Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Sejarah Singkat Telkom Flexi

Telkom Flexi atau yang dikenali sebagai Flexi adalah salah satu
produk telepon fixed wireless yang dikeluarkan oleh PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Awalnya, Flexi dikelola oleh Divisi Fixed Wireless Network
(Div. FWN). Namun sejak tanggal 1 Juli 2009, Flexi dikelola oleh Divisi
tersendiri yaitu Divisi Telkom Flexi (DTF). Produk Telkom Flexi sendiri ada
dua yaitu :

1. Flexi Prabayar atau Flexi Trendy

Adalah sebuah layanan telepon mobile menggunakan teknologi CDMA


yang menggunakan skema bayar dulu. Kartu Flexi prabayar ini bisa diisi
ulang kapan saja dan dimana saja bila mana diperlukan. Kartu ini akan
menawarkan kepada penggunanya dalam hal kemudahan dan
kenyamanan melakukan komunikasi suara, mengirim SMS, koneksi
internet yang stabil sekaligus bermacam menu menarik lain.

2. Flexi Pascabayar atau Flexi Classy

Adalah suatu layanan telepon mobile dengan skema pembayaran setelah


pemakaian dalam waktu tertentu. Layanan dari Flexi ini menawarkan
bermacam fitur untuk kalangan pelanggan Flexi dengan tidak harus
mengisi ulang pulsa lebih dahulu. Untuk menggunakan layanan Flexi
pasca bayar ini pelanggan mesti berkunjung ke plasa Telkom terdekat dan
melengkapi persyaratan yang diperlukan yaitu : KTP, KK dan rekening
telepon atau rekening listrik 3 bulan terakhir bagi perseorangan.

1
Telkom Flexi adalah produk andalan PT.TELKOM pada saat eranya,
beberapa keunggulan yang dimiliki Telkom Flexi dari operator lainnya, yaitu
:

1. Biaya investasi lebih murah, karena tarifnya mengacu pada tarif telepon
rumah dan hemat.

2. Telkom Flexi membuat lega para calon pelanggan telepon yang sudah
lama mendambakan telepon hemat maupun telepon seluler alternatif.

3. Telkom Flexi juga menyediakan komunikasi data dan akses internet


dengan lebih cepat hingga 153 Kbps.

Keunggulan lain dari Telkom Flexi adalah sangat flexible, tarif


telepon lebih murah, sms murah, tersedia layanan prabayar dan pascabayar,
komunikasi data cepat, kualitas suara lebih jernih, kring lebih cepat, jenis
handset sangat beragam, radiasi rendah sehingga aman bagi otak dan
sebagainya.

Flexi berhenti beroperasi sebagai jaringan CDMA pada tanggal 1


Desember 2014 dan seluruh kartu Flexi akan berpindah ke Kartu As Flexi
dan Halo Flexi dari Telkomsel sebagai jaringan GSM 3G.

1.1.2 Logo Telkom Flexi

Gambar 1.1
Logo Telkom Flexi
Sumber : http://www.telkomflexi.com/
2
1.1.3 Visi dan Misi Telkom Flexi

Pada Era Globalisasi ini, Menjadi sebuah perusahaan telekomunikasi


terkenal di tanah air, PT. Telkom Indonesia Tbk. Dengan bangga memberikan
sebuah layanan dengan menggunakan teknologi CDMA (Code Division
Multiple Access). Teknologi CDMA merupakan teknologi koneksi
telekomunikasi berupa voice maupun data, yang mana tiap-tiap pemakai
memakai kode tertentu yang unik untuk menggunakan kanal frekuensi yang
sama di suatu sistem koneksi.

Lewat Divisi Telkom Flexi, PT Telkom Indonesia menggunakan


teknologi CDMA ini untuk telepon fixed wireless digital yang dimanfaatkan
menjadi sebuah telepon rumah maupun telepon mobile. Layanan fixed
wireless menggunakan teknologi CDMA ini oleh perusahaan dinamakan
Telkom Flexi. Menjadi telepon mobile terbatas di satu kode area (limited
mobility).

Pihak perusahaan yakin bahwa dengan kehadiran Telkom Flexi ini


akan memperoleh respon positif dari masyarakat melihat tarifnya yang jauh
lebih murah dari GSM sebab modal investasinya yang murah. Adanya
Telkom Flexi merupakan kabar kembira bagi calon pengguna telepon yang
dari dulu menginginkan adanya telepon murah ataupun pengguna handphone
yang menginginkan handphone alternatif.

1.2 Latar Belakang

Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan


masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang prospektif. Bisnis
operator selular dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan
zaman. Selain itu, telepon selular sekarang harganya murah yang didukung
fitur-fitur canggih dan dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.

3
Kecanggihan fitur-fitur ponsel yang telah tersedia juga memerlukan
dukungan dari perusahaan penyedia jasa operator sebagai penghubung antar
jaringan. Perusahaan tersebut memiliki peranan yang penting sebab tanpa
perusahaan penyedia jasa operator selular, ponsel-ponsel yang telah
diproduksi dengan berbagai kecanggihan fitur serta layanannya tidak berarti
apa-apa. Ponsel-ponsel tersebut tidak akan dapat berfungsi karena keduanya
merupakan satu kesatuan, tidak dapat dipisahkan.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa perusahaan yang menyediakan jasa


operator, baik yang menggunakan teknologi Global System for Mobile
Communication (GSM) maupun Code Division Multiple Access (CDMA).
Global System for Mobile Communications (GSM) adalah salah satu standar
sistem komunikasi nirkabel (wireless) yang bersifat terbuka. Adanya standar
terbuka ini memudahkan operator untuk membuat inter-operasi. Standar ini
juga telah mengizinkan operator jaringan untuk menawarkan jasa roaming
yang berarti pengguna dapat menggunakan telepon mereka di seluruh dunia.

Sedangkan Teknologi CDMA menggunakan kode-kode tertentu yang


mengatur setiap panggilan yang berlangsung dan juga menyediakan kapasitas
suara dan komunikasi data yang besar. Teknologi CDMA mengkonsumsi
tenaga listrik yang kecil sehingga memungkinkan untuk memperpanjang daya
tahan baterai dan waktu bicara dapat lebih lama. Selain itu, rancangan
teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari upaya penyadapan.

Produk dari TELKOM yang berkaitan dengan CDMA adalah Flexi.


Flexi mulai diperkenalkan pada bulan Desember 2002 dan secara komersial
mulai diluncurkan Mei 2003. Flexi beroperasi pada dua frekuensi yaitu 1,9
GHz untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya serta 800 MHz di daerah-daerah
indonesia. Tantangan Flexi semakin besar ketika perusahaan pesaing mulai

4
memunculkan teknologi-teknologi terbaru (misalnya 3G) dengan harga di
bawah standar.

Seiring perkembangan zaman Telkom Flexi mengalami kemunduran


yang mengakibatkan PT.TELKOM Indonesia Tbk. Merestrukturisasi layanan
Flexi tersebut. Restrukturisasi tersebut diwujudkan dengan cara transisi
produk Flexi ke Telkomsel yang merupakan anak perusahaan Telkom.

Dengan adanya transisi produk Flexi ke Telkomsel maka mau tidak


mau para pelanggan Flexi mengalami dampak dari transisi Flexi tersebut.
Masalah tersebut harus diterima oleh pengguna flexi, dimana pelanggan yang
masih ingin melanjutkan penggunaan layanan Flexi harus mengganti kartu
perdana Flexi ke plasa Telkom terdekat. Kartu perdana yang dapat ditukarkan
berupa kartu perdana As Flexi dan Halo Flexi.

Pihak Telkom akan memberikan kompensasi bagi pelanggan Flexi


yang ingin mengganti kartu perdananya ke plasa Telkom, berupa voucher
diskon untuk pembelian ponsel gsm, penggantian pulsa bagi pelanggan yang
menggunakan layanan Flexi prabayar, dan memberikan bonus bicara bagi
pelanggan yang menggunakan layanan Flexi pascabayar dengan syarat
pelanggan flexi tersebut aktif lebih dari 1 bulan, pernah melakukan
panggilan, pernah mengisi pulsa atau membayar tagihan, dan tidak dalam
masa tenggang atau menunggak.

Hal tersebut merupakan penyebab dari munculnya resiko yang akan


diterima oleh pelanggan flexi karena transisi flexi tersebut. Peneliti
menggunakan teori schiffman dan kanuk sebagai acuan untuk mengetahui
faktor resiko yang akan diterima oleh konsumen.

Penulis juga menggunakan teori keputusan pembelian (Schiffman dan


Kanuk) karena dalam transisi flexi ke telkomsel konsumen harus
mengeluarkan biaya lagi untuk pembelian ponsel gsm dan pihak Telkom
memberikan kompensasi kepada pelanggan berupa voucher diskon pembelian
ponsel gsm yang tersedia di plasa Telkom.
5
Menurut Schiffman dan Kanuk (2009) tipe risiko utama yang
dirasakan konsumen ketika mengambil keputusan pembelian meliputi: (1)
functional risk : risiko bahwa produk tersebut tidak mempunyai kinerja
seperti yang diharapkan, (2) fisical risk: risiko terhadap diri dan orang lain
yang dapat ditimbulkan produk, (3) financial risk: risiko pada produk yang
tidak seimbang dengan harganya, (4) social risk : risiko bahwa pilihan produk
yang jelek dapat menimbulkan rasa malu dalam lingkungan sosial, (5)
psychological risk: risiko bahwa pilihan produk yang jelek dapat melukai ego
konsumen, dan (6) time risk : risiko bahwa waktu yang digunakan untuk
mencari produk atau jasa akan sia-sia jika produk tersebut tidak bekerja
seperti yang diharapkan.

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti dapat membuktikan dengan


wawancara mengenai faktor-faktor resiko yang akan diterima konsumen pada
penggantian produk flexi ke produk telkomsel yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel 1.1

Faktor Pertimbangan

Konsumen 1 Saya melakukan penggantian produk karena mendapat sms


dari pihak flexi yang harus melakukan penggantian agar
layanan yang dipakai tetap aktif, tarif yang ditawarkan masih
tergolong murah, serta kualitas sinyal lebih baik.

Konsumen 2 Saya disarankan oleh kerabat terdekat untuk melakukan


penggantian produk flexi ke produk telkomsel agar
menghindari tidak aktifnya layanan flexi dan memperoleh
ganti rugi berupa voucher diskon pembelian handset gsm dan
pengembalian pulsa serta mendapatkan bonus telpon dan sms
dari pihak flexi di plasa telkom.

6
Konsumen 3 Saya merasa peralihan produk flexi ke produk telkomsel baik
karena dari segi tarif telpon, sms, dan internet yang
ditawarkan masih tergolong murah, memperoleh ganti rugi
dari pihak flexi, dan paket telpon, sms, dan internet yang
ditawarkan lebih baik dari flexi sebelumnya serta syarat dan
tahap penggantian produk tidak terlalu susah.

Konsumen 4 Saya menggunakan telkomsel dari peralihan telkom flexi


karena adanya saran dari kerabat terdekat untuk mengganti
kartu flexi lama saya dengan telkomsel, dari segi tarif layanan
masih tergolong murah dan juga memperoleh kompensasi
bagi pengguna flexi yang telah menggunakan layanan lebih
dari 3 bulan.

Kesimpulan Dari beberapa pendapat konsumen diatas, dapat diketahui


bahwa resiko-resiko yang dipertimbangkan konsumen untuk
menggunakan flexi terdiri dari resiko finansial, resiko
fungsional, resiko sosial, resiko psikologis dan resiko waktu.
Untuk resiko fisik tidak berpengaruh karena tidak ada efek
negatif dari kartu perdana sehingga peneliti mengambil lima
resiko yang disebutkan dan dapat dijadikan sebagai acuan
penelitian.

Dari latar belakang di atas, penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui faktor resiko apa saja yang akan diterima konsumen setelah flexi
melakukan transisi. Maka peneliti tertarik untuk menulis skripsi dan
mengangkat judul “ANALISIS FAKTOR RESIKO YANG DITERIMA
KONSUMEN SETELAH PENGGANTIAN PRODUK FLEXI KE PRODUK
TELKOMSEL” (Studi Pada Masyarakat kota Bandung).

7
1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, maka


perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor resiko apa saja yang diterima oleh konsumen setelah melakukan
penggantian dari produk flexi ke produk telkomsel?

2. Faktor resiko apa yang dominan diterima konsumen setelah melakukan


penggantian dari produk flexi ke produk telkomsel?

1.4 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian dilakukan tentunya memiliki beberapa tujuan.


Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor resiko yang diterima oleh konsumen setelah


melakukan penggantian dari produk flexi ke produk telkomsel.

2. Untuk mengetahui faktor resiko yang dominan diterima oleh konsumen


setelah melakukan penggantian dari produk flexi ke produk telkomsel.

1.5 Kegunaan Penelitian

Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang


bermanfaat kepada pihak-pihak berikut :

1. Kegunaan Bagi Peneliti

Manfaat meneliti masalah transisi flexi bagi peneliti yaitu untuk melatih
kemandirian agar dapat memiliki sikap dan tanggung jawab dalam
melakukan penelitian. Selain itu juga sebagai gambaran praktis bagi
peneliti berkaitan dengan transisi sebuah produk, serta peneliti pun dapat
mengetahui resiko-resiko yang diterima serta dominan setelah adanya
transisi pada flexi.

2. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini secara teori diharapkan dapat memberikan sumbangan


pemikiran dalam bidang pengembangan teori, sehingga hasil penelitian
8
ini diharapkan dapat digunakan sebagai literature bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.

3. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian


selanjutnya yang ingin membahas faktor-faktor resiko ataupun masalah
transisi produk yang dapat dijadikan sebagai acuan penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Penelitian ini terdiri dari lima bab yang akan dijabarkan menjadi
beberapa sub-bab. Berikut ini akan dijelaskan mengenai penjabaran dari tiap
bab :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari enak sub-bab yaitu gambaran umum objek penelitian, latar
belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini terdiri dari rangkuman teori, penelitian terdahulu, kerangka


pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari tujuh sub-bab yaitu jenis penelitian, variabel operasional,
tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan
reliabilitas, teknik analisis data, serta pengujian hipotesis. Pada bab ini juga
akan dijelaskan metode yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini.

9
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta
membahas hasil penelitian tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang
telah ditetapkan. Terdiri dari karakteristik responden hasil penelitian, dan
pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan dari hasil penelitian dan pembahasan kemudian dari
kesimpulan tersebut peneliti mencoba untuk memberikan saran-saran yang
diharapkan peneliti akan berguna bagi perusahaan.

10

Anda mungkin juga menyukai