Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Hersey dan
Blanchard, 2000), sedangkan menurut G.R. Terry (1998) mendefinisikan
manajemen sebagai pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan
kesepakatan bersama melalui orang lain. Pengertian yang hampir sama juga
dikemukakan oleh Swanburg (2000) yang memberi pengertian bahwa
manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya manusia (SDM) secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Gillies (1996)
manajemen merupakan suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Jadi manajemen diartikan sebagai ilmu dan seni untuk
mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya manusia
melalui kerjasama.

Sedangkan Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui


anggota staff keperawatan dengan pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di suatu organisasi untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional. Dalam hal ini manajemen
keperawatan lebih melakukan manajemen yang lebih luas tidak hanya
manajemen terhadap pasien, tetapi lebih pada manajemen keperawatan
secara umum mulai dari kebutuhan tenaga, dana, sarana dan prasarana, dan
sebagainya. Namun pada prinsipnya manajemen yang diterapkan sama baik
dalam manajemen keperawatan maupun proses keperawatan.

Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalani suatu kegiatan di organisasi sedang kan manajemen keperawatan

8
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan secara profesional (Nursalam,2010).

Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan


pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat
perlu memahami konsep dan aplikasi. Konsep manajemen keperawatan
perencanaan berupa rencana strategi melalui pendekatan yaitu
pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam
pelaksanaan pengawasan dan penerapan obat-obatan emergency dan
ruang perawatan yang sesuai dengan penyakit pasien.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan


a. Perencanaan (Planning)
1) Gambaran apa yang ingin dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan pengelolaan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis tetapi dapat hanya dalam
benak.
6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Suatu kegiatan dimana disusun suatu strategi perencanaan yang dibuat
meliputi penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan yang lebih
baik melalui penugasan tanggung jawab tertentu, pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugasnya, melaksanakan peran dan fungsi sesuai tugas
yang telah didelegasikan mencakup dalam operan dinas pre,middle,

9
dan post confrence. Membuat perubahan-perubahan menuju perbaikan
pengorganisasian pelayanan dan asuhan keperawatan yang optimal.
c. Penggerak (Actuating)
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Menciptakan
suasana kerja bukan hanya karena perintah tetapi harus dengan
kesadaran sendiri termotivasi secara internal. Melakukan komunikasi
efektif kepada setiap individu-indvidu. Memberikan kritik dan saran
yang asertif demi terlaksananya pelayanan asuhan keperawatan
d. Pengendalian/pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana,
apakah orang-orangnya, cara dan waktu tepat. Pengendalian juga
berfungsi agarkesalahan dapat segera diperbaiki dengan cara
mensupervisi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan dan
membimbing / mengarahkan seluruh perawat demi terlaksananya
pelayanan dan asuhan keperawatan yang lebih baik.
e. Penilaian (Evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai. Penilaian merupakan fase tertentu setelah
selesai kegiatan dengan cara mengevaluasi kegiatan pelayanan dan
asuhan keperawatan di ruangan dan melakukan evaluasi kepuasan
pasien

Fungsi – Fungsi Manajemen Secara Singkat


G.R Terry L. Gulick S.P. Siagian H. Fayol
Planning Planning Planning Planning
Organizing Organizing Organizing Organizing
Actuating Staffing Motivating Commanding
Controlling Directing Controlling Coordinating
Coordinating Controlling
Reporting
Budgeting

10
3. Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen kepemimpinan/keperawatan sesuai dengan pendekatan
sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi yang dipengaruhi oleh lingkungan karena merupakan sistem
yang terdiri dari lima elemen yaitu input, output, proses, kontrol dan
mekanisme umpan balik.
a. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manager dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
b. Output
Adalah asuhan keperawatan pengembangan staff dan riset.
c. Kontrol
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan evaluasi penampilan kerja perawat,
prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa
laporan finansial audit keperawatan, survey kendali mutu dan
penampilan kerja perawat.
d. Prinsip-prinsip Manajemen
1) Berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan
pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana
2) Penggunaan waktu yang efektif. Manajemen keperawatan yang
menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram
dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sekarang.
3) Melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan. Kegiatan

11
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan berbagai tingkat
manajerial.
4) Memenuhi kegiatan asuhan keperawatan
5) Harus terorganisasi. Pengorganisasian sesuai kebutuhan organisasi
untuk mencapai tujuan.
6) Meliputi pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian.
Pelaksanaan terencana yang telah diorganisasikan.
7) Motivasi untuk penampilan kerja yang baik.
8) Komunikasi yang efektif.
9) Pengembangan staff.
10) Pengendalian.
e. Lingkup Manajemen Keperawatan
Kegiatan perawat pelaksana meliputi :
1) Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
2) Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
perawat.
4) Menerima akuntabilitas untuk hasil-asil keperawatan.
5) Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini diinisiasi oleh para manager


keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan
dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari :
1) Manajemen Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajemen yaitu :
a) Manajemen puncak
b) Manajemen menengah
c) Manajemen bawah

12
Setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen untuk berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-
faktor tersebut adalah :
a) Kemampuan menerapkan pengetahuan
b) Keterampilan memimpin
c) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d) Kemampuan melaksanaan fungsi manajemen
2) Manajemen Asuhan Keperawatan
Merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep
manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

Didalam manajemen keperawatan terdapat beberapa jenjang karir yang ada


di ruang rawat inap, terdiri dari :
1. Perawat Pelaksana ( Assosiate )
Perawat pelaksana adalah tenaga perawat profesional yang diberikan
kewenangan untuk melaksanakan pelayanan keperawatan rawat inap.
a. Peran Perawat Pelaksana
Staff pelaksana adalah posisi pertama tenaga keperawatan terdiri dari
semua kategori lulusan dari pendidikan keperawatan yang memenuhi
persyaratan profesional. Prakteknya berpedoman pada standar
praktek praktek umum yang yang dibuat oleh organisasi profesi.
Kerjasama dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai sasaran
utama keperawatan memberikan asuhan keperawatan sebaik
mungkin dengan klien.
b. Tanggung Jawab Anggota Tim/Pelaksana
1) Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab setiap kali
di unit tersebut.
2) Mengikuti instruksi keperawatan yang terkena dalam rencana
keperawatan secara teliti.

13
3) Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan keperawatan
yang dilakukan serta respon menerima bimbingan dan bantuan
ketua tim.
c. Tugas Perawat Pelaksana
1) Perencanaan
a) Mengikuti serah terima.
b) Menerima pembagian tugas dari katim
c) Mempersiapkan keperluan asuhan keperawatan.
d) Mengikuti ronde
e) Menenrima klien baru.
f) Melakukan pendokumentasian
2) Pengorganisasian
a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian
b) Menerima pembagian tugas dari katim
c) Melaksanakan tugas yang diberikan ketua tim
d) Menyesuaikan waktu istirahat dari anggota tim lain.
e) Menerima tugas delegasi dari ketua tim.
3) Pengarahan
a) Menerima pengarahan dan bimbingan
b) Menerima informasi
c) Menerima pendokumentasian
4) Pengontrolan
a) Menyerahkan laporan yang diperlukan untuk evaluasi
b) Melakukan pendokumentasian.

2. Ketua Tim
Ketua Tim adalah seorang perawat yang bertugas membuat rencana
asuhan keperawatan untuk dilaksanakan oleh perawat associate di ruang
rawat inap.
a. Strategi Dalam Memilih Metode Penugasan
Metode penugasan merupakan pengorganisasian kegiatan yang
dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas perawat, sesuai

14
dengan pengetahuan dari keterampilan yang mereka miliki serta
disesuaikan dengan kebutuhan klien.Untuk merencanakan suatu
strategi, terdapat pembedahan dari suatu organisasi dengan
organisasi lainnya. Tetapi secara umum dalam perencanaan tersebut
ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
1) Misi organisasi, tujuan yang dicapai dan hhasil yang diharapkan
2) Analisa keadaan organisasi termasuk kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman yang ada.
3) Mempertimbangkan isu yang sedang berkembang untuk
menganalisa lebih lanjut apakah hal itu mempunyai efek yang
signifikan pada organisasinya.
4) Menentukan strategi misalnya tindakan yang harus diambil untuk
mencapai tujuan organisasi.

Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas


sumber daya manusia seperti juga tenaga keperawatan dalam
mempertimbangkan metode penugasan yang tepat, maka pimpinan
keperawatan perlu membuat langkah-langkah untuk perencanaan
tenaga keperawatan. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan
keperawatan yang akan diberikan, menentukan kategori perawat
yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan keperawatan
yang akan diberikan. Menentukan jumlah masing-masing kategori
perawat yang ada. Menentukan tenaga perawat yang sesuai dengan
unit/staf dan memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan
tugas pelayanan keperawatan untuk lebih akurat dalam perencanaan
tenaga keperawatan maka pimpinan keperawatan harus mempunyai
keyakinan dalam organisasi yaitu Rasio perawat-klien pagi sore 1 :
5 / 1 : 0 untuk malam hari.

b. Tanggung Jawab Ketua Tim

15
1) Mengkaji kebutuhan klien dan menerapkan tindakan
keperawatan.
2) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dan pengobatan.
3) Membimbing anggota tim
4) Meyakinkan bahwa semua hasil tindakan keperawatan tercatat
5) Menilai kemajuan klien secara langsung dan melalui laporan.

c. Keuntungan Metode Tim


1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Memungkinkan penerapan proses keperawatan
3) Konflik/perbedaan pendapat antara staff dapat ditekankan pada
rapat tim yang juga merupakan cara efektif untuk belajar.
4) Memberikan kepuasan bagi anggota tim dalam hubungan
interpersonal.

