Disusun oleh:
Sofia Nur Fauziyah 15714002
Virgia Rinanda 15714006
Dicky Maulana Nuryana 15714007
Azzahra Safira Suryanto 15714011
Kania Salmaa 15714016
Aulia Ulfatunnisa 15714020
Marchella Christcelia Gultom 15714024
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................. 9
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Penulis melakukan pembuatan laporan tugas dengan tujuan untuk:
1. Melakukan perhitungan kualitas badan air sebelum dan sesudah tercemar
air buangan
2. Memahami dan menentukan tahapan dalam perencanaan suatu sistem
pengolahan air limbah domestik.
3. Melakukan perhitungan rinci untuk beban pengolahan dan efisiensi yang
harus dicapai pada unit pengolahan air limbah yang akan didesain.
4. Melakukan perhitungan rinci untuk setiap unit pengolahan sistem air
limbah domestik yang telah direncanakan, serta menuangkannya dalam
bentuk gambar teknik yang baik dan benar.
5. Menganalisis dan melakukan evaluasi permasalahan yang dapat timbul
pada suatu sistem pengolahan air limbah domestik.
1.4 Ruang Lingkup
Subjek penelitian dalam tugas ini adalah air limbah domestik yang akan
diolah dan dilakukan perencanaan untuk pembuatan instalasi pengolahan air
limbah, dimana air limbah dengan pengelolaan tertentu harus menghasilkan
standar effluent sesuai dengan baku mutu lingkungan berdasarkan Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kementrian Kesehatan.
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain :
a. Analisis karakteristik air limbah domestik dan justifikasi karakter air
limbah berdasarkan Peraturan Mentri LIngkungan Hidup dan Kehutanan
RI. Nomor P68/Menlhk/Kum1/8/2016.
b. Penentuan pembuatan instalasi dan penetapan lokasi pembangunan
Instalasi pengelolaan air limbah berdasarkan justifikasi karakter air
limbah, dan perencanaan anggaran biaya pembuatan instalasi pengolahan
air limbah (IPAL).
c. Penentuan debit rencana inlet dan otlet air limbah serta perencanaan
dimensi alat-alat pengolahan air limbah serta menentukan modifikasi
IPAl yang sesuai dengan kriteria desain.
Menganalisa dan menentukan hasil modifikasi dari unit-unit pengolahan air
limbah serta menganalisa effluent hasil dari proses Instalasi Pengolahan Air
Limbah yang akan dibangun berdasarkan standar desain yang sudah ditentukan
dan dilakukan perhitungan.
1.5 Kerangka Berpikir
1.6 Manfaat
Manfaat dari pembutan laporan tugas ini bagi penulis yaitu:
1. Mampu menentukan tahapan dalam perencanaan suatu sistem
pengolahan air limbah domestik.
2. Mampu melakukan perhitungan rinci untuk setiap unit pengolahan dan
menuangkannya dalam bentuk gambar teknik yang baik dan benar.
3. Mampu menganalisis dan mengevaluasi permasalahan yang timbul pada
suatu sistem pengolahan air limbah domestik.
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup,
kerangka berpikir, dan manfaat perencanaan.
BAB II DASAR PERENCANAAN
Membahas tentang data kualitas badan air dan air buangan, baku mutu air
berdasarkan peraturan yang berlaku dan penentuan standar baku mutu yang
dipakai, serta perhitungan dan analisis beban dan efisiensi pengolahan air
buangan.
BAB III INVENTARISASI
Membahas data-data hasil studi literatur terkait opsi-opsi teknologi yang
digunakan dalam perancangan instalasi pengolahan limbah cair.
BAB IV PEMILIHAN ALTERNATIF
Berisikan pertimbangan dalam mementukan teknologi yang diigunakan
dalam membuat alternatif pengolahan limbah cair.
BAB V METODE PERHITUNGAN
Berisikan rumus-rumus serta perhitungan yang dilakukan untuk menentukan
desain unit pengolahan limbah yang akan digunakan.
BAB VIANALISIS DAN PEMBAHASAN
Membahas analisis serta pembahasan mengenai pemilihan alternatif
pengolahan yang terbaik, sesuai dengan justifikasi yang digunakan serta
pembahasan terhadap desain pengolahan air limbah yang digunakan.
BAB VIIPENUTUP
Berisikan kesimpulan serta saran terhadap perancangan pengolahan air
limbah yang diajukan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan sumber-sumber pustaka yang digunakan selama penyusunan
laporan.
BAB II
DASAR PERENCANAAN
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
Untuk mengetahui mutu dari badan air, maka nilai kualitas badan air
dibandingkan dengan standar pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No
82 Tahun 2001. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
4. Konsentrasi Effluent(Ceff)
6. Stream Standard(CstrSTD)
Nilai pada tabel diatas didapat dengan contoh perhitungan dibawah ini:
1. KonsentrasiCinlet
Kekeruhan (Turbidity)
pH air
Indikator Biologi
INVENTARISASI
Proses pemisahan oli &minyak ini dilakukan dengan cara gravitasi alami,
dimana butiran oli/minyak naik dengan kecepatan keatas yang ada yang dibatasi
oleh berat jenisnya (specific gravity). Ada dua jenis pemisah yang sering
ditemukan, yaitu:
a. Settler separators, minyak langsung dikumpulkan dari permukaan air.
Yang termasuk dalam metoda tersebut adalah pemisah minyak API
(American Petroleum Institute) longitudinal (longitudinal API
separators) dan pemisah minyak API bentuk bulat (circular separators).
b. Lamella separators atau plate separators, dimana minyak dikumpulkan
secara langsung oleh permukaan bagian bawah plate miring dan
kemudian terangkat ke permukaan. Plate tersebut mempunyai dua fungsi.
Dengan adanya plate ini butiran minyak menempuh jalur pendek dan
memberikan efek menyatu (coalescence effect). Kedua fungsi ini sangat
dipengaruhi oleh jarak antar lamella (plates).
4. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak
Fr mengganggu pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall /
perforated baffle untuk meratakan aliran ke bak pengendap dengan
kecepatan yang rendah. Diusahakan agar inlet bak langsung menerima air
dari outlet bak flokulator.
Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet,
sementarapartikel mengendap ke bawah. Secara tipikal bak persegi mempunyai
rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1
Gambar 3.6. Bak sedimentasi bentuk segi empat: denah (a), potongan memanjang (b)
Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian tengah
bak,kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet di sekeliling
bak,sementara partikel mengendap ke bawah. Untuk semua jenis bak lingkaran
slope pada bagian dasar bak biasanya memiliki rasio 1:10 hingga 1:12, dan
bergantung pula pada mekanisme pengumpulan lumpurnya. Diameter bak
lingkarannya memiliki rentang dari 3 meter-100 meter. Biasanya bak pengendap
lingkaran dibuat berpasangan, bisa 2 aau 4, untuk mempermudah distribusi aliran
influen pada setiap unit. Biasanya, tinggi air pada bak pengendap lingkaran
bervariasi, mulai dari 2,5 – 5 meter (Voutchkov, Nikolay. 2017)
Gambar 3.7. Bak sedimentasi bentuk lingkaran - center feed: denah (a), potongan melintang (b)
Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal
mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel
mengendap ke bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed
menghasilkan short circuit yang lebih kecil dibandingkan tipe center feed,
walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola aliran pada bak
lingkaran kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang.
Meskipun demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan
peralatan pengumpul lumpurnya lebih sederhana.
Gambar 3.8. Bak sedimentasi bentuk lingkaran – periferal feed: denah (a), potongan melintang
(b)
Berikut adalah perbandingan antara bak segi empat dengan bak lingkaran
dari segi kelebihan dan kekurangan tiap bentuk bak.
Tabel 8. Tabel Kelebihan dan Kekurangan Bentuk Bak Pengendap
.
Gambar 3.10. Bak Pengendapan Aliran Radial
Gambar 3.11. Bak Pengendapan Aliran ke Atas
3.2.2. Clarifier
Fungsi unit ini adalah tempat terjadinya pemisahan pengendapan material
flocculant (hasil proses flokulasi atau proses sintesa oleh bakteri) yaitu partikel
yang mengelompok oleh gaya saling tarik menarik (van der waals forces) menjadi
menggumpul lebih besar dan kemudian menjadi lebih berat dan mudah
mengendap. Perhatian khusus harus diberikan terhadap pengendapan flok dalam
bentuk MLSS (mixed liquoer suspended solid) dari proses activated sludge atau
lumpur aktif yang konsentrasinya tinggi mencapai 5000 mg/l. Clarifier ini
merupakan pengendapan terakhir yang disebut juga final sedimentation.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan desain clarifier anatara
lain (Irman, 2015)
Untuk desain surface loading (Q/A) digunakan 30 s/40 m3/m2 hari.
Untuk desain yang aman harus menggunakan debit maksimum.
Kedalaman bak pengendap dari weir minimal adalah 3 m dengan waktu
detensi (td) 2 jam untuk aliran puncak dan jika perhitungan
menggunakan aliran rata-rata maka waktu detensinya berkisar 4,5 s/d 6
jam.
Besarnya beban Weir loading rate adalah sebesar 124 m3/m.hari.
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell,
1985; Verstraete dan van Vaerenbergh, 1986) dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.14. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Lumpur Aktif dan Kriteria
Perencanaan
Pada unit pengolahan limbah saat ini bakteri yang lebih banyak dipilih
adalah bakteri anaerob. Sebab, bakteri anaerob memiliki beberapakeunggulan
dibandingkan bakteri aerob. Salah satu keunggulan utamanya yang
berhubungan dengan kolam anaerob di kolam stabilisasi ini adalah mampu
menghasilkan biomassa (sludge) yang lebih sedikit dibandingkan bakteri aerob.
