguan memori (gangguan kemampuan untuk belajar
informasi baru atau untuk mengingat informasi yang telah
dipelajari sebelumnya)
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut:
a. Afasia (gangguan berbahasa).
b. Apraksia (gangguan dalam melakukan aktifitas gerak
walaupun fungsi motorik masih baik).
c. Agnosia (gangguan dalam mengenal atau mengidentifikasi
objek walapun fungsi sensorik masih baik).
d. Gangguan dalam melakukan fungsi-fungsi tertentu (seperti
merencanakan sesuatu, mengoraganisir, merangkai,
menyimpulkan).
B. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing
menyebabkan penurunan yang signifikan dalam fungsi sosial dan
pekerjaan serta menunjukkan penurunan dari tingkat fungsi
sebelumnya.
C. Defisit tersebut tidak muncul saat terjadinya delirium

12. Apa saja perubahan anatomi dan fisiologi pada kasus?


Sistem urinaria pada manusia terdiri dari ginjal yang di dalamnya terdapat
nefron yangakanmelakukan fungsi utama ginjal yaitu melakukan filtrasi,
ureter yang akan mengalirkan urindari ginjal ke vesika urinaria.Blader /
vesika urinaria adalah tempat penyimpanan urin sementara sebelum
dikeluarkan melalui uretra, uretra adalah saluran yang akan mengalirkan
urin dari blader kelingkungan di luar tubuh. Ada beberapa perubahan yang
terjadi pada lansia terkait dengan sistem urinaria. Pada orang dewasa awal
terdapat 2 juta nefron fungsional, sedangkan pada ginjal dewasa akhir telah
hilang setengahnya dan beberapa dari nefron tersebut tidak bekerja dengan
baik.
Dalam nefronlansia,terjadi beberapa perubahan pada bagian
glumelurus dan sistem tubular. Dalam glumelurusterjadipenebalan pada
membrane basalis, di temukan adanya sklerosis pada area fekal,dan
penurunan jumlah permukaan glumelurus, dari perubahan ini akan
berpengaruh padapenurunanefisiensi filtrasi yang di lakukan nefron.
Kemudian pada sistem tubular lansia, terjadi penurunan panjang dan
volumetubulus proksimal, kemudiaan adanya divertikula pada
tubulus kontortus distal yang akan menyebabkan terjadinya akumulasi
debris. Akibat dari perubahan perubahan ini akan menyebabkan penurunan
daerah permukaan yang akan melakukan fungsi reabsorpsi oleh tubulus.
Kemudian perubahan ini diperparah oleh perubahan pada sistem vaskuler
yakni penurunan curah jantung, penyempitandan di temukannya sklerosis
pada pembuluh darah akan menurunkan alirandarah ke renal. Efek
gabungan yang terjadi adalah sedikit darah yang bisa di bersihkan tiap
menitnyadan prosesabsorpsi akan menjadi kurang efektif dan efisien.
Perubahan selanjutnya pada mekanisme kompensasi terhadap cairan
pada lansia. Kemampuan nefron dalam memekatkan urin mengalami
gangguan, respon terhadap sekresi hormone ADH tidak efektif dan sensasi
haus akan mengalami penurunan bahkan sampai tidak ada sensasi haus
sama sekali. Oleh karena itu, kondisi yang memicu kehilangan cairan dan
perubahan homeostasis akan menjadi masalah serius.
Kemampaun ginjal untuk menahan natrium berkurang apabila
di bandingkan dengan dewasa awal, hal ini di sebabkan oleh kehilangan
nefron atau terjadi gangguan pada sekresialdosteron.Penurunan natrium atau
hiponatremia akan menyebabkan akumulsi kalium atauhiperkalemia.
Kondisi hipernatremia jarang di temukan pada lansia dengan konsumsi
natrium yang berlebih apabila tidak di imbangi oleh air yang cukup.
Selanjutnya adalah perubahan pada sistem penyimpanan dan
pengeluaran urin. Pada lansia, jumlah urin yang di tampung tidak
semunya di keluarkan (residu) sekitar 50 ml, atau bisadikatakansebagai
penurunan keadekuatan haluran urin. Apabila jumlahnya melebihi 100
mlmaka terjadipenyimpanan urin yang signifikan. Perubahan secara umum
pada lansia adalah penurunan kapasitas kandung kemih untuk menyimpan
urin, terjadi peningkatan volume residu, dan kontraksi kandung kemih yang
tidak disadari. Pada wanita, penurunan hormone estrogen
akan menyababkan atrofi jaringan uretra dan efek pada saat melahirkan
dapat dilihat dari melemahnya otot-otot panggul. Pada lansia pria,terjadi
hipertropi kelenjar prostat yang akan menekan leher kandung kemih dan
uretra.
13. Edukasi apa saja yang dapat diberikan kepada pasien dan
keluarga?
Pasien dapat dianjurkan untuk melakukan bladder training, latihan otot
dasar panggul serta menghindari obat-obatan yang dapat memperparah
kondisi pasien terkait inkontinensia urin pasien. Untuk masalah gangguan
tidur pada pasien usia lanjut, dapat diberi edukasi berupa :

- Tunggu sampai terasa mengantuk sebelum naik ke tempat tidur

- Hindarkan penggunaan kamar tidur untuk bekerja, membaca dan


menonton TV

- Bangun tidur di pagi hari pada jamm yang sama, tidak peduli sudah
berapa lama ia tidur.

- Hindari minum kopi dan merokok

- Lakukan olahraga ringan setiap pagi setelah bangun tidur

- Kurangi tidur siang, lakuka hobi atau kegiatan yang menyenangkan

- Kurangi jumlah minum setelah makan malammm, hindari mminman


alkohol

- Hindari gerak badan berlebihan saat ditempat tidur

- Lakukan doa sebelum tidur.

14. Bagaimana psikogeriatri pada skenario?


Pada kasus tersebut, didapatkan Ny. Rujiyem mengalami keluhan sulit tidur
dan cemas. Pada usia lanjut, akan membutuhkan waktu untuk masuk tidur
yang lebih lama dari orang dewasa muda. Secara umum, gangguan tidur
lansia dapat dibagi menjadi kesulitan masuk tidur, kesulitan dalam
mempertahankan tidur dan bangun terlalu pagi. Menurut beberapa
penelitian, insomnia lebih banyak diderita oleh lansia dengan berbagai
komorbiditas. Selain itu juga didapatkan kecurigaan mengarah ke demensia
pada pasien tersebut.

15. Apa kasus ini termasuk kegawatdaruratan pada geriatri?


Tidak. Kegawatdaruratan geritari sendiri berupa :
- Trauma

- Kegawatdaruratan genitourinarius (biasa pada pasien ISK, retensi


urin)

- Kegawat daruratan neurologi (delirium, koma)

- Kegawatan akut abdomen (obstruksi, inflamasi, katastrofal vascular)


D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara

Gangguan
Psikogeriatri Emosi
Kencing

Patogenesis Faktor Patogenesis

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Manifestasi

Diagnosis
Diagnosis
Banding
Banding

Diagnosis
Diagnosis

Tatalaksana
Tatalaksana

Komplikasi
Komplikasi

E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai gangguan kencing pada
lansia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai gangguan psikogeriatri
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai assessment geriatri
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai tatalaksa gangguan
kencing pada lansia dan psikogeriatri
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai komplikasi dan prognosis
dari gangguan kencing pada lansia dan psikogeriatri
B. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru

C. Langkah VII: Membahas dan menata kembali informasi baru yang


diperoleh
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai gangguan kencing
pada lansia
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi
ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 % sedangkan pada
usia 65 tahun kira- kira mempunyai angka prevalensisebesar 20 %. Infeksi
saluran kemih dapat mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur.
Akan tetapi wanita lebih sering mengalami ISK dibandingkan pria dengan
angka populasi umum kurang lebih 5-15%.

Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin.


Bakteriuria yang disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut
bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria
asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila
terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream,
sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih
rendah.

Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena:

1. Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan


kandung kemih kurang efektif.