d. Kerugian Metode tim


1) Rapat tim memerlukan waktu
2) Tidak dapat dilakukan jika perawat belum terampil
/berpengalaman.
3) Bertanggung gugat dalam tim yang tidak jelas.

e. Fungsi Manajemen Ketua Tim


1) Perencanaan
a) Menerima serah terima asuhan keperawatan.
b) Membagi tugas bersama kepala ruangan sesuai tingkat
ketergantungan
c) Menerapkan keperluan asuhan keperawatan
d) Menyusun rencana keperawatan
e) Memimpin ronde keperawatan
f) Mengorientasikan pasien baru
g) Melakukan pendokumetasian
2) Pengorganisasian

16
a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian
b) Membuat rincian anggota tim
c) Mengkoordinasikan bersama tim kesehatan atau profesi lain
d) Mengatur waktu istirahat anggota tim
e) Mendelegasikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
anggota tim
f) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

3) Pengarahan
a) Memberikan pengaruh pada anggota tim
b) Memberikan bimbingan
c) Memberikan informasi
d) Melibatkan anggota tim sejak awal kegiatan
e) Memberikan pujian dan motivasi
f) Mengevaluasi proses pemberian asuhan keperawatan
g) Melakukan pendokumentasian

4) Pengontrolan
a) Mengevaluasi asuhan keperawatan
b) Memberikan umpan balik pada anggota tim atas pelaksanaan
rencana keperawatan
c) Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
d) Mengevaluasi kinerja perawat pelaksana.

4. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan
tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di
suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang
berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada
setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang

17
perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang
lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian
intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang
lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan seorang pasien.

Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat


senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada
model ini berdasarkan 3 kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan
tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang
paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat
kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan
oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.

1. Kelebihan :
a) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
d) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
e) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
f) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

2. Kelemahan :

18
a) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
b) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
d) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f) Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

3. Kepala Ruangan
Kepala ruang rawat adalah seorang perawat yang bertugas
menyelenggarakan asuhan keperawatan di ruang rawat
Tugas pokoknya adalah mengelola asuhan keperawatan di ruang rawat
dan bertanggung jawab langsung kepada supervisi perawatan.
Uraian Tugas
a. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
1) Membimbing pelaksana asuhan keperawatan
2) Serah terima setiap penggantian shift dengan kunjungan keliling
setiap pasien
3) Mengadakan diskusi setiap hari
4) Memberikan informasi kepada klien

b. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan


1) Membuat jadwal dinas
2) Mengatur tenaga yang ada setiap hari
3) Mengatur cuti tahunan
4) Mengatur buku pengumpulan angka kredit
5) Melakukan pembinaan tenaga perawat
6) Mengupayakan kesejahtraan tenaga
7) Pengenalan tata laksana kerja setempat untuk tenaga baru.

c. Merencanakan tenaga perawatan setiap hari

19
1) Melaporkan tenaga keperawatan yang pindah/keluar,
melanggar disiplin kepada supervisor perawatan
2) Membantu supervisor pendidikan, perawatan dalam kegiatan
membimbing mahasiswa di ruang rawat
3) Melaksanakan kebijaksanaan yang ditentukan oleh pimpinan.

d. Mengatur mengandalikan asuhan keperawatan


1) Mengatur tenaga kebersihan
2) Mengawasi pelaksana
3) Menilai dan melaporkan pelaksanaan kebersihan.

e. Mengatur mengendalikan logistik ruangan


1) Mengatur, memelihara kelengkapan inventaris alat
2) Memelihara kelengkapan alat agar siap dipakai
3) Menjaga/memelihara kebutuhan alat sehari-hari ruang rawat
4) Melaporkan sarana dan prasarana yang rusak
5) Membuat laporan bulanan/tahunan tentang kelengkapan
inventaris.

f. Mengadakan koordinasi
1) Mengadakan rapat dengan staf ruangan seminggu sekali
sewaktu-waktu bila diperlukan
2) Menghadiri rapat dengan instalasi
3) Mengadakan rapat dengan tim kesehatan lain
4) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang
harmonis
5) Mengikuti ronde.

g. Pencatatan dan pelaporan


1) Memeriksa dan menandatangani laporan harian ruangan
2) Membuat laporan harian perawat kepada supervisor perawatan
3) Membuat laporan berkala dan laporan

20
a) Inventaris
b) Ketenangan
c) Asuhan keperawatan
d) Peserta didik
e) Nasokomial
f) Gugus kendali mutu
4) Melaksanakan tugas kontrol sore dan malam.

h. Ketenagaan keperawatan
Menurut Douglas (1984), perhitungan tenaga keperawatan
tergantung dari tingkat ketergantungan pasien :
KLASIFIKASI PASIEN
Jumlah
Minimal Parsial Total
Klien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

B. Tahapan Proses Keperawatan


1. Pengkajian
Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah.
Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat bergantung pada tahap
ini.
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan
dan masalah keperawatan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data
yang tepat atau relevan. Artinya data tersebut mempunyai pengaruh
atau hubungan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data ini dapat
dibedakan menjadi 2 jenis: data subjektif dan data objektif.
b. Sumber data

21
 Klien
 Keluarga/orang yang mengenal klien
 Tenaga kesehatan
 Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
 Hasil pemeriksaan
c. Cara pengumpulan data
 Wawancara
 Observasi
 Pemeriksaan fisik(Suardi&Bachtiar,2002)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti,
tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat dipecah kan atau
diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan dapat dibagi menjadi : diagnosa keperawatan aktual,
potensial, dan resiko.
Rumus diagnosa keperawatan adalah: Problem + Etiologi +Tanda/Gejala
Contoh: Nyeri akut b.d agen cidera: biologis yang ditandai dengan wajah
tampak meringis kesakitan. (Suardi&Bachtiar, 2002).

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnose keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan
keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan klien.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan urutan prioritas masalah
Prioritas tertinggi diberikan pada masalah yang mempengaruhi
kehidupan atau keselamatan klien. Masalah nyata mendapatkan
perhatian atau prioritas lebih tinggi dari pada masalah potensial dan
resiko

22
b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
Tujuan keperawatan adalah hasil yang ingin dicapai dari asuhan
keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi masalah yang telah
dirumuskan dalam keperawatan.
c. Menentukan rencana tindakan keperawatan
Menentukan rencana tindakan keperawatan adalah langkah penentu
dalam tindakan keperawatan yang akan dikerjakan oleh perawat dalam
rangka menolong klien, untuk mencapai suatu tujuan keperawatan.
(Suardi&Bachtiar, 2002).

4. Implementasi
Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan perencanaan tindakan yang telah ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan sebagian oleh klien itu sendiri, oleh perawat secara
mandiri, atau bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain.
(Suardi&Bachtiar, 2002).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Hal-hal yang dievaluasi adalah:
 Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif?
 Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu?
 Apakah perubahan klien seperti yang diharapkan?
 Strategi keperawatan manakah yang efektif?

C. Konsep Edukasi pada pasien pulang (Pendidikan Kesehatan)

1. Pengertian

23
adalah terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu
apa, sehat, tidak mendapat gangguan dan kerusakan. Keselamatan adalah
keadaan dari selamat. Sehingga keselamatan adalah keadaan terhindar
dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu apapun, sehat,
tidak mendapat gangguan dan kerusakan (KBBI – Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2011).
Pasien adalah seseoarang yang memperoleh pelayanan tinggal atau
dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu, yang dirawat di
rumah sakit. (KBBI, 2011)
2. Tujuan
Adapun tujuan pemberian edukasi pada pasien pulang (Pendidikan
Kesehatan) (Doengoes & Moorhouse: 94-95 2010), adalah :
a. Membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal.
b. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali dirumah
sakit
c. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan.
d. Mengetahui program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian.

Penggunaan restrain dapat juga dipakai bila diperlukan. Potter & Perry,
(2010) menyatakan, mengurangi risiko pasien jatuh dapat menggunakan
restrain. Tetapi penggunaan restrain membutuhkan penyesuaian psikologi
pasien dan keluarganya, persetujuan keluarga dalam pemasangan restrain
sangat diperlukan. Restrain ini hanya bersifat sementara dan diambil
tindakan ini untuk menghindari cedera pada pasien.

D. Konsep Kepatuhan
1. Kepatuhan

24
Kepatuhan dapat diartikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas,
menurut, taat pada perintah, atau aturan.Kepatuhan yang dimaksud disini
adalah ketaatan dalampelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat.
Menurut Smet (1994),kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan
suatu cara atau berperilakusesuai dengan apa yang disarankan atau
dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur
tetap (protap) adalah untuk selalu memenuhipetunjuk atau peraturan-
peraturan dan memahami etika keperawatan di tempat perawat tersebut
bekerja (Menurut Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999), dikutip dari
Anugrahini, 2010)

Ketaatan menerima instruksi, koreksi, penyediaan dan perlindungan dari


pimpinan adalah disebut kepatuhan (Oak, 1992), sedangkan menurut
matindas, 1987 : kepatuhan adalah perilaku yang taat dan patuh pada dalam
peraturan. Sikap positif individu yang ditujukan adanya perubahan secara
berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, sedangkan kepatuhan
perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu anjuran, prosedur atau
peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pendidikan , usia dan motivasi (Notoatmodjo, 2005), dan
diperkuat oleh pendapat Gybson (1997), bahwasanya salah satu bentuk
perilaku seseorang yang akan mempengaruhi kinerja seseorang, dimana
hal ini akan menyebabkan mutu pelayanan keperawatan yang kurang
diakibatkan karena ketidakpatuhan perawat. Dikutip dari Anugrahini,
2010.

