Anda di halaman 1dari 13

BUNUH DIRI DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

“ KASUS TERORISME ”

NAMA:

AHMAD GAZALI SAPUTRA ( 16.01.0042-IH )

CHRISTIAN FREDERICO (

KELAS: A1

( REGULER PAGI )

STIH PERTIBA

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN HUKUM

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayahNya kepada saya yang pada kesempatan kali ini kami dapat menuangkan tinta untuk
mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi
penulis serta semoga pula bermanfaat bagi pembaca.

Sholawat serta salam marilah selalu dan selalu kita hadirkan keharibaan Rasulullah
muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang senantiasa di harapkan syafaatnya di hari
kiamat.

saya sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah atau ilmu ini
bisa lebih senpurna dan bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bermanfaat bagi
pembaca..Amin.

Pangkalpinang, 30 juni 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................1

Daftar isi...............................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang......................................................................................................3

Rumusan masalah.................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Bom Bunuh Diri dan Terorisme..........................................................5


B. Hukum Bom bunuh diri ditinjau dari hukum islam.............................................6.
C. Bentuk-bentuk Terorisme.....................................................................................8
D. Terorisme Dalam Pandangan Islam.....................................................................8

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................11

Saran ......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Serangan negara-negara Barat yang dikomandani Amerika Serikat terhadap negara-


negara muslim memunculkan perlawanan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang kini
marak dilakukanadalah dengan aksi bom bunuh diri. Bahkan aksi semacam ini tidak hanya
terjadi di wilayah atau negara yang sedang dijajah, akan tetapi juga sering terjadi di daerah
atau negara damai seperti Indonesia. Para pelaku bom bunuh diri sering
melakukan aksinya di obyek-obyek vital yang banyak dikunjungi warga negara Barat yang
telah melakukan teror terhadap sebagian umat Islam di Palestina, Irak, Afghanistan dan
sebagainya. Mereka tidak memandang, apakah aksi bom bunuh diri akan
membawa kerugian terhadap negara tertentu. Bom bunuh diri dapat membunuh dan melukai
warga sipil yang tak berdosa serta mengakibatkan kerusakan pada fasilitas-fasilitas umum
seperti hotel, stasiun, bandara dan fasilitas umum lannya. Pada dasarnya para pelaku aksi
bom bunuh diri sebagai reaksi dan bentuk perlawanan terhadap penjajahan dan teror. Seorang
pucuk pimpinan gerakan separatis Sikh di India lebih memilih kata militan. Sementara orang
yang dituduh mengebom World Trade Centre (WTC) Imam Mustofa dan pucuk pemimpin
politik Hamas sama-sama menolak kata teroris atas aksi yang mereka lakukan. Sang aktivis
Hamas tersebut mendeskripsikan serangan bunuh diri mereka sebagai operations.1 Sementara
itu, negara-negara Barat yang mendeklarasikan perang terhadap terorisme, khususnya
Amerika dan sekutunya menganggap bom bunuh sebagai aksi teror. Dua perspektif di atas
dapat menggambarkan pemahaman bahwa bom bunuh diri bisa sebagai jihad, sementara
kelompok lain memaknainya sebagai perbuatan teror atas nama agama. Menurut Azyumardi
Azra, ekses negatif yang ditimbulkan Barat di dunia Muslim pada abad ke-19 telah
menginspirasi kemunculan kaum fundamentalis Muslim, yang menjustifikasi aksi teror
dengan agama. Selain itu, mereka mengaku merepresentasikan the pristine Islam dibanding
kelompok Islam di luar mereka. Pada akhirnya, gerakan ini tidak ragu-ragu melaksanakan
gerakan mati syahid (martyrdom) sebagai strategi melawan Barat.2 Menurut Piscatori dan
Eickelman, kekerasan adalah asumsi-asumsi nyata dari politik Muslim. Para fundamentalis
berjuang melawan negara sekuler melalui bom-bom bunuh diri (suicide bombers). Kekerasan,
karenanya, telah menjadi penanda perjumpaan Muslim moderen dan Barat.3 Karenanya,
dalam beberapa kasus teror, agama bertugas tidak saja menyediakan ideologi, tetapi juga
motivasi dan struktur organisasi bagi para pelakunya.4 Tulisan ini berupaya mengungkap

3
hukum aksi bom bunuh diri dalam perspektif hukum Islam dengan mengklasifikasikannya
dan mengkategorisasikannya menjadi dua, pertama, bom bunuh diri sebagai jihad dan kedua,
bom bunuh diri sebagai teror.

Latar belakang

1. Apa pengertian Bom Bunuh Diri dan Terorisme


2. Apa saja Hukum Bom bunuh diri ditinjau dari hukum islam
3. Bagaimana bentuk-bentuk Terorisme
4. Bagaimana Terorisme Dalam Pandangan Islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bom Bunuh Diri dan Terorisme

1. Bom Bunuh Diri


Bom yaitu senjata yang bentuknya seperti peluru besar yang berisi bahan peledak untuk
menimbulkan kerusakan besar. Sedangkan Bunuh diri Secara syar’I yaitu seorang yang
membunuh diri dalam rangka ambisinya yang besar terhadap dunia atau keinginannya
terhadap dunia atau keinginannya terhadap harta atau bunuh diri karena marah dan putus asa.
Bahkan lebih dari itu, bunuh diria adalah dorongan jiwa untuk melakukan segala perbuatan
keduniaan yang dapat mengakibatkan kebinasaan.

Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di tanah air selama ini, menurut mereka, bukanlah
jihad, dan karenanya para pelakukanya bukanlah syahid (martir) yang mendapatkan ganjaran
surga. Sebaliknya, para pelaku bom bunuh diri itu adalah penjahat yang harus dikecam.

Dari sekian banyak pendapat, yang menarik perhatian saya adalah pandangan Achmad
Junaidi Ath Thayyibi, salah seorang ketua HTI, yang mengatakan bahwa pelaku peledakan
bom di Indonesia tak sesuai dengan hukum Islam, sebab aksi-aksi itu hanya menyengsarakan
rakyat sipil. Menurut dia, dalam Islam, para pelaku teroris yang tertangkap harus dihukum
potong tangan atau disalib untuk mempermalukan para pelakunya.

Pandangan semacam Ath Thayyibi itu penting, karena selama ini para tokoh Islam cenderung
ragu-ragu dalam mengambil sikap terhadap terorisme dan bom bunuh diri. Bahkan sebagian
di antara mereka tampak mendukung, khususnya jika obyek pengeboman adalah tempat-
tempat yang dianggap musuh Islam, seperti pengeboman WTC di Amerika atau pengeboman
kafe dan diskotek di Bali.

2. Pengertian Teroris
Teror secara etimologi berasal dari kata “terrour” (Inggris Tengah), “terreur” (Perancis lama),
“terror” (Latin) dan “terre” (Latin), yang artinya adalah untuk menakuti.

5
Definisi teror menurut beberapa ensiklopedia dan kamus:
sangat takut, sangat ketakutan
suatu emosi yang dialami sebagai antisipasi dari suatu rasa sakit atau bahaya (biasanya
disertai oleh suatu keinginan untuk kabur atau untuk melawan)
rasa panik atau perasaan yang sangat tidak tenang
sifat yang sangat menyusahkan, terutama pada anak-anak.
Dalam terminologi yang sederhana, definisi teroris adalah satu atau lebih orang yang
melakukan teror; sedangkan terorisme adalah suatu paham yang dianut seseorang atau lebih,
atau organisasi untuk menggunakan teror. Sedangkan Menurut ensiklopeddia Indonesia tahun
2000, terorisme adalah kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian
rupa untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian
nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan. Dan menurut Noam
Chomsky saat mendefinisikan terorisme’ menuliskan, “Terorisme ialah penggunaan cara
kekerasan yang ditargetkan kepada warga sipil dalam upaya guna mencapai tujuan politik,
agama atau semacamnya”.

B. Hukum Bom bunuh diri ditinjau dari hukum islam


Dalam Islam ada istilah Jinayat, yang berarti beberapa hukum yang meliputi hukum
membunuh orang, melukai, memotong, menghilangkan manfaat anggota badan, seperti
menghilangkan salah satu panca indera.

a. Islam melindungi hak hidup.


Beberapa ayat Al Qur’an menjelaskan tentang prinsip Islam terhadap hak hidup dalam hal ini,
hak hidup orang lain degan melarang membunuh termasuk membunuh dirinya sendiri.
Beberapa ayat-ayat tersebut sebagai berikut :
1. Dilarang membunuh anak-anak karena takut miskin.
2. Dilarang membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
suatu alasan yang benar.
3. Membunuh seorang manusia tanpa alasan yang benar, sama dengan membunuh
manusia seluruhnya.
4. Membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya jahannam.
5. Dilarang membunuh diri sendiri.

6
b. Bom bunuh diri pembunuhan yang direncanakan
Akibat bom bunuh diri ratusan orang telah terbunuh, terluka dan rusak serta hancurnya harta
benda. Padahal mereka yang menjadi korban tersebut tidak pernah menyatakan kebencian,
permusuhan terhadap Islam, umat Islam dan pemerintah Indonesia. Mereka ini adalah hamba-
hamba Allah yang harus dilindungi, diayomi dan diberi perlakuan sebagaimana layaknya
kehidupan sesama manusia, hidup berdampingan, saling kenal, saling berbuat baik, saling
cegah keburukan. Mereka tidak boleh dilukai dan dibunuh semena-mena tanpa alasan yang
syar’i, tanpa alasan hukum yang dibenarkan. Gelar apa yang patut diberikan pada kelompok
teroris dan pelaku bom bunuh diri Bali II?. Orang yang menghilangkan nyawa orang lain
dengan tanpa hak adalah pembunuh. Pelaku bom bunuh diri adalah nyata-nyata dengan
perencanaan rapi, berniat menghilangkan nyawa orang lain, adalah pembunuhan yang
disengaja dan direncanakan, yang hal tersebut tegas-tegas dilarang Allah dalam Al Qur’an
(17:33, 6:151, 25:68, 5:32, 17:31, 4:93), dikategorikan sebagai dosa besar dan harus
diqishash serta disiapkan tempatnya di neraka.
c. Bom bunuh diri adalah bunuh diri
Al-Qur’an dan sunnah rasul mengatakan dengan tegas melarang membunuh diri sendiri.
Apabila para teroris dalam hal ini pelaku bom bunuh diri menyatakan sebagai ”jihad”. Maka
hal tersebut adalah kekeliruan, sesat dan menyesatkan. Allah dalam firman-Nya menyatakan
” dan janganlah kamu membunuh diri, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (Q.S. 4:29)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Ustsaimin atas pertanyaam terhadap bom bunuh diri
memberi fatwa sebagai berikut; orang yang meletakkan bom di badannya lalu meledakkan
dirinya di kerumunan musuh merupakan suatu bentuk bunuh diri dan ia akan disiksa di
neraka jahannam selamanya disebabkan perbuatan tersebut, sebagaimana sabda nabi, ” bahwa
orang yang membunuh dirinya dengan sesuatu ia akan disiksa karenanya di neraka
jahannam”.

d. Qishash
Qishash adalah mengambil pembalasan hukum yang sama yaitu suatu hukuman yang sama
yang dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan kesalahan. Seperti jiwa dibalas dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga degan telinga, gigi dengan gigi, luka-
lukapun ada qishashnya. (Q. 5:45)

7
Balasan hukum membunuh adalah dibunuh, jika pembunuhan itu disengaja tanpa alasan yang
dibenarkan oleh syara’, dan dalam pembalasan tersebut dilarang melampaui batas. (Q. 17:33)
Karena pelaku bom bunuh diri telah juga mati maka balasan selanjutnya menjadi hak Allah
sesuai dengan hukum-hukum dan keadilan-Nya.

e. Balasan Tuhan terhadap pelaku bom bunuh diri.


Seperti penjelasan di atas, balasan pembunuhan adalah dihukum bunuh yang disebut dengan
QISHASH. Sesuai dengan ketetapan Allah, pembunuhan adalah dosa besar dan dia akan
mendapat pembalasan atas dosanya (Q. 25:68-69). Di ayat yang lain dengan jelas dan tegas
Allah akan membalasnya dengan neraka. (Q. 4:30, 4:93). Dan sebagai perbuatan bunuh diri
dalam hadist diriwayatkan sebagai berikut: Sahabat-sahabat nabi memuji si ANU (Fulan)
karena kehebatannya di medan laga. Kemudian nabi berkata, ia dalam neraka. Setelah itu
seorang sahabat mengikutinya dalam setiap geraknya. Dalam medan pertempuran si ANU
(Fulan) terluka parah, kemudian ia tidak sabar dengan membunuh dirinya dengan pedangnya
sendiri (hadist soheh Bukhori 1316).
Karena itu bom bunuh diri yang mereka yakini berbuah surga adalah pandangan dan
keyakinan yang keliru, sesat dan menyesatkan. Alih-alih mendapat surga, justru neraka yang
dituaimya kelak. Na’udhubillah.

C. Bentuk-bentuk Terorisme

Dilihat dari cara-cara yang digunakan,terorisme dibedakan menjadi 2,yaitu :


1. Teror fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran fisik
jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan
dsb, sehingga secara nyata dapat dilihat secara fisik akibat tindakan teror.
2. Teror mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa
menimbulkan ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban (psikologi
korban sebagai sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang
luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.

D. Terorisme Dalam Pandangan Islam

Islam sebagai agama, pandangan hidup, dan sebagai “way of life” atau jalan hidup
bagi penganutnya, tentu saja tidak mengijinkan dan bahkan mengutuk terorisme. Islam

8
dengan kitab sucinya Al Quran yang mengajarkan tentang moral-moral yang berdasarkan
konsep-konsep seperti cinta, kasih sayang, toleransi dan kemurahan hati.
Nilai-nilai yang ada di dalam Al Quran membuat seorang Muslim bertanggung jawab untuk
memperlakukan semua orang, apakah itu Muslim atau non-Muslim, dengan rasa kasih sayang
dan rasa keadilan, melindungi yang lemah dan yang tidak bersalah dan mencegah
kemungkaran. Membunuh seseorang tanpa alasan adalah salah contoh yang jelas dari
kemungkaran
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (QS Al-Qashash [28] :77)
Terorisme dalam pandangan islam merupakan hal yang melenceng dari agama islam itu
sendiri. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam
didalam kehidupan manusia sebagai rahmat dan kenikmatan yang besar bagi manusia bukan
suatu musibah yang membawa malapetaka.
Para teroris tersebut melakukan aksi terornya mengatas namakan islam sebagai jihad. Namun
pengertian jihad sendiri dalam islam bukanlah memerangi umatnya sendiri yang justru
menghancurkan dan merusak tetapi jihad dalam islam adalah upaya mengerahkan segala jiwa
raga atas nama Allah sesuai ketentuan-ketentuan yang diajarkan dalam syari’at islam.
Praktik jihad yang diajarkan nabi dalam peperangan bukan hanya untuk mendapatkan
kemenangan dan mengalahkan musuh. Tetapi untuk sesuatu yang mulia dan juga
mendatangkan manfaat bagi manusia.
Dalam islam, peperangan hanya diizinkan dalam kondisi seperti:
1. Sebagai langkah bertahan (defensif) untuk melindungi kaum muslim.
َ‫َّللاَ ال ي ُِحبُّ ْال ُم ْعتَدِين‬
‫َّللاِ الهذِينَ يُقَاتِلُونَ ُك ْم َوال ت َ ْعتَدُوا إِ هن ه‬ َ ‫َوقَاتِلُوا فِي‬
‫سبِي ِل ه‬
“dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas”. (Al-Baqarah : 190)
2. Diusir dari rumah dan tanah air.
‫ْث أَ ْخ َر ُجو ُك ْم‬
ُ ‫ْث ث َ ِق ْفت ُ ُمو ُه ْم َوأ َ ْخ ِر ُجو ُه ْم ِم ْن َحي‬
ُ ‫َوا ْقتُلُو ُه ْم َحي‬
“Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari maan mereka
telah mengusir kamu”. (Al-Baqarah : 191)
3. ketika umat islam dianiaya karena menganut agama islam.