1. Mobilitas menurun.

2. Nutrisi sering kurang baik.

3. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.

4. Adanya hambatan pada aliran urin.


5. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan
atas:

a. ISK uncomplicated (simple)ISK yang sederhana yang terjadi pada


penderita dengan saluran kencing baik anatomis maupun fungsional
normal. ISK sederhana ini lebih sering menyerang wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih. Bakteri
yang paling sering ditemukan adalah E. coli.

a. ISK complicatedSering menimbulkan banyak masalah karena kuman


penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik.
Sering terjadi bakteriemia, sepsis, dan syok.

Etiologi

Bakteri yang sering ditemukan pada ISK complicated adalah Pseudomonas,


Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagai berikut:

 Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia lanjut


kemungkinan terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda).
 Refleks vesiko urethral obstruksi, paraplegi, atoni kandung kemih,
kateter kandung kemih menetap, serta prostatitis menahun.
 Kelainan faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun gagal
ginjal kronis (GGK).

1. Gram Negatif: E.Coli, Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan


Pseudomonas.

1. Gram Positif : Entercoccus, Staphylococcus aureus, Pseudomonas


aeroginosa, Brusella, Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium
tuberculosae.

2. Adenovirus tipe 11 dan 12


3. Cacing : Schistosoma hematobium

4. Jamur : Candida albicans dan Candida tropicalis

Patogenesis

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui


penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi tersebut dan
hematogen limfogen eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter
atau sistiskopi

Dua jalur utama terjadinya ISK :

1. Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan


daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang sementara
mendapat pengobatan imunosupresif.

1. Infeksi asending dapat terjadi mulai dari kolonisasi uretra


dan daerah introitusvagina, masuknya mikroorganisme dalam
kandung kemih, multiplikasi bakteri dalam kandungkemih
dan pertahanan kandung kemih kemudian naiknya bakteri
dari kandung kemih ke ginjal.

Gejala Klinis

Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala.
Gejala yang sering ditemukan :

1. Disuria

1. Polakisuria

3. Stranguria

3. Nokturia

4. Tenesmus
6.Enuresis nokturnal sekunder

7. Prostatismus

8. Nyeri uretra, suprapubik, dan pelvis

8. Kolik ureter dan ginjal.

Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa
panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa
tidak enak di daerah suprapubik. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan
gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,menggigil, rasa tidak
enak, atau nyeri di pinggang

Pemeriksaan Laboratorium

 Urinalisisa:a. Leukosuria b. Hematuria


 Bakteriologisa: a. Mikroskopis
 Biakan bakteri
 Tes kimiawi - Tes Plat-Celup
 Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya
 Pielografi intravena (IVP)
 Ultrasonografi
 CT-scanning

Tata Laksana

- Pasien dianjurkan banyak minum agar diuresis meningkat

- Diberikan obat yang menyebabkan suasana urin alkali jika terdapat


disuria berat

- Diberikan antibiotik

Diagnosis Banding

Infeksi atau iritasi pada periuretra atau vagina.

Komplikasi
Pielonefritis akut, Kerusakan ginjal

INKONTINENSIA URIN

Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak


terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan higienis
penderitanya. Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi
penyakityang sering ditemukan pada pasien geriatri. Diperkirakan
prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15-30% pada usia lanjut dan
20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami
inkontinensia urin dan saat berumur 65-74 tahun kemungkinan
inkontinensia urin meningkat sebesar 25-30%. Angka kejadian
inkontinensia urin dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

Etiologi

 Resistensi urin karena obat-obatan


 Obstruksi
 Inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitis dan urethritis)
 Konstipasi
 Glukosuria atau kalsiuria
 Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan insufisiensi vena
dapat menyebabkan edema dan nokturia yang kemudian
mencetuskan terjadinya inkontinensia urin nokturnal.
 Penggunaan obat-obat Calcium Channel Blocker, Agonist
Adrenergic Alfa, Analgesic Narcotic, Psikotropik, Antikolinergik
dan Diuretic.

Klasifikasi

1. Inkontinensia Urin Akut ReversibleSetiap kondisi yangmenghambat


mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya inkontinensia urin fungsional
atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti fraktur tulang
pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.

2. Inkontinensia Urin PersistenInkontinensia urin persisten


diklasifikasikan menjadi

a. Klinis

- Inkontinensia urin stressTak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya


tekanan intraabdominal, seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga.
Disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul merupakan penyebab
tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah 75 tahun. Lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria.

-Inkontinensia urin urgensiKeluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan


dengan sensasi keinginan berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya
dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor overactivity).
Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan penyebab tersering inkontinensia
pada lansia di atas 75 tahun.

-Inkontinensia urin overflowTidak terkendalinya pengeluaran urin


disebabkan oleh obstruksi. Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit
urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.

b. FungsionalTidak terkendalinya pengeluaran urin akibat faktor-


faktor di luar saluran kemih.

Diagnosis

Evaluasi diagnosis inkontinensia urin bertujuan untuk:1. Menentukan


kemungkinan inkontinensia urin tersebut reversible. 2. Menentukan kondisi
yang memerlukan uji diagnostik khusus.3. Menentukan jenis penanganan
operatif, obat dan perilaku.

Langkah pertama proses diagnosis adalah identifikasi inkontinensia urin


melalui observasi langsung atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan
penapis. Untuk mencapai tujuan diagnosis dilakukan pendekatan yang
komprehensif dalam beberapa aspek :

1. Riwayat penyakit
a. Lama dan karakteristik inkontinensia urin

- Waktu dan jumlah urin pada saat mengalami inkontinensia urin dan saat
kering (kontinen)

- Asupan cairan - jenis (kopi, cola, teh) dan jumlahnya.y Gejala lain seperti
nokturia, disuria, frekwensi, hematuria dan nyeri.

- Kejadian yang menyertai seperti batuk, operasi, diabetes, obat- obatan.

- Perubahan fungsi usus besar atau kandung kemih.

- Penggunaan Pad atau Modalitas lainnya.

b. Pengobatan inkontinensia urin sebelumnya dan hasilnya

2. Pemeriksaan fisik terarah ditekankan pada pemeriksaan abdomen,


rektum, genital dan evaluasi persarafan lumbosakral. Pemeriksaan pelvis
perempuan penting untuk menemukan beberapa kelainan seperti prolaps,
inflamasi dan keganasan.

2. Urinalisis

3. Volume residu urine pasca berkemih

4. Pemeriksaan penunjang khusus

a. Uji urodinamik

b. Laboratorium

c. Catatan berkemih (voiding record)

Tata Laksana

Tata laksana inkontinensia urin menurut Muller:

1. Mengurangi faktor resiko


2. Mempertahankan homeostasis
3. Mengontrol inkontinensia urin

- Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu


berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7 x/hari.

- Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi


berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya
bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan
fungsi kognitif (berpikir).

4. Modalitas lain

- Pampers

- Kateter

- Alat bantu toilet seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan

oleh orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak dan menjalani

tirah baring.

5. Latihan otot pelvis

y Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka,


kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri, ke depan ke belakang,
berputar searah dan berlawanan dengan jarum jam dan gerakan seolah-olah
memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan 10 kali untuk
masing-masing gerakan.

6.Medikasi

- Inkontinensia urgensi: Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine,

Flavoxate, Imipramine (antikolinergik)


-Inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu
pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra.

-Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau


alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi

kontraksi.

7. Pembedahan

-Inkontinensia tipe overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan


untuk menghilangkan retensi urin dilakukan terhadap tumor, batu,
divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic pada wanita.

Komplikasi

1. Infeksi saluran kemih

2. Kelainan kulit

3. Gangguan tidur

2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai gangguan


psikogeriatri
Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang
memperhatikan pencegahan,diagnosisi,dan terapi gangguan fisik dan
psikologik atau psikiatrik pada lanjut usia .Saat ini disiplin ini sudah
berkembang menjadi suatu cabang psikiatri,analog dengan psikiatri
anak(Brocklehurst,Allen,1987).Diagnosisi dan terapi gangguan mental pada
lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus,karena kemungkinan perbedaan
dalam manifestasi klinis,patogenesis dan patofisiologi gangguan mental
antara patogenesis dewasa muda dan lanjut usia (Weinberg,1995; Kolb-
Brodie,1982).Faktor penyulit pada pasien lanjut usi juga perlu
dipertimbangkan,antara lain sering adanya penyakit dan kecacatan medis
kronis penyerta,pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan
kerentanan terhadap gangguan kognitif ( Weinberg,1995;Gunadi,1984).
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut (lihat tulisan
mengenai demografi di bagian lain buku ini),perlu mulai dipertimbangkan
adanya pelayanan psikogeriatri di rumah sakit yang cukup besar .Bangsal
akut,kronis dan day hospital,merupakan tiga layanan yang mungkin harus
sudah,merupakan tiga layanan yang mungkin harus sudah mulai difikirkan
( Brocklehurst,Allen,1987).Tentang bagaimana kerjasama antara bidang
psikogeriatri dan geriatri dapat dilihat pada bab mengenai pelayanan
kesehatan pada usia lanjut.

Pemeriksaan Psikiatrik pada usia lanjut

Penggalian riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada


penderita usi lanjut harus mengikuti format yang sama dengan yang berlaku
pada dewasa muda .Karena tingginya prevalensi gangguan kognitif pada usi
lanjut,dokter/calon dokter harus menentukan apakah penderita mengerti
sifat dan tujuan pemeriksaan .Jika penderita mengalami gangguan
kognitif,riwayat pra-morbid dan riwayat sakit harus didapatkan dari anggota
keluarga atau mereka yang merawatnya.Namun,penderita juga tetap harus
diperiksa tersendiri(walaupun terlihat adanya gangguan yang jelas)untuk
mempertahankan privasi hubungan dokter dan penderita dan untuk
menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari penderita
yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau
seorang perawat (Kaplan et al 1997;Hamilton,1985).

Riwayat psikiatrik

Bisa didapatkan dari alo- atau oto- anamnesisi.Riwayat psikiatrik


lengkap termasuk identifikasi awal (nama,usia,jenis kelamin,status
perkawinan),keluhan utama,riwayat penyakit sekarang ,riwayat penyakit
dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita ),riwayat pribadi dan
riwayat keluarga.Pemakainan obat (termasuk obat yang dibeli bebas).yang
sedang atau pernah digunakan penderita juga penting untuk diketahui.

Penderita yang berusia diatas 65 tahun (atau di atas 60 tahun di Asia)


sering memiliki keluhan subyektif adanya gangguan daya ingat yang
ringan,seperti tidak dapat mengingat kembali nama orang atau keliru
meletakkan benda-benda.Gangguan daya ingat yang berhubungan dengan
usia tersebut perlu dibedakan dengan adanya kecemasan pada saat
dilakukanpemeriksaan/wawancara (Weinberg,1995;Hamilton,1985).Riwayat
medis penderita harus meliputi semua penyakit berat ,terutama gangguan
kejang,kehilangan kesadaran ,nyeri kepala ,masalah penglihatan dan
kehilangan pendengaran.Riwayat penggunaan alkohol dan pemakaian zat
yang lama perlu diketahui karena bisa menyebabkan kelainan saat ini (Kolb-
Brodie,1982;Kaplan et al,1997;Dir Kes Wa,1982).

Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua


penderita dan adaptasi terhadap ketuaan mereka.Jika mungkin informasi
tentang kematian orang tua,riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.

Situasi sosial penderita sekarang harus dinilai.Siapa yang harus


merawat penderita,apakah penderita mempunyai anak.Bagaimana
karakteristik hubungan orangtua-anak.Riwayat sosial ekonomi dipakai
untuk menilai peran ekonomi dalam mengelola pemyakit penderita dalam
membuat anjuran terapi yang realistik (Gunadi,1982;Kaplan et al,1997)

Riwayat perkawinan,termasuk penjelasan tentang pasangan hidup


dan karakteristik hubungan.Jika penderita adalah janda atau duda,harus
digali bagaimana rasa duka citanya dulu saat ditinggal mati oleh
pasanganya.Jika kehilangan pasangan hidup terjadi dalam satu tahun
terakhir,penderita dalam keadaan resiko tinggi mengalami peristiwa fisik
atau psikologik yang merugikan (Dir Kes Wa,1982).
Riwayat seksual penderita termasuk aktivitas seksual,orientasi
libido,mastrubasi,hubungan gelap diluar perkawinan dan gejala disfungsi
seksual (Dir Kes Wa,!982).

Pemeriksaan status mental

Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita


berfikir(proses pikir),merasakan dan bertingkah laku selama
pemeriksaan.Keadaan umum penderita adalah termasuk penampilan
,aktivitas psikomotorik,sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas bicara.

Gangguan motorik,antara lain gaya berjalan menyeret,posisi tubuh


membungkuk,gerakan jari seperti memilin pil,tremor dan asimetris tubuh
perlu dicatat (Kaplan et al,19917).Banyak penderita depresi mungkin lambat
dalam bicara dan gerakannya.Wajah seperti topeng terdapat pada penderita
penyakit parkison (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).

Bicara penderita dalam keadaan teragitasi dan cemas mungkin


tertekan.Keluar air mata dan menangis ditemukan pada gangguan depresi
dan gangguan kognitif,terutama si penderita merasa frustasi karena tidak
mampu menjawab pertanyaan pemeriksa (Weinberg,1995;Kaplan et
al,1997;Hamilton,1985).Adanya alat bantu dengar atau indikasi lain bahwa
penderita menderita gangguan pendengaran,misalnya selalu minta
pertanyaan diulang,harus dicatat (Gunadi,1984).

Sikap penderita pada pemeriksa untuk bekerjasama,curiga,bertahan


dan tak berterima kasih dapat memberi petunjuk tentang kemungkinan
adanya reaksi transferensi.Penderita lanjut usia dapat bereaksi pada dokter
muda seolah-olah dokter adalah seorang tokoh yang lebih tua ,tidak peduli
terhadap adanya perbedaan usia (Weinberg,1995;Laitman,1990)

Penilaian fungsi. Penderita lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan


mereka untuk mempertahankan kemandirian dan untuk melakukan aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari.Aktvitas tersebut adalah termasuk ke
toilet,menyiapkan makanan,berpakaian ,berdandan dan makan.Derajat
kemampuan fungsional dari perilaku sehari-hari adalah suatu pertimbangan
penting dalam menyusun rencana terapi selanjutnya
(Weinberg,1995;Laitman,1990).

Mood,perasaan dan afek.Di negara lain,bunuh diri adalah salah satu


penyebab utama kematian pada golongan usia lanjut.Oleh karenanya
pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita lanjut usi sangat
penting.Perasaan kesepian ,tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya
adalah gejala depresi.Kesepian merupakan alasan yang paling sering
dinyatakan oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri .Depresi merupakan
resiko yang tinggi untuk bunuh diri (Weinberg,1995;Kolb-
Brodie,1982;Gunadi,1984;

Gangguan persepsi . Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia merupakan


fenomena yang disebabkan oleh penurunan ketajaman sensorik.Pemeriksa
harus mencatat apakah penderita mengalami kebingungan terhadap waktu
atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh tumor otak dan
patologo fokal yang lain.Pemeriksaan yang lebih lanjut diperlukan untuk
menegakkan diagnosis pasti (Halmiton,1985).

Fungsi visuospasial.Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal


dengan lanjutnya usia.Meminta penderita untuk mencotoh gambar atau
menggambar mungkin membantu dalam penilaian.Pemeriksaan
neuropsikologis harus dilaksanakan jika fungsi visuospasial sangat
terganggu (Kaplan et al, 1997;Hamilton,1985).
Proses berpikir. Gangguan pada progresi pikiran adalah neologisme,gado-
gado kata,sirkumstansialitas,asosiasi longgar,asosiasi bunyi,flight of
ideas,dan retardasi.Hilangnya kemampuan untuk dapat mengerti pikiran
abstrak mungkin tanda awal dementia.

