A. Identitas Pasien
Nama : Tn. PB
Tanggal Lahir : 31 Desember 1960
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Oenali
Nomor RM : 028***
Masuk RS : 7 April 2018
Keluar RS : 12 April 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Sesak napas
2. Keluhan tambahan
Batuk
5. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat serupa. Riwayat
asma dalam keluarga disangkal. Riwayat darah tinggi dan penyakit kencing
manis tidak diketahui. Riwayat keganasan dalam keluarga disangkal.
Riwayat keluarga menderita batuk lama disangkal.
6. Riwayat kebiasaan
Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 17 tahun dan berhenti
merokok sejak 5 tahun lalu. Sehari pasien merokok 1 bungkus.
7. Riwayat sosial
Pasien tinggal di rumah bersama 2 orang cucunya. Istri pasien suda
meninggal. Selama ini bila pasien sakit, pasien dirawat oleh cucu tertuanya.
Pasien saat ini tidak bekerja.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+
Hidung: Septum nasi di tengah, sekret -/-
Mulut : Mukosa oral basah
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax:
Pulmo :
I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, sela iga tampak melebar,
diameter AP hampir sama dengan lateral
P : pergerakan dinding dada kanan dan dada kiri simetris
P : sonor pada kedua lapangan paru
A : suara napas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing +/+ seluruh
lapang paru
Cor :
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midklavikularis sinistra
P : Batas atas: ICS III linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: ICS V linea parasternal dextra
Batas kiri: ICS V linea midklavikularis sinistra
A : BJ I dan II reguler, murmur -, gallop -
Abdomen :
I : tampak datar
A : BU +
P : supel, nyeri tekan -
P : Timpani
Kulit : Turgor kulit baik
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat, CRT < 2s
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
MCV 85.7 80 – 96
MCH 28.5 Pg 28 – 33
Neutrofil 86.8 % 55 – 80
Limfosit 11.0 % 22 – 44
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
2. EKG
E. Diagnosis
PPOK eksaserbasi akut
F. Tatalaksana di IGD
IVFD NaCl 0.9% 8 tpm
Pemeriksaan laboratorium (Darah lengkap, Kimia klinik, elektrolit)
Nebulisasi farbivent
G. Follow up Bangsal
8 April 2018
S: • Pasien mengeluh sesak
• Batuk (+) dahak tidak bisa keluar
O: KU: tampak sakit sedang
Tekanan darah: 140/70 mmHg
Laju nadi: 99 kali per menit
Laju napas: 18 kali per menit
Suhu: 36,7oC
Saturasi oksigen: 96% (tanpa O2)
Paru : simetris, retraksi dinding dada +, ves +/+, wheezing +/+
seluruh lapang paru
A: PPOK eksaserbasi akut
P: O2 2 lpm via NK
• Inj ranitidine iv amp/12 jam
• Inj metilprednisolone 125 mg IV/12 jam
• Inj Furosemide 40 mg IV pertama kali, dilanjutkan 20 mg IV/
12 jam
• Nebulisasi Farbivent/ 8 jam
• Salbutamol 3x4 mg tab po
• Ambroxol 3x30 mg tab
• Azitromycine 1x500 mg po (Hari I)
• Spironolaktone 25 mg 1-1-0
9 April 2018
S: • Pasien masih merasa sesak
O: KU: tampak sakit sedang
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Laju nadi: 106 kali per menit
Laju napas: 32 kali per menit
Suhu: 36,8oC
Saturasi oksigen: 91% (tanpa O2)
Paru : simetris, retraksi dinding dada +, ves +/+, wheezing +/+
seluruh lapang paru
A: PPOK eksaserbasi akut
P: • O2 2 lpm via NK
• Diet RG
• Aminofilin 1 amp dalam 500 cc NaCl 0,9% drip 10 tpm
• Inj ranitidine iv amp/12 jam
• Inj metilprednisolone 125 mg IV/12 jam