9
ُ ‫أُذِنَ ِل هلذِينَ يُقَاتَلُونَ ِبأَنه ُه ْم‬
‫ظ ِل ُموا‬
“Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya”. (Al-Hajj : 39)

4. Jika kaum musyrik mengingkari perjanjian (perang atau damai) yang telah mereka buat
lalu mengejek agama Allah.

‫طعَنُوا فِي دِي ِن ُك ْم فَقَاتِلُوا أَئِ همةَ ْال ُك ْف ِر‬


َ ‫َوإِ ْن نَ َكثُوا أ َ ْي َمانَ ُه ْم ِم ْن َب ْع ِد َع ْه ِد ِه ْم َو‬

“Dan jika mereka melanggar sumpah setelah ada perjanjian, dan mencerca agamamu, maka
pergilah pemimpin-pemimpin kafir itu”. (At-Taubah: 12)
Pengakuan mantan anggota JI, Nasir Abbas mengakui bahwa kekerasan bukanlah ajaran
Rasullullah SAW dan tindak teror di Bali itu bukanlah jihad karena dilakukan di tempat yang
damai dan bukan orang yang bersalah yang menjadi korban.
Lalu apakah terorisme dibenarkan dalam islam? Di zaman Rasullullah SAW merupakan
zaman keemasan. Di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin terbaik
sepanjang zaman, berjayalah islam pada waktu itu. Kejayaan islam bukanlah hal yang
mustahil, bisa terwujud dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan
pemahaman dan pengamalan yang benar. Bagaimana mungkin kejayaan islam saat itu
terwujud dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran islam itu sendiri. Rasulullah sebelum
mencapai kejayaan islam juga pernah merasakan masa pahit memerangi kaum musyrik.
Namun Rasulullah SAW tetap bersabar dalam menghadapi situasi tersebut bahkan tidak
sampai melakukan bom bunuh diri atau hal-hal lain yang menggangu keamanan masyarakat
seperti aksi terorisme yang sedang merajalela dan menyudutkan islam sebagai pembawa
ajarannya. Islam sangat menghargai kehidupan dan memiliki aturan dan hukum yang tegas
dalam menjalani kehidupan.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tulisan ini pada dasarnya keterpanggilan untuk ikut bersama-sama pihak lain yang kompeten
untuk meluruskan pernyataan para teroris bahwa bom bunuh diri adalah JIHAD. JIHAD
memiliki pengertian yang khas. Jihad dalam arti perang memiliki beberapa kriteria apabila
jihad itu ingin dimaknai dengan jihad fi sabilillah (di jalan Allah) dan yang kelak dibalasi
dengan surga-Nya. Dengan tidak terpenuhinya kriteria jihad yang dilakukan oleh teroris,
maka bom bunuh diri yang mereka sebut dengan ”jihad:” adalah pandangan keliru, sesat dan
menyesatkan. Bom bunuh diri secara hukum Islam ( SYAR”I ) dikategorikan sebagai
pembunuhan dan bunh diri. Tindakan mereka yang keliru sesat dan menyesatkan
sebagaimana yang dapat disaksikan dalam testament yang tersebar luas, perlu dibarengi
dengan informasi pelurusannya melalui berbagai media. Sekalipun tulisan ini masih sangat
sumir diharapkan dapat memberi wawasan dan pedoman bagi petugas di lapangan sehingga
dapat mengemban tugas preventifnya dalam rangka tumbuhnya pengetahuan dan wawasan
masyarakat tentang jihad yang benar, serta guna mencegah dan menangkal munculnya kader-
kader bom bunuh diri pada khususnya dan terorisme di Indonesia pada umumnya.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
demi kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya amin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abu Yasid, Fiqh Realitas. Yoyakarta: Pustaka pelajar, 2005


Nawaf Hail Takruri, Aksi Bunuh Diri dan Mati Syahid. Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2002
http://tutorialkhen.blogspot.co.id/2016/01/makalah-makalah-pandangan-hukum-islam.html

12

Anda mungkin juga menyukai