Anda di halaman 1dari 22

STANDAR

SK SNIT - 13 - 1990 - F

TATA CARA
PENGELOLAAN TEKNIK
SAMPAH PERKOTAAN

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


NOMOR: 184/KPTS/1990
TENTANG
PENGESAHAN 18 STANDAR KONSEP SNI
BIDANG PEKERJAAN UMUM
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
Menimbang:
a.

bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan kebijaksanaan pemerintah


untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam,
diperlukan standar-standar bidang pekerjaan umum;

b.

bahwa standardisasi bidang pekerjaan umum yang termaktub dalam lampiran keputusan ini
telah disusun berdasarkan konsensus semua pihak dengan memperhatikan syarat-syarat
kesehatan dan keselamatan umum serta perkiraan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan umum,
sehingga dapat disahkan sebagai Standar Konsep SNI Bidang Pekerjaan Umum;

c.

bahwa untuk maksud tersebut, perlu ditentukan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
tentang Pengesahan 18 Standar Kons ep SNI Bidang Pekerjaan Umum.

Mengingat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Organisasi Departemen;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi
Departemen;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 64/M 'T'ahun 1988 tentang pembentukan
Kabinet Pembangunan V;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 tentang Dewan Standardisasi
Nasional;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/1989 tentang Pengesahan 25 Standar
Konstruksi Bangunan Indonesia Menjadi Standar Nasional Indonesia;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 217/KPTS/1986 tentang Panitia Tetap dan
Panitia Kerja serta Tata Kerja Penyusunan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia;
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KPTS/1989 tentang Pengesahan 32
Standar Konsep SNI Bidang Pekerjaan Umum.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/KPTS/1990 tentang Pengesahan 41
Standar Konsep SNI Bidang Pekerjaan Umum.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PENGESAHAN
18
STANDAR KONSEP SNI BIDANG PEKERJAAN UMUM.

Kesatu :

Mengesahkan 18 Standar Konsep SNI Bidang Pekerjaan Umum, sebagaimana


tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri ini yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Ketetapan ini.

Kedua :

Standar Konsep SNI Bidang Pekerjaan Umum, yang dimaksudkan dalam diktum
Kesatu, berlaku bagi unsur aparatur pemerintah bidang pekerjaan umum dan dapat
digunakan dalam perjanjian kerja antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan
bidang konstruksi, sampai ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia.

Ketiga :

Menugaskan kepada Kepala Badan Penelitian dan dan Pengembangan Pekerjaan


Umum untuk :
a.
b.

Keempat :

Menugaskan kepada para Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Pekerjaan


Umum untuk :
a.
b.

Kelima :

menyebarkan Standar Konsep SNI bidang pekerjaan umum;


memberikan bimbingan teknis kepada unsur pemerintah dan unsur
masyarakat bidang pekerjaan umum; mempercepat pengukuhan Standar
Konsep SNI tersebut menjadi Standar Nasional Indonesia.

memantau penetapan Standar Konsep SNI di Bidang Pekerjaan Umum;


memberikan masukan atau umpan balik sebagai akibat penerapan Standar
Konsep SNI tersebut kepada Menteri Pekerjaan Umum melalui Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum.

Keputusan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI : J A K A R T A
PADA TANGGAL :16 April 1990
MENTERI PEKERJAAN UMUM

RADINAL MOOCHTAR

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


NOMOR : 184/KPTS/1990
TANGGAL: 16 April 1990

STANDAR KONSEP SNI BIDANG PEKERJAAN UMUM:


Nomor
Urut
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
1

2
1
2
3

JUDUL STANDAR
Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan
Aspal
Metoda Pengujian Titik Nyala dan Titik
Bakar dengan Cleveland Open Cup
Metoda Pengujian Titik Lembek Aspal dan
Ter
Metoda Pengujian Penetrasi Bahan-bahan
Bitumen
Metoda Pengujian Laboratorium tentang
Kelulusan Air untuk Contoh Tanah
Metoda Pencatatan dan Intepretasi Hasil
Pemboran Inti
Metoda Pengujian Laboratorium untuk
menentukan Parameter Sifat Fisik Pada
Contoh Batu
Metoda Pengujian Agregat untuk Beton
Penahan Radiasi
Metoda Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar
Metoda Pengujian Kadar Aspal
Metoda Pengujian Kelekatan Agregat
Terhadap Aspal
Metoda Pengujian Kehilangan Berat
Minyak dan Aspal Dengan Cara A
Metoda Pengujian Berat Jenis Aspal Padat
Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur
Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan
Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan
Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan
untuk Lahan Pekarangan
Spesifikasi Abu Terbuang Sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton
Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton
Struktural

NOMOR STANDAR
SK SNI M - 18 - 1990 - F
SK SNI M - 19 - 1990 - F
SK SNI M - 20 - 1990 - F
SK SNI M - 21 - 1990 - F
SK SNI M - 22 - 1990 - F
SK SNI M - 23 - 1990 - F
SK SNI M - 24 - 1990 - F

SK SNI M - 25 - 1990 - F
SK SNI M - 26 - 1990 - F
SK SNI M - 27 - 1990 - F
SK SNI M - 28 - 1990 - F
SK SNI M - 29 - 1990 - F
SK SNI M - 30 - 1990 - F
SK SNI T - 12 - 1990 - F

SK SNI T - 13 - 1990 - F
SK SNI S - 14 - 1990 - F
SK SNI S - 15 - 1990 - F
SK SNI S - 16 - 1990 - F

MENTERI PEKERJAAN UMUM


RADINAL MOOCHTAR
DAFTAR ISI

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 184/K-PTS/1990

Halaman
i

Daftar Isi

iv

BAB I DESKRIPSI

1.1

Maksud dan Tujuan


1.1.1 Maksud
1
1.1.2 Tujuan

1.2

Ruang Lingkup

1.3

Pengertian

BAB II PERSYARATAN TEKNIS

2.1

Umum
2.1.1. Teknik Operasional
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Pengolahan
Sampah Perkotaan

3
3
3

2.2

Daerah Pelayanan
2.2.1. Penentuan Daerah Pelaya nan
2.2.2 Perencanaan Kegiatan Operasional Daerah Pelayanan

4
4
5

2.3

Tingkat Pelayanan
2.3.1 Strategi Pelayanan
2.3.2 Frekuensi Pelayanan
2.3.3 Kriteria Penetuan Kualitas Operasional Pelayanan

5
5
5
6

2.4

Pewadahan Sampah
2.4.1 Persyaratan Bahan
2.4.2 Penentuan Ukuran Volume
2.4.3 Pola Pewadahan
6
2.4.4 Jenis Pewadahan
2.4.5 Penempatan Wadah

6
6
6

Pengumpulan Sampah
2.5.1 Pola Pengumpulan
2.5.2 Perencanaan Operasional Pengumpulan
2.5.3 Pelaksana Pengumpulan Sampah

8
8
11
11

2.5

7
8

2.6

Pemindahan Sampah
2.6.1 Tipe Pemindahan
2.6.2 Lokasi Pemindahan
2.6.3 Cara Pemindahan

12
12
12
12

2.7

Pengangkatan Sampah
2.7.1 Pola Pengangkutan
2.7.2 Perlatan

13
13
16

2.8

Pengolahan

16

2.9

Pembuangan Akhir
2.9.1 Persyaratan Akhir
2.9.2 Metoda Pembuangan Akhir
2.9.3 Peralatan

17
17
17
17

Lampiran A : Daftar Istilah

18

Lampiran B : Daftar Nama dan Lembaga

19

SK SNI T - 13 - 1990 - F
BAB I
DESKRIPSI
1.1

Maksud dan Tujuan

1.1.1

Maksud

Tata Cara ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi perencana dan pelaksanaan yang
bergerak di dalam pengelolaan sampah perkotaan.
1.1.2

Tujuan

Tujuan tata cara ini adalah untuk memberikan dasar-dasar dalam perencanaan pengelolaan
teknik operasional sampah perkotaan.
1.2

Ruang Lingkup

Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk
kegiatan-kegiatan
1)
2)
3)
4)
5)
6)

pewadahan sampah;
pengumpulan sampah;
pemindahan sampah;
pengangkutan sampah;
pengolahan sampah;
pembuangan akhir sainpah.

1.3

Pengertian

Yang dimaksud dengan:


1)

2)
3)
4)

sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan;
sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota (tidak termasuk sampah yang
berbahaya dan beracun);
timbunan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang per hari
dalam satuan volume maupun berat;
pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara disumbernya baik
individual maupun komunal;

5)
6)
7)

pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementara di masingmasing sumbernya;


pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara bersama sama pada satu tempat;
pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan
dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan
sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses
pemadatan;
SK SNI T - 13 - 1990 - F

8)

9)

10)
11)

12)
13)
14)
15)

16)
17)

18)

19)
20)

pola pengumpulan individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari


rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir
tanpa melalui proses pemindahan;
pola pengumpulan individual tidak langsung adalah cara mengumpulkan sampah dari
masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan
gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir;
pola pengumpulan komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masingmasing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir;
pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing titik pewadahan komunal dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat Pembuangan Akhir;
pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan
dengan menggunakan gerobak;
pemindahan sampah adalah tahap memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir;
pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau
langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembua ngan akhir;
pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,
pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan;
pengomposan (composting) adalah sistem pengolahan sampah organik dengan
bantuan mikro organisme sehingga terbentuk pupuk organis (pupuk kompos);
pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk/reduksi dari
sampah padat menjadi abu, gas dan cairan;
pemadatan adalah upaya mengurangi volume sampah dengan cara dipadatkan baik
secara manual maupun mekanis, sehingga pengangkutan ke tempat pembuangan
akhir lebih efisien;
daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan produk yang
bermanfaat lagi;
pembuangan akhir sampah adalah tempat untuk mengkarantinakan menyingkirkan
sampah kota sehingga aman.

BAB II
PERSYARATAN TEKNIS
2.1

Umum

2.1.1

Teknik Operasional

Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan
sampai dengan pembuangan akhir harus bersifat terpadu.
Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada Gambar 1.

SK SNI T - 13 - 1990 - F

TIMBULAN SAMPAH

PEWADAHAN/
PEMILIHAN

PENGUMPULAN

PEMINDAHAN
DAN
PENGANGKUTAN

PENGOLAHAN

PEMBUANGAN
AKHIR SAMPAH

GAMBAR 1
SKEMA TEKNIK OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2.1.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan Sampah Perkotaan.


Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan, yaitu:
1)
rencana penggunaan lahan;
2)
kepadatan dan penyebaran penduduk;
3)
karakteristik lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi;
4)
kebiasaan masyarakat;
5)
karakteristik sampah;
6)
peraturan-peraturan/aspek legal nasional dan daerah setempat;
7)
sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan;

8)
9)
10)
11)

lokasi pembuangan akhir;


biaya yang tersedia.
rencana tata ruang dan pengembangan kota;
iklim dan musim.

2.2

Daerah Pelayanan

2.2.1

Penentuan Daerah Pelayanan


SK SNI T - 13 - 1990 - F
1)

penentuan skala kepentingan daerah pelayanan dapat dilihat pada Tabel 1;


TABEL 1
SKALA KEPENTINGAN DAERAH PELAYANAN

NO

PARAMETER

BOBOT

1.

Fungsi dan nilai Daerah


a. Daerah di jalan protokol/pusat kota
b. Daerah komersil
c. Daerah perumahan teratur
d. Daerah industri
e. Jalan, taman dan hutan kota
f. Daerah perumahan tidak teratur,
selokan
Kepadatan pendudk
a. >50 jiwa/ha - <100 jiwa/ha
(rendah)
b. >100 jiwa/ha - <300 jiwa/ha
(sedang)
c. >300 jiwa/ha (tinggi)
Daerah pelayanan
a. Yang sudah dilayani
b. Yang dekat dengan yang sudah
dilayani
c. Yang jauh dari daerah pelayanan
Kondisi lingkungan
a. Baik (sampah dikelola, lingkungan
bersih)
b. Sedang (sampah dikelola,
lingkungan kotor)
c. Buruk (sampah tidak dikelola,
lingkungan kotor)
d. Buruk sekali (sampah tidak
dikelola, lingkungan sangat kotor),
daerah endemis penyakit menular
Tingkatan pendapatan penduduk.
a. Rendah
b. Sedang

2.

3.

4.

5.

NILAI
KERAWANAN POTENSI
SANITASI
EKONOMI
3
4
3
5
4
4
2
4
3
1
5
2
1

5
5
3

1
4
3

1
1

1
4

5
3

1
3

c. Tinggi
1
5
6.
Topografi
1
a. Datar/rata (kemiringan <5%)
2
4
b. Bergelombang (kemiringan 5 - 15
3
3
%)
c. Berbukit/curam (kemiringan > 15
3
1
%)
Keterangan : angka tertinggi dalam bobot dan nilai merupakan pelayanan pertama, angka-angka
berikut-berikut dibawahnya merupakan pelayanan selanjutnya.
SK SNI T - 13 - 1990 - F
2)

pengembangan wilayah pelayanan dilakukan berdasarkan konsep rumah tumbuh .

2.2.2

Perencanaan Kegiatan Operasional Daerah Pelayanan

Hasil perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang tergambar
dalam peta-peta sebagai berikut :
1)
peta problem minimal menggambarkan kerawanan sampah, tingkat kesulitan
pelayanan, kerapatan timbulan sampah, tata guna lahan;
2)
peta pemecahan masalah menggambarkan pola yang digunakan, kapasitas
perencanaan (meliputi alat dan personil), jenis sarana dan prasarana, potensi
pendapatan jasa pelayanan serta rute dan penugasan, contoh peta dapat dilihat pada
Lampiran C.

2.3

Tingkat Pelayanan
2.3.1

Strategi Pelayanan

Strategi pelayanan sistem pengelolaan sampah mendahulukan pencapaian keseimbangan


pelayanan dilihat dari segi kepentingan sanitasi dan ekonomis, kuantitas pelayanan kemudian
kualitas pelayanan.
2.3.2

Frekuensi Pelayanan

Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat
dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut :
1)
wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat kota,
kawasan pemukiman tidak teratur dan daerah komersial;
2)
wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan pemukiman teratur;
3)
wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kota.
2.3.3

Kriteria Penentuan Kualitas Operasional Pelayanan

Kriteria untuk menentukan kualitas operasional pelayanan adalah sebagai berikut :


1)
penggunaan jenis per alatan;
2)
sampah terisolasi dari lingkungan;
3)
frekuensi pelayanan;
4)
frekuensi penyapuan lebih sering;
5)
estetika;
6)
tipe kota;

7)
8)
9)
2.4

variasi da erah pelayanan;


pendapatan dari retribusi;
timbulan sampah musiman.

Pewadahan Sampah
2.4.1

Persyaratan Bahan

Persyaratan bahan adalah sebagai berikut


1)
tidak mudah rusak dan kedap air, kecuali kantong plastik/kertas;
2)
mudah untuk diperbaiki;
3)
ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat;
4)
mudah dan cepat dikosongkan.
2.4.2

Penentuan Ukuran Volume

Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan:


1)
jumlah penghuni tiap rumah;
2)
tingkat hidup masyarakat;
3)
frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah;
4)
cara pengambilan sampah (manual atau mekanik);
5)
sistem pelayanan (individual atau komunal).
2.4.3

Pola Pewadahan

Pola pewadahan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.


Alternatif wadah sainpah dapat dilihat pada Tabel 1, Lampiran C.

TABEL 2
POLA DAN KARAKTERISTIK PEWADAHAN SAMPAH
NO POLA PEWADAHAN/
KARAKTERISTIK
1
Bentuk/jenis

INDIVIDUAL

KOMUNAL

Kotak, silinder, kontainer, bin (tong),


semua bertutup dan kantong

Sifat

Ringan, mudah dipindahkan dan


dikosongkan

Bahan

Logam, plastik, fiberglass (GRP),


kayu,bambu, rotan, kertas

Volume

Pemukiman dan toko kecil = 10 40 lt


Kantor, toko besar, hotel, rumah makan
= 100 500 lt

Pengadaan

Pribadi, instansi, pengelola

Kotak, silinder,
kontainer, bin (tong),
semua bertutup
Ringan, mudah
dipindahkan dan
dikosongkan
Logam, plastik,
fiberglass (GRP),
kayu,bambu, rotan
Pinggir jalan dan taman
= 30 40 lt
Untuk pemukiman dan
pasar = 100 1000 lt
Instansi, pengelola

2.4.4

Jenis Pewadahan

Jenis peralatan untuk pewadahan dapat dilihat pada Tabel 3.

TABEL 3
JENIS PEWADAHAN
NO

JENIS
WADAH

KAPASITAS

PELAYANAN

1
2
3
4
5
6
7

Kantong
Bin
Bin
Bin
Kontainer
Kontainer
Bin

10 40 l
40 l
120 l
240 l
1,000 l
500 l
30 40 l

1 KK
1 KK
2 3 KK
4 6 KK
80 KK
40 KK
Pejalan kaki taman

2.4.5

UMUR
WADAH/
LIFE TIME
2 3 hari
2 3 tahun
2 3 tahun
2 3 tahun
2 3 tahun
2 3 tahun
2 3 tahun

KETERANGAN

Komunal
Komunal

Penempatan Wadah

Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut:


1)

wadah individual ditempatkan:


(1)
di halaman muka (tidak diluar pagar);
(2)
di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel dan restoran;

2)

wadah komunal ditempatkan:


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

2.5

tidak mengambil lahan trotoar (kecuali bagi wadah sampah pejalan kaki);
tidak dipinggir jalan protokol;
sede kat mungkin dengan sumber sampah;
tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya;
ditepi jalan besar, pada suatu lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya,

Pengumpulan Sampah
2.5.1

Pola Pengumpulan

Diagram pengumpulan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 sedangkan contoh peralatan dapat
dilihat pada Tabel 2 Lampiran C.
Pola pengumpulan sampah terdiri dari : .

1)

pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut:


(1)
kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul
non mesin sulit dioperasikan ;
(2)
kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya;
(3)
kondisi dan jumlah alat memadai;
(4)
jumlah timbulan sampah > 0,3 m 3/hari;

2)

pola individual tidak langsung dengan persyaratan sebagai berikut


(1)
bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah;
(2)
lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
(3)
alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung;
(4)
bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat
pengumpul iron mesin (gerobak, becak);
(5)
kondisi lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu
pemakai jalan lainnya;
(6)
organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian.

3)

pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut :


(1)
bila alat angkut terbatas;
(2)
bila kemampuan pengendalian personal dan peralatan relatif rendah;
(3)
alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah (kondisi daerah
berbukit, gang/jalan sempit);
(4)
peran serta masyarakat tinggi;
(5)
wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang
mudah dijangkau alat pengangkut (truk);
(6)
untuk pemukiman tidak teratur;

4)

pola komunal tidak langsung dengan persyaratan sebagai berikut.


(1)
peran serta masyarakat tinggi;
(2)
wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang
individual dijangkau alat pengumpul;
(3)
lahan antuk lokasi pemindahan tersedia;
(4)
bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%), dapat menggunakan alat
pengumpul non mesin (gerobak, becak), bagi kondisi topografi > 5% dapat
menggunakan cara lain seperti pukulan, kontainer kecil beroda dan karung;
(5)
lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengggangu pemakai
jalan lainnya;
(5)
Organisasi pengelola harus ada.

(5)

pola penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut:


(1)
juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(diperkeras, tanah, lapangan rumput, dll);
(2)
penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada
fungsi dan nilai daerah yang dilayani;
(3)
pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan
untuk kemudian diangkut ke TPA;
(3)
pengendalian personel dan peralatan harus

2.5.2

Perencanaan Operasional Pengumpulan

Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan:


1)
2)

3)
4)
5)

ritasi antara 1 - 4 rit/hari;


periodisasi : 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari kondisi
komposisi sampah (semakin besar prosentase sampah organik periodisasi
pelayanan maksimal sehari), kapasitas kerja, desain peralatan dan kualitas
pelayanan;
mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap;
mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik;
pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah;

GAMBAR 2
DIAGRAM JENJANG PELAYANAN
MASING-MASING POLA OPERASIONAL PERSAMPAHAN

2.5.3

GAMBAR 3
KONSEPSI RUANG PENJAGAAN MASING-MASING
POLA OPERASIONAL PERSAMPAHAN
Pelaksanaan Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau
swadaya masyarakat (pribadi, institusi, badan swasta atau dikelola oleh RT/RW).

2.6

Pemindahan Sampah
2.6.1

Tipe Pemindahan
Tipe pemindahan sampah dapat dilihat pada Tabel 4, dan contoh dapat dilihat pada
Tabel 2 Lampiran C.
TABEL 4
TIPE PEMINDAHAN (TRANSFER)

No
1
2

URAIAN
Luas Lahan
Fungsi

Transfer Tipe I
> 200 m2
- Tempat pertemuan
pengumpul dan
pengangkutan sebelum
pemindahan
- Tempat penyimpanan
alat kebersihan
- Bengkel sederhana
- Kantor
wilayah/pengendali

Transfer Tipe II
60 200 m2
- Tempat pertemuan
peralatan pengumpul
dan pengangkut
sebelum pemindahan
- Tempat parkir gerobak

Transfer Tipe III


10 20 m2
- Tempat
pertemuan
gerobak &
kontainer (610m3)
- Lokasi
penempatan
kontainer
komunal (1-

Daerah
Pemakaian

2.6.2

Baik sekali untuk


daerah yang mudah
mendapat lahan

10 m3)
Daerah yang
sulit
mendapat
lahan yang
kosong dan
daerah
protokol

Lokasi Pemindahan

Lokasi pemindahan adalah sebagai berikut :


1)
2)
3)

letak harus memudahkan bagi sarana pengumpul dan pengangkut untuk masuk dan
keluar dari lokasi pemindahan;
letak tidak jauh dari sumber sampah;
berdasarkan sifat lokasi pemindahan terdiri dari :
(1)
terpusat (transfer depo);
(2)
tersebar (transfer tipe II atau tipe III).

2.6.3 Cara pemindahan


Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut:
1)
manual;
2)
mekanis;
3)
campuran, pengisian kontainer-kontainer dilakukan secara manual oleh
petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk
dilakukan secara mekanis (load haul).

2.7

Pengangkutan Sampah
2.7.1 Pola Pengangkutan
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan
sampah, yaitu sebagai berikut :
1)

untuk pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan sistem pemindahan


(transfer depo), proses pengangkutannya dapat dilihat pada Gambar 4, dan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
: pengangkutan sampah
: kembali lagi ke transfer depo untuk rit berikutnya

POOL KENDARAAN

TRANSFER DEPO

TPA

GAMBAR 4
POLA PENGANGKUTAN SISTEM TRANSFER DEPO

(1)
(2)

2)

kendaraan angkutan ke luar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan/ transfer
depo untuk mengangkut sampali langsung ke TPA;
dari T'PA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit
berikutnya;

untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer, pola pengangkut sebagai berikut :
1)

sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada Gambar 5, dengan proses :
a)
b)
c)
d)
e)

ISI

kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut


sampah ke TPA;
kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA;
kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
demikian seterusnya sampai rit terakhir;

KOSONG
4

1
5
POOL

Ke POOL

2
TPA

GAMBAR 5
SISTEM PENGOSONGAN KONTAINER CARA 1

2)

sistem pengosongan kontainer cara 2 dapat dilihat pada Gambar 6

Isi

TPA
DARI POOL

KE LOKASI
KONTAINER

GAMBAR 6
SISTEM PENGOSONGAN KONTAINER CARA 2

a)

kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkat sampah ke
TPA;
dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju kelokasi kedua untuk
menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA;
demikian seterusnya sampai pada rit terakhir;
pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju ke lokasi kontainer
pertama;

b)
c)
d)

(3)

sistem pengosongan kontainer cara 3 dapat diiihat pada Gambar 7, dengan


proses:

Kosong

Isi

DARI POOL
TPA
7

Ke Pool

GAMBAR 7
SISTEM PENGOSONGAN KONTAINER CARA 3
a)

kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi


kontainer isi untuk mengganti /mengambil dan langsung membawanya ke
TPA;

b)

kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer


isi berikutnya;
demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir;

c)
(4)

ISI

sistem kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut
berupa truk compactor dapat dilihat pada Gambar 8, dengan proses :

KOSONG

TRUK
PEMADAT
DARI POOL

TPA

GAMBAR 8
SISTEM KONTAINER TETAP
a)

c)

kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan ke dalam titik
compactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong;
kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk kemudian
latigsung ke TPA;
demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir;

2.7.2

Peralatan

b)

Peralatan dan perlengkapan adalah sebagai berikut


1)
persyaratan yaitu .
(1)
sampah harus tertutup selama pengangkutan, minimal ditutup dengan jaring;
(2)
tinggi bak maksimum 1,6 m;
(3)
sebaiknya ada alat ungkit;
(4)
disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui;
(5)
disesuaikan dengan kemampuan dana pengadaan dan teknik pemeliharaan;
2)

jenis peralatan dapat berupa:


(1)
titik (ukuran besar atau kecil);
(2)
dump truck/tipper trtick;
(3)
armroll l truck;
(4)
compactor truck;
(5)
tracktor dan trailer;
(6)
multi loader.;
(7)
truck dengan crane;
(8)
mobil penyapu jalan;
(9)
truk gandengan;

(10)

perahu;

Jenis kendaraan pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3 Lampiran C.


2.8

Pengolaban
Teknik-teknik pengolahan sampah dapat berupa
1)
pengomposan;
2)
pembakaran;
3)
daur ulang;
4)
pemadatan;
5)
dan lain-lain.
6)
teknik-teknik pengolahan diatas satu persatu akan dijelaskan dalam spesifikasi
tersendiri

2.9

Pembuangan Akhir
2.9.1

Persyaratan Umum

Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir adalah sebagai berikut


1)
sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah;
2)
jenis tanah kedap air;
3)
daerah yang tidak produktif untuk pertanian;
4)
dapat dipakai minimal untuk 5 - 10 tahun;
5)
tidak membahayakan/mencemarkan sumber air;
6)
jarak dari daerah pusat pelayanan + 10 km;
7)
daerah yang bebas banjir;

2.9.2

Metode Pembuangan Akhir

Metode pembuangan akhir dapat dilakukan sebagai berikut:


1)
penimbunan terkendali (controlled landfill);
2)
lahan urug saniter (sanitary landfill);
3)
lahan urug saniter yang dikeinbangkan (improved sanitary landfill);
4)
semi aerobik lahan urug saniter (semi aerobic sanitary landfill);
5)
di laut dilakukan disekitar pantai untuk reklamasi lahan.
6)
metode pembuangan akhir di atas satu persatu akan dijelaskan dalam
spesifikasi tersendiri.
2.9.3 Peralatan.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan sebagai berikut:
1)
buldoser untuk perataan, pengurugan dan pemadatan;
2)
crawl/track dozer untuk pemadatan pada tanah lunak;
3)
wheel dozer untuk perataan, pengurugan;
4)
loader dan powershowel untuk penggantian, perataan, pegunungan dan
pemadatan;
5)
dragline untuk penggalian dan pengurugan;
6)
scraper untuk pengurugan tanah dan perataan.,

7)
8)

kompaktor (landrill compactor) untuk pemadatan timbunan sampah pada


lokasi datar;
jenis peralatan di tempat pembuangan akhir dapat dilihat pada Tabel 4
Lampiran C dan rekomendasi peralatan persampahan jangka panjang dapat
dilihat pada Tab-11 5 Lampiran C;

Anda mungkin juga menyukai