Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

DI RUANG NIFAS LANTAI 2


RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Tanggal 30 April – 5 Mei 2018

Oleh :
Khairus Sadiq, S.Kep
NIM 1730913310073

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM


DI RUANG NIFAS LANTAI 2
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Tanggal 30 April – 5 Mei 2018

Oleh :
Khairus Sadiq, S.Kep
NIM 1730913310073

Banjarmasin, 30 April 2018


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Emmelia Astika F. D., S.Kep, Ns,. M.Kep Norma Ariatie, S.Kep., Ns


NIK.1990 2011 1 098 NIP. 19840123 200803 2 002
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM

A. Anatomi Fisiologi Ovarium


Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak
dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri dari
(Tambayong, 2002) :

1. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul
kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak
kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat,
sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan. Ruangan
rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Dari bagian atas
rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis),
sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan. Rahim juga merupakan
jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan
lahir. Uterus terdiri dari :
a. Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia
kehamilan.
b. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus meliputi endometrium, myometrium, parametrium.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral,
dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling
sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan
(infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu
menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat
pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada
lapisan dalam rahim.
3. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur merupakan sumber hormonal
wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan
dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum)
setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.
4. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya mengandung
tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif tehadap
infeksi sehingga mengganggu fungsinya. Hampir keseluruhan alat reproduksi
wanita berada di rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk
dan ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan
ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan (Tambayong,
2002).
B. Definisi
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan.
Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur atau
ovum. Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kista ovarium
merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat mengganggu
fungsi normal dari ovarium dan kista ovarium juga merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur yang dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Manuaba, 2009).

C. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista
ovarium, yaitu (Manuaba, 2009) :
1. Gangguan pembentukan hormone
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon yaitu
pada mekanisme umpan balik ovarium dan hipotalamus. Estrogen merupakan
sekresi yang berperan sebagai respon hipersekresi folikel stimulasi hormon.
Dalam menggunakan obat-obatan yang merangsang pada ovulasi atau
misalkan pola hidup yang tidak sehat itu bisa menyebabkan suatu hormone
yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormone.
Gangguan keseimbangan hormon dapat berupa peningkatan hormon
Luteinizing Hormon (LH) yang menetap sehingga dapat menyebabkan
gangguan ovulasi.
2. Memiliki riwayat kista ovarium atau keluarga memiliki riwayat kista ovarium.
3. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen).
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya
menyelesaikan penghentian pengobatan tersebut.
4. Pada pengobatan infertilitas
Pasien dirawat karena infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau agen lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole,
dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi
ovarium.
5. Gaya hidup yang tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista
ovarium. Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok, risiko
dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh
menurun. Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan,
konsumsi alcohol dapat juga meningkatka risiko penderita kista ovarium.
Pada wanita yang sudah menopause kista fungsional tidak terbentuk karena
menurunnya aktivitas indung telur.
6. Gangguan siklus Haid
Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih panjang harus
diwaspadai. Menstuasi di usia dini yaitu 11 tahun atau lebih muda merupakan
faktor resiko berkembangnya kista ovarium, wanita dengan siklus haid tidak
teratur juga merupakan faktor resiko kista ovarium.
7. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal juga merupakan
faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal berupa implant, akan tetapi pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi
resiko untuk terkena kista ovarium.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis yang mungkin muncul (Winkjosastro 2007) :

1. Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan


a. Rasa berat di abdomen bagian bawah
b. Mengganggu miksi atau defekasi
c. Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada
tingkat tungkai bawah.
2. Gejala akibat hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor
dapat mengganggu menstruasi, tumor sel granulose dapat menimbulkan
hipermenorea sedangkan tumor menimbulkan archenoblastoma dapat
menimbulkan amenorea.
3. Gejala akibat komplikasi
a. Perdarahan kedalam kista. Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista yang menimbulkan gejala nyeri
perut mendadak.
b. Putaran tungkai. Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini
menimbulkan rasa sakit karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi
pembendungan darah dan dapat terjadi robekan dinding kista, untuk itu
perlu tindak lanjut.
c. Infeksi pada kista. Cenderung mengalami peradangan dan disusul
penanahan.