Keberhasilan berbagai perubahan sangat bergantung pada kualitas dan


kemapuan bekerjasama didalam suatu organisasi, dimana perilaku individu
dalam organisasi itu dipengaruhi faktor perubahan dari dalam dan dari luar.
Perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh,
identifikasi, dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada awalnya individu
mematuhi anjuran / instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan
tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sangsi jika dia
tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia

25
mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebuttahap kepatuhan
(compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap inisifatnya
sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada
pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku
itupun ditinggalkan. Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang
berperilaku, menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (1997).

2.Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet (1994), mengatakan
bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti:
1) karakteristik perawat
Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki
seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun
sakit (Adiwimarta, et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Karakteristik perawat meliputi variabel demografi
(umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan)
2) Kemampuan
Kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah
dijumpai sebagai peramal dari kinerja, kemampuan intelektual
mempunyai peran yang besardalam pekerjaan yang rumit,
kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan dan keterampilan (Muchlas, 1997).
3) Persepsi
Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan
secaraselektif, kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir
diingat secara selektif oleh masing-masing perawat. Dengan
demikian muncul persepsi yang berbeda tentang protap tersebut,

26
sehingga kepatuhan perawat didalampelaksanaan protap tersebut
juga akan berbeda (Arumi, 2002).
4) Motivasi
Rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang
dimilki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat
dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar,
1996), motivasi juga merupakan karakteristik psikologis manusia
yang member kontribusi pada tingkat komitmen seseorang (Stoner
& Freeman, 1995). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2000),
motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola
komunikasi, keyakinan/nilai-nilai yang diterima perawat, dan
dukungansosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan
oleh perawat akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam
melaksanakan tindakan. Beberapa aspek dalam komunikasi ini yang
berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah ketidak puasaan terhadap
hubungan emosional, ketidak puasan terhadap pendelegasian maupun
kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam pelaksanaan program
pengobatan (Arumi, 2002).

Keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau perawatan dalam sistem


pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial
berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial
mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan
peran terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas
kesehatan lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer
pelayanan kesehatan serta keperawatan, hal ini seperti yang dikatakan
Smet, 1994. (Dikutip dari Anugrahini ,2010)

27
3. Perawat
a. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan,
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku. (PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktek perawat). Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat
yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia.
(Seminar Nasional Keperawatan 1983), sedangkan Perawat
profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan keparawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan
kewenangannya. (Depkes RI,2002).

b. Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Independen.
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)

2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan
tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis
kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

28
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya.Fungsi ini
dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga

4. Peran Perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 dan Gartinah, dkk (1999)
dikutip dari Maulina (2014) peran perawat terdiri dari :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan.


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat klien.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelg dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.
Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak
pasien meliputi: hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Sebagai educator /Pendidik.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Sebagai koordinator.
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.

29
e. Sebagai Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
f. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
g. Sebagai Pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

5. Karakteristik Perawat
Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang
yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit (Adiwimarta,
et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Karakteristik perawat
meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan
tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi.
a.Usia
Kamus Besar Bahasa Indonesia, usia adalah lamanya waktu hidup atau
ada sejak dilahirkan. Siagian dalam Kurniadi (2013) menyatakan
bahwa semakin lanjut usia seseorang, maka semakin meningkat pula
kedewasaan maupun psikologisnya, serta menunjukkan kematangan
jiwa. Semakin meningkat kedewasaan dan kematangan jiwanya, maka
seseorang dapat meningkatkan kinerja serta tingkat keprofesionalan
dalam melakukan pekerjaan.menyatakan, perawat yang semakin
meningkat usianya, semakin meningkat pula kedewasaan dan
pengalamannya, sehingga meningkat pula profesionalisme kerjanya
(Robbins, 2006 dalam Anugrahini (2010). Dalam berbagai periode usia
tersebut, usia produktif dalam bekerja dan yang merupakan angkatan
kerja ditunjukan oleh periode dewasa muda (20 – 40 Tahun) dan
dewasa madia (40 – 65 tahun), Kasmarani (2012) menuliskan dalam

30
jurnalnya bahwa umur seseorang dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi besar beban kerja fisik yang mampu diselesaikan.

b. Jenis Kelamin
Hakekatnya, manusia dibedakan atas dua jenis kelamin, yaitu laki-laki
dan perempuan.Dalam jurnal mereka, Ditmar dkk (1993) menyatakan
bahwa dalam pengukuran beban kerja, wanita lebih cenderung
memiliki beban kerja yang berat dengan risiko lebih mudah frustasi
terkait dengan pengelompokan beban kerja yang besar. Menurut Ilyas
(2011) dikutip dari Isnaeni (2015) jenis kelamin akan memberikan
dorongan yang berbeda, jenis kelamin laki-laki memiliki dorongan
lebih besar dari pada wanita karena tanggung jawab laki-laki lebih
besar. Sementara sebagian besar perawat adalah perempuan, hal
tersebut membuat jenis kelamin menjadi salah satu karakteristik
variabel yang akan diperhatikan terkait dengan kepatuhan perawat
dalam melaksanakan pencegahan pasien risiko jatuh.

c. Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan bidang ilmu membawa seseorang
lebih memahami ilmu tersebut, sehingga kecerdasan pikiran orang
tersebut dapat setingkat lebih tinggi dari sebelumnya.Terlihat pula
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya semakin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Siagian (1999) bahwa tingkat
pendidikan perawat mempengaruhi kinerja perawat yang bersangkutan,
tenaga perawat yang berpendidikan tinggi kinerjanya akan lebih baik,
karena mereka mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
Tingkat pendidikan menurut PPNI &Depkes RI, 2006, menyatakan
bahwa perawat dengan latar belakang pendidikan SPR / SPK disebut
perawat vokasional, perawat dengan latar belakang DIII dan S1
Keperawatan disebut perawat professional.

d. Lama Kerja

31
Masa kerja adalah lamanya seseorang perawat bekerja pada suatu
perusahaan atau organisasi dimulai dari mulainya perawat tersebut
resmi dinyatakan sebagai pekerja atau karyawan di perusahaan tersebut.
Makin lama seseorang melakukan suatu pekerjaan, maka semakin
orang tersebut mengenal dan mempunyai banyak pengalaman dari
pekerjaannya. Menurut Robbin (2003), lama bekerja turut menentukan
kinerja seseorang dalam menjalankan tugas. Didukung oleh teori
Martoyo (1998) dalam jurnal Yanti & Warsito (2013) bawa semakin
lama bekerja, maka semakin menurunnya motivasi kerja kerena merasa
pekerjaannya menjadi monoton. Dikutip dari Isnaeni, 2015.

E. Pendokumentasian
1. Pengertian dokumentasi
Dokumentasi adalah bahan komunikasi yang tertulis untuk mendukung
informasi dan kejadian (Fioshbach.1991). Jadi, dokumentasi asuhan
keperawatan dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit klien,
gejala-gejala, diagnosa, mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga
dapat dan memberikan informasi yang akurat.

2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan


a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
b. Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
c. Memfasilitas komunikasi antara disiplin mengenaikonsistensi tujuan
dan kemajuan pengobatan
d. Teknik evaluasi
e. Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian
terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat
dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai
kemajuan.
f. Penguatan kembali (reinforcement)
g. Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi
tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanya pelayanan.

32
h. Akreditasi
i. Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut
lembaga pemberilisensi dan akreditasi adalah mempertahankan rekam
medik, termasuk dokumentasiasuhan keperawatan.

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan
a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta
berdasarkan system tubuh atau dari kepala sampai kekaki.
c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dangan format
yang dirancang oleh institusi.
d. Diagnosa keperawatan diformulasikan dari data yang dikumpulkan.
e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan,
hasil yang diharapkan, dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan
berdasarkan diagnose keperawatan
f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang
membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi dan pemeliharaan
kesehatan danjuga untuk memaksimalkan potensi kesehatan.
g. Catatan evaluasi tentang perkembangan kesehatan dan percapaian
tujuan yang diharapkan.
h. Aktifitas, prioritasdan tujuan intervensi berdasarkan respon klien
terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.

4. Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses


Keperawatan
Dokumentasi harus ditulis objektif tanpa bias dan informasi subjektif.
Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil pengamatan
khusus. Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti
ganda. Data didokumentasikan secara jelas, singkat dan ringkas. Hasil

33
pengkajian dicatat dengan tulisan yang besih dan dapat dibaca. Temuan-
temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin. Ejaan harus jelas.
Dokumentasi harus ditulis dengantinta, jangan dengan pensil. Untuk data
biasa, gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-obatan.
Apabila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi buat garis
horizontal atau vertical sepanjang bagian yang kosong. Jika ada kesalahan,
pernyataan yang salah jangan dicoret, tetapi harus dapat dibaca, selanjutnya
diparaf. Pencatatan harus selalu dimulai, jam dan diakhiri dengan
tandatangan, nama jelas serta jabatan perawat.

5. Dokumentasi sebagai Proses Keperawatan


Dokumentasi proses keperawatan sangat penting untuk dilakukan.
a. Pendokumentasikan merupakan mekanisme komunikasi antara
anggota Tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan bebagi disiplin ilmu
yang terlibat dalam pelayanan kesehatan;
- Masing-masing disiplin ilmu informasi mutakhir klien melalui
pengkajian
- Agar informasi terpelihara dengan baikmaka perlu
didokumentasikan
b. Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan
yang kreatif antara klien dan provider.
c. Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien dan fokus asuhan
keperawatan dapat ditentukan
d. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat, tanggung
jawab dan tanggunggugat.
e. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan
klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan
jumlah kebutuhan tenaga perawat.
f. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak ketiga
dan bukti tuntutan hukum.

6. Unsur-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan

34
Unsur-unsur dari dokumentasikan Asuhan Keperawatan diantaranya
adalah:
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan,
dimana pada fase ini perawat mengumpulkan data tentang status
kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, dan
berkesinambungan.
b. Mengumpulkan data
Meliputi pengumpulan data dasar yang mencakup informasi tentang
klien:
1) Riwayat kesehatan dahulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan
atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah,
riwayat menderita penyakit kronis, dan lain- lain.
2) Riwayat kesehatan sekarang, seperti adanya perasaan nyeri, mual,
ganguan tidur, dan lain-lain.
3) Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dengan prinsip
pemeriksaan”headtotoe” (cephalocaudal) atau berdasrkan sistem
tubuh, seperti sistem pernapasan, pencernaan, eliminasi dan lain-
lain.
4) Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium,
radiology, CTScan dan lain-lain.

Tipe data yang dikumpulkan yaitu:

1) Data Subjektif, yaitu:


Data yang meliputi gejala yang dirasakan oleh klien, kebiasan dan
persepsi klien terhadap kesehatannya saatini. Selain dari klien,
informasi yang didapat dari keluarga, teman atau tenagakesehatan
yang mengetahui keaadan klien.
2) Data Objektif, yaitu :

35
Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi kesehatan klien dapat
dilihat, didengar, dirasakan atau dicium serta data-data lain yang
dapat diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik.
c. Pengorganisasian data
Untuk mendapatkan data secara sistematis, perawat menggunakan
format pengkajian, atau disebut juga pengkajian keperawatan. Format
pengkajian dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan kesehatan
klien.
Dalam keperawatan, format pengakajian yang digunakan dapat
didasarkan pada berbagai teori keperawatan,diantaranya:
1) Teori Gordon tentang fungsi kesehatan
2) Teori Orem tentang perawatan diri
3) Teori Roy tentang model adaptasi
4) Teori Maslow berdasarkan tigkat kebutuhan manusia
d. Validasidata
Informasi yang telah dikumpulkan harus lengkap, akurat dan sesuai
dengan keadaan klien sehingga dilakukan validasi atau pemeriksaan
kembali terhadap data yang telah dikumpulkan.
e. Pencatatan data
Untuk melengkapi pengkajian, dokumentasi data harus akurat dan
mencangkup semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasrkan hasil
intervensi perawat.
f. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu,
keluarga atau masyarakat yang aktual, resiko dari status kesehatan
seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakandasar untuk melakukan
intervensi keperawatan dalam mencapait ujuan dan dapat dievaluasi
(Nanda,1990).
Tipe diagnose keperawatan yaitu:
1. Aktual

36
Yaitu pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saatini
berdasarkan hasil pengkajian yang meliputitan dadan gejala seperti
jalan nafas tidak efektif ansietas
2. Resiko
Yaitu pernyataan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana masalah
lebih beresiko untuk menjadi actual pada klien tersebut dibanding
dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.
Komponen dari diagnose keperawatan yaitu:
1) Problem (masalah)
Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap
terapi yang diberikan oleh perawat yang dituliskan dalam beberapa
kata, antara lain:
 Perubahan (perubahan dari sebelumnya)
 Gangguan(kelemahan,kerusakan,danpengurangan)
 Penurunan (pengecilan dari segi ukuran, jumlah atau
tingkat/derajat)
 Tidak efektif (tidak menghasilkan efek yang sesuai)
 Akut (terjadi dalam waktu mendadak dan pendek)
 Kronis (terjadi dalam waktu yang lama, berulang dan tetap)
2) Etiologi (penyebab)
Mengidentifikasi kemungkinandari penyebab masalah kesehatan
dalam melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah
laku, lingkungan sekitar atau gabungan dari keduanya.
3) Symptom (gejala)
Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari
diagnose keperawatan
g. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap sistematik proses keperawatan yang
melibatkan pembuatan suatu keputusan dan menyelesaikan masalah.
Dalam perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian data klien dan
diagnostik sebagai acuan dan mewujudkan tujuan klien dan mendesain

37
strategi keperawatan untuk mencegah, mengurangi masalah kesehatan
klien.
Proses perencanaan keperawatan meliputi:
1) Membuat prioritas perencanaan
Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi
keperawatan
2) Membuat tujuan dan criteria hasil
Tujuan adalah penataan yang lebih luas tentang dampak dari
intervensi keperawatan.
Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih spesifik dan diukur untuk
mengevaluasi apakah tujuantercapai.
h. Implementasi
Dalamproses keperawatan, implementasi merupakan suatu tahap dimana
perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatutindakan.
Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan,
mendelegasi dan mencatat apa yang dilakukan. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan, perawat mencatat tindakan keperawatan,
perawat mencatat tindakan yang dilakukan serta respon klien.
i. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktifitas yang mana klien dan
tenaga professional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan
kemajuan klien sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatan.

E. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional


Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka
kerja yang mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan system model asuhan keperawatan profesional. Dimana
keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien sangat ditentukan oleh
metode pemberian asuhan keperawatan profesional.
Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:
 Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit

38
 Dapat diterapkannya prosedur keperawatan
 Efesisensi dan efektif penggunaan biaya
 Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
 Kepuasan kinerja perawat
 Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan

1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional


a. Model fungsional
Model fungsional bedasarkan orientasi tugas dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat pengelolaan dalam Asuhan Kperawatan sebagai pilihan utama.
Penanggung jawab Model fungsional adalah perawat yang bertugas
pada tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian
obat, dan lain-lain.
Kelebihan dari metode fungsional yaitu:
 Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan
 Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan pasien diserahkan kepada perawat yunior dan atau
yang belum berpengalaman.

Kekurangan dari metodefungsional yaitu:


 Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
 Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses
keperawatan
 Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.
b. Model Kasus

39
Model Kasus berdasrakan pendekatan holistic dari filosofi
Keperawatan, dimana perawat bertanggung jawab terhadap Asuhan
observasi pada pasien tertentu dan ratio Pasien: Perawat adalah 1:1
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani semua
kebutuhannya pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasanya ditetapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat private untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Penanggung jawab pada Model
Kasus adalah Manajer Keperawatan.
Kelebihan dari metode kasus yaitu:
1. Perawat lebih memahami kasus perkasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kelemahan dari metode kasus yaitu:
1. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
c. Model Tim
Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam –
tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu
tim, disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan Keperawatan
terhadap sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Penanggung jawab dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim.
Kelebihan dari metode ini adalah:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota
Kelemahan dari metode in iadalah:

40
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untu
kmelaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
d. Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari
filosofi Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua
aspek Asuhan Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk
mengkoordinir Asuhan Keperwatan, dimanaratio Perawat: Pasien1:
4/1:5
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap Asuhan Keperawananpasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumahs akit. Model primer mendorong
praktek kemandirian perawat dan terdapat kejelasan antara si
pembuat rencana Asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan koordinasi
Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab pada
model primer ini adalah Perawat primer.

Kelebihan dan sistem model primer adalah:


1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
3. Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit
misalnya pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
Kelemahan dan sistem model primer adalah:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kemampuan self direction
kemampuan mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan
klinik dan mampu bekolaborasi dengan berbagai disiplin.
e. Model Modular

41
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan
primer. Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik
perawat profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam
memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang
perawat profesional. Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan
dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat
bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang
perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat
profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk
membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat profesional
sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan
tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang
berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang (nurse unit
manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan
mempetimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama dan
berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.

2. Fungsi Manajerial
a. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan
tanggung jawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan
pelayanan keperawatan serta tata laksana personalia pada suatu
ruangan atau bangsal Rumah Sakit.
Tanggung jawab Kepala Rungan:
1) Perencanaan
a) Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan masing-
masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi
dan persiapan pulang bersama ketua tim

42
d) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan
e) Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis, yang dilakukan. Program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
f) Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan
g) Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan
h) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
Asuhan Keperawatan
i) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
j) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
k) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
l) Membantu membimbing terhadap pesrta didik keperawatan
m) Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan rumah
sakit.
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali Kepala Ruangan dan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 Perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada
ditempat kepada ketua tim
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k) Identifikasi masalah dan cara penanganan

43
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Askep Pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f) Membimbing bawahan yangmengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai Asuhan
Keperawatan yang diberikan kepada pasien
b) Melalui supervisi
c) Evaluasi
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang sudah disusun bersama
ketua tim
e) Audit Keperawatan

b. Ketua Tim
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam
perencenaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien
yang di lakukan oleh Tim di bawah tanggung jawabnya
(Nursalam2003)
Tanggung Jawab ketua Tim:
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

44
3) Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan pendapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan conference

c. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksanaan adalah merupakan seorang tenaga keperawatan
yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/ Asuhan
keperawatan di ruang rawat.

Tanggung jawab perawat pelaksana


Dalam melaksanakan tugasanya perawat pelaksan diruang rawat
bertanggung jawab kepada kepala ruangan / kepala instalasi terhadap
hal- hal sebagai berikut:
1) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
Asuhan keperawatan/kegiatan lainnya yang dilakukan
2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
Asuhan Keperawatan atau kegiatan lain yang dilakukan.

Wewenang Perawat Pelaksana


Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat
mempunyai wewenang sebagai berikut:
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Ka tim mengenai Asuhan
keperawatan
2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/ keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batasan dan kewenangan
Uraian tugas perawat pelaksana
1) Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan
2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
3) Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan
siap

45
4) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
sesuai batas kewenangan
5) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya
6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan
dan batas kemampuanya.
7) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan
8) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya
9) Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
10) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
11) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi sesuai batas
kemampuannya
12) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan
13) Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan
keperawatan

46

Anda mungkin juga menyukai