4 years ago
Advertisements
PENDAHULUAN
Kombinasi antara pendidikan barat dan islam terlihat dalam karya-karya berikutnya.
Sekalipun mengakui berbagai pendekatan kepada ekonomi islam, ia telah memilih untuk
memakai suatu pendekatan yang mengunakan alat-alat analisis yang telah ada-
khususnya dari mazhab sintesis neoklasik-Keynesian-namun tetap konsisten dengan
nilai-nilai Islam, prinsip-prinsip hukum dan Fiqh.
Semua upaya kepeloporannya dalam ekonomi islam selama tahun-tahun lima puluhan
telah menempatkannya sebagai salah seorang otoritas di dalam ekonomi islam, mewakili
pemikiran ekonomi islam ‘mainstream’. Saat ini.
Dalam karya-karya umum mengenai ekonomi islam dan demikian pula dalam karyanya
Survey on Muslim Economic Thought (1981), Siddiqi berkonsentrasi terutama sekali
pada uang, perbankan dan isu-isu finansial terkait selama lebih dari sepuluh tahun
terakhir. Ia telah menjadi pendukung utama profit – sharing dan equity participation
dengan menyarankan bahwa kedua mode operasional itu haruslah dapat menggantikan
transaksi-transaksi berdasar bunga yang ada. Ia telah menulis sejumlah buku tentang
ekonomi Islam, dan senantiasa menunjukkan pendekatan ‘ekonomi berdasarkan fiqh-
nya’. Pada 1982, Siddiqi dianugerahi King Faisal International Prize for Islamic Studies
karena sumbangannya di bidang ekonomi islam.
Asosiasinya dengan Research Centre dan lingkungan tempat ia bekerja selama stu
dasawarsa terakhir telah menjadikanny, karena seorang figur utama dalam pemikiran
ekonomi islam kontemporer. Disini, kita membicarakan pemikiran dan pedekatannya
kepada ilmu ekonomi secara umum, dengan membuang minat terbarunya tentang uang
dan perbankan.
“Alam disediakan bagi manusia untuk memperoleh kehidupan, dan dijamin cukup untuk
seluruh manusia. Manusia harus mewujudkan hal ini melalui usaha – usaha yang untuk
itu telah ada jaminan kebebasan untuk memiliki dan berusaha. Namun, keadilan
haruslah dijamin, kalau perlu melalui hukum. Kerja sama dan kebjikan haruslah menjadi
norma dalam kehidupan ekonomi, bukan sikap mementingkan diri sendiri maupun
ketamakan. Dengan tetap berpegang kepada prinsip bahwa Allah Swt, adalah pemilik
secara nyata dan mutlak, harta benda serta kekayaan haruslah ditangani sebgai amanah
dan kegiatan ekonomi harus dilaksanakan dalam kerangka amanah tersebut. Kemiskinan
adalah kenyataan empiris, oleh karenanya sikaya haruslah menyerahka sebagian dari apa
yang mereka miliki kepada mereka yang tak berpunya. Perdagangan diperbolehkan,
tetapi riba(bunga) dilarang. Mubazir adalah tindakan berdosa dan berhemat serta
mencukup-cukupkn dirasa amat mendesak untuk dilakukan. Kekayaan duniawi haruslah
diperlakukan sebagai sarana untuk mencapai kehdupan normal yang baik, bukan hanya
untuk menuju kepada akhir kehidupan itu sendiri, melainkan menuju kebahagiaan abadi,
Morttonya adalah : manfaatkan sumber-sumber yang diberikan Allah Swt,. Termasuk
kemampuan anda sendiri, untuk hidup dan menolong orang lain dalam mencapai hidup
yang berkecukupan, yang kondusif bagi terbentuknya moral yang tinggi.”
Paradigma Al-Qurani di atas memberikan sebagian dari asumsi dasar bagi pendekatan
Siddiqi. Manusia ekonomi yang rasional (rational economic man) menurut ekonomi
neoklasik bukan hanya khayalan melainkan juga tak dikehendaki. Oleh karena itu, apa
yang disebut hukum perilaku manusia yang didasarkan pada rational economic man itu
jadi tidak bisa bersifat universal. Hukum seperi itu tergantung pada manusia yang
memakainya, tata nilai mereka dan waktu/ruamg. Yang paling cocok adalah manusia
Islam atau Islamic Man yang di antara sifatnya, merupakan individu yang altruistik
(mementingkan orang lain). Menurut Siddiqi (1988b:109), Islam memberikan tekanan
yang kuat pada perilaku menolong. Prinsip ini mengajarkan bahwa, bersama dengan
perjuangannya untuk dirinya sendiri, seorang muslim harus peduli kepada kesejahteraan
orang lain, dan dengan demikian meningkatkan kera sama dan kebajikan.
Kerja tidaklah harus pandang sebagai beban melainkan sebagai kewajiban dan ibadah.
Sebaliknya, meminta-minta harus dipandang sebagai perilaku yang memalukan, jika ia
bisa bekerja. Kepentingan sosial haruslh dijadikan pertimbangan jika seseorang
membuat keputusan invidual. Jadi misalnya, Siddiqi (1988a:109)[3] menginginkan agar
para produsen memberikan prioritas untuk memproduksi komoditas esensial, sekalipun
misalnya hal itu tidak akan memaksimalkan laba mereka. Hal itu dipandang sebagai
kewajiban sosial dan harus dilakukan oleh negara jika produsen individual tidak dapat
atau tidak mau melaksankannya. Disamping itu, kaum pedagang hendaklah berlaku
tulus, jujur dan penuh integritas, termotivasi oleh pahala di akhirat. Kekayaan tidaklah
seharusnya terkonsentrasi di tangan sedikit orang, dan sikaya mempunyai kewajiban
untuk memberi si miskin.
1. Hak yang relatif dan Terbatas bagi Individu, Masyaraat, dan Negara
Dari semua hak yang di anugerahkan kepada manusia, Siddiqi menganggap bahwa “hak
untuk mendapatkan kebebasan menyembah Allah Swt. Sebagai hak primer manusia:.
Tak boleh ada yang meghalangi atau membatasi hak fundamental ini. Atas dasar inilah
Siddiqi mencoba menghungkan ekonomi islam. oleh karena oarang hanya dapat
mencapai sukses (falah) dengan memenuhi kebutuhan materialnya secara jujur dan bear
maka ia harus diberi kebebasan untuk memiliki, memanfaatkan dan mengukur mengatur
milik maupun barang dagannya. Namun, semua hak itu memancar dari keajiban manusia
srbagai kpercayaan dan khalifah Allah Swt. Dimuka bumi. Jadi, Siddiqi memandang
kepemilikan swasta atau pribadi sebagai suatu hak individual selama ia melaksanakn
kewajibannya serta tidak menyalahgunakan haknya itu.
Siddiqi Konsisten dalam dungannya terhadap peran aktif dan positif negara didalam
sitem ekonomi, sekalipun ia menyetujui dan membela perlunya sistem pasar berfungsi
dengan baik, ia tidak memandangnya sebagai sesuatu yang keramat dan tak bisa
dilanggar. Jika pasar gagal mencapai keadilan, maka negara harus campur tangan. Ia
menyebut penyediaan kebutuhan dasar bagi semua orang serta penyediaan barang-
barang publik dan sosial ( yang di dalam fiqh dikategorikan sebagai fardlu kifayah)
sebagai contoh bagi campur tangan negara. Campur tangan negara itu disebutkan dan
bahkan diwajibkan oleh Al-Quran dan Sunnah. Walau islam mengenal dan mengakui
kepemilikan pribadi, kebebasan berusaha dan persaingan yang sehat, menyatakan bahwa
aturan islam bagi individu, lembaga serta hukum sosial Islam bahwa suatu negara
haruslah menyelenggarakan serta memberi legtimasi bagi campur tangan negara, yang
dimaksudkan untuk menegakkan suatu masyarakat yang di isi dengan semangat kerja
sama. Sekalipun ia menghendaki adanya peran aktif pemerintah, Siddiqi bersikukuh
menyatakan bahwa hal itu tidaklah dapat disamakan dengan sistem sosialis. Ada dua
alasan yaitu :pertama, kepemilikan pribadi di akui dan secara umum menjadi norma; dan
kedua, alasan serta tujuan campur tangan negara berdasar pada aturan agama.
