b. Koreksi aktif
Koreksi ini adalah aspek terpenting dalam penatalaksanaan CTEV.
Mobilisasi kaki bayi diikuti dengan usaha menstimulasi eversi dan
dorsofleksi aktif dengan menepuk-nepuk sisi lateral kaki dengan ujung
jari mengarah ke tumit. Jika kaki dapat menapak, bayi mungkin dapat
diberdirikan sebentar dengan berat badan dtumpukan pada kaki yang
sakit dan tumit didorong kebawah, gerakkan dengan lembut dari sisi ke
sisi dan kedepan-belakang untuk menstimulasi kontrol muskular aktif
melalui eversi dan dorsofleksi.
2. Ortotik prostetik
a. Strapping dengan perban adhesive
Metode ini bertujuan untuk mempertahankan hasil reduksi yang
telah dicapai dan dikonfirmasi dengan radiografi.
- Imobilisasi dengan Plaster of Paris cast. Plaster of Paris cast
merupakan alat retensi statis. Cast diganti dengan interval 2-3
minggu pada bayi baru lahir, karena pertumbuhan kaki yang cepat.
Yang perlu diingat, plaster of Paris cast adalah alat retentif, bukan
korektif.
- Tehnik dari Sir Robert Jones (1900) berupa above-knee cast. Gips
atas lutut ini menggunakan perban ortopedik adhesif yang diganti
2-3 hari sekali. Pembalutan ini merupakan splint nonrigid dan
dinamis yang mencegah atrofi disuse dan mendukung berfungsinya
otot peroneus dan dorsofleksor pergelangan kaki pada minggu-
minggu pertama setelah lahir.
Terapi Operatif. Indikasi pemilihan pelaksanaan terapi operatif adalah
adanya komplikasi yang terjadi setelah terapi konservatif. Pada kasus
resisten, terapi operatif paling baik dilakukan pada usia 3-6 minggu,
ketika tidak tampak adanya perbaikan yang signifikan setelah menjalani
terapi konservatif yang teratur.
i. Pseudoatrosis Kongenital pada Tibia
Pseudoatrosis kongenital pada tibia adalah suatu kondisi fraktur
spontan yang menghasilkan manifestasi malunion pada tibia. Kondisi
ini terjadi sebagai cacat bawaan lahir dan pada umumnya terlihat pada
usia 18 bulan.
Pseudoatrosis merupakan kelainan kongenital yang jarang terjadi,
tetapi tibia merupakan tulang yang paling sering mengalami
pseudoatrosis.
j. Dislokasi lutut kongenital
Dislokasi lutut kongenital atau Hiperekstensi lutut (Genu
recurvatum) adalah suatu kondisi lepasnya sendi lutut dan memberikan
manifestasi kelainan adanya hiperekstensi yang berlebihan pada sendi
lutut.
Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan hiperekstensi.
Orang yang normal dengan sendi yang kendur secara merata
cenderung berdiri dengan lutut ke belakang. Ligamentum dapat juga
terlalu terentang setelah terjadinya sinovitis yang kronis atau berulang
(terutama pada artritis reumatoid), hipotonia rakitis, lemas otot pada
poliomielitis atau ketidakpekaan pada penyakit Charcot
k. Dislokasi hip kongenital
Dislokasi hip kongenital atau displasia hip kongenital atau
developmental dysplasia of the hip (DDH) adalah suatu kondisi
abnormalitas pertumbuhan hip, termasuk struktur oseus seperti
asetabulum dan proksimal femur, labrum, kapsula, dan jaringan lunak
lainnya.
2.1.2. Kelainan kongenital pada ekstremitas atas
a. Congenital Trigger Thumb.
Fleksi konstan sendi IP ibu jari tangan.50% bilateral.
Penyebab :
Konstriksi kongenital (stenosis) dari selubung fibrosa tendon
Fleksor Pollicis Longus (FPL).
Pembentukan nodul sekunder pada tendon di proksimal dari lokasi
konstriksi
Klinis :
Tidak dapat ekstensi aktif sendi IP ibu jari.
Fleksi berbunyi “klik”.