Sludge yang dihasilkan dari pengolahan air limbah akan diolah lebih
lanjut.Pengolahansludgepadasaatinitidaklahmurahdanmembutuhkanbanyak
tambahan biaya. Oleh sebab itu, unit pengolahan limbah mengharapkan hasil
biomassa (sludge) yang sedikit agar biaya pengolahan slude yang
dikeluarkantidak banyak. Selain itu, terdapat beberapa keunggulan bakteri
anaerob diantaranya adalah (Kurnia dan Kanina)
Keunggulan :
1. Biaya yang dibutuhkan murah dari segi operasional karena tidak
menggunakan energy listrik
2. Efisiensi removal yang cukup baik
3. Membutuhkan energi yang lebih sedikit
4. Membentuk energi dalam bentuk gas metana
5. Membutuhkan sedikit nutrien (Nitrogen dan phospat);
6. Memiliki kemampuan untuk mengubah beberapa pelarut berbahaya,
sepertichloroform, trichloroethylene, dan trikloroethena;
7. Mampu menyimpan banyak ruangan, sebab bekerja pada
kecepatanpembebanan organik yang tinggi (KPO) hanya membutuhkan
volume reaktoryang kecil
Kelemahan :
1 Reduksi bakteri pathogen dan nutrient yang rendah
2 Effluent masih membutuhkan pengolahan tambahan
3 Membutuhkan pre-treatment untuk mencegah terjadinya clogging
Tabel 3.2. Kriteria Desain Kolam Anaerobik
Waktu retensi optimal adalah 5 hari. Kolam yang beroperasi dengan waktu
retensi >5 hari terlihat sebagai fakultatif daripada anaerobik sifatnya waktu retensi
< 5 hari tentunya mungkin tetapi tidak dianjurkan karena (1) resiko tumbuhnya
bau lebihbesar (2) interval antara operasi pembuangan sludge yang berurutan
menjadi lebihsingkat (3) kualitas bakteriologis dari effluen akhir menjadi lebih
buruk, dan (4)penghilangan BOD lebih kecil. Timbulnya bau yang tidak
sedap dari kolam anaerobik terjadi bila muatanvolumetrik dalam kolam >
400 gr BOD5 / m3 hari. Diperlukan pengontrolan bau yang dapat dicapai dengan
:
1. Menaikkan pH kolam menjadi kira-kira 8 sehingga sebagian besar
sulfidayang terbentuk karena reduksi sulfat oleh bakteri akan muncul
sebagai ionbersulfida yang tidak berbau, di bawah kondisi ini keluar gas
hidrogen yang berbau busuk tidak akan timbul
2. Resirkulasi effluen dari kolam fakultatif atau kolam pematangan ke
kolamanaerobik dalam perbandingan 1 dibanding 6 (1 volume effluen
dibanding 6 volume air limbah segar)
Pipa inlet dalam keadaan terbenam pada kolam. Bahan yang mudah
mengapung sepertilemak, minyak dan zat padat yang ringan akan berada di bagian
permukaan airdan biasanya akan menutupi seluruh permukaan air. Dengan
demikian panas yang dihasilkan di seluruh kedalaman kolam dapat dipertahankan.
Pada tipe ini tidak diperlukanpemanasan, equalisasi, mixing, maupun
resirkulasi lumpur.Keutamaan dari pengolahan jenis ini adalah mempunyai
kemampuan mengolah dengan beban yang tinggi dan talian terhadap perubahan
debit dan kualitas air limbah (shock loading). Untuk mencegah rembesan air
limbah sebaiknya dinding dan dasar kolam dipasang lapisan kedap air (misal
plastik, clay).Untuk mengolah air limbah yang berat (organik tinggi) biasanya
dibangun secaraseri dengan kolam fakultatif dan atau pengolahan aerobik.
Efisiensi pengolahan pada kolam anaerobik 50-70%. Munculnya gas-gas yang
berbau seperti hydrogen sulfide, menyebabkan, jenis pengolahan ini tidak disukai.
Ongkos operasi dan pemeliharaan relatif kecil, walaupun begitu dibutuhkan
biaya investasi untuk kebutuhan lahan yang luas.Tingginya waktu detensi (20 –
50 hari ) menyebabkan kebutuhan lahan yang luas.Kedalaman air 3 - 6 meter.
Kolam anaerobik lebih cocok untuk daerah tropisdimana temperatur ambien
relatif tetap. Temperatur optimum dicapai pada Organik loading 20 - 250 gr/m3
/hari.
Didalamoperasionaltricklingfiltersecaragarisbesardibagimenjadiduayaknit
ricklingfilterstandar(LowRate)dantricklingfilterkecepatantinggi.Parameterdisain
untuktricklingfilterstandardantricklingfilterkecepatantinggiditunjukkanpadaTabe
l9.
Tabel 9. Parameter desain Trickling Filter
PARAMETER TRICKLINGF TRICKLING
ILTER FILTER(HIGHRATE)
Beban STANDAR
0,5 -4 8-40
Hidrolikm3/m2.
hari
BebanBOD 0,08 - 0,4 0,4 - 4,7
kg/m3.hari
JumlahMikroorg 4,75 - 7,1 3,3 - 6,5
anisme(kg/m3.m
edia)
Stabilitas Porses Stabil Kurang Stabil
BODAir Olahan <20 Fluktuasi
NitratdalamAir Tinggi Rendah
Olahan
Efisiensi Pengolahan 90 -95 +80
Sumber:GesuidouShisetsuSekkeiShishintoKaisetsu,NihonGesuidouKyoukai(JapanSewageWorkAssosi
ation),1984.
Kelebihan :
1) Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas serta mudah pengoperasiannya
2) Sangat ekonomis dan praktis
3) Tidak membutuhkan pengawasan yang ketat
4) Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan paling
atas media.
Kekurangan :
1) Tidak bisa diisi dengan beban volume yang tinggi mengingat masa
biologi pada filter akan bertambah banyak sehingga bisa menimbulkan
penyumbatan filter
2) Timbulnya bau yang tidak sedap
3) Seringterjadipengelupasanlapisanbiofilmdalamjumlahyangbesar.Pengelup
asanlapisanbiofilminidisebabkankarenaperubahanbebanhidrolikataubeban
organiksecaramendadaksehinggalapisanbiofilmbagiandalam
kurangoksigen dan suasanaberubah menjadiasam
karenamenerimabebanasamorganiksehinggadayaadhesivdaribiofilmberku
rangsehinggaterjadipengelupasan.
Caramengatasigangguantersebutyaknidengancaramenurunkandebitairlimb
ahyangmasukkedalamreaktorataudengancaramelakukanaerasididalambak
ekualisasiuntukmenaikkankensentrasioksigenterlarut.
3.3.3.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Efisiensi Trickling Filter
1. Jenis Media
Bahan untuk media Trickling Filter harus kuat, keras dan tahan tekanan,
tahan lama, tidak mudah berubah dan mempunyai luas permukaan per nit volume
yang tinggi. Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah batu kali, krikil, antrasit,
batu bara, dan sebagainya. Akhir-akhir ini telah digunakan media plastik yang
dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan panas yang tinggi.
2. Diameter Media
6. Suhu
Suhu yang baik untuk Mikroorganisme adalah 25-37 Derajat Celcius. Selain
itu suhu juga mempengaruhi kecepatan reaksi dari suatu proses biologis. Bahkan
efisiensi dari Trickling Filter sangat dipengaruhi oleh suhu.
7. Aerasi
Agar Aerasi berlangsung dengan baik media Trickling Filter harus disusun
sedemikian rupa sehingga memungkinkan masuknya udara kedalam sistem
Trickling Filter tersebut.Ketersediaan udara, dalam hal ini adalah Oksigen sangat
berpengaruh terhadap prosespenguraian oleh mikroorganisme.
RotatingBiologicalContactormerupakanfixed-filmreactoryangserupadengan
biofilter di mana organisme hidup dengan biakan melekat. Pada RBC, media
penunjang merupakan piringan tipis yang dipasang berjajar pada suatu poros yang
terbuat dari baja dan kemudian diputar di dalam reaktor khusus yang
dialirkanlimbah secara kontinyu. Oksigen disuplai ke dalam lapisan biofilm dari
udara ke limbah cair dengan turbulensi yang terjadi saat rotasi dilakukan. Bagian
dari lapisan biofilm yang jatuh disisihkan dari limbah cair dengan cara yang sama
seperti proses biofilter.
Media yang digunakan umumnya terdiri dari lembaran plastik dengan
diameter 2-4 meter, dengan ketebalan 0.8 sampai beberapa milimeter. Material
yang lebih tipis
dapatdigunakandengancaradibentukbergelombangatauberombakdandisisipkandi
antara dua piringan dengan ukuran sama yang kemudian dilekatkan dan menjadi
satu modul. Jarak dua piringan dengan ukurang sama berkisar antara 30 - 40 mm.
Pringan
tersebutkemudiandiletakkanpadaporosbajadenganpanjangmencapai8meter.Tiap
porosyangtelahdipasangmediakemudiandiletakkandidalamtangkidandisebutsatu
modul RBC. Modul RBC dapat disusun secara seri atau paralel untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Modul-modul ini dioperasikan dengan dicelup sekitar 40% dari diameter
piringan. Sekiranya 95% dari keseluruhan permukaan media akan bergantian
tercelup
kedalamairlimbahdanberadadiataspermukaanairlimbah.Kecepatanrotasiberkisar
antara 1-2 rpm. Mikroorganisme tumbuh dengan sendirinya pada permukaan
media dan mengambil zat organik di dalam air limbah serta mengambil oksigen
dari udara untuk menunjang prosesmetabolismenya.