Siddiqi menyatakan bahwa tidak ada sistem ekonomi yang dapat disebut Islami jika dua
ciri utama ini tidak ad, karena keduanya disebutkan secara eksplisit di dalam Al-Quran
dan sunnah. Barangkali inilah sebabnya kedua hal tersebut mendapatkan perhatian
terbanyak dari para ahli ekonomi yang menulis mengenail ekonomi islam. sekalipun
aspek-aspek lain dalam sistem ekonomi memerlukan penjelasan panjang lebar, tak ada
kebutuhan untuk menerangkan keduanya, karena telah diketahui bahwa semua disiplin
pasti pertama kali mengembangkan komponennya Yang paling penting seperti yang juga
terjadi didalam ekonomi Islam. sudah barang tentu hal ini tidak mendukung kepuasan
diri.
Zakat bukanlah amal kemurahan hati, bukan pula pajak. Zakat itu mencakup hampir
semua jenis harta dan batas serta tarif pemnungutannya telah ditetapkan sepanjang
waktu. Namun, untuk menunjang penerimaan zakat, negara diperbolehkan memungut
pajak lain jika diperlukan. Kemudian Siddiqi tidak memiliki pandangan lain mengenai
bunga. Baginya, bunga adalah riba, dan oleh karenanya harus dilenyapkan. Ia usulkan
mudharabah yakni bagi laba (dan rugi) sebagai gantinya, dan ia melihat tak adalasan
mengapa tanpa bunga sitem perbankan tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Siddiqi merupakan pengkritik yang paling setia terhadap bank-bank islam yang ada
menurutnya harus meningkatkan kegiatan mudharabah mereka daripada berkonsentrasi
pada praktik murabahah (atau mark-up) . menurut Siddiqi, semua praktik tersebut dapat
diterima secara legal maupun secara ekonomis tidak sama produktifnya (dilihat dar segi
penciptaan lapangan kerja), maupun dari semangat kegiatan ekonomi. Namun alasan
yang dipakai oleh bank-bank itu untuk berkonsentrasi kepada kedua praktik tersebut
adalah kelangsungan hidup ekonomis dan penyalahgunaan dana yang dipnjam, bank
didalam perekonomian islam harus melihat kembali pada fungsinya, yakni tidak hanya
sebgai lembaga perantara melainkan juga sebagai agen ekonomi, dan bagaimanapun
harus secara langsung terlibat dalam penciptaan kegiatan ekonomi.
Siddiqi memandang jaminan akan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua orang
sebagai salah satu ciri utama sistem ekonomi islam. memang diharapkan orang dapat
memenuhi kebutuhan melalui usaha mereka sendiri. Namun, ada saja di antara mereka
yang untuk sementara tidak dapat bekerja dan oleh karenanya harus dijamin
kebutuhannya. Hal ini jelas sekali dinyatakan oleh Al-Quran dan sunnah. Siddiqi
(1986:249-60)[5]:
“Prinsip bahwa kebutuhan dasar setiap orang harus dipenuhi sepenuhnya dilandasi oleh
syariah. Individu itu sendiri, sanak dekatnya, para tetangga dan masyarakat semuanya
harus mengetahui dan memikul tanggung jawab masing-masing. Namun, tanggung
jawab terakhir untuk mengimplementasikan prinsip ini terletak pada negara Islam. ini
adalah bagian dari visi Islam.”
Demikian kita lihat bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk menjamin
trepenuhinya kebutuhan dasar bagi semua orang.
4. Distribusi
Kekayaan dapat di usahakan maupun diwarisi namun dipandang sebagai suatu amanah
dari dari Allah Swt, sang pemilik mutlak. Siddiqi tegas sekali menggariskan bahwa oleh
karena tidak ada pernyataan eksplisit didalam Al-Quran dan sunnah yang melarang
kepemilikan kekayaan oleh swasta, maka dibolehkan. Hanya saja, hak memiliki
kekayaan itu terbatas sifatnya. Hak itu terbatas dalam pengertian bahwa masing-masing
individu, negara dan masyarakat memiliki klaim untuk memiliki yang dibatasi oleh
tempat dan hubungannya di dalam sistem sosio –ekonomi Islam. hak memiliki kekayaan
ini, menurut Siddiqi tidak boleh menimbulkan konflik karena semua lapisan masyarakat
akan bekerja demi tujuan bersama yakni menggunakan semua sumber daya yang
diberikan oleh Allah Swt. Bagi kebaikan semua orang. Jika terjadi konflik kepentingan,
maka kepentingan masyarakat atau kepentingan umum harus didahulukan mengingat
komitmen Islam terhadap kepentingan umum (maslahah ‘aammah).
Oleh karena itu, sekalipun kepemilikan swasta itu merupakan hal mendasar didalam
aturan islam, siddiqi memandang tujuan memiliki kekayaan sebagai penciptaan keadilan
dan penghindaran ketidakadilan dan penindasan itu sebagai persoalan yang lebih
mendasar didalam masalah hak kepemilikan. Menurut Siddiqi Islam menolak pandangan
sosialisme bahwa kepemilikan sosial atas semua sarana produksi itu merupakan kondisi
harus menghapuskan eksploitasi. Yang jelas, didalam Islam sumber daya alam itu seerti
sungai, gunung, laut, jembatan, jalan raya, adalah milik umum dan tidak dapat dimiliki
oleh swasta.
Kepemilikan individual terbatas dalam pengertian bahwa hak itu ada jika kewajiban-
kewajiban sosial sudah ditunaikan. Dalam pengertian itu, kekayaan swasta dipandang
sebagai suatu hal yang mengandung maksud tertentu yakni untuk memberi kebutuhan
materiil kepada manusia, pada waktu yang sama, bekerja bagi kebaikan
masyarakat.penggunaan kekayaan swasta haruslah benar bersamaan dengan norma –
norma kerja sama, persaudaraan, simpati, dan pengorbanan diri. Setiap pelanggaran
terhadap semua persyaratan tersebut seperti penimbunan, eksploitasi dan
penyalahgunaan akan menyebabkan hilangnya hak memiliki. Negara dan masyarakat
adalah penjaga kepentingan sosial dalam hal ini.
5. Produksi
Jadi jika maksimisasi laba tak lagi merupakan motif satu-satunya maupun utama, konsep
rasionalitas pun lalu memeiliki arti yang berbeda. Kerja sama (sebagai lawan dari
persaingan samapai mati) dengan produsen lain dengan tujuan mencapai tujuan-tujuan
sosial akan menjadi norma, sehingga mengharuskan adanya akses yang lebih besar
kepada informasi dalam sistem ekonomi islam.
Barang haram tidak diproduksi , barang mewah akan minimal, dan barang perlu akan
ditingkatkan produksinya, sementara praktik perdagangan yang jujur akan didorong oleh
pahala surga yang dijanjikan kepada pedagang yang jujur didalam Al-Quran. Sekalipun
setiap produsen individual di asumsikan telah memiliki sifat yang di inginkan, mengikuti
panduan keadilan dan kebajikan, negara masih diharapkan untuk menjamin penyediaan
keperluan dasar dan mengawasi berlakunya kejujuran dipasar.disamping perubahan
norma perilaku dan t
Tujuan yang hendak dikejar, siddiqi tetap menyatakan bahwa dengan kekuatannya
sendiri, pasar tidak dapat menjamin distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan
diperluka campur tangan negara.
KESIMPULAN
Kemudian dalam konsep khilafah dan implikasi dalam kepemilikan Siddiqi juga
berpendapat manusia yakni individu berhak memiliki kekayaan swasta berikut
pertanggungjawabannya untuk menunaikan kewajiban kepada pihak lain, dan akhirnya
kepada Allah Swt. Serta ide “kepemilikan kekayaan oleh swasta yang bertanggung
jawab dengan pengaturan pemerintah”. penulis sejalan dengan pandangan Siddiqi yang
juga berpendapat tidak mempunyai masalah dengan dibolehkannya pewarisan kekayaan
swasta. Siddiqi menyebutkan dengan singkat beberapa bentuk kepemilikan yang ada
dalam suatu sistem ekonomi islam dan mengusulkan pendistribusian kepemilikan serta
pengontrolan aset kepada kaum miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada), 2010.
[1] Sumar’in, Ekonomi Islam (Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam),
(Yogyakarta : Graha Ilmu), 2013
[2] Haneef A. Mohamed, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer (Analisis Komparatif
Terpilih).Terj : Suherman Rosyidi, (Jakarta : Rajawali Pers), 2010
Leave a Comment
elpinadelaz07
Blog at WordPress.com.
Back to top
Advertisements