Di penghujung sore, kami sampai di puncak pendakian. pada akhirnya kami harus turun
kembali. Namun, Armin, yak yang kami tunggangi berpikir sebaliknya. Dia kabur dan berlari ke
atas puncak. setelah bersusah payah kami akhirnya berhasil menangkap Armin, tapi tidak bisa
membawanya dan terpaksa bermalam di tempat yang paling tidak nyaman dimana kami tidak
dapat menyalakan api-sehingga makan malam pun hanya dengan makanan kering dan daging
mentah. Satu-satunya hiburan kami adalah pemandangan Gunung Everest di kejauhan yang
Keesokan harinya, kami mengikatkan tali di tanduk Armin dan turun, namun Armin
kembali tidak bisa diatur. Kamu sudah muak dengan kelakuan yak itu dan bertekad untuk
Akhirnya, hari itu pun tiba. Sesampainya di desa berikutnya aku membuat penawaran
yang menurutku bagus dan menukar Armin denga seekor kuda yang ringkih. Kami terlalu senan
Pada hari yang sama, kami tiba di lembah yang luas, melewati aliran sungai hijau yang
deras dan membawa gumpalan es. Sungai itu bernama Tsangpo. Membuat kami gagal
melewatinya karena tidak menemukan sungai yang membeku. Tapi kami tidak putus asa. Di
seberang sungai kami melihat banyak biara dan sejumlah pemukiman dan pasti ada cara untuk
melewatinya. Kami memikirkan sebuah kapal feri dan menemukan sebuah jembatan tali
gantung.
Sesampainya disana, kami menyimpulkan bahwa jembatan itu aman untuk disebrangi
namun tidak untuk kuda kami. Hewan harus berenang, meskipun terkadang para kuli berusaha
menaggul keledai-keledai mereka untuk menyebrang. Kami mencoba untuk menuntunnya turun
ke air tetapi dia tidak mau bergerak. Kami sudah cukup biasa memiliki masalah dengan hewan-
hewan yang kami miliki, jadi dengan berat hati aku memutuskan untuk kembali ke desa dan
menvoba menukarnya kembali. Hal ini menghabiskan banyak uang dan perdebatan yang panjang
untuk mendapatkan Armin kembali, meskipun saya berhasil mendapatkannya. Dia tidak
Hari sudah gelap ketika aku membawanya kembali ke jembatan. Saat itu sudah terlambat
untuk membuatnya menyeberang, jadi aku mengikatkan kedua taduknya ke sebuah tiang di
dekatnya. Kawan saya, Aufschnaiter, menemukan sebuah penginapan, dan kami melewati malam
yang hanyat dan menyenagkan dibawah perlindunga. Penduduk desa sudah terbiasa dengan para
Keesokan paginya aku memaafkan Armin dan segala tingkah buruknya. Dan berhasil
membujuknya untuk turun ke air, dan dia pun memperlihatkan pada kami bahwa dia adalah
16DC-