Anda di halaman 1dari 7

BAB II

EKSPERIMEN 2
RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN
Y (BINTANG) DAN DELTA (∆)

I. Tujuan
Adapun tujuan daripada percobaan rangkaian tiga fasa serta hubungan Y
(Bintang) dan Delta (∆) adalah :
1. Untuk mempelajari hubungan arus dan tegangan pada hubungan Y
dan delta pada rangkaian tiga fasa.

II. Alat yang Dipergunakan


1. Papan (mount) BR-3
2. Papan NO-11 (sambungan transformator tiga fasa)
3. Multimeter digital
4. Kabel koneksi masukkan tiga fasa
5. Kabel koneksi

III. Dasar Teori


Transformator tiga fasa memiliki tiga lilitan primer dan tiga lilitan secara
sekunder.Ada dua bentuk dari tiga lilitan kabel seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.2.1 baik untuk mengetahui sumber tegangan tiga fasa atau beban tiga
fasa.

Gambar 2.2.1 Hubungan Tiga Fasa


Hubungan Delta atau Y dapat diterapkan baik untuk primer atau sekunder,
menghasilkan empat kombinasi yang mungkin.Hubungan tegangan primer dan
sekunder dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.2.1 Hubungan tegangan primer dan sekunder rangkaian tiga fasa

Primer Sekunder Arus sekunder (Vs) dengan Np/Ns = 1


Delta Delta VS =VP
Delta Y VS = 1.732 × VP
Y Y VS = VP
Y Delta VS = VP / 1.732
2
Cat : 1.732 = Akar panngkat 2 (√3) dari 3

Sistem tiga fasa populer di pembangkit listrik atau distribusi arus bolak-
balik karena memerlukan beban kurang dari konduktor dibandingkan system satu
fasa dengan beban yang sama. Mesin peralatan tiga fasa yang lebih efisien dan
ekonomis daripada mesin satu fasa .Seperti itu jelas terlihat dari Gambar 2.2.1,
sistem satu fasa memerlukan enam kabel untuk mengirimkan daya, sedangkan
sistem tiga fasa hanya memerlukan tiga kabel.
Dalam Gambar 2.2.2, hubungan fasa antara setiap fasa ditampilkan.
Perhatikan bahwa tegangan puncak muncul di setiap 1200 berbeda dengan 3600
dalam sistem satu fasa. Juga perhatikan bahwa nilai instanteneous dari satu fasa
yang setara dengan nilai absolut dari penjumlahan dari dua fasa lain pada titik
yang sama.

Gambar 2.2.2 Hubungan Fasa dalam Sistem Tiga Fasa


2.3.1 Konstruksi dan Prinsip Kerja Transformator Tiga Fasa
Sebuah transformator 3 fasa dapat diperoleh dari 3 buah transformator satu
fasa atau unit 3 fasa. Jika suplai 3 fasa yang digunakan adalah V1,V2, dan V3 dan
masing-masing menghasilkan fluks (φ1,φ2, dan φ3) yang masing-masing fluks
beda fasa 120º, maka berdasarkan hukum faraday pada lilitan primer dan lilitan
sekunder masing-masing akan menghasilkan ggl induksi dan masing-masing fasa
juga berjarak 120º.

2.3.2 Transformator Hubungan Segitiga-Bintang (Delta-Wye)


Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap
lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran
keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap
transformator. Arus line pada fasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan
sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan
sekunder.

Gambar 2.2.3 Hubungan Segitiga-Bintang (Delta-wye)

Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30° antara tegangan


saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line
keluaran E12 adalah 30° mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat
dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban
terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel
dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda fasa 30° mungkin akan
membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran
tegangannya sebaliknya identic.
.Keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan
menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator.
Lilitan HV (high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73
atau 58% dari tegangan saluran

Gambar 2.2.4 Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram Phasor

2.3.3 Sambungan Transformator 3 Fasa


Terdapat bermacam-macam kombinasi sambungan di dalam transformator
3 fasa. Kombinasi sambungan transformator tersebut dapat digunakan untuk
memindahkan daya dari daya 3 fasa ke daya 3 fasa, dari tiga fasa ke enam fasa,
dan sebagainya. Terdapat kombinasi sambungan transformator 3 fasa yaitu seperti
tabel berikut:

Tabel 2.2.2 Tabel kombinasi sambungan transformator 3 fasa


Primer Sekunder Penulisan
Bintang Bintang Yy
Bintang Segitiga Yd
Bintang Zig-zag Yz
Segitiga Bintang Dy
Segitiga Segitiga Dd
Segitiga Zig-zag Dz
Dari bermacam-macam variasi kombinasi sambungan seperti tersebut
diatas, yang lazim digunakan sesuai dengan normalisasi pabrik (VDE 0532)
adalah :
Primer : sambungan bintang (Y) dan segitiga (∆)
Sekunder : sambungan bintang (Y) dan segitiga (∆) dan liku-liku (Z)

Gambar 2.2.5 Hubungan Segitiga Primer - Sekunder

Tinjauan masing-masing sambungan baik pada sisi primer maupun sisi


sekunder adalah sebagai berikut:
a. Sambungan Bintang (Y)
Pada sambungan ini diperoleh persamaan :
𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑉𝑓 ) = .....................................(2.2.1)
√3
𝐼𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐼𝑓 ) = 𝐼𝑙𝑖𝑛𝑒 (𝐼𝐿 ) .....................................(2.2.2)

𝐷𝑎𝑦𝑎 = 𝑉𝐿 × 𝐼𝐿 × √3 cos 𝜑 .................................(2.2.3)


𝐷𝑎𝑦𝑎 = 3 × 𝑉𝑓 × 𝐼𝑓 × cos 𝜑 ..............................(2.2.4)

b. Sambungan Segitiga (∆)


Pada sambungan ini diperoleh persamaan:
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑉𝑓 ) = 𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒 (𝑉𝐿 ) ....................................(2.2.5)
𝐼𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐼𝑓 ) = √3 × 𝐼𝑙𝑖𝑛𝑒 (𝐼𝐿 ) .....................................(2.2.6)

𝐷𝑎𝑦𝑎 = 𝑉𝐿 × 𝐼𝐿 × √3 cos 𝜑 ..................................(2.2.7)


𝐷𝑎𝑦𝑎 = 3 × 𝑉𝑓 × 𝐼𝑓 × cos 𝜑 .................................(2.2.8)
IV. Cara Kerja

Adapun langkah percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Pasang papan No-11 ke papan (mount). Pastikan saklar daya di bagian kiri
bawah papan dalam kondisi mati (lihat pada Gambar 2.2.6).
2. Konfigurasikan saklar primer dan sekunder ke “delta”.
3. Pastikan pemutus sirkuit utama dalam kondisi mati. Hubungkan jalur input
ke terminal input R, S, T pada papan NO-11.
Catatan :
Selalu berhati-hati dengan tegangan tinggi! Ketahuilah aturan keselamatan
sebelum menyentuh papan.
4. Hidupkan saklar daya dan ukur tegangan fasa sekunder dan isitabel 2.2.6.
Atur voltmeter ke kisaran paling sedikit 300 V.

Tabel 2.2.3Pengukuran teganganfasa.


Input/output konfigurasi Tegangan fasa
Primer Sekunder U-V V-W W-U
Delta Delta
Delta Y
Y Y
Y Delta

5. Matikan saklar daya. Konfigurasi ulang sekunder ke “Y”. Hidupkan saklar


daya. Ukur tegangan fasa dan isilah Tabel 4.1.
6. Lanjutkan eksperimen untuk sisa kombinasi konfigurasi primer dan
sekunder. Selalu ingat untuk matikan saklar daya sebelum membuat
perubahan.
7. Bandingkan hasilnya dengan nilai yang diberikan pada tabel 4.1.
8. Konfigurasi kedua primer dan sekunder ke “Y”dan ukur tegangan antara
U, V, danW ke N (netral). Jelaskan mengapa tegangan dari fasa ke netral
bukanlah satu setengah dari fasa ke fasa tegangan.
Gambar 2.2.6 NO-11 Papan Rangpkaian Transformasi Tiga Fasa

Anda mungkin juga menyukai