Ketebalan dari lapisan biofilm dapat mencapai 2-4 mm tergantung pada
beban
organikyangperludiolahdankecepatanreaktor.Apabilabebanorganikterlalutinggi,
dapatterjadikondisianaerobik,olehkarenaitupadaumumnyaRBCdilengkapidengan
perlengkapan injeksi udara yang disematkan dekat dasar bak, khususnya untuk
RBC yang terdiri dari beberapa modul yang dipasang seri. (Said,2008)
(Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id)
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/241701746/Oxidation-Ditch)
Kekurangan:
Nilai TSS pada effluen cenderung tinggi dibandingkan modifikasi lain
dari proses lumpur aktif.
Memerlukan lahan yang luas
Rotor penyuplai oksigennya harus dibersihkan secara periodik.
Umumnya digunakan untuk pengolahan limbah skala kecil
Efisiensi tidak stabil (menurun pada malam hari) karena proses
fotosintesis berhenti.
(Sumber: http://nett21.gec.jp/JSIM_DATA/WATER/WATER_2/html/Doc_231.html)
(Sumber: https://ocw.tudelft.nl/wp-content/uploads/Chapter_16_-
_Anaerobic_Wastewater_Treatment.pdf)
(Sumber: https://engineering.dartmouth.edu/~d30345d/courses/engs37/anaerobicdigestion.pdf)
(Sumber: https://engineering.dartmouth.edu/~d30345d/courses/engs37/anaerobicdigestion.pdf)
3.4.1.1Gravity Thickener
Metode thickening yang cukup terkenal adalah gravity thickening. Sesuai
dengan namanya, dalam proses ini terjadi pemanfaatan gaya gravitasi
(pengendapan) untuk memisahkan air dari dalam sludge. Unit pengolahan yang
digunakan untuk proses ini disebut gravity thickener yang serupa dengan
secondary clarifier pada sistem lumpur aktif.
Lumpur dari bak pengendapan dan pengolahan biologis dimasukkan ke
dalam tangki thickener, alat mekanis akan mengaduk lumpur perlahan-lahan.
Supernatant naik menuju saluran di sekeliling tangki dan dialirkan ke bak
pengendap I. Lumpur kental dikumpulkan di dasar tangki lalu dipompa ke unit
digester atau unit dewatering.
Salah satu tipe yang biasa dipakai adalah gravity thickening secara mekanis.
Lumpur dari bak pertama dan kedua dipompa menuju bak pengaduk untuk
dipekatkan. Pengadukan dilakukan secara perlahan menggunakan pengaduk
mekanis. Lumpur yang sudah dipekatkan dikumpulkan dalam ruang lumpur dan
kemudian dipompa ke digester untuk reduksi massa. Supernatant keluar melalui
pelimpah, kemudian dialirkan menuju pengolahan sekunder agar zat organiknya
direduksi.
Kelebihan sistem ini adalah pengurangan lumpur diubah menjadi gas yang
dapat dimanfaatkan sebagai energi panas. Lumpur hasil olahan sangat stabil,
kandungan bakteri pathogennya rendah, sehingga cocok untuk menjadi stabilizer
tanah. Kelemahan dari sistem ini adalah cara pengoperasiannya agak sulit,
tingginya biaya investasi, dan kecenderungan menghasilkan kualitas supernatan
yang rendah.
Volumetric Loading
𝑸 𝒊𝒏 .𝑿 𝒊𝒏
Volume =
𝑩𝒘
Population Basis
Kapasitas digester dihitung berdasarkan populasi yang menggunakan
120 g solids/kapita.hari
BOD
3.4.2.3. Dewatering
3.4.2.3.1 Sludge Drying Bed
Sludge drying bed berfungsi untuk menampung lumpur pengolahan baik
dari proses kimia (daf) maupun proses biologi, dan memisahkan lumpur yang
bercampur dengan air dengan cara proses penguapan menggunakan energi
penyinaran matahari.
Lumpur merupakan hasil akhir dari setiap instalasi pengolahan air limbah.
Pada instalasi pengolahan air limbah yang menggunakan sistem lumpur aktif yang
dihasilkan dalam bak sedimentasi sebagai recycle dan sebagian lagi dipompakan
ke bak pengering lumpur (sludge drying bed) lumpur yang ditumpahkan ke bak
pengering lumpur biasanya mengandung kadar solid 10 % dan air 90 %.
Air yang meresap melewati lapisan penyaring, masuk ke pipa unser drain
dan sebagian lagi menguap ke udara. Waktu pengeringan lumpur biasanya 3-4
minggu dengan ketebalan lapisan lumpur dalam bak pengering antara 15-25 cm.
Semakin tebal lapisan lumpur, waktu pengeringan semakin lama apalagi ke dalam
bak pengering lumpur yang sudah terisi lumpur masih dimasukkan lagi lumpur
yang baru. Keadaan cuaca juga sangat mempengaruhi lamanya waktu pengeringan
lumpur
.
3.4.2.3.1.2 Kriteria Desain
Drying atau sludge drying bed merupakan salah satu metoda
dewatering dengan ukuran kecil hingga medium (maksimum setara
dengan 25.000 orang).
Pada unit ini, dewatering terjadi karena evaporasi dan drain
(peresapan).
Pada musim kemarau, untuk mencapai kadar solid 30 - 40 %
diperlukan waktu 2 - 4 minggu.
Unit sludge drying bed terdiri dari:
Kelebihan
a. Teknologi ini menawarkan kesederhanaan dalam Oprasional dan
Mekanikal.
b. Pada unit ini menunjukkan biaya operasi yang lebih rendah dibandingkan
denganmetode lain karena proses pengeringan hanya menggunakan sinar
matahari saja.
c. Pada unit ini tidak perlu menggunakan listrik sehingga mengurangi beban
biaya dalam penggunaan listrik dalam instalasi.
d. Pengurangan biaya untuk proses pengangkutan dan distribusi lumpur
oleh truk bisa dikurangi.
e. Teknologi memungkinkan fasilitas penyimpanan yang ada untuktahan
lebih banyak hari produksi biosolids.
f. Pemadatan tanah dapat dikurangi sebagai nitrogen tanamanpermintaan
dapat dipenuhi dengan lebih sedikit lintasanaplikator kendaraan.
g. Hasil padatan lumpur yang kering bisa diaplikasikan sebagai bahan lain
yang masih bermanfaat digunakan.
Kekurangan
a. Kondisi yang tidak baik akan menimbulkan kondisi yang bersifat
anaerobic dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
b. Luas lahan yang cukup besar dibutuhkan.
c. Sering kali dalam proses pengeringan lumpur ini membutuhkan waktu
yang relative lebih lama dikarenakan proses pengeringan hanya
bergantung pada kondisi cuaca
PEMILIHAN ALTERNATIF
Primary
Clarifier
METODE PERHITUNGAN
Kehilangan tekan pada bukaan bar screen sebesar 1,2 m – 2 m (Metcalf &
Eddy,2004) , maka untuk mengimbangi hal itu, screen diletakkan di tempat yang
elevasinya lebih tinggi dari tangka ekualisasi agar tidak dibutuhkan pemompaan,
sedangkan tangka ekualisasi berada di wilayah IPAL yang berelevasi relatif datar.
Kriteria desain dari bar screen adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kriteria Bar Screen
Parameter Simbol Besaran Satuan Sumber
Jarak bukaan antar Metcalf &
Eddy,2003
batang b 25-75 mm
Lebar penampang Metcalf &
Eddy,2003
batang w 5-15 mm
Panjang penampang Metcalf &
Eddy,2003
batang p 50-75 mm
Metcalf &
Sudut kemiringan batang θ 45-60 ᵒ Eddy,2003
Kecepatan mendekati Metcalf &
Eddy,2003
bars Vh 0,6-1 m/dt
Metcalf &
Headloss tersedia Hl 800 mm Eddy,2003
Qasim,
Headlos maksimum H1 150 mm 1985
Jumlah bahan yang Seelye
tersaring dengan bukaan
(1,27 – 5,08) cm 0,5-6 ft3/mgal
2
Perhitungan nilai Qr pun dilakukan dengan langkah berikut:
(𝑄1+𝑄2+⋯+𝑄𝑛)
Qr =
𝑛
3
Untuk mengetahui nilai debit maksimum dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
Qmaks = 3,2 (Qr)5/6 (Syed Qasim,1985)
Maka perhitungan debit maksimum pada air buangan dilakukan dengan
langkah berikut:
Qmaks = 3,2 (160)5/6
= 220 L/detik
= 0,22 m3/s
Untuk mengetahui nilai debit minimum dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
1/6
Qmin = 0,2 p Qr ( Fair & Geyer, Water & Wastewater Engineering, Vol.1 )
Maka perhitungan debit minimum pada air buangan dilakukan dengan
langkah berikut:
1/6
Qmin = 0,2 (p) (160)
= 65L/dtk
= 0,065m3/s
KONDISI BERSIH
Kecepatan Aliran Saat Melewati Bar Screen
• Jumlah batang :
1 1000
𝑛=( )−1= ( ) − 1 = 25,3 ≅ 26
𝑏+𝑤 30 + 8
• Jumlah bukaan antar batang :
𝑠 = 𝑛 + 1 = 26 + 1 = 27
• Lebar bukaan total :
4
𝐿𝑡 = 𝑠 𝑥 𝑏 = 27 𝑥 30 = 810 𝑚𝑚 = 0,81 𝑚
5
b=1m
Kemudian subsitusi ke persamaan tersebut maka diperoleh
Y min = 0,095 m (berdasarkan trial and error)
𝑄𝑚𝑖𝑛 0,096
𝑉𝑚𝑖𝑛 = = = 0,034 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑏 𝑌𝑚𝑖𝑛 30 𝑥 0,095
• Panjang batang terendam
𝑦𝑚𝑖𝑛 0,034
𝑌 𝑡𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0388 𝑚
𝑠𝑖𝑛𝜃 sin 60
• Kecepatan air pada bars saat aliran minimum :
𝑄𝑚𝑖𝑛 0,096
𝑉 ℎ min = = = 0,312 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
(𝑌𝑡𝑚𝑖𝑛 𝑥 𝐿𝑡) (0,038𝑥 0,81)
• Velocity head pada saat minimum :
𝑉ℎ𝑚𝑖𝑛2 0,3122
ℎ𝑣 = = = 0,029 𝑚 = 29 𝑚𝑚
2𝑔 2𝑥9,81
• Headloss pada saat aliran minimum :
𝑤 4 8 4
ℎ𝑙 = 𝛽( )3 𝑥ℎ𝑣 sin 𝜃 = 1,79 ( )3 𝑥 0,029 sin 60 = 0,007 𝑚
𝑏 30
Kedalaman air setelah melewati bars screen saat aliran minimum :
𝑌2 = 𝑌𝑚𝑖𝑛 − 𝐻𝑙 = 0,095 − 0,0007 = 0,0943 𝑚
• Jumlah bahan yang tersaring
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 86400 𝑥 1𝑚𝑔𝑎𝑙
ℎ𝑎𝑟𝑖
= 𝑚3
3,7854 𝑥 103 ℎ𝑎𝑟𝑖
0,227 𝑥 86400 𝑥 1
= 3,7854 𝑥 103
=5,18𝑚𝑔𝑎𝑙
Maka bahan yang tersaring =5,18 mgal x 0,5 ft3/mgal = 2,59 ft3
6
3) Apabila bak terasa penuh, overflow air akan mengalir melalui bukaan
screen dan menuju pipa outlet
4) Kotoran-kotoran yang tertahan akan langsung jatuh karena batang-batang
screen dan miring dan kotoran akan terkumpul di suatu wadah yang
diletakkan di depan screen.
