Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

FIELD TRIP TPA BANYUURIP

Disusun Oleh:

Selly Marwa Bela Pratiwi 21080113120054

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah adalah buangan berupa padat yang timbul dari kegiatan hewan
dan manusia. Merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai
estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya.
Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan
sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia (Bahar, 1985).
Hampir semua aktifitas manusia menghasilkan zat buangan, untuk itu kita
harus pintar dalam mengendalikan dan mengelola zat buangan tersebut agar tidak
menimbulkan masalah yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan manusia
maupun lingkungan. Sampah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
sehingga kita harus mengolah sampah sesuai dengan karakteristiknya sehingga
diharapkan dapat tercapai efisiensi yang tinggi
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi umum TPA Banyuurip Kota Magelang?
2. Apa kendala yang dihadapi TPA Banyuurip Kota Magelang
3. Metode pengolahan sampah apa yang digunakan di TPA Banyuurip
Kota Magelang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi umum TPA Banyuurip Kota Magelang
2. Mengetahui kendala yang dialami TPA Banyuurip Kota Magelang dan
memecahkan permasalahan yang ada
3. Mengetahui pengoperasian TPA Banyuurip Kota Magelang
1.4 Manfaat
1. Mengetahui kondisi umum TPA Banyuuurip Kota Magelang dan dapat
membandingkan dengan baku mutu pendirian TPA.
2. Mengetahui permasalahan yang dapat timbul di TPA
3. Mengetahui jenis-jenis TPA secara langsung
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah buangan berupa padat yang timbul dari kegiatan hewan
dan manusia. Merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai
estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya.
Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan
sampah sejauh mungkindari aktivitas manusia (Bahar, 1985).

2.2 Sumber Sampah


Menurut (Tchobanoglous et al, 1993) Sumber sampah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Daerah pemukiman
Sampah daerah pemukiman bersumber dari rumah tangga, apartemen,
asrama, dan sebagainya. Jenis sampah untuk daerah ini antara lain sisa
makanan, kertas, kardus/karton, plastik, kain, kulit, potongan rambut, kayu,
kaca, kaleng, alumunium, besi, daun, sampah khusus ( termasuk bulky waste,
sampah kebun, barang elektronik, baterai, oli, ban ), sampah rumah tangga
yang mengandung B3
2. Daerah Komersial
Sampah daerah komersial bersumber dari toko, mal, pasar, restoran,
gedung perkantoran, hotel, motel, percetakan, bengkel, dan sebagainya. Jenis
sampah untuk daerah ini antara lain kertas, kardus, plastik, kayu, sisa
makanan, kaca, besi, sampah khusus (termasuk bulky waste, sampah kebun,
barang elektronik, baterai, oli, ban ), sampah B3, dan sebagainya.
3. Institusi
Sampah institusi bersumber dari sekolah, rumah sakit, penjara, kantor
pemerintahan, tempat ibadah, dan sebagainya. Jenis sampah untuk institusi
sama dengan jenis sampah pada daerah komersial.
4. Tempat pembangunan, pemugaran atau pembongkaran gedung
Sampah tempat pembangunan, pemugaran atau pembongkaran gedung
bersumber dari daerah pembangunan konstruksi, perbaikan jalan, dan
sebagainya. Jenis sampah yang ada antara lain kayu, sisa-sisa bahan
bangunan/sisa material, dan sebagainya.
5. Industri
Sampah industri bersumber dari industri berat, industri ringan, pabrik-
pabrik, dan sebagainya. Jenis sampah industri tergantung dari bahan baku
yang digunakan, sampah non industri termasuk sisa makanan, kertas, sampah
B3.
2.3 Klasifikasi Sampah
Menurut ( Bahar, 1985) Secara umum sampah klasifikasi sampah dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu :
1. Sampah yang mudah terurai (degradable refuse)
Sampah ini mudah terurai secara alami melalui proses fisik, kimiawi,
maupun biologis. Biasanya sampah golongan ini berasal dari bahan-bahan
organik, seperti sampah sayuran, buah-buahan, sisa makanan, kertas, bangkai
binatang, dan sebagainya.
2. Sampah yang tidak mudah terurai (non degradable refuse)
Sampah ini sulit diuraikan secara alami melalui proses fisik, kimiawi,
maupun biologis menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Biasanya sampah
golongan ini berasal dari bahan-bahan non organik, bahan sintetis dan bahan
keras lainnya, seperti metal, kaca, plastik, kayu, keramik.

Menurut ( Bahar, 1985) Selanjutnya mengklasifikasikan sampah


berdasarkan jenis menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. “Garbage” yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa
pemasakan, atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat
digunakan sebagai bahan makanan oleh organisme lainnya, seperti insekta.
Binatang pengerat (rodentia) dan berbagai “scavenger”. Sampah jenis ini
biasanya bersumber dari “domestic refuse” atau industri pengolahan
makanan.
2. “Rubbish” yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk
dan dapat pula dibagi atas dua golongan, yaitu :
a. Sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah terbakar, seperti
kayu, bahan plastik, kain, bahan sistetik.
b. Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar,
seperti metal, kaca, keramik, dan tulang hewan.
3. “Ashes” dan “Cinder”, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal
dari kegiatan pembakaran.
4. “Dead Animal”, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat
berupa bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar
(wild animal).
5. “Street sweeping”, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di
sepanjang jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas,
daun, kayu, dan sebagainya.
6. “Industrial waste” merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
sampah jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan
sampah jenis lainnya.
2.4 Karakteristik Sampah
Menurut ( Hadiwiyoto, 1983) Karakteristik sampah adalah sifat-sifat
sampah yang meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Penggolongan
karateristik sampah berdasarkan sifatnya ada dua macam yaitu :
1. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa
organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Sampah
organik memiliki sifat mudah didegradasi oleh mikroba contohnya : daun-
daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan, sayur, buah.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang mengandung senyawa bukan
organik dan tidak dapat didegradasi oleh mikroba. Contoh sampah jenis ini
adalah kaleng, plastik, besi dan logam lainnya, gelas, mika, dan sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN

TPA Banyuurip berada di Desa Tegal Rejo Kota Magelang, dengan luas
wilayah sebesar 8 Ha yang terbagi menjadi 5 zona aktif, 1 zona pasif, kolam lindi,
kantor, tempat pengomposan, pabrik pengemasan kompos. TPA banyu urip dapat
ditempuh sekitar 7 km dari pusat Kota Magelang. Setiap harinya sampah yang
masuk ke TPA Banyuurip berkisar antara 175 m3 -200 m3. TPA ini akan ditutup
dalam waktu 1-2 tahun lagi, sehingga pemerintah kota magelang perlu
menyiapkan tempat untuk pembuatan TPA baru.
Sampah yang masuk ke TPA Banyuurip berasal dari pemukiman, warung,
kantor, terminal institusi, pasar, industri. TPA banyu urip tidak melayani sampah
B3 sehingga menganjurkan industri, RS atau bengkel yang menghasilkan limbah
B3 untuk mengolah sampahnya sendiri. Sebelum dikumpulkan ke TPA sampah
terlebih dahulu dikumpulkan di transfer depo yang terbagi dalam 17 titik yang
berada disetiap kecamatan, transfer depo disini dibangun dengan jalan masuk TD
yang naik, bangunan disertai atap, dan ketinggian TD yang disesuaikan dengan
tinggi dump truck. TPA Kota Magelang mempunyai 9 dump truck untuk
mengangkut sampah ke TPA. Sampah diangkut setiap hari untuk menghindari
terjadinya pembusukan.

Penerapan 3R dalam TPA Banyuurip dilakukan dari daerah hulu dengan


melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah,
hal ini cukup efektif untuk beberapa tempat dan terbukti warganya sangat
berantusias untuk mengembangkan program ini, bahkan di Kota Magelang
terdapat beberapa bank sampah yang dikelola oleh warga, serta terdapat juga
kampong organic yang memanfaatkan sampah organic sebagai bahan baku
kompos dan menggunakannya sebagai pupuk untuk tanaman. TPA Kota
Magelang juga mempunyai 154 pemulung yang membantu memisahkan sampah
organic dan anorganik di TPA untuk beberapa sampah yang belum dipisahkan.
Adanya pemulung di TPA cukup membantu proses pemisahan sampah
meskipun tidak semua sampah dapat dipisahkan dengan baik. TPA Banyuurip
menggunakan metode Open Dumping karena keterbatasan lahan dan biaya, selain
itu penggunakan teknik Open Dumping juga didasarkan pada peraturan yang
menyebutkan bahwa kota kecil dapat membuat TPA dengan teknik Open
Dumping. Sampah yang dinilai tidak ada lagi yang bisa dimanfaatkan dikubur
dalam Zona aktif dengan terlebih dahulu dipadatkan sehingga mencapai
penyusutan sampai 80%, setelah dipadatkan sampah diurug untuk menghindari
datangnya lalat dan menghindari bau yang bisa timbul, tinggi maksimal yang
diperbolehkan untuk tumpukan TPA yaitu tidak lebih dari 7 m.

TPA Banyuurip menghasilkan limbah berupa lindy yang timbul dari hasil
pembusukan zat organic yang kemudian disalurkan menggunakan pipa menuju
kolam penampung lindy. Lindy diberi bakteri EM4 agar dapat digunakan sebagai
cairan menyubur tanah, cairan lindy ini juga dicampurkan kedalam kompos
sebagai pen-supplay bakteri EM4.

Sampah organic yang berasal dari taman kota disapu dan dikumpulkan
untuk dilakukan pengomposan tersendiri, sedangkan hasil dari penguraian sampah
organic yang sudah tertimbun tanah dalam waktu lama dalam zona pasif di ambil
dan dipisahkan kembali dengan sampah anorganiknya lalu diproses dalam pabrik
pembuatan pupuk dengan terlebih dahulu di campur dengan Air dan bakteri EM4
dan kemudian dibentuk bulat dalam alat granulator dan dikeringkan dalam oven
sebelum siap untuk dikemas.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. TPA Banyuurip berada di Desa Tegal Rejo yang berjarak 7 km dari pusat
kota dan mempunyai luas 8 Ha. TPA ini mempunyai 5 zona pasif dan 1 zona
aktif. TPA Banyuurip digunakan untuk menampung sampah dari pemukinan,
kantor, industri, pasar, institusi dan tidak melayani sampah B3
2. TPA Banyuurip mempunyai permasalahan dalam jumlah alat dan lahan yang
tidak terlalu luas.
3. TPA Banyuurip menggunakan metode Open Dumping dalam
pengoperasiannya, untuk lindy hasil dari pembusukan sampah ditampung dan
diolah menjadi gas metan, sedangkan hasil penguraian sampah organic
dimanfaatkan sebagai pupuk granula.

SARAN

1. Untuk membangun TPA sebaiknya terlebih dahulu dilakukan perizinan


pembangunan TPA.
2. Untuk lebih meningkatkan fungsi TPA lebih baik digunakan metose Sanitari
landfill.
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, yul. H. 1985. Teknologi dan Pemanfaatan sampah. PT Waca Utama,


Jakarta.

Hadiwiyoto, S, 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu,


Jakarta.

Tchobanoglous, Theisen, and Eliassen.1993 : Solid Wastes : Engineering


Principles and Management Issues. Singapore.Mc Graw-Hill

Anda mungkin juga menyukai