Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup


interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir karitis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar
dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen
berfikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari definisi berfikir kritis,
keterkaitan berfikir kritis dalam keperawatan, mengetahui ciri-ciri berfikir kritis,
memahami sikap perawat dala berfikir kritis, penerapan berfikir kritis, serta model
berfikir kritis.
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk
berfikir kritis dalam berbagai situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan
dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan
cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun
obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru,
seseorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif
dan ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang
lain.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Tidak hanya
berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan, tetapi penting untuk
meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat pada semua tingkatan
posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim.
Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis
dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktik. Pengambilan keputusan merupakan

1
upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih
alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk
mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan
role model di lingkungan kerjanya.
2.2 Rumusan Masalah
Adapun masalahyangdibahas dalam paper ini,yaitu sebagai berikut.
a. Apa pengertian berfikir kritis?
b. Bagaimana keterkaitan berfikir kritis dalam keperawatan?
c. Bagaimana ciri-ciri berfikir kritis?
d. Bagaimana sikap perawat dala berfikir kritis?
e. Bagaimana penerapan berfikir kritis?
f. Apa saja model berfikir kritis?
g. Apa pengertian pengambilan keputusan?
h. Apa hal-hal yang harus diperhatikan?
i. Apa saja metode pengambilan keputusan?
j. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah?
k. Bagaimana format pengambilan keputusan?
l. Apa saja faktor-faktor pengambilan keputusan?
m. Bagaimana contoh aplikasi pengambilan keputusan?
2.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini, yaitu sebagai berikut.
a. Mengetahui pengertian berfikir kritis?
b. Mengetahui keterkaitan berfikir kritis dalam keperawatan?
c. Mengetahui ciri-ciri berfikir kritis?
d. Mengetahui sikap perawat dala berfikir kritis?
e. Mengetahui penerapan berfikir kritis?
f. Mengetahui model berfikir kritis?

2
g. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan?
h. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan?
i. Mengetahui metode pengambilan keputusan?
j. Mengetahui langkah-langkah pemecahan masalah?
k. Mengetahui format pengambilan keputusan?
l. Mengetahui faktor-faktor pengambilan keputusan?
m. Mengetahui contoh aplikasi pengambilan keputusan?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berfikir Kritis

Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan


kebiasaan berpikir seperti: percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas,
fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun
dan refleksi. Para pemikir kritis melatih keterampilan kognitif dalam menganalisis,
menerapkan standar, membedakan, mencari informasi, memberi alasan logis,
memperkirakan, dan mengubah pengetahuan (Rubenfeld & Scheffer, 2006).
Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini
dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
Menurut pendapat Siegel (1980 dalam Reilly & Obermann, 2002) menyatakan
berpikir kritis memerlukan evaluasi terhadap ide.Berpikir kritis merupakan berpikir
yang rasional.Berpikir kritis ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu
pernyataan dan mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi
evaluasi tersebut.Siegel juga mengatakan seseorang dapat dikatakan berpikir kritis
jika seseorang mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat
terhadap alasan yang mendasari alasannya tersebut.Saat mengkaji tuntutan,
mengevaluasi prosedur, atau membuat keputusan, dia mencari alasan yang mendasari
pengkajian, evaluasi dan keputusannya.

2.2 Keterkaitan Berfikir Kritis dalam Proses Keperawatan


Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggung jawabkan profesi dan kualitas perawatan.Pemikir kritis
keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri,
kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual,
intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi.Pemikir kritis keperawatan
mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar,

4
prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih
mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid,
semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan
belajar.Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan
dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau
layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir
(kognitif) yang mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi,
masukan, pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
2.3 Ciri-Ciri Berfikir Kritis
Ada dua pendapat ahli yang merumuskan tentang karakteristik/ciri-ciri dalam berpikir

kritis yaitu :

1. Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis yaitu :

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan

c. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah

d. Membuat kesimpulan

e. Mengungkapkan pendapat

5
f. Mengevaluasi argumen

2. Menurut Ennis (2000) mengidentifikasi 12 karakteristik berpikir kritis yang


dikelompokkan ke dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi : memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau pernyataan

b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas

mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati


serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi
c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan
hasil deduksi, meninduksi atau
mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai
pertimbangan
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan

tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

2.4 Sikap Perawat Dalam Berfikir Kritis


a. Intellectual humility
Suatu kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri dan kepekaan diri
terhadap kemungkinan bias dan prasangka. Perawatdan tenaga kesehatan
sebaiknya tidak mengklaim bahwa mereka mengetahui lebih banyak dari apa yang
mereka ketahui.
b. Intellectual courage
Keinginan dan keterbukaan untuk mendengar ide-ide orang lain.
Meskipun , mungkin perawat sangat berlawanan dengan ide-ide tersebut. Dan

6
memebutuhkan keberanian untuk mempertimbangkan dan mengkajisudut
pandang orang lain dengan jujur menimbang kekuatan dan kelemahan pendapat
sendiri.
c. Intellectul empathy
Kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di posisi orang lain
sehinggakita dapat memahami pandangan dan jalus penalaran orang tersebut.
d. Intellectual integrity
Kemampuan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang kaku dan sama
terhadap pengetahuan yang kita miliki yang kita terapkan terhadap pengetahuan
yang dimiliki orang lain. Hal ini membutuhkan kejujuran untuk menelaah dan
mengakui kesalahan atau ketidakkonsistenan pikiran, penilaian, dan tindakan diri.
e. Intellectual preseverances
Kemampuan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun
sulit dan frustasi. Butuh waktu dan energi untuk mendapatkan dan
mempertimbangkan informasi baru dan membentuk wawasan baru.
f. Faith in reason
Percaya pada diri sendiri dan keinginan untuk mencari pemikiran rasional
dan percaya bahwaorang lain dapat melakukan hal yang serupa.
g. Intellectual sense of justice
Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar
intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan/keuntungan diri
sendiri dan orang lain.
2.5 Penerapan Berfikir Kritis
Menurut Facione (2004 dalam Potter & Perry, 2009) mengatakan berpikir kritis
terdiri dari 6 (Enam) sub-skill dan aplikasinya dalam keperawatan adalah sebagai
berikut:
a. Interpretasi (Interpretation)

Interpretasi merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi


variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan,

7
keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi sub-skill kategorisasi,
pengkodean, dan penjelasan makna.

b.Analisis (Analysis)

Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan,


konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan
keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini.

c. Inferensi (Inference)

Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang


dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan atau
hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan mengembangkan
konsekuensi yang sesuai dengan data., pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi
lainnya
d.Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau


representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman, situasi,
penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari
hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk
representasi lainnya.

e. Eksplanasi (Explanation)

Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan


hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.

f. Pengontrolan diri (Self-Regulation)

Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif sendiri,


unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasil yang
8
dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan dalam menganalisis,
mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan suatu pendangan melalui
pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan terhadap hasil
penilaian seseorang. Hal inidilakukan jika orang tersebut tidak mengetahui dari
mana ia harus memulai. Salah satu cara untuk mengidentifikasi posisi anda saat ini
dan mulai mengeksplorasi bagaimana anda berpikir adalah dengan menggunakan
refleksi-diri.

2.6 Model Berfikir Kritis


Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity,
Knowing How You Think). Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer
(2006). Model T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari
beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir
tersebut terjadi. Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari berpikir
lurus. Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari,
komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar
penggunaannya optimal.

a. Ingatan Total (T)

Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan bagaimana
cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga merupakan
kemampuan untuk mengakses pengetahuan, pengetahuan yang dipelajari dan
disimpan dalam pikiran. Setiap orang memiliki beragam klaster yang sangat besar,
hal ini mewakili pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang tersebut.klaster lain
merupakan klaster yang kecil, seorang pemula dalam keperawatan memiliki klaster
pengetahuan keperawatan yang kecil dan akan berkembang dengan sangat cepat
selama kuliah.
b. Kebiasaan (H)

Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi
sifat alami kedua.Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam

9
melakukan segala hal yang berhasil, menghemat waktu, atau yang
diperlukan.Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa
harus memikirkan sebuah metode baru setiap kali ia akan bertindak.
c. Penyelidikan (I)

Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan


isu yang mungkin segera tampak dengan jelas.Penyelidikan juga merupakan jenis
berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan.Kesimpulan dapat dicapai
tanpa menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan lebih akurat jika menggunakan
penyelidikan. Tahapan dalam penyelidikan antara lain :
i. Melihat sesuatu (menerima informasi) ii. Menarik kesimpulan yang cepat iii.
Mengenali adanya gap dalam informasi yang diketahuinya iv. Mengumpulkan
informasi tambahan untuk membenarkan atau menyingkirkan kesimpulan pertama
v. Membandingkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahui
tentang situasi ini dengan menggunakan pengalaman masa lalu vi. Mempertanyakan
setiap bias yang ada
vii. Mempertimbangkan satu atau lebih kesimpulan alternatif viii. Memvalidasi
kesimpulan awal atau kesimpulan alternatif dengan lebih banyak informasi
d. Ide dan kreativitas (N)

Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi
seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang biasanya guna
membentuk kembali norma. Seperti penyelidikan, model ini memungkinkan
seseorang untuk memiliki ide melebihi ide-ide dalam buku ajar.Berpikir kreatif
bukanlah untuk orang yang penakut, seseorang harus bersedia mengambil resiko
yang terkadang membuatnya terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan
karakternya.Pemikir kreatif menghargai kesalahan sebagai pelajaran yang berharga.
e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)

Mengetahui bagaimana anda berpikir merupakan model T.H.I.N.K yang terakhir,


tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir
tentang pemikiran disebut dengan metakognisi yang berarti “proses mengetahui”.

10
Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar.
Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk
merenungkan bagaimana kita berpikir.

Namun, keperawatan mengharuskan kita untuk menjadi pemikir kritis.Bagian dari


berpikir kritis adalah terus-menerus berusaha membuat seseorang berpikir dengan
lebih baik atau untuk “mengetahui bagaimana anda berpikir”. Membuat seseorang
berpikir, mungkin lebih baik tidak

2.7 Definisi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan (decision making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan.Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin
akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi
masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan.

11
2.8 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.


2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b.Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d.Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.

Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan
menimbulkan berbagai masalah :

a. Tidak tepatnya keputusan.


b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan
organisasi baik dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi
antara kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi
tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

2.9 Metode Pengambilan Keputusan


Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta,
kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta
objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut.Manajer membutuhkan kemampuan

12
untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah
selalu menggunakan metode coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat
apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang
menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak
mengadakan suatu perubahan.

Pemecahan
2.10masalah Perencanaan kemungkinan
2.11masalah yang lalu
Memahami
Menduga masalah yang akan
datang

Pengambilan Keputusan

Mengenalkan Perubahan

Lampau
Kini Akan datang

Bagan :Proses Pemecahan masalah

13
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini
:

Masalah

Pengumpulan Data

Analisa Data

Mengembangkan pemecahan

Memilih alternatif

Implementasi

Evaluasi

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah
kurang tepat mengidentifikasi masalah.Oleh karena itu identifikasi masalah adalah
langkah yang paling penting.Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam
mengidentifikasi masalah.

14
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu
yang cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.

2.10 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah


1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.

 Mendefinisikan Masalah
Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah yang
sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas.Oleh karena itu diperlukan
keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang tepat. Untuk itu
manajer perawat dan bidan agar selalu mengembangkan kemampuannya dan belajar dari
pengalaman di masa lalu untuk mempelajari perubahan yang terjadi.

 Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan melalui proses
yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi keadaan/masalah yang mungkin
timbul akan lebih mudah dilaksanakan seperti ;

1. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?


2. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
3. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk prediksi
secara tepat?

15
 Analisa Fakta dan Data
Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara sistematis yang
akhirnya akan merupakan suatu informasi yang akan digunakan sebagai bahan untuk
pengambilan keputusan. Analisa fakta dan data perlu dihubungkan dengan serangkaian
pertanyaan sebagai berikut :

1. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?


2. Apa latar belakang dari masalah?
3. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan tujuan, rencana dan
kebijakan organisasi?
4. Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?
5. Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas organisasi?
6. Apakah waktu pengambilan tepat?
7. Siapa yang akan ditugaskan mengambil tindakan?
 Penentuan Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas kemampuan
menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang dihadapi. Dalam usaha
menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu memperhitungkan :

1. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?


2. Tindakan apa yang diperlukan ?
3. Reaksi apa yang mungkin timbul ?
4. Dimana sumber reaksi tersebut ?
5. Interaksi apa yang diperlukan ?
 Penentuan Pilihan yang Terbaik
Pada setiap pengambilan keputusan selalu disertai dengan pengambilan resiko. Pada
umumnya pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga bahwa pilihan itu akan
memberikan manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Namun demkian perlu dipertimbang juga bahwa resiko yang menyertai bersifat moderat.

 Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam melakukan penilaian
atau evaluasi.Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi seseorang untuk menilai dirinya

16
sendiri secara obyektif. Oleh karena itu pelaksanaan penilaian dapat diserahkan kepada pihak
ketiga yang tidak terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memperoleh
tingkat obyektivitas setinggi mungkin. Untuk proses evaluasi perlu diperhatikan mengenai
tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta kapan hal tersebut dilaksanakan, contoh;
sebelumnya manajer menetapkan suatu kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung.
Untuk menjamin bahwa kegiatan itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf terkait.
Kemudian bagaimana penemuan itu akan dikomunikasikan kepada personal lainnya.

2.11 Format Pengambilan Keputusan


Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses pemecahan
masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan, mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan pilihan, menseleksi pilihan
yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.

Salah satu format yang digunakan untuk melengkapi langkah ini :

Latihan 1: Kerja Kelompok

Format Pengambilan Keputusan

Isu/masalah : ____________________________________________________________

Tujuan : ____________________________________________________________

____________________________________________________________

Pilihan :1. ___________________________________________________________

2. ___________________________________________________________

3. ___________________________________________________________

17
Evaluasi dari pilihan :

Pilihan Keuntungan Kerugian

1.

2.

3.

4.

5.

Pilihan yang masuk ke kolom keuntungan itulah yang menjadi prioritas pengambilan
keputusan.Mungkin ada 2 atau 3 pilihan, maka diseleksi lebih jauh untuk memilih satu
pilihan.

 Rangking sesuai prioritas dari pilihan tersebut


 Seleksi pilihan yang terbaik
2.12 Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan
Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan
keputusan, antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan
fisik, personal karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman
masa lalu, minat, pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu.Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan

18
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan.Nilai ditentukan oleh salah
satu kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.

2.13 Contoh Aplikasi Pengambilan Keputusan


1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau
merasa tidak sanggup.
Contoh kasus:
Di sebuah desa terdapat seorang bidan yang bernama bidan C, bidan tersebut baru
lulusan sekolah kebidanan tahun yang lalu, tetapi bidan C sudah membuka klinik
praktik mandiri.Pada suatu ketika, ada ibu hamil yang mendatangi bidan C tersebut
dalam keadaan pendarahan hebat. Karena pengalaman yang belum cukup banyak,
bidan C bingung dan ragu-ragu harus melakukan apa karena bidan C baru pertama
kali melayani pasien pendarahan di klinik praktik mandiri miliknya sehingga bidan
C bingung untuk menentukan pilihan apakah harus merujuknya ke Rumah Sakit atau
menolong persalinan ibu hamil tersebut di klinik miliknya. Karena terlalu lama ia
memikirkan tindakan, maka ibu hamil tersebut sudah kehabisan darah dan sudah
tidak bisa untuk ditolong lagi.
2. Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera langsung diputuskan karena
keputusan tersebut dirasa paling tepat.
Contoh kasus:
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah
melahirkan bayinya yang pertama di rumah.Ibu tersebut menolak untuk diberikan
suntikkan uterotonika.Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut
dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikkan karena kemauan pasien.
Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi
pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang
lebih fatal lagi bila akhirnya pasien meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini
bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan memaksa
pasiennya untuk disuntik, mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia
lakukan.

19
3. Pengambilan keputusan yang terpaksa karena harus segera dilaksanakan.
Contoh kasus
Ny. Michel usia 25 tahun, hamil pertama yang akan melahirkan di bidan X. Ny.
Michel tinggal di Amerika bersama seorang suami.Ny. Michel pendarahan hebat dan
letak janinnya sungsang. Namun, saat Ny. Michel akan dirujuk ke Rumah Sakit,
ternyata terjadi badai salju di luar sehingga bidan X tidak dapat melakukan apa-apa.
Ny. Michel pun meninggal dan bayi yang masih di dalam kandungannya tersebut
saat diperiksa masih berdetak denyut jantungnya. Lalu bidan X membicarakan hal
ini pada suami Ny. Michel, dan suaminya pun memaksa bidan X untuk melakukan
sesuatu, yaitu seksio caesaria karena ia tidak ingin anaknya meninggal juga.
Awalnya bidan X tidak ingin melakukan pelanggaran ini, namun jika bidan X tidak
cepat mengambil keputusan, maka bayi yang ada di dalam kandungan Ny. Michel
akan ikut meninggal. Sehingga dengan terpaksa bidan X melakukan seksio caesaria
di rumahnya dengan menggunakan pisau dapur dalam keadaan Ny. Michel telah
meninggal. Jadi, bayi tersebut dapat diselamatkan dan Ny. Michel telah meninggal
dunia dari sebelum bidan X melakukan seksio caesaria pada Ny. Michel.
4. Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilaksanakan dalam situasi marah-
marah atau tergesa-gesa.
Contoh kasus:
Seorang remaja putri dengan usia kandungan baru 8 minggu, ia hamil di luar
nikah dan pasangannya pun tidak ingin mempertanggung jawabkan apa yang telah
mereka perbuat. Remaja putri tersebut datang ke bidan B berniat untuk
menggugurkan kandungannya tersebut.Dengan keadaan emosional yang meningkat,
remaja putri tersebut tidak dapat berpikir panjang sehingga menyuruh bidan untuk
melakukan aborsi pada kandungannya. Awalnya bidan B tidak ingin melakukannya,
namun remaja putri tersebut memaksa dan mengiming”kan bayaran dengan harga
tinggi sehingga bidan B berubah pikiran dan bersedia melakukan aborsi. Namun
tindakan yang dipilih bidan B dan remaja putri tersebut berakibat fatal dan terjadi
pendarahan hebat pada remaja putri tersebut sehingga remaja putri tersebut
meninggal dunia.

20
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang
bertanggung jawab.
Contoh kasus:
Ny. Dini usia 35 tahun, akan melakukan persalinan multipara dibidan X. Namun
plasenta pada kandungan Ny. Dini menutupi jalan lahir normal sehingga kandungan
Ny. Dini harus dilahirkan secara seksio caesaria.Tetapi bidan X tidak dapat
melakukan tindakan tersebut karena tindakan seperti itu sudah melanggar batasan
kerja bidan. Jadi, bidan X langsung melakukan tindakan untuk merujuk Ny. Dini ke
Rumah Sakit dan memindahkan tanggung jawab bidan X kepada tenaga kesehatan di
Rumah Sakit tersebut.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, berpikir baik-baik, mempertimbangkan
berbagai pilihan.
Contoh kasus:
Seorang ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi yang
menahun atau mempunyai penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan
baik bagi calon ibu maupun bagi janin yang sedang dikandungnya.Bidan A
mempertimbangkan berbagai pilihan untuk mengaborsi, tetap melakukan persalinan
normal atau melakukan seksio caesaria. Namun, bidan A memilih aborsi terapeutik
atau pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis agar ibu
hamil tersebut dapat diselamatkan. Namun semua ini dilakukan atas dasar
pertimbangan medis yang akurat.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggung


jawabkan profesi dan kualitas perawatan.Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan
mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab
(anamnesa), dan integritas intelektual.Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik
berpikir kritis yaitu :Mengidentifikasi masalah, mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,
menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah, membuat kesimpulan, mengungkapkan
pendapat,dan mengevaluasi argument. Sikap Perawat Dalam Berfikir Kritis adalah Intellectual
humility, intellectual courage, intellectul empathy, Intellectual integrity, Intellectual
preseverances, Faith in reason, Intellectual sense of justice.Menurut Facione (2004 dalam Potter
& Perry, 2009) mengatakan berpikir kritis terdiri dari 6 (Enam) sub-skill dan aplikasinya dalam
keperawatan adalah sebagai berikut seperti Interpretasi (Interpretation), analisis (Analysis),
inferensi (Inference), evaluasi (Evaluation), eksplanasi (Explanation), dan pengontrolan diri
(Self-Regulation).

Pengambilan keputusan (decision making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan


pilihan.Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan
alternatif.Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan
menentukan luasnya masalah tersebut.Langkah-langkah pemecahan masalah antara lain
mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi,
mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan., mengolah fakta dan data, menentukan
beberapa alternatif pemecahan masalah, memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih,
memutuskan tindakan yang akan diambil, evaluasi.

3.2 SARAN

Sebagai calonperawatsebaiknya menerapkanataumengaplikasikan


manajemenkeperawatandengancara berfikir kritis dan mengambil keputusan yang tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, David.2017. Makalah Manjemen 2.


Online.http://www.scribd.com/document/339763/MAKALAH-MANAJEMEN-2-pdf.
Diakses pada Senin, 11 September 2017.

KMPK UGM. 2003. Materi Pelatihan Pengambilan Keputusan.


Online.www.kmpk.ugm.ac.id/data /.../5b-
PENGAMBILAN%20KEPUTUSAN(revJan’3).doc. Diakses pada Senin, 11
September 2017.

Ners Unair. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 4.Online. Ners.unair.ac.id/…/0%20BUKU%20MANAJEMEN-
MAK%20165%20197.pdf. Diakses pada Senin, 11 Septemer 2017.

M. Nur, Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta:Salemba Medika.

Miayam, Nazumi. T.t. Berfikir Kritis dalam Keperawatan.Online.


Hhtp://www.academia.edu/6749060/BERFIKIR_KRITIS_DALAM_KEPERAWAT
AN_BAB_I_PENDAHULUAN. Diakses pada 11 September 2017

23

Anda mungkin juga menyukai