Bar screenakan disimpan dalam suatu tempat terutup yang dapat diakses
untuk perawatan. Penggunaan tempat khusus ini ditujukan agar screen terhindar
dari kotoran-kotoran yang berasal dari sumber lain selain air limbah. Selain itu,
screen dilengkapi dengan wadah untuk menampung kotoran-kotoran yang
tersaring, dikenal dengan istilah screenings.
Dengan mengetahui persenan fluktuasi debit air limbah dapat diketahui
debit rata-rata air limbah berdasarkan debit air limbah 100% yaitu 3,84 m3/s.
Besarnya nilai debit rata-rata dapat diketahui debit maksimum dan minimum
pengolahan air limbah. Sehingga dapat diketahui kecepatan aliran pada kondisi
maksimum dan minimum. Kecepatan aliran dipengaruhi oleh debit dan luas
saluran. Adapun luas saluran dipengaruhi oleh besarnya sudut bar terhadap
horizontal. Bentuk bar memiliki faktor berbeda-beda, yang mana dalam
perencanaan ini menggnakan bentuk bar circular dengan besarnya nilai faktor
ialah 1,79.
Efektifitas proses tergantung pada jarak antar bar. Pembersihan screen
dilakukan secara manual (dengan menggunakan garpu tangan) atau dengan
mengguanakan alat pembersih mekanis yang dilengkapi dengan motor elektrik.
Dalam perencanaan menggunakan bar screen sebanyak 26 batang dengan jarak
0,03 m. Sehingga diharapkan saluran pembawa yang akan diolah pada unit
pengolahan dapat dipisahkan terlebih dahulu oleh bar screen yaitu benda-benda
kasar yang terbawa dalam air buangan. Benda-benda tersebut harus disisihkan
agar tidak menimbulkan gangguan pada pengoperasian instalasi misalnya
penyumbatan di valve, perusakan pompa, dan lain lain.
Dengan diketahui besarnya debit maksimum dapat dihitung besarnya
kedalaman air sehingga mengetahui dimensi saluran debit tersebesarnya,
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kedalaman air saat debit terbesar
ialah 0,24 meter sedangkan pada saat debit minimum ialah 0,095 meter. Namun
7
pada desain ketinggian saluran harus ditambahkan dengan freeboard yaitu 0,592
m jadi ketinggian saluran pembawa adalah ketinggian debit maksimum dijumlah
dengan freeboard yaitu 0,335 meter. Saluran pembawa harus mampu menampung
beton masksimum debit yang direncakan karena itu yang dipakai sebagai dasar
perhitungan dimensi adalah debit maksimum. Selain itu saluran ini juga harus
berfungsi bila debit minimum terjadi (tidak terjadi endapan). Untuk itu digunakan
debit minimum sebagai pengontrol. Kecepatan (v) aliran yang melalui bar screen
0,5-1 m/detik (Metcalf& Eddy). Sehingga kecepatan aliran pada saat debit
maksimum dan minimum masih memenuhi kriteria perencanaan bar screen.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan apabila barscreen
mengalami penyumbatan akibat padatan yang tertahan di bar rack. Hal ini akan
menyebabkan luas bukaan bar screen mengalami penurunan sampai setengah dari
saar kondisi bersih. Menurunnya luas bukaan berpengaruh terhadap kecepatan
aliran saat melewati bar screen dimana kecepatan aliran akan meningkat sesuai
dengan persamaa kontinuitas. Dimana pada perencanaan ini dengan bar screen
dengan bukaan 3 cm volume bahan yang dapat tersaring ialah 2,59 ft3.
8
Specific Diameter ( mm )
Kind of
0
Particle Gravity 1 0,5 0,2 0,1 0,01 0,005
,05
3
Quartz sand 2,65 170 54 16 4 0,2 0,04
30
1,01- 1 0,01- 0,01- < <
Sewage solids 0,2-40 < 0,02
1,2 -80 12 2 0,5 0,005
(Sumber : Elwyn E. Seelye, “Design” 3rd, John Willey and Sons. Inc., New York)
4.2.3 Perhitungan
1. Dimensi Grit Chamber
Direncanakan dibuat 2 unit grit chamber (1 unit beroperasi dan 1 unit
standby). Setiap unit grit chamber di desain pada kapasitas pengaliran puncak.
Debit yang digunakan dalam mendesain adalah debit maksimum Q = 0,277
m3/detik
• Asumsi kecepatan pengendapan (Vs) partikel quartz sand berdiameter 0,2
mm adalah 54 inch/meit
• Maka OR = 900 X Vs = 900 x 54 inch/menit = 48600 gpd/ft3 =
0,02295m3/m2 det
9
• Luas permukaan bak ( A surface) = Qmaks / OR
𝑚3
0,277 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 = = 12,07 𝑚2
0,02295 𝑚3 /𝑚2 𝑑𝑒𝑡
• Luas penampang melintang (A cross)
𝑚3
0,277 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐴 𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 = = 15,92𝑚2
0,0174 𝑚/𝑑𝑒𝑡
• Volume bak (V)
𝑚3
𝑉 = 0,277 𝑥 45 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 12,465 𝑚3
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
• Tinggi muka air di bak pada saat maksimum (d)
𝑉 12,465
𝑑= = = 1,03 𝑚 ≅ 1 𝑚
𝐴𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 12,07
• Lebar bak (w)
𝐴𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 15,92
𝑤= = = 15,92 𝑚 ≅ 16 𝑚
𝑑 1
• Panjang (p) = Asurface/w
= 12,07/16
= 0,75 m
2. Kontrol Desain
• Volume (V) =pxwxd
= 0,75 m x 16 m x 1 m
= 12 m3
• Waktu detensi pada debit maksimum (td)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 12
= = 43,32𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 0,277
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 0,277 𝑚3
• 𝑂𝑅 = = = 0,02295 𝑚2 det(𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)
𝐴𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 12,07
𝑄𝑟 1,6 𝑚2
• 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 (𝑉ℎ) = = = 0,01 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑑𝑥𝑤 1 𝑥 16
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑄𝑟 𝑥 𝑡𝑑 0,16 𝑥 45
• 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑘 = = = = 0,6 𝑚
𝐿𝑥𝑤 𝑝𝑥𝑤 0,75 𝑥 16
3. Struktur influen
a) Perencanaan struktur influen
10
Struktur influent grit chamber terdiri dari pintu air (stop gate). Pintu air
ini dipasang untuk mengosongkan salah satu bak yang tidak beroperasi
b) Head loss antara saluran effluen bar screen dengan saluran Grit Chamber
Head loss ini terjadi karena aliran melalui stop gate dan perubahan
ukuran saluran (convergen). Perhitungan head loss menggunakan rumus
sebagai berikut.
