Anda di halaman 1dari 10

VOLT

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro


P-ISSN: 2528-5688
Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/VOLT
E-ISSN: 2528-5696 Vol 2, No. 1, April 2017, 45-54

KLASIFIKASI PENYAKIT AYAM MENGGUNAKAN METODE


SUPPORT VECTOR MACHINE

Eka Dwi Nurcahya 1

1Teknik
Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ponorogo 63471, Indonesia

Corresponding author e-mail: ekadwi_te@umpo.ac.id

Received: 11 March 2017. Received in revised form: 26 April 2017. Accepted: 28 April 2017

Abstrak

Penyakit pada ayam memiliki banyak jenis tetapi mempunyai beberapa gejala yang mirip dengan
perbedaan yang sedikit. Gejala penyakit yang sulit dibedakan membuat peternak rentan
melakukan kesalahan penanganan. Klasifikasi menggunakan teknik komputasi dapat mem-
bedakan jenis penyakit dengan lebih baik. Support Vector Machine adalah salah satu teknik kom-
putasi yang dapat digunakan. Penelitian ini menggunakan jenis penyakit ayam antara lain Avian
Influenza, Cronic Respiratory Disease, Corryza, Newcastle Disease, Gumboro, dan Koksidiosis.
Gejala-gejala yang ditimbulkan dari enam penyakit yang di teliti berjumlah 26 jenis gejala dengan
objek penelitian berjumlah 105 ekor ayam. Metode pengambilan data menggunakandata lapangan
hasil dari pengamatan peternak sesuai rujukan ahli peternakan. Support Vector Machine sebagai
pengklasifikasi memberikan bobot pembeda pada setiap penyakit dengan dasar gejala yang dimil-
iki setiap penyakit. Hasil penerapan Support Vector Machine pada klasifikasi penyakit ayam
medapatkan nilai akurasi sebesar 84,7% atau 89 data sesuai dengan rujukan ahli.

© 2017 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, FKIP UNTIRTA

Kata kunci: klasifikasi, penyakit ayam, svm.

PENDAHULUAN hewan unggas yang lebih cepat besar dan


berproduksi sehingga memperpendek masa
Besarnya kebutuhan membuat manusia pemeliharaan dan menghemat modal.
melakukan rekayasa peternakan dari Rekayasa biotik dan kimia digunakan
tradisional ke modern untuk menjaga untuk menunjang perkembangan unggas. Efek
tercukupinya kebutuhan. berbagai metode dari percepatan pertumbuhan dengan biotik
dikembangkan untuk dapat menghasilkan dan kimiawi membuat daya tahan unggas
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

menurun dan sangat rentan dengan penyakit. Penyakit Coryza


Berbagai penyakit mematikan bahkan menular Serangan coryza atau pilek ayam bi-
melalui unggas seperti flu burung (avian influ- asanya diikuti oleh penyakit-penyakit lainnya,
enza). antara lain fowl pox, CRD, dan kekurangan vita-
Selain flu burung penyakit- penyakit min A sehingga sulit dibedakan secara kasat
yang sering menjangkit ayam broiler adalah: mata antara ayam yang yang terserang CRD
Cronic Respiratory Disease (CRD), Corryza, atau coryza karena keduanya sering menyerang
Newcastle Disease (ND), Gumboro, Koksidiosis pada waktu bersamaan. Gejala penyakit coryza
(Berak Darah), setiap penyakit tersebut antara lain mengeluarkan cairan mata, muka
memiliki gejala yang hampir sama namun sembab, sayap menggantung, bersin-bersin,
membutuhan penanganan dan tindakan yang hidung berlendir berbau dan kental, tidak nafsu
bebeda-beda sehingga banyak peternak yang makan.
sulit mengidentifikasi penyakit apa yang
menjangkit ternak. Penyakit Newcastle Disease (ND) atau Tetelo
Penyebaran penyakit ini dapat melalui
Penyakit Avian Influenza (AI) peralatan peternakan yang baru masuk ke kan-
Flu burung adalah penyakit yang dang yang tidak dicuci terlebih dahulu, selain
disebabkan oleh virus influenza yang me- itu dapat juga disebarkan melalui burung-
nyerang burung/unggas/ayam. Menurut burung liar yang ada disekitar kandang. Satu-
(Darmansjah, 2011) dalam salah satu tipe satunya cara untuk pencegahanya adalah
yang perlu diwaspadai adalah yang disebab- dengan vaksinasi. Hanya saja vaksinasi harus
kan oleh virus influenza dengan kode genetik dilakukan dengan cara yang benar, dalam
H5N1 yang selain dapat menular dari burung ke vaksinasi harus diperhatikan jenis vaksin dan
burung ternyata dapat pula menular dari bu- batas kadaluarsanya (Rasyaf, 2011 :150).
rung ke manusia. Gejala penyakit ND antara lain tubuh
Gejala yang ditimbulkan diare, lemas, gemetar, diare putih hijau, tersengal-sengal,
tidak nafsu makan, jengger bengkak, leher ke- batuk, bersin, mata keruh, lesu, lumpuh,
puntir, bintik merah dikaki, nafas tersengal, ma- gangguan syaraf, kejang, dan leher terpuntir.
ti mendadak.
Penyakit Gumboro
Penyakit Cronic Respiratory Disease (CRD) Penyakit ini disebabkan oleh virus yang
Penyakit ini menyerang ayam broiler belum diketahui secara spesifik seluk-beluknya.
pada masa pertumbuhanya yaitu antara umur Penyakit gumboro umumnya menyerang ayam
3-5 minggu. Penyakit ini menyerang saluran pada masa pertumbuhan. Virus gumboro sulit
pernafasan sehingga dikenal pula dengan nama dideteksi sehingga mampu hidup di luar tubuh
MG (Mycoplasma Gallisepcticum) atau penyakit ayam selama berbulan-bulan. Kandang yang
saluran pernafasan atau disebut juga PPLO kotor serta tempat pakan dan peralatan yang
(Pleuropneminia Like Organism). Gejala yang tidak bersih menjadi sumber utama penyebaran
ditimbulkan antara lain bersin-bersin, batuk, penyakit ini. Gejalanya antara lain gemetar,
ngorok, mata bengkak, pincang, lumpuh. lemah, tidak nafsu makan, sesak nafas, diare
putih kapur, dehidrasi.
46
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Penyakit Koksidiosis atau Berak Darah Gambar 1 memperlihatkan beberapa


Ayam yang terserang penyakit ini akan pattern yang merupakan anggota dari dua buah
menunjukan gejala cukup jelas. Dalam kasus kelas : +1 dan –1. Pattern yang tergabung pada
yang sudah parah pada lantai (litter) akan kelas –1 disimbolkan dengan warna merah (ko-
ditemukan bercak-bercak berwarna merah pa- tak), sedangkan pattern pada kelas +1, disim-
da kotoran ayam karena usus rusak. Gejala bolkan dengan warna kuning (lingkaran).
lainnya anatara lain lemas, anemia, bulu kusam, Masalah klasifikasi dapat diterjemahkan
kurus. dengan usaha menemukan garis (hyperplane)
yang memisahkan antara kedua kelompok ter-
Penyakit Cacingan sebut. Data yang tersedia dinotasikan sebagai
Penyakit cacing pada ayam umumnya
sedangkan label masing-masing dino-
adalah terinfeksi cacing dengan jenis tertentu.
tasikan untuk i= 1, 2, 3...l . Dengan l adalah
Gejala penyakit cacingan pada ayam adalah sa-
banyaknya data. Diasumsikan kedua kelas –1
yap gantung,tidak nafsu makan, lemah lesu, ku-
dan +1 dapat terpisah secara sempurna oleh
rus, bulu kusam, dan kotoran berdarah.
hyperplane berdimensi d , yang didefinisikan:

Support Vector Machine


w×x + b = 0 (1)
Support Vector Machine (SVM) berusaha Hiperplane dapat dicari menggunakan
menemukan hyperplane yang terbaik pada in- persamaan 1 yang terdiri dari variable koordi-
put space, prinsip dasar svm adalah linear clas- dat support vector (x), weight (w), dan bias (b).
sifier, dan selanjutnya dikembangkan agar
dapat bekerja pada problem non-linear dengan
METODE
memasukkan konsep kernel trick pada ruang
kerja berdimensi tinggi. saat ini svm telah ber-
Metode penelitan terbagi menjadi beber-
hasil diaplikasikan dalam masalah dunia nyata
pa tahapan pengerjaan. Tahapan pertama ada-
(real-world problems), dan secara umum mem-
lah pengumpulan literatur dari karakteristik
berikan solusi yang lebih baik dibandingkan
gejala penyakit dan prinsip kerja SVM. Tahapan
metode konvensional seperti misalnya artificial
kedua adalah pengumpulan data yang ber-
neural network (Nugroho, dkk, 2003).
sumber dari Dinas Peternakan dan peternak di
Kabupaten Ponorogo. Tahapan ketiga adalah
menata data yang disesuaikan dengan metode
pengolahan menggunakan SVM.
Langkah keempat adalah pengolahan
menggunakan bantuan aplikasi weka 3.7, untuk
menerapkan pengolahan metode SVM. Langkah
kelima adalah pengukuran performa pengkla-
sifikasi. Langkah pengolahan menggunakan
Gambar 1. SVM mencari hyperplane terbaik
SVM dapat digambarkan dalam bagan gambar
(Nugroho, dkk., 2003)
2.

47
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Tabel 1. pengukuran kehandalan klasifikasi


Inialisasi data
Ukur Rumus
Menentukan data uji dan latih Presisi (3)

Menentukan support vector


sensitivitas (4)
Menentukan hiperplane

Hasil Klasifikasi

Gambar 2. Tahapan Kerja SVM akurasi atau


(5)
Eksprimen ini menggunakan fungsi
polynomial sebagai kernel atau pemisah kelas. f-measure
Dengan rumusan: (6)

(2)
ROC menggambarkan kondisi antara true
Receiver Operating Characteristics (ROC) positif dan false positif. Koordinat (0,1) pada
Hasil yang diperoleh pada tahap klasifi- grafik ROC adalah mewakili nilai dari sentivity
kasi dilakukan perbandingan sehingga di- 100% (tidak terdapat nilai false negative) atau
peroleh empat nilai yaitu masing-masing adalah specifity sebesar 100% (tidak terdapat false
true positive, false positive, true negative dan positive). Titik (0,1) juga disebut klasifikasi
false negative. yang sempurna.
Predicted Label
Positive Negative
Actual Positive True False HASIL DAN PEMBAHASAN
Label Positif negative
Negative False True Pengolahan hasil diawali dengan me-
negatif negative nyeleksi data yang layak uji dan valid. Ketidak
Gambar 3. Confusion Matrix validan data dikarenakan data hanya mempu-
nyai satu atau dua gejala penyakit, sehingga ti-
Dari gambar 3 dapat digunakan dak dapat diasumsikan untuk memenuhi satu
pengukuran kehandalan klasifikator dengan penyakit. Setiap penyakit diambil 15 sampel
rumusan pada tabel 1. dari data lapangan untuk diuji. Data sampel
dapat menunjukkan ciri umum dan khusus dari
setiap penyakit. Data penyakit dan gejalanya
dapat digambarkan dalam diagram berikut.

48
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Gambar 6. Diagram Gejala penyakit Coryza


Gambar 4. Diagram gejala penyakit Avian Influ-
enza. Gambar 6 menyatakan gejala yang do-
Gambar 4 menyatakan bahwa penyakit minan adalah bersin, muka bengkak, cairan ma-
avian influenza memiliki data yang dominan ta, sayap gantung, lender hidung, tidak nafsu
lebih banyak dibandingkan dengan penyakit makan.
lain. Data dominan tersebut adalah caiaran ma-
ta, lender hidung, tidak nafsu makan, jengger
kebiruan, sesak nafas, mata keruh, lemah lesu,
leher muntir, cairan mulut, mati mendadak

Gambar 7. Diagram Gejala penyakit Newcastle


Deasease.

Gambar 7 menyatakan gejala dominan


yaitu bersin, batuk, lumpuh, gemetar, diare,
Gambar 5. Diagram gejala Penyakit Cronic Res-
piratory Disease (CRD). jengger kebiruan, sesak nafas, mata keruh,
lemah lesu, gangguan syaraf, dan leher muntir.
Gambar 5 menyatakan bahwa penyakut
Cronic Respiratory Disease (CRD) mempunyai
gejala dominan pada bersin, batuk, ngorok,
muka bengkak, dan lumpuh.

Gambar 8. Diagram Gejala Penyakit Gumboro


49
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Gambar 8. menyatakan bahwa gejala


yang dominan pada penyakit gumboro adalah
gemetar, diare, sesak nafas dan dehidrasi.

Gambar 9. Diagram gejala penyakit berak darah.


Gambar 11. Sebaran dan irisan gejala penyakit
Gambar 9. menunjukkan data gejala ayam.
penyakit berak darah yang dominan adalah
lemah lesu, anemia, kurus, bulu kusam, kotoran Hasil Pengolahan dengan SVM
berdarah. Pengolahan dengan metode SVM
menggunakan complexity paramer dengan nilai
100 dengan kernel polykernel yaitu pemisah
dengan gari dan “Using training set” yaitu
memakai seluruh data sebagai training set,
sekaligus testing set yang menghasilkan akurasi
akan sangat tinggi.

Gambar 10. Diagram gejala penyakit cacingan

Gambar 10 menunjukkan gejala yang


dominan pada penyakit cacingan pada ayam
adalah sayap gantung,tidak nafsu makan, lemah
lesu, kurus, bulu kusam, dan kotoran berdarah.
Gejala yang dominan akan menjadi nilai
weight pada SVM. Data sebaran gejala jika
dilihat dalam sebuah diagram lingkaran akan
terlihat sebaran irisan antar penyakit. Gambar 12. Hasil klasifikasi

50
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Dari hasil gambar 12 diketahui ada data Avian Influenza 0.867


persegi dan silang, persegi adalah data yang Cacingan 0.8
tidak sesuai antara data lapangan dan hasil Rata-rata 0.848
klasifikasi. Hal ini dikarenakan gejala yang ter-
dapat pada ayam tersebut menurut SVM lebih Tabel 4. Perolehan False Positif
condong pada penyakit lain berdasarkan gejala Penyakit Nilai False Positif
yang diderita oleh ayam tersebut. Cronic Respiratory Disease 0.011
Coryza 0.044
Tabel 2. Confusion Matrix Newcastle deasease 0.033
a b c d e f g Gumboro 0.011
12 2 1 0 0 0 0 a Berak darah 0.022
0 13 2 0 0 0 0 b Avian Influenza 0.033
1 2 11 0 0 1 0 c Cacingan 0.022
0 0 0 13 0 1 1 d Rata-rata 0.025
0 0 0 0 15 0 0 e
0 0 0 0 1 13 1 f Tabel 5. Perolehan presisi
0 0 0 1 1 1 12 g Penyakit Nilai Presisi
Cronic Respiratory Disease 0.923
Keterangan: Coryza 0.867
a = Cronic Respiratory Disease (CRD) Newcastle deasease 0.786
b = coryza Gumboro 0.829
c = Newcastle deasease Berak darah 0.882
d = gumboro Avian Influenza 0.813
e = berak darah Cacingan 0.857
f = Avian Influenza Rata-rata 0.851
g = cacingan

Hasil ini selanjutnya diolah untuk Tabel. 6 Perolehan Sensitivitas


mendapatkan nilai true positive (TP), False Pos- Penyakit Nilai Sensitivitas
itive (FP), Presisi, sensitivitas, F-measure, ting- Cronic Respiratory Disease 0.8
kat akurasi dari SVM sebagai pengklasifikasi Coryza 0.867
dan ROC area Newcastle deasease 0.733
Gumboro 0.867
Tabel 3. Perolehan True Positif Berak darah 1
Penyakit Nilai True Positif Avian Influenza 0.867
Cronic Respiratory Disease 0.8 Cacingan 0.8
Coryza 0.867 Rata-rata 0.848
Newcastle deasease 0.733
Gumboro 0.867
Berak darah 1

51
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Tabel.7 Perolehan F-measure gejala-gejala yang di derita saat ayam terjangkit


Penyakit Nilai F-Measure penyakit.
Cronic Respiratory Disease 0.857 Saran yang diajukan adalah pengujian
Coryza 0.813 dengan metode lain untuk membandingkan
Newcastle deasease 0.759 kehandalan SVM sebagai pengklasifikasi.
Gumboro 0.897 Penelitan ini juga dapat dikembangkan untuk
Berak darah 0.938 aplikasi sistem informasi yang dapat digunakan
Avian Influenza 0.839 peternak secara langsung untuk mengetahui
Cacingan 0.828 penyakit ayamnya.
Rata-rata 0.847
UCAPAN TERIMAKASIH
Tabel. 8 ROC area
Penyakit Nilai ROC Ucapan terimakasih ditujukan kepada
Cronic Respiratory Disease 0.949 Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang te-
Coryza 0.966 lah mendanai penelitian ini serta mahasiswa
Newcastle deasease 0.939 dan rekan-rekan yang telah membantu
Gumboro 0.979 pelaksanaan dan penulisan artikel ini.
Berak darah 0.989
Avian Influenza 0.968 DAFTAR PUSTAKA
Cacingan 0.959
Rata-rata 0.964 Darmansjah, I. (2011). The Use of Antibiotics in
Children. Journal of the Indonesian Me-
Akurasi yang dicapai oleh SVM terhadap dical Association
data penyakit ayam adalah Sunarti, Ira. (2013). Perubahan Pengetahuan
Peternak Ayam Ras Broiler Tentang Pe-
= 84,7%
nyakit Flu Burung dengan Menggunakan
Tingkat akurasi mencapai 84,7% dapat Media Cetak Brosur Di Kecamatan
dikatakan klasifikasi berhasil mengelompokkan Marusu Kabupaten Maros. Skripsi : Uni-
data sesuai dengan kelasnya. Data yang error versitas Hasanudin. Makasar.
dinyatakan gejalanya lebih cenderung ke pe-
nyakit lain. Nugroho, A.S., Witarto, B.A., Handoko, D..
(2003). Support Vector Machine – Teori
KESIMPULAN dan Aplikasinya dalam Bioinformatika.
Kuliah Umum Ilmu Komputer.com Re-
Berdasarkan penelitian yang telah trieved from
dilakukan melalui beberapa tahapan http://asnugroho.net/papers/ikcsvm.p
pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa df
klasifikasi penyakit ayam dengan SVM berhasil
mengelompokkan penyakit ayam dengan Nurcahya, Eka D. (2013). Identifikasi Pola
tingkat akurasi 84,7%. Hasil ini berdasarkan Gerakan Mata pada Kondisi Fisik Segar
dan Lelah Menggunakan Support Vector
52
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

Machine. Tesis: Institut Teknologi


Sepuluh Nopember Surabaya.

Rasyaf, Muhammad. (2011). Panduan Beternak


Ayam Pedaging. Depok: Penebar
Swadaya.

53
E.D. Nurcahya / VOLT - Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2 (1) (2017) 45-54

54

Anda mungkin juga menyukai