Teraba nodul pada sisi palmar ibu jari pada level sendi MCP ibu
jari.
Tatalaksana.
Peregangan pasif.
Pembidaian.
Operatif : incisi selubung fibrosa tendon pada usia
2 tahun.
b. Webbing of the Finger (Syndactyly)
Merupakan kelainan kongenital yang paling sering pada tangan.
Insiden 1 : 2000 kelahiran.
50% bilateral.
Penanganan : Operatif . Tujuan :
Jari dapat melebar normal
Memperbaiki fungsi dan penampilan
c. Hipoplasia Radius (Radial Clubhand)
Hilangnya sebahagian atau seluruh tulang radius.
Insiden 1 : 100.000 kelahiran.
50% bilateral
Klasifikasi :
Type A: hipoplasia radius
Type B : hilang sebahagian radius
Type C : hilang seluruh radius
Klinis :
Lengan bawah pendek dan bengkok kearah radius.
Penonjolan procc. styloid ulna
Tangan deviasi kearah radius.
Kecacatan fungsional bervariasi.
Penanganan. Tujuan :
Memperbaiki fungsi maksimal.
Peregangan pasif dan pembidaian
Operatif
d. Dislokasi Kongenital dari Kaput Radius
Kaput radius dislokasi ke anterior, posterior atau lateral.
Mengakibatkan tulang radius tumbuh lebih panjang.
Klinis :
Kelainan biasanya tidak terdeteksi sejak lahir.
Sering tidak ada keluhan.
Penonjolan kaput radius pada sisi lateral siku.
Supinasi terbatas.
Deformitas biasanya progresif.
Radiologis :
Aksis longitudinal radius tidak memotong kapitellum.
Kaput radius berbentuk “Doom shaped” .
Kapitellum tumbuh tidak sempurna
Penanganan :
Kasus dini :Reduksi tertutup + Gips
Kasus lanjut : operatif
e. Radioulnar Synostosis
Penyatuan tulang (synostosis) kongenital antara proksimal radius
dan ulna.
60% bilateral
Klinis :
Lengan dalam posisi sedikit pronasi dan sangat kaku.
Supination di kompensasi dengan rotasi dari sendi glenohumeral.
Lengan tampak atrofi.
Penanganan :
Pemisahan secara operatif.
Bila dalam posisi pronasi yang ekstrem : Osteotomi rekonstruktif.
b. Skoliosis
Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang
belakang yang merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu
penyakit.
Penyebab
A. Nonstruktural : Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat
dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari
tulang punggung
a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang
buruk.
Gejala Klinis
Dari riwayat penyakitnya, pertama-tama tidak dikeluhkan adanya
nyeri. Biasanya skoliosis baru disadari oleh orangtua ketika anak beranjak
besar, yaitu terlihat keadaan bahu yang tidak sama tinggi, tonjolan skapula
yang tidak sama, atau pinggul yang tidak sama. Pada keadaan ini, biasanya
derajat pembengkokan kurva sudah lebih dari 30 derajat.
Tatalaksana
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three
O’s” adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat,
yaitu <25° pada tulang yang masih tumbuh atau <50° pada tulang yang
sudah berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada
saat usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal
dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-
40O
Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
3.Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya
operasi pada skoliosis adalah :
Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45
derajat pada anak yang sedang tumbuh
Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa
b. Osteopatik
(i) Kongenital (didapat sejak lahir)
1. Terlokalisasi :
a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)
b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)
2. General :
a. Osteogenesis imperfecta
b. Arachnodactily
(ii) Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma
2. Rickets dan osteomalasia
3. Emfisema, thoracoplasty
c. Neuropatik
(i) Kongenital
1. Spina bifida
2. Neurofibromatosis
(ii) Didapat
1. Poliomielitis
2. Paraplegia
3. Cerebral palsy
4. Friedreich’s ataxia
5. Syringomielia
2.2. Kelainan kongenital yang menyeluruh
A. Osteogenesis Imperfecta
Osteogenesis imperfecta atau brittle bone disease adalah kelainan
kongenital umum pada jaringan ikat, yaitu kolagen tipe I, yang secara
klasik ditandai dengan kerapuhan tulang menyeluruh serta fraktur multipel
tulang kortikal, dan kompresi vertebra akibat trauma ringan.
Osteogenesis imperfecta secara umum terjadi karena mutasi gen
COL1α1 (collagen 1 alpha 1) dan COL1α2 (collagen 1 alpha 2) yang
mengkode sintesis kolagen tipe I.
Manifestasi Klinis
David Sillence pada tahun 1979 membagi osteogenesis imperfecta
menjadi empat tipe berdasarkan cara pewarisan gen, manifestasi klinis,
dan kesan radiografi. Beberapa tipe tambahan ditemukan berdasarkan
perbedaan histologi. Pembagian osteogenesis imperfecta adalah sebagai
berikut:
1. Osteogenesis Imperfecta Tipe I
Osteogenesis imperfecta tipe I merupakan tipe paling ringan
dan paling tinggi insidennya. Identifikasi seringkali pada waktu yang
lebih lambat. Pada tipe ini ditemukan fraktur ringan, sedikit deformitas
kaki, dan kompresi vertebra ringan. Dislokasi sendi bahu dan sendi
panggul bisa ditemukan. Fraktur terjadi karena trauma ringan sampai
sedang dan berkurang setelah pubertas. Sklera biasanya biru.
Kehilangan pendengaran dini terjadi pada 30-60% penderita. Tipe I
bersama tipe IV dibagi menjadi subtipe A dan B, berdasarkan disertai
(A) atau tidak (B) dentinogenesis imperfecta. Kelainan jaringan ikat
lain yang mungkin terjadi yaitu kulit tipis dan mudah memar,
kelenturan sendi, dan perawakan pendek yang berhubungan dengan
anggota keluarga lain.
2. Osteogenesis Imperfecta Tipe II
Tipe ini merupakan tipe dengan tikat keparahan tertinggi
sehingga disebut dengan tipe letal perinatal. Bayi sering mengalami
kematian selama persalinan akibat perdarahan intakranial yang
disebabkan trauma multipel. Bayi lahir dengan panjang dan berat
badan lahir sangat kecil untuk masa kehamilan. Terdapat kerapuhan
hebat tulang dan jaringan ikat lainnya. Ditemukan mikromelia dan
kedua kaki abduksi seperti frog-leg position. Terdapat multipel fraktur
kosta dan ronggga toraks yang sempit sehingga terjadi insufisiensi
pernafasan. Kepala besar untuk ukuran tubuh dengan pelebaran
fontanela anterior dan posterior. Sklera berwarna biru atau kelabu
gelap.
3. Osteogenesis Imperfecta Tipe III (Pembentukan Progresif)
Tipe ini merupakan tipe yang paling parah dari bentuk nonletal
dan menyebabkan disabilitas fisik yang berarti.Fraktur biasanya juga
terjadi intrauterin. Bentuk muka relatif makrosefalus dan berbentuk
segitiga. Fraktur dapat terjadi akibat trauma ringan dan sembuh dengan
meninggalkan deformitas. Costa bagian basal sering rapuh dan bentuk
dada mengalami deformitas. Ditemukan juga skoliosis dan kompresi
vertebra. Kurva pertumbuhan di bawah normal dari satu tahun pertama
kehidupan. Pasien memiliki perawakan pendek yang ekstrim. Sklera
berwarna putih sampai biru.
4. Osteogenesis Imperfecta Tipe IV (Cukup Berat)
Pasien lahir dengan fraktur intrauterin dan tulang panjang
bawah yang bengkok. Fraktur berkurang setelah pubertas. Pasien
memiliki perawakan cukup pendek. Sklera bisa biru atau putih.
5. Osteogenesis Imperfecta Tipe V (Hiperplasia Kallus), Tipe VI (Defek
Mineralisasi), dan Tipe VII (Autosomal Resesif)
Ketiga tipe ini didapatkan melalui biopsi tulang dari tipe IV. Ketiganya
tidak mengalami kelainan pada kolagen tipe I. Tipe V ditandai dengan
hiperplasia kalus, kalsifikasi membran interosesus humeri, dan radiodens
garis metafisis. Tipe VII mengarahkan ke kromosom 3p22-24 dan kelainan
hipomorfik CRTAP.
Berdasarkan manifestasi klinis yang tampak, riwayat keluarga, dan
pemeriksaan penunjang, minimal pemeriksaan foto Röntgen dan
pemeriksaan laboratorium.
Tatalaksana.
1. Modifikasi Perilaku dan Gaya Hidup
Penderita diajarkan teknik berdiri, duduk, dan berbaring untuk
memproteksi vertebra. Keadaan lingkungan harus dikondisikan
seaman mungkin seperti tidak membiarkan lantai yang licin sehingga
penderita akan mudah jatuh.
2. Manajemen Ortopedi
Untuk beberapa bentuk nonletal, rehabilitasi fisik aktif pada
tahun-tahun awal memungkinkan anak mencapai level fungsi
muskuloskeletal yang lebih tinggi. Anak dengan osteogenesis
imperfecta tipe I dan beberapa tipe IV secara spontan dapat berlatih
berjalan. Anak dengan osteogenesis imperfecta tipe III dan tipe IV
yang parah memakai penyangga kaki plastik atau alat bantu jalan.
Beberapa butuh kursi bantu tapi beberapa dapat berjalan sendiri.
Remaja dengan osteogenesis imperfecta membutuhkan dukungan
psikis dari keluarga.
Manajemen ortopedi osteogenesis imperfecta bertujuan untuk
mengendalikan fraktur dan mengkoreksi deformitas menuju fungsi
normal. Fraktur harus segera diimobilisasi dengan bidai. Fraktur
osteogenesis imperfecta dapat sembuh dengan baik. Mengkoreksi
deformitas tulang panjang membutuhkan prosedur osteotomi.
3. Medikamentosa
Pengobatan dengan suplemen kalsium, fluor, atau kalsitonin
tidak akan memperbaiki osteogenesis imperfecta. Hormon
pertumbuhan memperbaiki histologi tulang pada anak yang responsif,
biasanya tipe I dan IV. Pengobatan dengan bifosfonat (pamidronat
intravena atau olpadronat oral) memiliki beberapa keuntungan.
Bifosfonat menurunkan resorpsi oleh osteoklas. Bifosfonat lebih
menguntungkan bagi untuk vertebra (tulang trabekular) dibandingkan
tulang kortikal. Pengobatan selama 1-2 tahun menghasilkan
peningkatan L1-4 DEXA dan memperbaiki kompresi vertebra dengan
mencegah atau memperlambat skoliosis pada osteogenesis imperfecta.
Risiko fraktur pada tulang panjang menurun.
Achondroplasia
Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan
oleh gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3
(fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom
4p16.3. Displasia skeleton menunjukkan adanya keterlibatan epifisis,
metafisis, atau diafisis menyeluruh, yang biasanya disertai dengan
perawakan pendek yang tidak proporsional sebelum dan/atau sesudah
lahir.
Gejala Klinis
Perawakan pendek yang tidak proporsional (dwarfisme) dengan
panjang batang tubuh yang normal. Mikromelia rizomelia (segmen
proksimal anggota gerak yang relatif lebih pendek dibandingkan
dengan segmen tengah dan distal). Kranium biasanya lebih besar
daripada persentil ke 97 pada lingkarannya dengan penonjolan frontal,
dan jembatan hidung rata. Biasanya ada jari jemari yang pendek
(brakidaktili) dengan tridens hands (ketidakmampuan untuk
mendekatkan jari ketiga dan keempat saat ekstensi menghasilkan
konfigurasi “trident” pada tangan). Gambaran trident biasanya hilang
pada masa anak akhir atau remaja, dengan tangan tetap pendek dan
lebar. Siku mungkin terbatas dalam ekstensi dan pronasi. Ekstensi siku
dan panggul yang terbatas. Kaki yang membungkuk/menekuk (genu
varum) akibat ligamen lutut yang longgar. Hipermobilitas sendi
menyeluruh, terutama pada lutut. Lipatan kulit yang berlebihan di
sekitar paha.