hL = hL1 + hL2
𝑣22 − 𝑣12 𝑣22 − 𝑣12
ℎ𝐿 = 𝑘1 ( ) + 𝑘2 ( )
2𝑔 2𝑔
Dimana :
hL1 = headloss akibat perubahan ukuran saluran , m
hL2 = headloss akibat melalui stop gate, m
k1 = konstanta perubahan ukuran saluran terbuka = 0,5
k2 = konstanta stop gate = 0,6
v1 = kecepatan aliran di saluran influen, m/detik
v2 = kecepatan aliran dalam Grit chamber, m/detik
Sehingga,
0,012 − 0,932 0,012 − 0,932
ℎ𝐿 = 0,5 ( ) + 0,6 ( )
2 𝑥 9,81 2 𝑥 9,81
ℎ𝐿 = − 0,0117 𝑚
Head loss antara saluran effluent bar screen dan saluran grit chamber
sangat kecil, akibatnya perbedaan permukaan air saluran effluen bar screen
dengan saluran grit chamber kecil pula yaitu
∆Z maksimum
𝑣22 − 𝑣12 0,012 − 0,932
( ) ± ℎ𝐿 = ( ) ± (−0,0117)
2𝑔 2 𝑥 9,81
= −0,03 𝑎𝑡𝑎𝑢 − 0,05 𝑚
Tanda negatif menunjukan bahwa tinggi muka air di saluran grit chamber
lebih kecil dibandingkan di saluran effluen dari bar screen
c) Dimensi saluran effluen bar screen
Lebar saluran effluent dari bar screen = 0,81 m
Tinggi muka air pada debit maksimum = 0,28 m
Kecepatan aliran pada debit maksimum = 0,93 m2/detik
11
Kedalaman aliran pada debit maksimum = 0,24 m
d) Dimensi saluran grit chamber
Lebar saluran (w) = 16 m
Tinggi muka air pada debit maksimum = 0,6 m
Kecepatan aliran = 0,01 m2/detik
2 2
𝑣𝑥𝑛 0,01 𝑥 0,013
ℎ𝐿 = ( 2 ) 𝑥 𝐿 = ( 2 ) 𝑥 0,75 = 0,000517 𝑚
𝑅3 0,83
4. Struktur Effluen
a. Struktur Effluen terdiri dari Proporsional Weir, stop gate, box effluen,
dan, saluran effluen. Dimensi box effluen = 1 m x 0,5 m dan lebar saluran
effluen (b)= 0,852 m
b. Pintu air atau stop gate dipasang pada box effleun untuk mengalirkan
ketika salah satu grit chamber dioperasikan
c. Dimensi proporsional weir pada saat pengaliran maksimum
Q maks = 0,277 m3 /detik
h = 0,96 m = 3,166 ft
Direncanakan tinggi dasar weir : a = 0,02 m = 0,066 ft dan tinggi
tenggorokan weir y = 0,12 = 0,293 ft
Lebar dasar pelat weir.
1 𝑎
𝑄 = 4,79 𝑎2 𝑏 (ℎ − )
3
𝑄
𝑏=
1
𝑎
(4,97 𝑎2 ( ℎ − 3))
20,52 𝑐𝑓𝑠
𝑏=
1
0,066 𝑓𝑡
(4.97 𝑥 (0,066 𝑓𝑡)2 (3,166 𝑓𝑡 − ))
3
𝑏 = 5,11 𝑓𝑡 = 1,56 𝑚
12
• Sisa ruang di masing – masing weir
(w-b)/2 = (2 m -1,56 m)/2 = 0,22 m
• y/a = 0,12/0,02 = 6
• x/b = 0,247
• maka x = 0,385 m
• Headloss yang terjadi pada proporsional weir
ℎ𝐿 = 35% 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
ℎ𝐿 = 35% 𝑋 0,96 𝑚
ℎ𝐿 = 0,336 𝑚
d. Kedalaman air di dalam saluran outlet
• panjang weir (L) = 1,56 m
• q’ = Q/L = 0,227 m3/det / 1,56 m = 0,372 m3/det
• Asumsi y2 = 0,5 m
• Agar distribusi aliran seragam, maka untuk kebutuhan praktisnya
digunakan persamaan berikut.
2(𝑞 ′ 𝐿𝑁)2
𝑦1 = √𝑦22 +
𝑔𝑏 2 𝑦2
13
• Direncanakan kedalaman ruang pasir = 100 cm
• Volume ruang pasir = L x w x l m
V = 13,5 m x 2 m x 1 m = 27 m3
• Jumlah pasir, jika densitas pasir = 2,00 kg/L
Jumlah pasir = 27000 L x 2,00 kg/L
= 54000 kg = 54 ton
Mekanisme pengambilan pasir dilakukan dengan conveyor lantai.
Instalasi dilengkapi dengan loader untuk memudahkan pemindahan
pasir.
14
Tabel 4.9. Debit per Jam
Waktu Debit Air Limbah (m3)
00.00-01.00 0.096
01.00-02.00 0.096
02.00-03.00 0.096
03.00-04.00 0.096
04.00-05.00 0.127
05.00-06.00 0.146
06.00-07.00 0.192
07.00-08.00 0.227
08.00-09.00 0.227
09.00-10.00 0.207
10.00-11.00 0.194
11.00-12.00 0.179
12.00-13.00 0.179
13.00-14.00 0.186
14.00-15.00 0.186
15.00-16.00 0.186
16.00-17.00 0.207
17.00-18.00 0.234
18.00-19.00 0.166
19.00-20.00 0.166
20.00-21.00 0.136
21.00-22.00 0.113
22.00-23.00 0.100
23.00-24.00 0.100
4.3.3 Perhitungan
4.3.3.1 Volume Bak Ekualisai
Volume bak ekualisasi didapatkan dari grafik pada Gambar 1yang
merupakan suatu perkiraan pendekatan dari fluktuasi aliran air limbah
yang diperkirakan terjadi. Tabel 4 menunjukkan fluktuasi aliran air
limbah.
15
Tabel 11. Fluktuasi Aliran Air Limbah
Data fluktuasi air limbah yang disajikan pada Tabel 4 dapat menunjukkan
volume bak ekualisasi yang dibutuhkan. Berikut pengolahan datanya:
1. Air limbah Inflow (m3)
Air limbah Inflow = Q x Fluktuasi persen air buangan x 3600
= 3,84 (m3/s) x 2,5 (%) x 3600 (s)
= 345,6 m3
2. Air limbah Outflow (m3)
16
Air limbah Outlow ditentukan yaitu debit rata-rata yang dikeluarkan.
Air limbah Outflow = Q x 3600
= 0,16 (m3/s) x 3600 (s)
= 576 m3
3. Volume kumulatif Inflow dan Outflow
Volume kumulatif inflow merupakan penjumlahan dari air limbah inflow pada
jam n dan pada jam n-1. Cara yang sama digunakan untuk menghitung volume
kumulatif outflow namun menggunakan data air limbah outflow
4. Storage
Storage = Volume kumulatif inflow – volume kumulatif outflow
= 345,6 (m3) – 576 (m3)
= -230,4 m3
5. Storage Kumulatif
Storage Kumulatif merupakan penjumlahan dari nilai pada kolom storage pada
jam n dan jam n-1.
(Sumber: Perhitungan)
Dari grafik pada Gambar 1 diperoleh bahwa volume bak ekualisasi yang
dibutuhkan adalah sebesar 3137,1 m3
17
surface aerator terletak di atas bak tabung ekualisasi. Dipilihkan 5 m untuk tinggi
tabung bertujuan agar surface aerator dapat masuk ke dalam permukaan air
Vtabung = πr2 x t
3137,1 = πr2 x 5 (m)
r2 = 199, 63 m2
r = 14,12 m
0.0008 m2
= √
0,25 𝜋
0.0008 m2
=√
0,25 (3,14)
= 0,0319 m
= 3,19 cm
= 3,19 cm/2,54 = 1,2559 inch
Ukuran pipa yang tersedia = 1,38 inch = 3,5 cm = 0,035 m
18
0,0234 m3/jam
Kecepatan =
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
0,0234 m3/jam
=
0,25(3,14)(0,001225𝑚2)
0,0234 m3/jam
=
0,000961625
= 2.894 m/s
(Memenuhi syarat kecepatan aliran pada saat debit minimum yaitu
kecepatan dalam pipa 0,3 m/s sampai 3 meter/sekon )
0,160 m3/jam
Kecepatan =
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
0,160 m3/jam
=
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
0,0160 m3/jam
=
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
= 1.725 m/s
(memenuhi syarat kecepatan aliran yaitu kecepatan dalam pipa 0,3 m/s
sampai 3 meter/sekon )
0,096 m3/jam
Kecepatan =
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
0,0096 m3/jam
=
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
19
0,096 m3/jam
=
0,25(3,14)(0,035𝑚)2
= 0.392 m/s
(memenuhi syarat kecepatan aliran yaitu kecepatan dalam pipa 0,3 m/s
sampai 3 meter/sekon )
hL = hL1 + hL2
𝑣22 − 𝑣12 𝑣22 − 𝑣12
ℎ𝐿 = 𝑘1 ( ) + 𝑘2 ( )
2𝑔 2𝑔
Dimana :
hL1 = headloss akibat perubahan ukuran saluran , m
hL2 = headloss akibat melalui stop gate, m
k1 = konstanta perubahan ukuran saluran terbuka = 0,5
k2 = konstanta stop gate = 0,6
v1 = kecepatan aliran di saluran influen, m/detik
v2 = kecepatan aliran dalam Bak ekualisasi, m/detik
Sehingga,
0,32 − 0,3922 0,32 − 0,3922
ℎ𝐿 = 0,5 ( ) + 0,6 ( )
2 𝑥 9,81 2 𝑥 9,81
ℎ𝐿 = − 0,003569 𝑚
20
Head loss antara saluran inlet dari bak ekualisasi ini sangat kecil,
akibatnya perbedaan permukaan air saluran inlet dan permukaan air di bak
ekualisasi ini kecil pula yaitu
∆Z maksimum
𝑣22 − 𝑣12 0,32 − 0,3922
( ) ± ℎ𝐿 = ( ) ± (−0,0117)
2𝑔 2 𝑥 9,81
= −0,00414 𝑎𝑡𝑎𝑢 − 0,005 𝑚
Tanda negatif menunjukan bahwa tinggi muka air di saluran inlet
lebih kecil dibandingkan di saluran pada bak ekualisasi dan saluran outletnya.
2. Struktur Outlet
Dalam Penentuan dan perancangan struktur outlet pada bak ekualisasi ini,
dimana struktur outlet ini dengan menggunakan pipa berdiameter 50 mm dan 32
mm untuk menyesuaikan dengan spesifikasi diameter hisap dari pompa yang
digunakan, pada struktur outlet bak ekualisasi ini digunakan pompauntuk
memindahkan air yang ada ke bak prasedimentasi. Dan ukuran dari pipa outlet ini
disesuaikan dengan spesifikasi pompa yang digunakan pada unit ini, untuk jenis
pompa yang digunakannya yaitu pompa jenis end suction centrifugal dengan
kapasitas 2,54 m3/jam digunakan untuk mentransfer air limbah yang ada dari bak
ekualisasi ini ke bak prasedimentasi.Pompa jenis end suction centrifugalTerutama
digunakan untuk mengangkut limbah perkotaan, kotoran atau cairan yang
mengandung serat yang sallah satunya adalah air limbah domestik. Dimana
pompa ini juga bisa menyedot Debu kertas dan partikel padat lainnya dari
medium, biasanya dengan suhu medium transmisi tidak lebih dari 80 ℃, alasan
penggunaan pompa ini adalah lebih tahan karat dikarenakan pompa jenis ini tahan
terhadap air dengan pH yang asam, sehingga digunakan pada bak ekualisasi ini.
21
memilki specific gravity lebih besar akanmengendap karena kondisi bak yang
tenang. Dipilih primary clarifier jenis horizontal flow berbentuk persegi panjang
atau rectangular dengan tipe diikuti oleh pengolahan sekunder, sehingga kriteria
desain dapat dilihat pada Tabel 12baris kedua. Bak pengendap pertama yang
ditempatkan di depan proses pengolahan biologi biasanya didisain dengan waktu
detensi yang lebih pendekdan
bebanpermukaan(surfaceloading)yanglebihbesarkecualijikaterdapatresirkulasiwas
te activated sludge ( Metcalf,1991).
4.4.1 Kriteria Desain
Tabel 12 Kriteria Desain Primary Clarifier
22
Tabel 13 Kriteria Desain untuk Bak Pengendapan Pertama berbentuk Lingkaran dan Segi Empat
Parameter Range Tipikal
Rectangular (segi empat)
Kedalaman (m) 3-4,5 3,5
Panjang (m) 15-90 20-40
Lebar (m) 3-20 5-10
Flight Speed (m/menit) 0,6-1,2 0,9
Circular (lingkaran)
Kedalaman (m) 3-4,5 3,5
Panjang (m) 3-60 10-45
Lebar (m) 60-165 80
Flight Speed (m/menit) 0,02-0,05 0,03
Overflowrate(Vo)=(30-50)m3/m2/haripadaaliranrata-rata.(80–
120)m3/m2haripd aliranmax
Beban pelimpahan (weir loading) = (125-500) m3/mhari
TSS = 397mg/l
BOD = 498mg/l
COD = 740mg/l
23
Specific gravity lumpur, SG = 1,02 g/cm3
Cs = 3%
Rasio p : l = 4 :1
Kedalaman bak = 3 m
1. Luas Permukaan
𝑄𝑟
𝐴=
𝑉𝑜
𝑚3
0,16 𝑥 86400 𝑠/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑠
𝐴=
40 𝑚3 /𝑚2 . ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐴 =345,6 m2
2. Perhitungan Dimensi
h = 3 + 0,5 = 3,5 m
Dimensi diatas berlaku dalam keadaan average flow maupun peak flow,
meskipun pada bagian ini kondisi peak flow tidak akan diberikan contoh
perhitungannya. Hal tersebut karena peak flow sudah diatasi dengan bak
ekualisasi atau TAR.
3. Perhitungan Volume
24
V =pxlxh
= 38 x 9,5 x 3,5
= 1.263,5 m3
4. Kontrol Desain
𝑄𝑟 13.824 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑉𝑜 = = = 38,3 m3 / m2. Hari (memenuhi kriteria desain)
𝐴 361 𝑚2
Vo = 38,3m3/m2.hari
𝑉 1.263,5 𝑚3
𝑡𝑑 = 𝑄 = 13824 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖 = 0.09 hari = 2,16 jam
Diketahui :
𝑡𝑑
𝐵𝑂𝐷𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 =
𝑎 + (𝑏 × 𝑡𝑑 )
2,16 𝑗𝑎𝑚
𝐵𝑂𝐷𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 =
0,018 + (0,020 × 2,16)
BODRemoval = 35,29%
𝑡𝑑
𝑇𝑆𝑆𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 =
𝑎 + (𝑏 × 𝑡𝑑 )
25
2,16
𝑇𝑆𝑆𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 =
0,0075 + (0,014 × 2,16)
6. Perhitungan Lumpur
TSS
𝑚3 𝑚𝑔 1 𝑘𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑆𝑆 = 13.824 𝑥 397.000 3 𝑥 6
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚 10 𝑚𝑔
N = 7.911 kg/hari
BOD5
𝑚3 𝑚𝑔 1 𝑘𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑂𝐷5 = 13.824 𝑥 498.000 3 𝑥 6
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚 10 𝑚𝑔
𝑃 = % × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑂𝐷
26
Debit Lumpur (Qs)
𝑁
𝑄𝑆 =
𝑆𝐺 × 𝐶𝑆
𝑘𝑔
7.911 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 1000 𝑔/𝑘𝑔
𝑄𝑆 = 𝑔
3% 𝑥 1,02 𝑐𝑚3 𝑥 106 𝑐𝑚3 /𝑚3
Qs = 258,5 m3/hari
Apabila digunakan asumsi bahwa lumpur akan dikuras tiap hari sekali,
maka volume ruang lumpur yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Head loss
a. Kapasitas tiap oriface (q)
q = 0.16 m3/det / 1 bak / 8 oriface = 0,02 m3/det
b. Aoriface = 0,34 m x 0,34 m = 0,1156 m2
c. z = hL
27
2
q
hL =
Cd Aorifice 2 g
0.02
hL = [0.6×0.1156×√2×9.81]2
hL = 4.24x10-3m
28
c) Panjang weir (lw) tiap bak
lw = debit supernatan / weir loading
lw = (13.537 m3/hari) / 460 m3/m hari = 29,43 m
0,5 m
0,5 m
8.75 m 8.75 m
0,5 m
16 cm 4 cm 16 cm
10 cm
20 cm
29
2
5
15 qo
H= x o
8 0,584 x 2 g x tan 90
2
2
H = 0,019 m = 1.9 cm
2q' L N
2
2
Y1 = y2
g b 2 y2
dimana :
Y1 = kedalaman air upstream, m
Y2 = kedalaman air di saluran sepanjang L,m
q’ = debit per unit panjang weir, m3/det . m
b = lebar saluran
N = jumlah sisi weir yang menerima aliran = 1
g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det2
q’ = (13.537m3/hari / 86400 s/hari) / 29,43 m = 0,0053 m3/s
30
N = 2 dan panjang saluran outlet, L = 24 m
20,0053 m 3 / m det x 24 m x 2
2
0,5 m
0,597 m
2
Y1 =
9,81 m / det 2
x0,5 m x 0,5 m
2
4.5Secondary Treatment
4.5.1Rotating Biological Contractor (RBC)
Untuk keperluan disain, perhitungan efisiensi dapat dihitung dengan
pengaduk sempurna, dan steady state, maka kesetimbangan massa akan diperoleh:
31
dan efisiensi pengolahan:
E = (So - Se)/So
Q So E = k(1/2)a. A Se1/2
2
Q So E
Atau Se =
k (1/2)a A
E = (So - Se)/So
atau Se + E So – So = 0
2
Q So E
+ So – So = 0
k (1/2)a A
Q/A = HL (hidrolik),
sehingga :
2
Hl L So
E2 + E So – So = 0
k (1/2)a
Dengan :
harga hidrolik loading dari kriteria disain, maka efisiensi pengolahan dapat
dihitung.
32
BOD influent 175 mg/L setelah prasedimentasi. Kualitas air baku yang diinginkan
4.5.2 Perhitungan
Kriteria disain yang digunakan :
13.537 m^3/hari
As = Q/HL = = 270.740 m2
0,05 m^3/m^2.ha ri
- Volume bak
volume :
Jumlah Disc :
33
Jarak antar disc = 2 cm jarak total = 100 cm
= 350 cm
berikut :
2
H1.So
E2 + E So – So =0
k (1/2)a
2
0.05(175)
E2 + 175 E – 175 = 0
1.5
E2 + 5,14 E – 5,14 =0
Untuk memperoleh BOD effluent 20 mg/L harus ditambah satu stage lagi.
2
0.05(25)
E2 + 25 E – 25 = 0
1.5
E2 + 36 E – 36 = 0
Dengan cara yang sama diperoleh efisiensi E = 97,4 %, dan BOD efluent =
34
luas permukaan disc
Volume disc =
ratio surface area
270.740/8 m^2
=
70
= 483,46 m3
Dalam perancangan ini, alternatif unit RBC digunakan dalam IPAL karena
unit ini lebih efektif menurunkan konsentrasi BOD. Pada kasus ini dibutuhkan 2
stage untuk mendapatkan efluen sebesar 15 mg/L dari BOD influent 175 mg/L.