Isi pikiran harus diperiksa adanya obsesi ,preokupasi


somatik,kompulsi atau waham.Gagasan tentang bunuh diri atau
pembunuhan harus dicari .Pemeriksaan harus menentukan apakah terdapat
waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi kehidupan
penderita.Waham mungkin merupakan alasan untuk dirawat.Pasien yang
sulit mendengar mungkin secara keliru diklasifikasikan sebagai paranoid
atau pencuriga(Weinberg,1995;Kaplan et al,1997;Hamilton,1985;Laitman,!
990).

Sensorium dan kognisi. Sensorium mempermasalhkan fungsi dari indra


tertentu,sedangkan kognisi mempermasalahkan inrformasi dan intelektual
(Weinberg,1995;Hamilton,1985).

Kesadaran.Indikator yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya


perubahan kesadaran ,adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau tampak
letargik.Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan somnolen atau
stupor (Kaplan et al,1997;Hamilton,1995)

Orientasi.Gangguan orientasi terhadap waktu,tempat dan orang


berhubungan dengan gangguan kognisi.Gangguan orientasi sering
ditemukan pada gangguan kognitif,gangguan kecemasan,gangguan
buatan,gangguan konversi dan gangguan kepribadian,terutama selam
periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung (Kaplan et
al,1997;Hamilton,1985).Pemeriksa harus menguji orientasi terhadap tempat
dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.Orientasi terhadap
orang mungkin dinilai dengan dua cara :apakah penderita,mengenali
namnya sendiri,dan apakah juga mengenali perawat dan dokter.Orientasi
waktu diuji dengan menanyakan tanggal,tahun,bulan dan hari.

Daya ingat.Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang,pendek
dan segera.Tes yang diberikan pada penderita dengan memberikan angka
enam digit dan penderita diminta untuk mengulangi maju mundur .Penderita
dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya dapat mengingat enam
angka maju dan lima angka mundur .Daya ingat jangka panjang diuji
dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir,nama dan hari ulang tahun
anak-anak penderita.Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan
beberapa cara ,misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara
dan meminta penderita mengingat kembali benda tersebut akhir
wawancara.Atau dengan memberikan cerita singkat pada penderita dan
penderita diminta untuk mengulangi cerita tadi secara tepat/persisi
(Hamilton,1985).

Fungsi intelektual,konsentrasi,informasi dan kecerdasan.Sejumlah


fungsi intelektual mungkin diajukan untuk menilai pengetahuan umum dan
fungsi intelektual.Menghitung dapat diujikan dengan meminta penderita
untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil akhir
dan seterusnya sampai tercapai angka 2.Pemeriksa mencatat respons sebagai
dasar untuk penguji selanjutnya.Pemeriksa juga dapat meminta penderita
intuk menghitung mundur dari 20 ke 1,dan mencatat waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut (Kaplan et
al,1997;Hamilton,1985).

Membaca dan menulis.Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan


membaca menulis dan menetukan apakah penderita mempunyai defisit
bicara khusus.Pemeriksaan dapat meminta penderita membaca kisah singkat
dengan suara keras atau menulis kalimat sederhana untuk menguji gangguan
membaca atau menulis pada penderita .Apakah menulis dengan tangan kiri
atau kanan juga perlu dicatat(Hamilton,1985).

Beberapa masalah di bidang psikogeriatris

Kesepian

Kesepian atau loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia


pada saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila
dirinya sendiri saat itu juga mengalami penurunan status kesehatan,misalnya
menderita berbagai penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik,terutama gangguan pendengaran (Brocklehurst-Allen,1987)

Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak


diantara lansia yang hidup sendiri tidak mengalami kesepian,karena
aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi dilain pihak terhadap lansia yang
walaupun hidup dilingkungan yang beranggotakan cukup banyak
,mengalami kesepian.

Pada penedreita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat


berarti,karena bisa bertindak menghibur,memberikan motivasi untuk lebih
meningkatkan peran sosial penderita,disamping memberikan bantuan
pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila memang terdapat disabilitas
penderita dalam hal-hal tersebut.

Depresi

Menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R Yang


dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater Amerika,diagnosis depresi harus
memenuhi kriteria dibawah ini (Van der Cammen,1991)

Tabel 1.Kriteria DSM-III R*(!987) untuk diagnosis depresi

1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari


2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau
hampir semua aktivitas.
3. Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata
4. Isomnia atau justru hipersomnia
5. Agitasi atau retardasi psikomotorik.
6. Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.
7. Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi)
8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan
bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan
bunuh diri

Ditambah lagi
- Takdapat duibuktikan bahwa perasaan/gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan organik
- Gangguan tersebut bukan suatu reaksi normal atas kematian seseorang yang dicintainya
(Komplikasi duka-cita)
- Pada saat gangguan tersebut tidak pernah terjadi ilusi atau halusinasi selama berturut-turut 2 ming
tanpa adanya gejala perasaan hati yang nyata(misal sebelum gejala perasaan hati tersebut atau
setelah perasaan hati menjadi lebih baik).
- Tidak merupakan superimposing pada suatu skizofrenia,gangguan skizofreniform,ganggu
delusional atau psikotik.

Tabel 2.Prognosis depresi pada usi lanjut

Prognosis baik Prognosis buruk


Usia < 70 tahun Usia>70 tahun dengan wajah tua
Riwayat keluarga adanya penderita depresi atau Terdapat penyakit fisik serius + disabilitas
manik
Riwayat pernah depresi berat (sembuh sempurna) Riwayat depresi terus menerus selama 2 tahun
sebelum usia 5 tahun
Kepribadian ekstrovert dan tempramen yang datar Terbukti adanya kerusakan otak,misal ge
(Tak berubah-ubah) neurologik dadanya dementia

Diagnosis

Anamnesis merupakan hal yang sngat penting dalam diagnosis


depresi dan harus diarahkan pada pencarian terjadinya berbagai perubahan
dari fungsi terdahulu dan terdapatnya 5 atau lebih gejala depresi mayor
seperti disebutkan pada defenisi depresi di atas.Aloanamnesis dengan
keluarga atau informan lain bisa sangat membantu.

Gejala depresi pada usi lanjut sering hanya berupa apatis dan
penarikan diri dari aktifitas sosial,gangguan memori,perhatian serta
memburuknya kognitif secara nyata.Tanda disfori atau sedih yang jelas
seringkali tidak terdapat .Seringkali sukar untuk mengorek adanya
penurunan perhatian dari hal-hal yang sebelumnya disukai,penurunan nafsu
makan,aktivitas atau sukar tidur.

Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis


karena hal-hal berikut :

 Penyakit fisik yang diderita seringkali mengacaukan gambaran


depresi,antara lain mudah lelah dan penurunan berat badan.
 Golongan lanjut usia sering kali menutupi rasa sedihnya dengan
justru menunjukan bahwa dia lebih aktif.
 Kecemasan,obsesionalitas,histeria dan hipokondria yang sering
merupakan gejala depresi justru sering menutupi
depresinya.Penderita dengan hipokondria,misalnya justru sering
dimasukkan ke bangsal Penyakit Dalam atau Bedah (misalnya
karena diperlukan penelitian untuk konstipasi dan lain sebagainya)
 Masalah sosial yang juga di derita seringkali membuat gambaran
depresi menjadi lebih rumit.
Mengingat hal-hal tersebut diatas,maka dalam setiap asesmen
geriatri seringkali disertakan form pemeriksaan untuk depresi,yang
seringkali berupa skala depresi geriatrik (GDS) atau skala penilian
(depresi)Hamilton (Hamilton Rating Scale=HRS).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan


psikologik,penatalaksanaan dan pencegahan sosial dan penatalaksanaan
farmakologik.Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita
menunjukan gejala (Van der Cammen,1991).

a. Masalah diagnostik yang serius


b. Risiko bunuh diri tinggi
c. Pengabaian diri (self neglect)yang serius
d. agitasi,delusi atau halusinasi berat
e. tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang
diberikan
f. Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik
lain.
Diantara obat-obat depresi harus dipilih dan disesuaikan dengan
keadaan dan gejala yang diderita.Untuk penderita yang secara fisik
aktif,sebaiknya tidak diberikan obat yang memberikan efek
sedatif,sebaliknya penderita yang agiant golongan obat tersebut mungkin
diperlukan

Tabel 3.Berbagai pilihan obat antidepresan

Antidepresan trisiklik
Yang bersifat sedatif : Amitriptilin
Dotipin
Sedikit bersifat sedatif : Imipramin
Nortriptilin
Protriptilin
Antidepresan yang lebih baru
Bersifat sedatif : Trasodon
Mianserin
Kurang sedatif : Maprotilin
Lofepramin
Flukfosamin

Dari Van der Cammen,1991

Walaupun obat golongan litium mungkin bisa memberikan


efek,terutama penderita dengan depresi manik,obat ini sebaiknya hanya
diberikan setelah berkonsultasi pada psikiater.Obat juga harus diberikan
dengan dosis awal rendah dan berhati-hati bila terdapat penurunan fungsi
ginjal.

Gangguan cemas

Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan ,yaitu


fobia,gangguan panik,gangguan cemas umum,gangguan stres pasca trauma
dan gangguan obsesif-kompulsif.Puncak Insidensi antara usi 20-40
tahun,dan prevalensi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa
muda.Pada usia lanjut seringkali gangguan cemas ini merupakan kelanjutan
dari dewasa muda.Awitan yang terjadi pada usia lanjut biasanya
berhubungan/sekunder akibat depresi,penyakit medis,efek samping obat
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat (Reuben et al,1996).

Gejala dan pengobatan pada usia lanjut hampir serupa dengan pada
usia dewasa muda,oleh karenanya tidak akan disinggung lebih mendalam.

Psikologis pada usia lanjut

Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut,baik sebagai


kelanjutan keadaan pada dewasa muda atau yang timbul pada usia
lanjut.Pada dasarnya jenis dan Penatalaksanaanya hampir tidak berbeda
dengan yang terdapat pada populasi dewasa muda.Walaupun beberapa jenis
khusus akan disinggung sedikit berikut ini.
Parafrenia.Adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdpat pada
lanjut usia yang ditandai dengan waham (Biasanya waham curiga dan
menuduh),sering penderita merasa tetangga mencuri barang-barangnya atau
tetangga berniat membunuhnya (Brocklehurst-Allen,1987).Biasanya terjadi
pada individu yang terisolasi atau menarik diri pada kegiatan sosial.Apabila
waham tersebut menimbulkan keributan antar tetangga atau bahkan
skandal,pemberian terapi dengan derivat fenotiasin sering bisa
menenangkan (Brocklehurst-Allen,1987).

Sindroma Diogenes.Adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia


menunjukkan penampakan perilaku yang sangat terganggu .Rumah atau
kamar sangat kotor,bercak dan bau urin dan feses dimana-mana(karena
sering penderita terlihat bermain-main dengan feses/urin).Tikus berkeliaran
dan sebagainya .Penderita menumpuk barang-barangnya dengan tidak
teratur (“nyusuh”).

Individu lanjut usi yang menderita keadaan ini biasanya mempunyai IQ


yang tinggi,50% kasus intelektualnya normal (Brocklehurs-
Allen,1987).Mereka biasanya menolak untuk dimasukkan di institusi.Upaya
untuk mengadakan pengaturan/pembersihan rumah/kasar,biasanya akan
gagal,karena setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai assessment geriatri
Assessmen Geriatri komprehensif mencakup: kesehatan fisik,
mental, status fungsional, kegiatan sosial, dan lingkungan. Tujuan asesmen
ialah mengetahui kesehatan penderita secara holistik supaya dapat
memberdayakan kemandirian penderita selama mungkin dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Asesmen ini bersifat tidak sekedar
multi-disiplin tetapi interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan
lintas pelayanan kesehatan.1,2

Pemeriksaan Penderita
Pemeriksa penderita Geriatri sama dengan pemeriksaan penderita di bidang
ilmu lainnya yaitu mulai dengan pemeriksaan:3
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan bantuan dengan teknologi yang tersedia, termasuk yang
canggih
d. Pemeriksaan fungsi
e. Konsultasi vertical atau horisontal
f. Daftar masalah (CMOM)
g. Diagnosis diferensial (DD)
h. Diagnosis pasti
i. Penatalaksanaan holistik
j. Prognosis

Anamnesis
Untuk mendapatkan jawaban yang baik dan lengkap, seringkali
diperlukan alo-anamnesis dari orang/keluarga yang merawatnya sehari-hari.
Dimulai dengan:
Identitas penderita : nama, alamat, umur, perkawinan, anak (jumlah, jenis
kelamin dan berapa orang yang masih tinggal bersama penderita),
pekerjaan, keadaan sosial ekonomi. Kemudian diikuti dengan penyakit
yang diderita sekarang:2
- Keluhan utama sehingga penderita mencari pengobatan
- Keluhan-keluhan tambahan yang menyertai
- Waktu dan lama tiap keluhan dengan urutan terjadinya
- Penyakit terdahulu yang pernah diderita.
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat :
menelan, masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak
yang terbatas pada anggota badan dan lain-lain.
- Penilaian sistem : Penilaian sistem dilaksanakan secara urut, mulai dari
sistem syaraf pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular,
gastrointestinal (seperti inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital (seperti
inkontinensia urin). Dapat dikatakan bahwa penampilan penyakit dan
keluhan penderita tidak tentu berwujud sebagai penampilan organ yang
terganggu.
- Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan
kesehatan (merokok, minum alkohol).
- Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
- Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali ditanyakan,
bila perlu, penderita atau keluarganya.
- Ada tidaknya perubahan perilaku.
Anamnesis Nutrisi:4
Pada gizi perlu diperhatikan :
· Keseimbangan (baik jumlah kalori maupun makronutrien)
· Cukup mikro nutrien (vitamin dan mineral)
· Perlu macam makanan yang beraneka ragam.
· Kalori berlebihan atau dikurangi disesuaikan dengan kegiatan AHS-nya,
dengan tujuan mencapai berat badan ideal.
· Keadaan gigi geli, mastikasi dan fungsi gastro-intestinal.
· Apakah ada penurunan atau kenaikan berat badan.
Pengkajian Nutrisi
Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massa tubuh.5
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) :
Berat Badan (kg) IMT : 18 – 23 (normal)
[Tinggi Badan (m)2]2
Rumus Tinggi Badan Populasi Geriatri :
Pria : TB = 59.01 + (2.08 X Tinggi Lutut)
Wanita : TB = 75.00 + (1.91 X Tinggi Lutut) – (0.17 X Umur).6
Penilaian status gizi juga dapat dilakukan dengan mempergunakan Mini
Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF). Dalam penilaiannya hal
yang harus juga dicatat adalah nama pasien, usia, jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan, tinggi lutut dan tanggal pengisian.7

Tabel 2. Penilaian Status Gizi dengan MNA-SF7

No. Penilaian Nilai


Indeks masa tubuh :
BB/TB (m2) c. 21-23 = 2
1
a. < 19 = 0 d. >23 = 3
b. 19-21= 1
Lingkar lengan atas (cm)
2 a. < 21 = 0 c. >22 = 1
b. 21-22 = 0.5
Lingkar betis (cm)
3
a. ≤ 31 = 0 b. >31 = 1
BB selama 3 bulan terakhir :
a. Kehilangan > 3kg = 0
4 b. Tidak tahu = 1
c. Kehilangan antara 1-3 kg = 2
d. Tidak kehilangan BB = 3
Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau
5 RS) :
Tidak = 1 / Ya = 0
Menggunakan lebih dari 3 obat perhari
6
Tidak = 1 / Ya = 0
Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3
7 bln terakhir :
Tidak = 1 / Ya = 0
Mobilitas
a. Hanya terbaring atau di atas kursi roda = 0
8 b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar
rumah = 1
c. Dapat pergi keluar rumah = 2
Masalah neuropsikologis
a. Demensia berat dan depresi = 0
9
b. Demensia ringan =1
c. Tidak ada masalah psikologis = 2
Nyeri tekan atau luka kulit
10
Tidak = 1 / Ya = 0
Berapa banyak daging yang dikonsumsi setiap hari ?
a. 1 x makan = 0
11
b. 2 x makan = 1
c. 3 x makan = 2
Asupan protein terpilih
Minimal 1x penyajian poduk-produk susu olahan
(susu, keju,
yoghurt, es krim) perhari.
Ya = 1 / Tidak = 0
12 Dua atau lebih penyajian produk kacang-kacangan
(tahu, tempe,
susu kedelai ) dan telur perminggu
Ya = 1 / Tidak = 0
Daging, ikan, unggas tiap hari
Ya = 1 / Tidak = 0
Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayur atau buah-
13 buahan per hari
Ya = 1 / Tidak = 0
14 Bagaimana asupan makanan 3 bulan terakhir
a. Kehilangan nafsu makan berat = 0
b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1
c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2
Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang
dikonsumsi per hari.
15 < 3 cangkir = 0
3 - 5 cangkir = 0,5
> 5 cangkir = 1
Pola makan
a. Tidak dapat makan tanpa bantuan = 0
16
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1
c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2
Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah
gizi ?
17 a. Malnutrisi = 0,
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1
c. Tidak ada masalah gizi = 2
Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang
sama, bagaimana mereka menilai kesehatan mereka
18 sekarang ?
Tidak baik = 0, Tidak tahu = 0.5, Baik = 1, Lebih baik
=2
TOTAL

Interpretasi:

Skor > 24 : Gizi baik


Skor 17-23,5 : Berisiko malnutrisi
Skor < 17 : Malnutrisi

Pengkajian Status Fungsional (Kemandirian atau ketergantungan).8


Penapisan status fungsional
Tabel 3. ADL Barthel (BAI)8
Fungsi skor Keterangan
1 Mengontrol BAB 0 Inkontinen / tak teratur (perlu enema)
1 Kadang-kadang inkontinen (1 X seminggu)
2 Kontinen teratur
2 Mengontrol BAK 0 Inkontinen atau pakai keteter dan tak terkontrol
1 Kadang-kadang inkontinen (max 1 x 24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri (lap0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat1 Mandiri
gigi)
4 Penggunaan toilet, pergi ke0 Tergantung pertolongan orang lain
dalam dari WC (melepas,1 Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas
memakai celana,menyeka, tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
menyiram) aktivitas yang lain
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu seseorang menolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berpindah tempat dari tidur0 Tidak mampu
ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
2 orang)
3 Bantuan minimal 1 orang
Mandiri
7 Mobilisasi / berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa berjalan dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan satu
3 Mandiri
8 Berpakaian (memakai baju) 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis. Mengancing baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri (naik turun)
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total skor
Skor ADL (BAI)
20 : Mandiri 5 – 8 : Ketergantungan
berat
12 – 19: Ketergantungan ringan 0–4 : Ketergantungan total
9 – 11 : Ketergantungan sedang

Pengkajian dengan Instrumen untuk menentukan kemandirian


Tabel 4. Instrumen Activity Daily of Living (IADL).8,9
Independen (tidak perluDependen (Perlu
No Aktivitas bantuan orang lain) Nilaibantuan orang lain)Nilai
=0 Nilai = 1
Mengoperasikan
telepon sendiri
Mencari dan
Tidak bisa
menghubungi nomer
1 Telepon menggunakan telpon
Menghubungi beberapa
sama sekali
nomer yang diketahui
Menjawab telpon tetapi
tidak menghubungi
Perlu bantuan untuk
Mengatur semuamengantar belanja
2 Belanja
kebutuhan belanja sendiri Sama sekali tidak
mampu belanja
Menyiapkan
makanan jika sudah
disediakan bahan
makanan
Merencanakan,
Persiapan Menyiapkan
3 menyiapkan, dan
Makanan makanan tetapi tidak
menghidangkan makanan
mengatur diet yang
cukup
Perlu disiapkan dan
dilayani
Merawat rumah sendiri
Perlu bantuan untuk
atau bantuan kadang-
semua perawatan
kadang
Perawatan rumah sehari-hari
4 Mengerjakan pekerjaan
Rumah Tidak berpartisipasi
ringan sehari-hari
dalam perawatan
(merapikan tempat tidur,
rumah
mencuci piring)
Mencuci semua pakaian Memcuci hanya
Mencuci sendiri beberapa pakaian
5
Baju Mencuci pakaian yang Semua pakaian
kecil dicuci oleh orang lain
Bepergian sendiri
menggunakan kendaraan
Perjalanan terbatas
umum atau menetir
ke taxi atau
sendiri
kendaraan dengan
Mengatur perjalanan
6 Transport bantuan orang lain
sendiri
Tidak melakukan
Skor IADL :
0 : Independen
1 : Kadang kadang perlu bantuan
2 : perlu bantuan sepanjang waktu
3-8 : Dikerjakan oleh orang lain
Asesmen Kognitif, Memori dan Demensia
Ini dapat dilakukan secara sederhana dengan Mini-Mental State
Examination (MMSE).10Contoh: pertanyaan: mengingat 3 macam benda
yang ditunjukan dalam satu menit, menyebut 6 - 12 macam binatang dalam
satu menit. Uji yang dianggap paling baik sampai sekarang ialah
menggambar jam (Drawing Clock Test).10
Tabel 5. Kuesioner MMSE (Mini Mental State Examination)10

Skor Skor Jam mulai :


Maks Lansia
ORIENTASI
5 [__] Sekarang (hari),(tanggal),(bulan),(tahun) berapa,(musim) apa?
5 [__] Sekarang kita berada di mana ?
(jalan),(nomor rumah),(kota),(kabupaten),(propinsi)
REGISTRASI
3 [__] Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, 1 detik untuk tiap
benda. Kemudian mintalah klien mengulang ke 3 nama benda
tersebut. Berikan 1 angka untuk tiap jawaban yang benar. Bila masih
salah, ulangi penyebutan ke 3 nama benda tsb sampai ia dapat
mengulangnya dengan benar. Hitunglah jumlah percobaan dan
catatlah (bola,kursi,sepatu)
Jumlah percobaan : ………………………………………..
ATENSI dan KALKULASI
5 [__] Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100 ke bawah. Berilah 1
angka untuk tiap jawaban yang benar. Berhenti setelah 5 hitungan
(93,86,79,72,65). Kemungkinan lain, ejalah kata “dunia” dari akhir
ke awal (a-i-n-u-d)
MENGINGAT
3 [__] Tanyalah kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan di atas.
Berilah 1 angka untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
9 [__] Apakah nama benda-benda ini? Perlihatkan pensil dan arloji (2
angka)
Ulanglah kalimat berikut : “ Jika tidak, dan Atau Tapi ”. (1 angka)
Laksanakan 3 buah perintah ini : “ Peganglah selembar kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada pertengahan dan
letakkanlah di lantai”. (3 angka)
Bacalah dan laksanakan perintah berikut “PEJAMKAN MATA
ANDA”, (1 angka)
Tulislah sebuah kalimat
Tirulah gambar ini (1 angka)
Skor Jam
selesai :
Keterangan :
Diluar nilai 30 yang mungkin, nilai yang kurang dari 25 mengarahkan
adanya gangguan, dan nilai yang kurang dari 20 menyatakan gangguan yang
pasti.

Penapisan Depresi
Penapisan depresi berkaitan dengan personal kepribadian, perasaan hati,
kesadaran, afek, konfusio, curiga, gangguan tidur dan depresi.
Tabel 6. Kuesioner Penapisan Depresi11
Skala Depresi Geriatri (Geriatric Depression Scale / Ya Tidak
GDS)
1 Apakah Anda pada dasarnya puas dengan kehidupan0 1
anda?
2 Apakah Anda tidak dapat melakukan sebagian besar1 0
kegiatan Anda?
3 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda tidak 1 0
berguna?
4 Apakah Anda sering merasa bosan? 1 0
5 Apakah Anda hampir selalu bersemangat tinggi? 0 1
6 Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi1 0
pada Anda?
7 Apakah Anda merasa bahagia hampir sepanjang0 1
waktu?
8 Apakah Anda sering merasa bahwa tidak ada yang1 0
membantu Anda?
9 Apakah Anda lebih memilih untuk diam di rumah 1 0
daripada keluar rumah dan mencoba hal-hal baru?
10 Apakah Anda mera sa memiliki lebih banyak masalah 1 0
dengan ingatan Anda dibanding biasanya?
11 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda saat ini0 1
menyenangkan?
12 Apakah Anda merasa tidak berharga dengan keadaan1 0
Anda saat ini?
13 Apakah Anda merasa sangat kuat / bertenaga? 0 1
14 Apakah Anda merasa bahwa situasi Anda tanpa1 0
harapan?
15 Apakah Anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih1 0
baik daripada Anda?
Total

Nilai : 3 atau lebih pada GDS 15 mendeteksi adanya kasus Depresi


( 100% sensitivitas)

Pengkajian Inkontinensia Urin dan Alvi


Pengkajian ini meliputi ada tidaknya Inkontinensia Urin dan Alvi

Tabel 7. Kuesioner Pengkajian Inkontinensia Urin dan Alvi


Pertanyaan : Apakah anda mengompol atau BAB tanpa disadari ?
0 tidak pernah
1,0 kadang-kadang kehilangan kontrol berkemih/menggunakan alat bantu untuk
berkemih & BAB
2,5 kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam sebulan
4,0 kehilangan kontrol berkemih sedikitnya 2 kali sebulan/kadang-kadang
kehilangan kontrol BAB
5,0 kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali dalam sebulan
5,5 kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam seminggu
6,5 kehilangan kontrol BAB sedikitnya 2 kali sebulan
8,0 kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali seminggu/kehilangan kontrol
berkemih
sedikitnya sekali setiap hari
10 kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali sehari
10,5 tidak bisa mengontrol fungsi berkemih sama sekali
11,5 tidak bisa mengontrol BAB sama sekali
Total Skor

Inkontinensia dikelompokkan menjadi :


0 : tdk ada inkontinensia 1 – 2,5 : inkontinensia
ringan
4,0 – 6,5: inkontinensia sedang ≥8 : inkontinensia berat
Pengkajian Nyeri
Penilaian Nyeri berdasarkan pada ada tidaknya nyeri, lokasi,

intensitas dan jenisnya


Nyeri : ( ) tidak, ( ) ya: lokasi: ____Intensitas (0-10):____
Jenis : akut ( ), kronis ( )

Asesmen Lingkungan
Asesmen lingkungan merupakan asesmen yang cukup penting untuk dapat
melengkapi dan menentukan keadaan lingkungan dan tempat tinggal yang
bersangkutan beserta anggota keluarganya. Perlu ditanyakan tentang
terutama keamanan dan rasa aman di rumah, kemungkinan mendapatkan
bantuan baik secara teknis maupun medik.12

Penapisan Risiko Ulkus Dekubitus dengan Skala Norton


Dengan mempergunakan skala Norton maka gambaran risiko ulkus
dekubitus yang didapat pada pasieen yang mengalami imobilisasi yaitu nilai
paling rendah merupakan kondisi yang paling buruk. Total skor bervariasi
dari 5-20, dengan batasan yang dipakai yaitu 14, apabila individu memiliki
nilai skala Norton ≤ 14, maka dikatakan individu tersebut berisiko untuk
mengalami ulkus dekubitus.13

Tabel 8. Risiko Ulkus Dekubitus pada Imobilisasi dengan Skala


Norton13
Kondisi Pasien Keterangan + Skor
Kondisi Fisik Baik (4), Cukup/lumayan (3)
Umum Buruk (3), Sangat buruk (2)
Komposmentis (4), Apatis (3)
Kesadaran
Confused (2), Stupor (1)
Tingkat Aktivitas Ambulatori (4)
Berjalan dengan bantuan (3)
Hanya bisa duduk (2)
Hanya bisa tiduran (1)
Mobilitas Bergerak bebas (4)
Sedikit terbatas (3)
Sangat terbatas (2)
Tidak bisa bergerak/imobil (1)
Inkontinensia Tidak ada (4)
Kadang-kadang (3)
Sering inkontinensia urin (2)
Inkontinensia urin dan alvi (1)
Pengkajian Insomnia
Pengkajian masalah insomnia dapat mempergunakan kuisioner
berikut ini:14
Tabel 9. Kuisioner Pengkajian Insomnia14
Lingkari Jawaban Terbaik
Bulan lalu
Tidak Jarang Kadang- Hampir tiapSelalu
pernah kadang hari/malam
1 Apakah anda memiliki masalah
1 2 3 4 5
untuk jatuh tertidur?
2 Apakah anda memiliki masalah
1 2 3 4 5
untuk tetap tidur?
3 Apakah anda merasa bangun
1 2 3 4 5
pagi tidak menyegarkan?
4 Apakah anda mengkonsumsi
sesuatu untuk membuat anda1 2 3 4 5
tidur?
5 Apakah anda mengkonsumsi
alkohol untuk membantu anda1 2 3 4 5
tidur?
6 Apakah anda memiliki masalah
medis yang menganggu tidur1 2 3 4 5
anda?
7 Apakah anda kehilangan minat
1 2 3 4 5
terhadap hobi atau aktivitas?
8 Apakah anda merasa sedih,
mudah marah, dan kehilangan1 2 3 4 5
harapan?
9 Apakah anda merasa gugup atau
1 2 3 4 5
khawatir?
10 Apakah anda berpikir ada yang
1 2 3 4 5
salah dengan tubuh anda?
11 Apakah anda bekerja shift atau1 2 3 4 5
apakah jadwal tidur anda tidak
teratur?
12 Apakah kaki anda gelisah
dan/atau tidak nyaman sebelum1 2 3 4 5
tidur?
13 Apakah ada yang pernah
mengatakan bahwa anda gelisah
1 2 3 4 5
atau menendang kaki anda
ketika tidur?
14 Apakah anda memiliki kebiasaan
atau gerakan yang tidak biasa1 2 3 4 5
ketika tidur?
15 Apakah anda mendengkur? 1 2 3 4 5
16 Apakah ada yang pernah
mengatakan bahwa anda
berhenti bernapas, sesak,1 2 3 4 5
mendengkur, atau seperti
tercekik ketika tidur?
17 Apakah anda memiliki kesulitan
untuk tetap terjaga ketika siang1 2 3 4 5
hari?

Kuesioner skrining insomnia ini merupakan alat yang digunakan dokter


untuk evaluasi klinis insomnia. Ini digunakan untuk skrining gangguan tidur
primer. Berdasarkan aturan umum di bawah ini, dokter harus melakukan
evaluasi klinis lengkap dan/atau merujuk ketika diperlukan.
Dasar diagnostik:
 Insomnia : pertanyaan 1-6
 Gangguan psikiatrik : pertanyaan 7- 10
 Kelainan ritme Sirkadian : pertanyaan 11
 Kelainan gerakan : pertanyaan 12-13
 Parasomnia : pertanyaan 14
 Gangguan bernapas saat tidur (sleep apnea): pertanyaan 15-17
Panduan umum interpretasi kuesioner skrining insomnia:
1. Pasien yang menjawab 3, 4, 5 pada banyak pertanyaan lebih
mengarah ke diagnosis insomnia. Jika mereka menjawab 3, 4, atau 5
pada dua atau lebih item dan memiliki gangguan saat siang hari yang
signifikan, maka dibutuhkan evaluasi dan tatalaksana lebih lanjut.
Jika tidak ada bukti adanya gangguan tidur primer dan/atau
penyebab sekunder insomnia tidak dapat diidentifikasi, maka disebut
insomnia terkondisi.
2. Pasien yang menjawab 4 atau 5 pada pertanyaan 6-9 harus
diskrining lebih lanjut untuk kelainan psikiatri. Pertanyaan 9
merujuk ke kelainan somatisasi, dimana umumnya berhubungan
dengan insomnia dan dapat menggambarkan adanya gangguan
somotoform sebelumnya dimana hal ini membutuhkan pengobatan
spesifik.
3. Pasien yang menjawab 4 atau 5 pada pertanyaan 11 lebih
mengarah pada gangguan irama sirkadian. Pertanyaan lebih lanjut
dan mendalam mengenai shiftkerja atau adanya fase tidur yang
terlambat harus dilakukan.
4. Jawaban 4 atau 5 pada item lainnya merupakan hal signifikan
dan berkontribusi besar pada gejala pasien insomnia atau tidur yang
tidak menyegarkan. Pertanyan 12 merujuk ke sindrom kaki gelisah
dan pertanyaan 13 merujuk pada gangguan gerakan kaki periodik.
5. Jawaban 2-5 pada pertanyaan 14 harus mendapat perhatian
lebih terutama ketika kejadian atau gerakan tersebut berpotensi
menimbulkan kekerasan atau cidera pada pasien atau pasangan
tidurnya.
6. Menjawab 4 atau 5 pada pertanyan 15 atau 16 memerlukan
evaluasi klinis lebih lanjut mengenai apnea tidur. Jawaban di atas 3
pada pertanyaan 15 dan 16 atau 15 dan 17 juga memberi kecurigaan
terhadap apnea tidur dan dibutuhkan evaluasi lebih lanjut.14
Impairments (Kemunduran Fungsi Organ)
Didapatkan 14 Impairments pada Geriatri
1. Immobility
2. Instability
3. Incontinence
4. Impairments of cognitive
5. Impaction
6. Impairments of Vision, Hearing, skin integrity, taste
7. Infection
8. Isolation
9. Inanition
10. Impecunity
11. Iatrogenesis
12. Insomnia
13. Impotence
14. Immunodeficiency
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital.


1. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat
kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik
2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa. Yang penting
adalah pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan
ada atau tidaknya gangguan organ atau sistem.
3. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian sistem,
yaitu :
· Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
· Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
· Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
· Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan
dengan cermat.
· Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan sendi-
sendi perlu diperiksa : sendi panggul, lutut dan kolumna vertebralis.
· Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.

Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get up
and go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di
lantai, beberapa tes keseimbangan, kekuatan, ketahanan, kelenturan,
koordinasi gerakan.
Bila dapat mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan
terpaksa.Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki secara sistematis.5

Pemeriksaan Tambahan (Penunjang)


Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan keperluan penegakan kepastian
diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin.
§ X-foto thorax, EKG
§ Laboratorium : - DL,UL, FL
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau
diperlukan tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan
konsultasi (rujukan) kepada sub-bagian atau disiplin lain, atau pemeriksaan
dengan alat yang lebih spesifik : FNB, EKG, CT-Scan.

Sindrom Geriatri
Sindrom Geriatri meliputi Delirium,Instabilitas/Falls, Immobilisasi,
Inkontinensia Urin, Inkontinensia Alvi, Demensia, Ulkus Dekubitus,
Depresi, Inanisasi, Insomnia.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai tatalaksa gangguan


kencing pada lansia dan psikogeriatri
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai komplikasi dan
prognosis dari gangguan kencing pada lansia dan psikogeriatri
a. Inkontinensia Urine
Prognosis : Baik bilama mendapatkan terapi yang baik
Komplikasi : Infeksi candida perineal, selulitis, nokturia, nyeri
tekan, iritasi kulit
b. Nefropati diabetika
Prognosis : Signifikansi tinggi morbiditas dan mortalitas
Komplikasi : Gangguan kardiovaskuler, gagal ginjal
c. Depresi
Prognosis : Potensi signifikasi morbiditas dan mortalitas, dengan
terapi yang baik bisa mendapatkan hasil yang baik, walaupun
mayoritas tidak responsif.
Komplikasi : Rekurensi, bunuh diri, pengaruh ke fisik tubuh
d. Gangguan Kecemasan
Prognosis : Potensi signifikasi morbiditas dan mortalitas, dengan
terapi yang baik bisa mendapatkan hasil yang baik, walaupun
mayoritas tidak responsif.
Komplikasi : Bunuh diri, gangguan kardiovaskuler (aritmia)
e. Demensia
Prognosis : Potensi signifikasi morbiditas dan mortalitas, dengan
terapi yang baik bisa mendapatkan hasil yang baik, walaupun
mayoritas tidak responsif.
Komplikasi : Impairment, Handicap
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari skenario tersebut didapatkan Ny. Rujiyem meengalam gangguan
kencing berupa inkontinensia urin. Hal tersebut dapat disebabkan karena
Ny. Rujiyem mengkonsumsi alprazolam sebagai obat tidur. Selain itu, juga
didapatkan ganggua psikiatri pada Ny. Rujiyem berupa gangguan
kecemasan dan sulit tidur.

Pasien dapat diberikan terapi alternatif dalam meengurangi gelaja psikiatrik


pasien untuk mengurangi inkotinensia urin pada pasien. Selain itu perlu pula
diberikan edukasi berupa perubahan pola hidup dan edukasi supportif untuk
menunjang kondisi psikis pasien.

B. Saran

Mahasiswa masih terkesan melakukan diskusi dengan membaca buku teks


maupun dari internet dan masih kurang aktif dikarenakan penyesuaian
terhadap kelompok tutorial yang baru. Sebaiknya mahasiswa lebih berusaha
memahami materi dan mengumpulkan materi dari sumber serta melakukan
pemahaman lebih lanjut dan mengkaji sumber tersebut apakah informasi
yang diberikan sumber tersebut memiliki keterkaitan dengan learning
objective yang dibahas. Serta memperbanyak sumber supaya ada masukan-
masukan tambahan sehingga materi yang di-share oleh mahasiswa menjadi
lebih padat dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Forciea MA. Comprehensive Geriatric Assessment. In: Geriatric Secrets.


3rd ed. New York: Mc Grawhill; 2004. p.14 – 18.
2. Darmojo BR. Demografi dan Epidemiology Populasi Usia Lanjut. In:
Darmojo BR, Martono H, editor. Buku Ajar Geriatri. 4th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2010
3. Reuben DB. Principles of Geriatric Assessment. In: Principles of
Geriatric Medicine and Gerontology. 5th ed. New York: Mc Grawhill;
2003.p. 99 – 110.
4. Martono H. Penderita Geriatri dan Asesmen Geriatri. In: Darmojo BR,
Martono H, editor. Buku Ajar Geriatri. 3 th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2004.p. 15.
5. Kuswardhani, RAT. Comprehensive Assesment of The Elderly Patients.
In: Buku Ajar Geriatri. Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FK Unud;
2011.p. 1-7.
6. Depkes RI. Buku Panduan Nutrisi Usia Lanjut; 2005.
7. Kaiser MJ, Bauer JM, Ramsch C, et al. Validation of the Mini Nutritional
Assessment Short Form (MNA-SF): A Practical Tool for Identification of
Nutritional Status. J Nutr Health Aging 2009; 13: p. 782-8.
8. Brocklehurst. Textbook of Geriatric Medicine & Gerontology. 6th ed. New
York: Churchill & Living Stone; 2003.
9. Kahana E, Lawrence RH, Kahana B, et al. Long Term Impact of
Preventive Proactivity on Quality of Life of The Old. Psychosomatic
medicine 2002; 64: p. 382-94.
10. Folstein MF, Folstein SE. Syndrome of Alterated Mental State; 1990
11. Birrer RB. Depression in Later Life A Diagnostic and Therapetic
Challenge. Am Fam Physician 2004; 69: p. 2375 – 829.
12. BPS (Badan Pusat Statistik). Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection) 2000-2025. Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, BPS. Jakarta: United Nations Population Fund; 2005: p.12-49.
13. Lindgren M, Unosson M, Krantz AM, et al. A Risk Assessment Scale for
The Prediction of Pressure Score Development: Reliability and
Validity. Journal of Advanced Nursing 2002; 38 (2): p. 190-199.
14. Top program. Adult Insomnia: Assessment to Diagnosis; 2006.p. 1-11.

Anda mungkin juga menyukai