• Inj Furosemide 20 mg IV/ 12 jam
• Nebulisasi Farbivent/ 8 jam
• Salbutamol 3x4 mg tab po
• Ambroxol 3x30 mg tab
• Azitromycine 1x500 mg po (Hari I)
• Spironolaktone 25 mg 1-1-0
• Foto thorax PA besok
10 April 2018
S: • Sesak berkurang
• Batuk berkurang
• Dahak dapat keluar
O: KU: tampak sakit sedang
Tekanan darah: 130/90 mmHg
Laju nadi: 92 kali per menit
Laju napas: 26 kali per menit
Suhu: 36,5oC
Saturasi oksigen: 92% (tanpa O2)
Paru : simetris, ves +/+, wheezing +/+ seluruh lapang paru,
berkurang
A: PPOK eksaserbasi akut
P: • O2 1 lpm via NK
• Diet RG
• Aminofilin 1 amp dalam 500 cc NaCl 0,9% drip 10 tpm
• Inj ranitidine iv amp/12 jam
• Inj metilprednisolone 125 mg IV/12 jam
• Inj Furosemide 20 mg IV/ 12 jam
• Nebulisasi Farbivent/ 8 jam
• Salbutamol 3x4 mg tab po
• Ambroxol 3x30 mg tab
• Azitromycine 1x500 mg po (Hari II)
• Spironolaktone 25 mg 1-1-0
11 April 2018
S: • Sesak berkurang
• Batuk berkurang
• Dahak dapat keluar
O: KU: tampak sakit sedang
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Laju nadi: 92 kali per menit
Laju napas: 26 kali per menit
Suhu: 36,5oC
Saturasi oksigen: 92% (tanpa O2)
Paru : simetris, ves +/+, wheezing +/+ seluruh lapang paru,
berkurang
A: • PPOK eksaserbasi akut
P: O2 1 lpm via NK
Diet RG
Aminofilin 1 amp dalam 500 cc NaCl 0,9% drip 10 tpm
Inj ranitidine iv amp/12 jam
Inj metilprednisolone 125 mg IV/12 jam
Inj Furosemide 20 mg IV/ 12 jam
Nebulisasi Farbivent/ 8 jam
Salbutamol 3x4 mg tab po
Ambroxol 3x30 mg tab
Azitromycine 1x500 mg po (Hari III)
Spironolaktone 25 mg 1-1-0
12 April 2018
S: • Sesak (-)
• Batuk (-)
O: KU: tampak sakit sedang
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Laju nadi: 86 kali per menit
Laju napas: 20 kali per menit
Suhu: 36,5oC
Saturasi oksigen: 92% (tanpa O2)
Paru : simetris, ves +/+, wheezing -/-
A: PPOK stabil
P: - KRS
Obat pulang:
• Seretide discus – 500 2x1 puff
• Salbutamol 3x2 mg tab po
• Ambroxol 3x30 mg tab
• Azitromycine 1x500 mg po (Hari IV-V)
• Spironolaktone 25 mg 1-1-0
• Furosemide 40 mg 1-1-0
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dispnea / sesak nafas
Definisi
Mekanisme Dispnea
3. Mekanoreseptor
4. Reseptor jalan nafas atas
Observasi klinis menunjukan jalan nafas atas dan reseptor pada
fasial juga mempengaruhi sensasi dispnea.
5. Reseptor jalan nafas bawah dan paru
Paru mempunyai berbagai macam reseptor yang mentransmisikan
signalnya ke sistem saraf pusat, misalnya reseptor iritan pada epite
pernapasan, Fiber-C yang terletak di dinding alveoli, dan reseptor
regang pada jalan nafas yang berespon terhadap inflasi
paru.Informasi afferent dari paru menuju sampai ke sistem saraf
pusat melalui nervus vagus.Dibuktikan dengan dispnea yang
diinduksi oleh bronkokonstriksi lega ketika diberi blok vagal2.
6. Reseptor dinding dada
Otak menerima proyeksi dari berbagai reseptor-reseptor yang ada
dalam sendi, tendon, dan otot dari dada yang mungkin berpengaruh
dalam sensasi dispnea.
7. Kemoreseptor
Sensasi dispnea juga berhubungan dengan kemoreseptor yang
berespon terhadap hipoksia dan juga hiperkapnea. Karbondioksida
merupakan stimulant ventilasi yang kuat sehingga merupakan
penginduksi terjadinya dispnea pada saat lahir.
Diagnosis Banding
a. Jantung: a. Jantung:
c. Noncardiac – nonpulmonary
c. Psikogenik:
Tromboemboli
Panic attack, hiperventilasi, sensasi
Hipertensi pulmonal
nyeri, ansietas.
Obesitas massif
Anemia berat
d. Obstruksi saluran napas atas:
Sirosis Hepatis
Epiglotitis, croup, Epstain-Barr virus
Uremia
Penyakit tiroid
e. Endokrin
Neuromuscular (myasthenia
Asidosis metabolic
gravis)
Laryngeal disease
f. Sentral:
Tracheal
Neuromuscular disorder, nyeri,
overdosis aspirin, hipoksia
I. Definisi
PPOK (penyakit Paru Obstruktif Kronik) adalah penyakit yang umum, dapat
disembuhkan yang ditandai dengan simtom respiratorik persisten dan keterbatasan
aliran udara yang disebabkan oleh abnormalitas saluran udara dan atau alveolar yang
disebabkan oleh paparan signifikan terhadap partikel atau gas yang merugikan.
(GOLD 2018).
2.3.0Polusi udara
Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapatmenjadi
penyebab terjadinya polusi udara. Ukuran dan macampartikel akan memberikan efek
yang berbeda terhadap timbulnya danberatnya PPOK.
2.4.0Stres oksidatif
Paru selalu terpajan oleh oksidan endogen dan eksogen. Oksidanendogen timbul dari
sel fagosit dan tipe sel lainnya sedangkanoksidan eksogen dari polutan dan asap
rokok.Ketika keseimbangan antara oksidan dan antioksidan berubahbentuk, misalnya
kelebihan oksidan dan atau deplesi antioksidan akan menimbulkan stres oksidatif.
Stres oksidatif tidak hanyamenimbulkan efek kerusakan pada paru tetapi juga
menimbulkanaktifitas molekuler sebagai awal inflamasi paru.Jadi, ketidakseimbangan
antara oksidan dan anti oksidan memegangperanan penting pada patogenesis PPOK.
2.5.0Gen
c) Limfosit T: sel CD4+ dan CD8+ meningkat pada dinding saluran napasdan
parenkim paru, dengan peningkatan rasio CD8+: CD4+.Peningkatan sel T CD8+
(Tc1) dan sel Th1 yang mensekresikaninterferon gamma dan mengekspresikan
reseptor kemokin CXCR3, mungkinmerupakan sel sitotoksik untuk sel-sel
alveolar yang berkontribusiterhadap kerusakan alveolar.
a) Faktor kemotaktik:
• Lipid mediator:misalnya, leukotriene B4 (LTB4) menarik neutrofildan limfositT
• Kemokin: misalnya, interleukin-8 (IL-8) menarik neutrofil danmonosit.
PATOLOGI
Perubahan patologis karakteristik PPOK ditemukan di saluran napas
proksimal, saluran napas perifer, parenkim dan vascular paru. Perubahan patologis
akibat inflamasi kronis terjadi karena peningkatan sel inflamasi kronis di berbagai
bagian paru yang menimbulkan kerusakan dan perubahan struktural akibat cedera dan
perbaikan berulang. Secara umum, perubahan inflamasi dan struktural saluran napas
akan tetap berlangsung sesuai dengan beratnya penyakit walaupun sudah berhenti
merokok. Perubahan patologis pada pasien PPOK:
PATOFISIOLOGI
Saat ini telah diketahui dengan jelas tentang mekanisme patofisiologiyang mendasari
PPOK sampai terjadinya gejala yang karakteristik.
d) Hipersekresi lendir
Hipersekresi lendir, yang mengakibatkan batuk produktif kronis, adalahgambaran
dari bronkitis kronis tidak selalu dikaitkan dengan keterbatasanaliran udara.
Sebaliknya, tidak semua pasien dengan PPOK memilikigejala hipersekresi lendir.
Hal ini disebabkan karena metaplasia mukosayang meningkatkan jumlah sel
goblet dan membesarnya kelenjarsubmukosa sebagai respons terhadap iritasi
kronis saluran napas oleh asaprokok atau agen berbahaya lainnya. Beberapa
mediator dan proteasemerangsang hipersekresi lendir melalui aktivasi reseptor
faktor EGFR.
f) Eksaserbasi
Respon inflamasidalam saluran napas pasien PPOK dapat memicu eksaserbasi.
Eksaserbasi ringan dan sedang terdapat peningkatan neutrofil,beberapa studi
lainnya juga menemukan eosinofil dalam dahak dandinding saluran napas. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan konsentrasimediator tertentu, termasuk TNF-α,
LTB4 dan IL-8, serta peningkatanbiomarker stres oksidatif.
Gen
IV. Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanda dan gejalaringan
hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainanditemukan kelainan
yang jelas dan tanda inflasi paru.
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
- Suara napas vesikuler normal, atau melemah
- Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
- Ekspirasi memanjang
- Bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed-lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan rongki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed-lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi
yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
Gejala pasien
Komorbiditas
b.0Uji bronkodilator
2. Laboratorium darah
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop / eye dropappearance)
Klasifikasi PPOK
VI. Diagnosis Banding
Terapi farmakologi
Grup A
Semua pasien grup A harus diberikan bronkodilator kerja pendek atau kerja panjang
Grup B
Grup C
Grup D
Pada pasien dengan overlap asma-PPOK LABA/ICS dapat menjadi pilihan utama.
Kadar eosinofil tinggi dapat menjadi parameter penggunaan KSI.
Terapi non-farmakologis
1. Edukasi
Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibeldan progresif, inti dari edukasi
adalah menyesuaikan keterbatasanaktivitas dan mencegah kecepatan perburukan
fungsi paru.Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atauklinik
konseling, karena memerlukan waktu yang khusus danmemerlukan alat peraga.
Penyesuaian aktiviti dan polahidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas hiduppasien PPOK.
2. Berhenti merokok
3. Rehabilitasi PPOK
Latihan fisis
Ditujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistemtransportasi oksigen.
Contoh latihan fisis bagi penderita PPOK yaitu latihan dinamik, berjalan, jogging,
atau sepeda.Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama 4-7 hariper minggu.
Tipe latihan diubah setiap hari. Pemeriksaandenyut nadi, lama latihan dan keluhan
subyektif dicatat.
Psikososial
Status psikologi penderita perlu diamati dengan cermat danapabila diperlukan dapat
diberikan obat
Latihan Pernapasan:
Tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mongontrolsesak napas. Teknik
latihan meliputi pernapasan diafragmadan pursed lips breathing guna memperbaiki
ventilasi danmensinkronkan kerja otot abdomen dan toraks.
4. Terapi oksigen
Indikasi:
- PaO2 <55 mmHg atau Sat O2 <88 % (hipoksemia arteri), atau
- PaO2 diantara 55-59 mmHg disertaitanda-tanda gagal jantung kanan, dan
eritrositosis
Pemberian suplementasi oksigen pada pasien dijaga agar saturasi oksigen pasien
≥90%.
5.0Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengangagal napas akut,
gagal napas akut pada gagal napas kronik ataupada pasien PPOK derajat berat dengan
gagal napas kronik.Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU
ataudi rumah.
6.0Nutrisi
7. Vaksinasi
Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulen)
Penyebab paling umum dari suatu eksaserbasi adalah infeksitrakeobronkial dan polusi
udara, 1/3 penyebab dari eksaserbasi berattidak dapat diidentifikasi (Bukti B).
Terapi oksigen.
Merupakan kunci terapi pasien PPOK eksaserbasi akut. Saturasi oksigen pasien
perlu dipertahankan pada 88-92%.
Pada pasien dengan gagal nafas hipoksemia akut, oksigen aliran tinggi dengan
nasal kanul dapat menjadi terapi standar.
Dukungan ventilator
1. Spirometri
Paling tidak pengukuran VEP1 dilakukan setahun sekali. Kapasitas fungsional diukur
dengan tes berjalan (6 menit atau tes berjalan shuttle)
2.0Simtom
Simtom pasien seperti produksi dahak dan batuk, sesak, keterbatasan aktivitas dan
gangguan tidur dievaluasi atau juga dapat menggunakan kuesioner CAT.
3.0Eksaserbasi
5.0Status merokok
Evaluasi status merokok dan paparan asap rokok perlu dievaluasi pada setiap
kunjungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parshall MB, Schwartzstein RM, Adams L, Banzett RB, Manning HL, Bourbeau J,
et al. An official American Thoracic Society statement: update on the mechanisms,
assessment, and management of dyspnea. American journal of respiratory and critical
care medicine. 2012;185(4):435–452.
3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for
diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease updated
2018.