RBC yang dirancang memiliki delapan buah bak dengan volume masing masing
bak 169,2125 m3 yang mana diperoleh panjang masing-masing bak yang disusun
secara paralel tersebut ialah 47,87 m . Adapun media yang dipakai berupa piring
(disk) tipis berbentuk bulat yang dipasang sejajar dengan jumlah disk = 50; tebal
disk = 5 cm ; jarak antar disk = 2 cm dalam suatu proses yang terbuat dari baja,
selanjutnya diputar didalam raktor khusus dimana di dalamnya dialirkan air
limbah secara kontinyu. Disk atau piring tersebut diletakan pada poros baja yang
mana tiap poros yang sudah dipasang media diletakan di dalam Rangka atau bak
reactor RBC yaitu sebanyak 8 bak menjadi satu modul RBC, selanjutnya modul
tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air
limbah.
Modul ini dipasang secara paralel untuk mendapatkan tingkat kualitas hasil
olahan yang diharapkan. Modul tersebut diputar dalam keadaan tercelup sebagian
yakni sekitar 40% dari diameter disk. Kira-kira 95% dari seluruh permukaan
media secara bergantian tercelup ke dalam air olahan dan berada di atas
permukaan air olahan (udara). Hasil perencanaan ini memungkinan sejumlah
besar dari biomassa dengan air limbah dalam waktu yang relatif singkat, dan dapat
tetap terjaga dalam keadaan stabil serta dapat menghasilkan hasil air olahan yang
cukup baik. Pertumbuhan mikroorganisme makin lama semakin tebal, sampai
35
akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan
terbawa aliran air keluar.
36
= 0,02 m3/s x 0,322 kg/m3
= 0,0065 kg BOD/s
Org. Load = 556,5 kg BOD/hari
HRT = VOD/Q
= 2782 m3 / (13537/4) m3/hari
HRT = 0,8 hari Sesuai dengan kriteria desain
37
Keterangan :
DB = kebutuhan oksigen untuk peyisihan BOD
DN = kebutuhan oksigen untuk nitrifikasi
DE = endogenous respiration
DO = kebutuhan sisa oksigen
Keterangan :
C = Kebutuhan oksigen untuk nitrifikasi =4.57(kgO2/kgN)
38
Maka,
DN =4.57 x(65-10-(169,8 mg/l x 0.75x0.08)x 6782,7 m3/hari x 10-3
= 1389,03 kg O2/ hari
DE =B x V x MLVSS
=B x τ x Qin x {X x 10-3 x (MLVSS/MLSS)}
Keterangan:
B: Konsumsi oksigen oleh endogenous respiration =0,10kgO2/kg . MLVSS/hari
MLVSS/MLSS = 0,8
Dan digunakan asumsi MLSS = 3000 mg/l
Oleh karena itu,
DE =0.10x0.5 x 6782,7x (3000 x 10-3x 0.8)
= 813,9kgO2/hari
39
= 1,9 kgO2/kg BOD = 2 kgO2/kg BOD
d. Panjang Rotor
Diasumsikan :
Untuk menjaga kecepatan aliran sebesar 1 fps (0,3 m/s) maka,
Rotor mixing requirement(Rotorreq) = 16,000 gal/ft
= 198,7 m3/m
RPM = 50 ; Immersi = 15 inch
40
e. Daya
Menggunakan grafik di atas untuk rotor dengan spesifikasi 50 RPM dan immersi
8inch diperoleh kebutuhan daya sebesar 0,9 kW/ ft atau 2,5 kW/m. Maka daya
yang dibutuhkan untuk masing masing unit rotor adalah sebagai berikut:
Daya (Pow) = 2,5 x 5
= 12,5 kW
Sehingga kebutuhan daya untuk 4 unit Oxidation Ditch dengan masing-masing
memiliki 2 unit rotor adalah
Total daya = 25 kW x 4 x 2
= 100 kW
= 360000 kWh
f. Dimensi
VOD = 2782 m3
Berdasarkan kriteria desain :
h =3m
slope dinding = 45o
Lebar median strip (Wstrip) = 0,5 m
41
Wbottom = 5,5 m
42
= (433,74 + 423) x 4
= 856,74 x 4
Area = 3427 m2 = 0,35 Ha
h. Free Board
%Free board = (Vaktual - VOD) / VOD x 100%
= (2927,4 - 2782) / 2782 x 100%
= 5,2 % (belum memenuhi)
untuk memenuhi 20% volume, maka
Vtotal = 120% x VOD
= 120% x 2782
= 3338,4 m3
Vfree = Vtotal - Vaktual
= 3338,4 - 2927,4
= 411 m3
hfree = Vfree / Aunit
= 411 / 856,74
hfree = 0,48 = 0,5 m
haktual = 0,5 + 3
= 3,5 m
i. Efisiensi Penyisihan
%Removal = (Cin - Cout) / Cin x 100%
%Removal BOD = (322,3 - 30) / 322,3 x 100%
= 90,7 %
%Removal N = (65 - 10) / 65 x 100%
= 84,6 %
43
4.5.3 Anaerobic Digestion
4.5.3.1 Kriteria Desain
No. Kriteria Desain Ukuran Satuan
1. Digestion time 30 - 60 hari
2. Organic Solid Loading 0,64 – 1,60 kg vss/m3. day
3. Depth 3,66 – 13,7 m
4. Diameter 4,57 – 38,1 m
5. Freeboard 0,5 M
4.5.3.3 Perhitungan
1. Tentukan volume efektif (Vefektif)
Vefektif= Q x td
= 13,537 x 30 ; dengan asumsi td= 30 hari
= 406,11 m3
= 101,52 m2
101,25
=√ 𝑥2
𝜋
= 8,04 m
44
r = 4,02 m
7. Produksi lumpur
Pengurasan tangka digester
M TSSremoved = 1,476 x 10-3 kg/hari
M BODremoved = 3,237 x 10-3kg/hari
M CODremoved = 1,064 x 10-3kg/hari
45
M lumpur = lumpur TSS x durasi pengurasan
= 1,476 kg/hari x 2 x 365
= 1077, 48 kg/2th
M kapur = 2,7 kg/hari
= 1848,1 kg/2 th
Total produksi lumpur = 3075,4 kg/2th
46
Jumlah digester = 2 buah
V lumpur tiap digester = 17,28 m3
D digester = 4,3 m
L alas = 14,5 m2
H = 1,19 m
Pada pengurasannya, lumpur pada digester dikuras tiap 2
tahun sekali. Lumpur diambil dengan cara disedot melalui manhole untuk
selanjutnya dibawa ke IPAL.
8. Produksi Methan
Yield coefficient (y) = 0,04 (0,02-0,06)
Endogenous Coefficient (b) = 0,02 (0,01-0,04)
= 1456,65
= 15487,15 m3 /hari
47
BAB V
48
sehingga pada pengolahan RBC harus terdapat bagian yang terletak di atas air dan
bagian yang terendam di kedalaman air minimal 3 meter. Lalu untuk kebutuhan
daya untuk pompa adalah 0 karena pada pengolahan RBC sendiri, tidak ada proses
yang membutuhkan alat bantu pompa. Efisiensi pengurangan BOD adalah 97.4%.
Jika dibandingkan dengan kedua pengolahan yang lain efisiensi pengurangan
BOD menggunakan RBC mempunyai nilai yang paling besar. Namun nilai ini
masih bersaing dengan pengolahan Oxidation Ditch yang mempunyai nilai
sebesar 90.7% yang cukup besar juga. Efisiensi pengurangan Nitrogen ialah 6,2
% . Nitrogen dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pembentukan protein dan
asam-asam nukleat. Nitrogen ini dapat diperoleh mikroorganisme dalam bentuk
organik maupun anorganik, umumnya dalam bentuk-bentuk ion amonium dan ion
nitrat. Berdasarkan literature pada umumnya Biaya konstruksi ialah 53 juta , biaya
operasional dan maintenance Rp 3.600.000 terkait disc ada bakteri lalu jenuh di
siram atau pergantian disc.
Dari hasil pembobotan untuk memilih alternatif teknologi pengolahan air
limbah tingkat dua, teknologi Anaerobic Digester tidak menjadi pilihan yang
kemudian dipilih dan diterapkan dikarenakan ada beberapa parameter yang tidak
terpenuhi.
Kebutuhan lahan yang diajukan oleh Anaerobic Digester adalah sebesar
101,52 m2. Angka ini termasuk kecil dibanding kedua alternatif pengolahan
tingkat dua lainnya, yaitu Rotating Biological Contactor yang membutuhkan
lahan paling besar yaitu 2168 m2 dan Oxidation Ditch yang membutuhkan lahan
sebesar 925,7 m2. Sehingga, untuk parameter kebutuhan lahan, Anaerobic
Digester unggul dibanding kedua alternatif pengolahan lainnya.
Parameter kedua, yaitu persen kebutuhan oksigen yang dibutuhkan
Anaerobic Digester adalah 0% karena pengolahan yang dilakukan Anaerobic
Digester bersifat anaerob sehingga tidak membutuhkan oksigen di dalamnya.
Sehingga untuk parameter persen kebutuhan oksigen, pengolahan dengan
Anaerobic Digester unggul dibanding kedua alternatif lainnya.
Kebutuhan daya pompa untuk operasional Anaerobic Digester adalah
sebesar 0,02 kW. Untuk pengolahan tingkat dua dengan teknologi Rotating
Biological Contactor tidak membutuhkan pompa dan rotor sehingga tidak ada
49
yang daya yang perlu disediakan. Sedangkan untuk Oxidation Ditch
membutuhkan daya sebesar 53 kW. Sehingga pemilihan alternatif teknologi
pengolahan air limbah dengan Anaerobic Digester perlu dipertimbangkan lagi jika
dilihat dari parameter kebutuhan daya pompa.
Efisiensi Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang dilakukan pengolahan
dengan Anaerobic Digester paling kecil dibandingkan kedua alternatif pengolahan
lainnya. Efisiensi BOD yang mampu dilakukan Anaerobic Digester adalah hanya
sebanyak 50%, cukup jauh dengan efisiensi BOD yang dapat dilakukan kedua
alternatif pengolahan lainnya, yaitu 97,4% untuk Rotating Biological Contactor
dan 90,7% untuk Oxidation Ditch. Sehingga jika dilihat pada parameter efisiensi
BOD, pengolahan dengan Anaerobic Digester kalah jauh dibanding kedua
alternatif pengolahan lainnya, apalagi ditambah dengan pembobotan yang cukup
besar yaitu sebanyak 30% untuk efisiensi BOD membuat pemilihan penggunaan
alternatif pengolahan Anaerobic Digester kurang dipertimbangkan.
Efisiensi N yang dilakukan pengolahan dengan Anaerobic Digester juga
paling kecil yaitu sebanyak 0% - 1% berdasarkan litratur, sedangkan pada
pengolahan Anaerobic Digester yang dirancang adalah sebesar 0%. Hal ini
dikarenakan karena memang Anaerobic Digester tidak dirancang untuk
pengolahan N. Oleh karena itu, alternatif pengolahan Anaerobic Digester tidak
direkomendasikan untuk menjadi pengolahan tingkat kedua yang terpilih jika
dilihat dengan parameter efisiensi N dan jika dibandingkan dengan kedua
alternatif pengolahan yang memiliki efisiensi pengolahan N cukup tinggi, yaitu
80,1% untuk Oxidation Ditch dan 6,2% untuk Rotating Biological Contactor.
Biaya konstruksi yang dibutuhkan untuk Anaerobic Digester berdasarkan
literatur dan pada praktiknya cukup murah, yaitu sebesar Rp 2.000.000 untuk
pengaplikasian satu buah Anaerobic Digester. Berbeda dengan kedua alternatif
pengolahan tingkat dua lainnya yang membutuhkan biaya investasi yang cukup
besar, yaitu Rp 53.000.000 untuk Rotating Biological Contactor dan Rp
56.348.160 untuk Oxidation Ditch. Jika dilihat dari parameter pendanaan,
termasuk pembiayaan konstruksinya, alternatif pengolahan Anaerobic Digester
merupakan pilihan yang tepat jika dana yang disediakan tidak begitu besar.
Kemudahan dalam Operational dan Maintenance pada alternatif
50
pengolahan Anaerobic Digester berdasarkan literatur dan penerapannya yang
sudah dilakukan di lapangan terbilang cukup mudah. Begitupun dengan alternatif
pengolahan Oxidation Ditch. Berbeda dengan Operational dan Maintenance pada
Rotating Biological Contactor yang tidak mudah. Sehingga dalam pemilihan
alternatif pengolahan tingkat dua dengan menggunakan Anaerobic Digester dan
Oxidation Ditch dapat diperhitungkan.
Biaya Operational dan Maintenance yang dibutuhkan Anaerobic Digester
termasuk murah dibanding kedua alternatif pengolahan lainnya, yaitu sebesar Rp
1.000.000 dalam satu tahun. Berbeda dengan biaya Operational dan Maintenance
untuk Rotating Biological Contactor sebesar Rp 3.600.000 dan Oxidation Ditch
yang membutuhkan biaya sebesar Rp 2.800.000. Sehingga pengolahan dengan
Anaerobic Digester merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan jika dalam
segi pembiayaan, baik konstruksi maupun biaya Operational dan Maintenance
nya.
Efisiensi pengurangan Nitrogen ialah 6,2 % . Nitrogen dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pembentukan protein dan asam-asam nukleat. Nitrogen ini
dapat diperoleh mikroorganisme dalam bentuk organik maupun anorganik,
umumnya dalam bentuk-bentuk ion amonium dan ion nitrat. Berdasarkan
literature pada umumnya Biaya konstruksi ialah 53 juta , biaya operasional dan
maintenance Rp 3.600.000 terkait disc ada bakteri lalu jenuh di siram atau
pergantian disc.
Pada desain ini didesain empat buah unit dari oxidation ditch yang
diletakkan secara pararel. Peletakkan secara pararel berfungsi untuk
menanggulangi kondisi limbah pada aliran maksimum sehingga pada kondisi
tersebut pengolahan dapat dilakukan dengan baik. Selain itu pula, empat buah unit
ini akan dioperasikan bersama dengan membagi rata aliran pada pipa masuknya
air limbah dari unit Primary Clarifier.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dalam desain oxidation ditch
dibutuhkan luas area total sebesar 3427 m2 atau 0,35 Ha. Untuk satu buah unit
OD, dibutuhkan volume parit sebesar 2927,4 m3, dengan menggunakan nilai
kedalaman parit berdasarkan kriteria desain, yaitu 3 m, maka didapatkan
kebutuhan panjang lintasan total sebesar 109,1 m. OD harus dibuat dengan
51
kemiringan dinding tertentu, pada proses desain digunakan kemiringan dinding
o
OD, yaitu 45 . Kemiringan pada dinding ini berfungsi agar terjadi aliran yang
berlekuk-lekuk pada dinding OD, sehingga terjadi pengadukan alamiah pada unit
OD. Oleh karena itu, oxidation ditch membutuhkan area yang sangat luas.
Dengan nilai debit desain yang masuk ke dalam satu unit OD adalah 3,384
m3/hari, dan volume satu unit OD sebesar 2782 m3 , maka dapat diperoleh nilai
waktu hidrolis airlimbah akan terolah, yaitu 0,8 hari, angka tersebut sudah
memenuhi kriteria desain dari nilai HRT yang ada pada oxidation ditch yaitu
berada pada rentang nilai 0,75 – 1,25 hari. Organic loading yang akan masuk ke
unit OD ini mencapai angka 556,5 kg BOD/hari.
Pada oxidation ditch pengolahan dilakukan secara aerob menggunakan
oksigen untuk kebutuhan penyisihan BOD, nitrifikasi, kebutuhan oksidasi seluler
mikroorganisme (endogeneous respiration), dan juga kebutuhan sisa oksigen pada
pengolahan. Kebutuhan oksigen pada desain adalah sebesar 4227,5 kg O2/hari
atau 2 kgO2/kg BOD5. Nilai ini sudah memenuhi desain kriteria untuk kebutuhan
aerasi pada OD, yaitu 1,5 – 2 kgO2/kg BOD5.
Berikutnya, untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada oxidation ditch
diperlukan adanya rotor yang berfungsi untuk mensuplai oksigen dari udara ke
dalam unit pengolahan. Pada tiap baling-baling rotor akan terdapat rongga yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan oksigen sehingga pada saat rotor berputar
dan mengaduk air limbah, udara akan ikut masuk ke dalam air limbah tersebut.
Banyaknya rotor yang digunakan pada pengolahan adalah sebanyak dua buah
untuk setiap unit. Panjang tiap rotor yang digunakan adalah 5 m untuk satu buah
rotor. Daya yang dibutuhkan untuk menggerakan sebuah rotor adalah sebesar 12,5
Kw, sehingga total daya yang dibutuhkan untuk menggerakan seluruh rotor adalah
sebesar 360.000 kWh.
Pada pengolahan menggunakan oxidation ditch akan terjadi pengolahan
organik yang dapat menurunkan nilai BOD dari air limbah. Diketahui dengan
pengolahan menggunakan oxidation ditch akan terjadi penurunan nilai BOD
sebesar 292,3 mg/L, yang artinya efisiensi penyisihan BOD pada oxidation ditch
adalah sebesar 90,7%. Sementara untuk pengolahan nitrogen pada oxidation ditch
terdapat penurunan sebesar 55 mg/L sehingga efisiensi penyisihan nitrogen pada
52
oxidation ditch adalah sebesar 84,6%. Dengan efisiensi penyisihan yang tinggi
menunjukan bahwa pengolahan menggunakan oxidation ditch cukup efektif untuk
menurunkan nilai kandungan organik pada air limbah.
Kemudian, berdasarkan United States Environmental Protection Agency
(EPA), disebutkan bahwa biaya untuk konstruksi suatu unit OD bervariasi
bergantung pada harga konstruksi lokal, harga lahan, dan faktor lainnya. Akan
tetapi berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan EPA untuk beberapa
pembangunan unit Oxidation Ditch, biasanya biaya konstruksi memiliki rentang
$0,66 - $1,10/L per hari. Apabila acuan tersebut digunakan dalam perkiraan biaya
pembangunan unit OD, maka dapat digunakan angka $1,10 yang dikonversikan ke
dalam IDR, yaitu Rp 14.864,30/ Liter/hari pengolahan. Debit pengolahan yang
akan masuk ke dalam OD yaitu 3.840 L/hari, sehingga dianggap biaya konstruksi
untuk total 4 buah unit OD adalah sebanyak Rp 57.077.760,00. Dapat dilihat
bahwa biaya yang diperlukan sangat besar, akan tetapi OD membutuhkan luas
lahan yang besar sehingga angka ini cukup masuk akal. Sebagai gantinya, OD
tidak membutuhkan biaya operasional dan maintenance yang besar. Umumnya,
biaya operasional untuk OD hanya biaya keperluan listrik untuk mengoperasikan
rotor, sedangkan untuk maintenancenya biasanya apabila terjadi kerusakan rotor.
Biaya yang dikeluarkan ini bergantung pada sejauh apa kerusakan rotor, harganya
bisa bervariasi dari Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Belt Press With Gravity Thickener. http://www.euro-