E. Klasifikasi
Klasifikasi kista ovarium adalah (Nugroho, 2010) :

1. Tipe kista normal


Kista fungsional merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak
ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista ini akan tumbuh
setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur
yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah kista ini akan
menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsiaonal
terdiri dari:
a. Kista Folikuler
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada
didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir didalam ovarium.
b. Kista Corpus Luteum
Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi pendarahan
dan lama – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang – kadang
perlu tindakan operasi untuk mengatasinya.
2. Tipe Kista Abnormal
a. Kistadenemo
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya
bersifat jinak, namun dapat membesar dan menimbulkan nyeri.
b. Kista Coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat
karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoroid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti
kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua
bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada
di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama
saat menstruasi dan infatilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsiaonal yang diseratai perdahaan sehingga
menimbulkan nyeri didalam satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein
sesungguhnya umumnya berasal dari kospus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.
Besarnya terjadi setiap bulan, ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus di lakukan untuk mengangkat kista tersebuat agar
tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
F. Patofisiologi
Kista Ovarium berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang
disebabkan oleh tingginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari pada normal
tetapi tidak memperlihatkan androgen estrogen oleh folikel kelenjar adneral
folikel anovolusi degenerasi dan membentuk kista (Nugroho, 2010).
Kista folikel berkembang sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya
folikel yang sedang matang atau kegagalan reabsorpsi folikel yang
belum matang untuk mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi. Jenis kista ini
yaitu non neoplastik dan tidak dapat tumbuh tanpa pengaruh hormonal kista ini
berukuran kecil (≤ 6 – 8 cm) dan biasanya tanpa gejala.Kista karpus luteum
disebabkan sekresi hormon progerterone kista ini dapat menyebabkan
menstruasi tidak teratur atau menstruasi terlalu lama. Hal ini disertai
dengan nyeri abdomen bawah dan pelvis (Winkjosastro, 2007).

Pathway :

Etiologi

Pembesaran Ovarium

Kista Ovarium

Tekanan pada Organ


Nyeri Pre Operasi Post Operasi

Ansietas Luka Insisi Post Op

Nyeri Akut Resiko Infeksi

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai berikut adalah (Wiknjosastro, 2005) :

1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista
berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau
solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Fotorontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya
pada kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.
4. Parasentesis
Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna
untuk mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk.
5. Pemeriksaan kadar
HCG Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan.
6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium
sebagai berikut (Mitayani, 2009):
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan
tuba (Salpingo-oovorektomi).

2. Radioterapi, Radioterapi umumnya hanya dikejakan bila terdapat kontra


indikasi untuk tindakan operasi, dengan tujuan agar ovarium tidak berfungsi
lagi sehingga penderita mengalami menopause.

3. Kemoterapi adalah suatu tindakan pengobatan yang digunakan untuk


membunuh sel kanker dengan menghambat perkembangannya, indikasi
kemoterapi biasanya lebih efektif saat inti tumor masih kecil. Jenis sitostatika
yang biasa diberikan adalah :

a. CAP (Cyclophosphamide, Adriameycine dan Cisplatinum)


b. PBV (Platamin, Bleosyn dan Vincristin)
c. VAC (Vincristin. Actinomycin dan Cyclophosphamide)
4. Perawatan pasca operasi:

a. Setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa


dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen
sebagai penyangga.

b. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang


pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
c. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan
dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan
analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan
rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.

d. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena


kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan,
tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat
juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah
pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di
rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya
dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca
bedah sesuai anjuran.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Data biografi: biasanya terjadi pada perempuan usia ≥ 45 tahun


b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: biasanya klien mengeluhkan nyeri di bagian
perut/panggul, perut membesar, siklus menstruasi tidak teratur, kadang
periode menstruasi lebih lama atau lebih pendek atau tidak menstruasi
dan perdarahan
2) Riwayat kesehatan sekarang: nyeri di bagian perut atau pangguk
3) Riwayat kesehatan sebelumnya: anemia, hipertensi, diabetes mellitus
4) Pola nutrisi: jenis makanan apa saja yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan, apakah makanan yang bergizi ataukah tidak
5) Psiko sosial spiritual: kadang muncul rasa cemas akibat siklus mentruasi
tidak teratur atau tidak menstruasi seperti biasanya
c. Riwayat Kehamilan
Apakah ada riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion atau
dengan riwayat hipertensi.
d. Riwayat Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur, tidak ada darah menstruasi sampai
dengan perdarahan
e. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta
lamanya menggunakan kontrasepsi.
f. Pola aktivitas sehari-hari
Gejala : Kadang mudah lelah
g. Sirkulasi
Apakah ada pucat, sianosis atau akral teraba dingin
h. Abdomen
Inspeksi: terlihat pembesaran massa
Palpasi: adanya nyeri tekan
Perkusi
Auskultasi
i. Eliminasi
Kaji BAB dan BAK secara menyeluruh yaitu frekuensi, warna, bau,
konsistensi, dan keluhan lainnya
j. Makanan / cairan
Klien memungkinkan tidak nafsu makan atau nafsu makan berkurang
k. Nyeri / kenyamanan
Biasanya terasa nyeri pada bagian perut atau panggul, nyeri dapat diterasa
saat bergerak ataupun berhubungan seksual
l. Pernafasan
Nafas mungkin cepat dan dangkal
m. Seksualitas
Biasanya terganggu akibat menstruasi yang tidak teratur dan nyeri saat
berhubungan
2. Analisa Data

Data Kemungkinan Masalah


Penyebab
DS: klien biasanya mengatakan Agens cidera Nyeri akut
nyeri pada bagian perut atau biologi (kista
panggul ovarium)

DO:
1. P : kista ovarium
Q : ditusuk-tusuk
R : Rongga panggul
S : nyeri sedang (5)
T : 2-menit
2. TTV
TD : tinggi/rendah
R : cepat
HR : cepat/lambat
T : tinggi/rendah
DS: klien biasanya merasakan Krisis sistuasi Ansietas
cemas akibat menstruasi yang
tidak teratur

DO: klien terlihat gelisah dan


tidak bias mempertahankan
kontak mata
Dengan faktor risisko Risiko infeksi
1. Prosedur invasive
2. Gangguan integritas kulit

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d agens cedera biologis (kista ovarium) ditandai dengan nyeri
di bagian abdomen atau panggul
b. Risiko infeksi dengan faktor risiko gangguan integritas kulit dan prosedur
invasif
c. Ansietas b/d krisis sistuasi ditandai dengan gelisah
4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


.
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Pain Management
1. Kaji secara komprehensif nyeri pasien
agens cedera keperawatan selama 1 x 24 jam risiko
syok diharapkan dapat teratasi dengan R/ Mengetahui nyeri secara akurat dapat memberikan
biologis (kista tindakan keperawatan yang tepat dan cepat
kriteria hasil:
ovarium) ditandai 2. Eliminasi faktor yang dapat meningkatkan nyeri lainnya
1. Pain level
R/ Meminimalkan nyeri dengan menciptakan lingkungan
dengan nyeri di a. Nyeri berkurang dari skala 3 ke
nyaman
4
bagian abdomen 3. Evaluasi dan monitor interval nyeri pasien
b. Panjang espidoe nyeri dari
R/ Mengetahui nyeri secara akurat dapat memberikan
atau panggul skala 3 ke 4
tindakan keperawatan selanjutnya
c. Ekspresi wajah menahan nyeri
4. Jelaskan pasien mengenai manajemen nyeri, termasuk
dari skala 3 ke 4
intervensi farmakologi dan nonfarmakologi, proses pengkajian
Ket :
dan pengkajian ulang, serta potensi efek yang merugikan.
1: sangat parah R/ Meningkatkan relaksasi, serta merupakan salah satu
2: parah langkah penting untuk meningkatkan kemampuan kontrol nyeri
3: sedang adalah klien memahami nyeri secara alami dengan baik,
4: sedikit pengobatannya dan peran klien dalam mengontrol nyeri
5: tidak nyeri 5. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik
R/ Terapi medis untuk mengurangi nyeri
2. Pain control
a. Dapat mengenali onset nyeri
dari skala 2 ke 3
b. Dapat mencegah nyeri muncul
dar skala 3 ke 4
c. Dapat mengontrol nyeri dari
skala 3 ke 4
Ket :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
2. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
sistuasi keperawatan selama 2x pertemuan 1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan
ansietas diharapkan dapat teratasi R/ Mengetahui penurunan kecemasan sehingga dapat
dengan kriteria hasil: memberikan intervensi yang tepat
2. Lakukan pendekatan kepada pasien untuk mengungkapkan
1. Anxiety level
a. Gelisah dari skala 2 ke 4 pikiran dan perasaan
b. Kesulitan dalam pemecahan R/ Pendekatan membantu pasien untuk
masalah dari skala 3 ke 4 mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan
c. Gangguan tidur dari skala 4 ke 3. Jelaskan prosedur pada pasien
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien dapat mengurangi
5
kecemasan, Komunikasi antara pasien-perawat merupakan
Ket :
perawatan yang efektif menurunkan cemas
1: sangat parah
4. Berikan motivasi kepada pasien, gunakan kalimat yang positif
2: parah
kepada pasien dan anjurkan keluarga pasien selalu menemani
3: sedang
pasien
4: sedikit R/ Fokus terapi kognitif pada perubahan perilaku dan
5: tidak parah perasaan di pengaruhi oleh pikiran. Pernyataan yang positif
dapat menurunkan kecemasan
5. Instruksikan pasien untuk teknik relaksasi
R/ menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection control
dengan faktor keperawatan selama 3 x 24 jam Bagi Perawat:
resiko infeksi diharapkan dapat 1. Kaji warna, kelembaban, tekstur, dan turgor kulit.
risiko gangguan R/ Kulit adalah pertahanan pertama tubuh dari infeksi
teratasi dengan kriteria hasil:
integritas kulit dan 1. Infection severity 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
a. Kemerehahan dari skala 3 ke 4 R/ Pencegahan infeksi yang baik untuk mencegah infeksi saat
prosedur invasif
b. Demam dari skala 4 ke 5 perawatan, dengan hygiene tangan dan standart precautions
Ket : 3. Gunakan sabun antiseptic untuk cuci tangan
R/ Sabun antiseptic dapat mengurangi jumlah bakteri
1: sangat parah
4. Gunakan APD
2: parah R/ Standart precaution harus diterapkan pada semua klien,
3: sedang semua klien diasumsikan sebagai pembawa pathogen
4: sedikit 5. Observasi dan laporkan tanda infeksi seperti kemerahan,
5: tidak hangat, pus, dan peningkatan suhu tubuh
R/ Menentukan intervensi dini terhadap infeksi
2. Knowledge : acute illness 6. Ajarkan perawatan hygiene klien yang tepat dengan cuci
management tangan, mandi, perawatan mulut, dan perawatan kuku, rambut,
a. Tanda dan gejala infeksi dari serta perineal
skala 1 ke 4 R/ Mandi setiap hari dapat membantu mengurangi jumlah bakteri
b. Strategi pencegahan pada kulit klien. Infeksi umumnya terjadi di oral cavity
komplikasi dari skala 1 ke 4 7. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
Ket : R/ Self-report dari klien dapat membantu mempercepat proses
1: tidak tahu penyembuhan klien secara tidak langsung
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
2: sedikit tahu
R/ Intake nutrisi yang adekuat dapat mempertahankan system
3: sedang
imun yang baik
4: tahu 9. Ajarkan perawatan luka yang benar
5: sangat tahu R/ Pemberian edukasi untuk persiapan perawatan klien di
rumah agar perawatan tetap berlangsung berkesinambungan
10. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antibiotic
R/ Terapi medis pada infeksi
DAFTAR PUSTAKA

1. Tambayong. 2002. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-


ikamerdeka-6744-2-babii.pdf diakses Sabtu 28 April 2018 pukul 19.10 WITA
2. Manuaba, I. B. G., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC.
3. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Ed
ke-4. Jakarta: Yayasan bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Nugroho. 2010. Catatan kuliah ginekologi dan obsterti. Nuha Medika
Yogyakarta.
5. Wiknjosastro. 2005. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-
ikamerdeka-6744-2-babii.pdf diakses Sabtu 28 April 2018 pukul 19.10 WITA
6. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
7. Bobak. Lowdermilk. Jensen. 2004. Keperawaytan Maternitas. Jakarta: EGC
8. Manjoer, arif. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius, 2000
9. Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
10. Wiknjosastro,Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustak
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai