Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk

(unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare

adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada biasanya, yaitu lebih

dari 200 g atau 200 ml dalam 24 jam pada dewasa muda atau 10 ml/KgBB per

hari pada anak-anak.1 Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut

sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung selama 2 minggu atau lebih,

digolongkan sebagai diare kronik. Feses dapat disertai dengan atau tanpa lendir,

darah (sindrom disentri) atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah,

nyeri perut, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi.1-4

Penegakkan diare memerlukan pemeriksaan sistematik dan cermat. Perlu

ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang, dan lingkungan pasien, riwayat

pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, penyakit yang mendasari,

karakteristik tinja, dan keluhan penyerta, dilanjutkan pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik berupa tanda vital, berat badan, tanda

1
dehidrasi, serta status lokalis. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

makroskopis tinja atau kultur tinja. Pemeriksaan elektrolit serum mungkin akan

diperlukan pada sebagian besar diare terutama yang berlangsung lama dan disertai

dengan klinis dehidrasi sedang-berat.4

Diare infeksi akut dapat diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis

menjadi diare tipe non inflamasi dan diare tipe inflamasi. Sedangkan berdasarkan

patomekanismenya, terdiri dari diare tipe osmotik, sekretorik, dan invasif. Diare

inflamasi disebabkan oleh invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan

manifestasi sindrom disentri. Infeksi bakteri yang invasif akan mengakibatkan

perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Diare tipe watery terutama tipe

sekretorik akan menyebabnya diare dengan jumlah volume tinja yang berlebihan

dibanding dengan tipe diare lain dan tetap menetap walaupun pasien dipuasakan.4

Diare kronik sangat berbeda dengan diare akut, dalam hal etiologi,

patofisiologi dan pendekatan terapi, dan hal seperti ini sering merupakan masalah

dalam penanganannya. Perlu diingat bahwa diare kronik dapat terjadi pada

berbagai kondisi dasar, tidak hanya merupakan manifestasi kelainan usus (saluran

cerna) saja misal akibat penyakit endokrin atau keganasan. Dalam upaya

penegakkan diagnosa, seorang klinisi harus menyadari beragamnya penyebab

diare kronik, oleh karena itu seorang klinisi hendaknya sangat berhati-hati dalam

2
memilih macam atau jenis pemeriksaan penunjang dan pengobatan pada diare

kronik.5

Pengobatan diare secara umum meliputi terapi cairan oral hingga rehidrasi

intravena, suplementasi zink, dan terapi pengganti nutrisi.6 Pendekatan

pengobatan diare kronik mungkin bersifat kuratif, supresif atau hanya terapi

empiris, tergantung etiologi spesifik. Penggantian cairan, nutrisi, dan elektrolit

merupakan komponen penting dalam penanganan awal diare kronik, dan untuk

beberapa kondisi spesifik diare kronik mungkin dibutuhkan suplementasi spesifik

pula.5 Oleh karena itu, referat ini akan membahas mengenai diare kronik secara

umum, dan penatalaksanaan diare kronik secara khusus.

I.2 Tujuan Umum Penulisan

Menjelaskan tentang penatalaksanaan diare kronik.

I.3 Tujuan Khusus Penulisan

Berikut tujuan khusus penulisan referat ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan diare kronik secara umum.

2. Menjelaskan penegakkan diagnosa diare kronik.

3. Menjelaskan pengobatan pada diare kronik.

Anda mungkin juga menyukai