Gibus lumbal lazim terdapat pada masa bayi, tetapi sesudah tahun
pertama gibus ini hampir selalu hilang dan sering diganti dengan
punggung lurus, selalu dengan lordosis lumbal yang jelas.
Kifosis torakolumbal atau gibus biasanya nampak pada saat lahir
atau masa awal bayi. Lordosis lumbal yang berlebihan ketika anak
mulai berjalan. Bokong yang prominen dan abdomen yang menonjol
yang terjadi akibat meningkatnya kemiringan panggul pada anak dan
dewasa.
Bayi akondroplasia seringkali hipotoni disertai perkembangan
motorik yang terhambat selama masa bayi dan diawal masa kanak-
kanak Tonus neuromuskuler normal biasanya diperbesar pada umur 2-
3 tahun. Kelemahan sendi, terutama pada sendi interfalangs, dapat
menetap selama masa anak. Gangguan tidur akibat komplikasi
neurologis dan respiratorik.
Gangguan bernafas dengan prevalensi yang tinggi (75 %) dari
gangguan bernafas selama tidur. Apnea obstruktif yang disebabkan
oleh obstruksi saluran nafas atas. Kebanyakan dari keluhan respiratorik
berhubungan dengan penyakit paru rekstriktif akibat dari berkurangnya
ukuran dada atau obstruksi saluran nafas atas dan lebih jarang
berhubungan dengan kompresi korda spinalis.
Diagnosis
Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai pemendekan dari
ekstremitas dapat melibatkan seluruh ekstremitas (mikromelia, seperti
pada akondrogenesis, sindroma short rib, polydactili, displasia
osteogenesis imperfekta diastrofik tipe II), segmen proksimal
(rhizomelia seperti akondroplasia) segmen intermedia (mesomelia,
seperti mesomelia displasia) atau segmen distal (acromelia, seperti
sindroma ellis van creveld). Diagnosa rhizomelia atau mesomelia
membutuhkan perbandingan dimensi dari tulang kaki dan lengan
dengan paha dan tangan. Femur terlihat pendek secara abnormal
sekalipun pada dwafirme. Sehingga pada penapisan abnormal fetal
rutin kami cendrung melakukan pengukuran dari femur. Sementara
jika berhubungan dengan kehamilan dengan resiko untuk displasia
rangka semua segmen pada ekstremitas diukur.
Tatalaksana
Akondroplasia dapat dikomplikasi oleh hidrosefalus, yang
biasanya diakibatkan dari obstruksi foramen magnum, dan karena
sindrom kompresi medula lumbalis dan akar syaraf, maloklusi gigi,
gangguan pendengaran karena otitis media berulang, dan strabismus
(akibat dari dismorfisme kraniofasial). Pembengkakan kaki dan kifosis
menetap dapat juga memerlukan perhatian. Di samping pengenalan
segera dan pengobatan yang tepat untuk masalah ini, manajemen
selama masa kanak-kanak harus diperhatikan terutama mengenai
pengaruh sosial dan psikologis dari perawakan yang sangat pendek dan
penampakan yang tidak biasa, dan dengan konseling genetik. Terapi
segera dan tepat terutama diperlukan pada setiap episode otitis media
akut. Hidrosefalus tidak lazim tetapi harus dikenali seawal mungkin.
Ada beberapa bukti bahwa fisioterapi dan penahan selama masa
kanak-kanak dapat memperbaiki komplikasi kifosis infantil yang lama
atau lordosis berat yang dapat memperjelek stenosis lumbalis pada
umur dewasa. Osteotomi dapat terindikasi tepat sebelum atau selama
remaja untuk mengkoreksi pembengkokan kaki progresif berat.
Arachnodactily
Kondisi ini diwariskan sebagai dominan autosomal. Secara klinis,
ditemukan tulang panjang yang diperpanjang dan kelemahan otot,
hypermobiliry dan dislokasi lensa. Langit-langit melengkung tinggi,
sternum tertekan dan scoliosis juga terjadi. Lesi kardiovaskular
termasuk diseksi aorta, cacat septum atrium dan lesi katup mitral.
.
DAFTAR PUSTAKA
2. Clubfoot. 2012
Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overviewonjanuary 1,2012.
6. Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta.