LP Kista Ovarium
LP Kista Ovarium
Oleh :
Khairus Sadiq, S.Kep
NIM 1730913310073
Oleh :
Khairus Sadiq, S.Kep
NIM 1730913310073
1. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul
kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak
kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat,
sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan. Ruangan
rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Dari bagian atas
rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis),
sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan. Rahim juga merupakan
jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan
lahir. Uterus terdiri dari :
a. Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia
kehamilan.
b. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus meliputi endometrium, myometrium, parametrium.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral,
dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling
sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan
(infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu
menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat
pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada
lapisan dalam rahim.
3. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur merupakan sumber hormonal
wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan
dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum)
setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.
4. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya mengandung
tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif tehadap
infeksi sehingga mengganggu fungsinya. Hampir keseluruhan alat reproduksi
wanita berada di rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk
dan ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan
ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan (Tambayong,
2002).
B. Definisi
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan.
Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur atau
ovum. Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kista ovarium
merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat mengganggu
fungsi normal dari ovarium dan kista ovarium juga merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur yang dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Manuaba, 2009).
C. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista
ovarium, yaitu (Manuaba, 2009) :
1. Gangguan pembentukan hormone
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon yaitu
pada mekanisme umpan balik ovarium dan hipotalamus. Estrogen merupakan
sekresi yang berperan sebagai respon hipersekresi folikel stimulasi hormon.
Dalam menggunakan obat-obatan yang merangsang pada ovulasi atau
misalkan pola hidup yang tidak sehat itu bisa menyebabkan suatu hormone
yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormone.
Gangguan keseimbangan hormon dapat berupa peningkatan hormon
Luteinizing Hormon (LH) yang menetap sehingga dapat menyebabkan
gangguan ovulasi.
2. Memiliki riwayat kista ovarium atau keluarga memiliki riwayat kista ovarium.
3. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen).
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya
menyelesaikan penghentian pengobatan tersebut.
4. Pada pengobatan infertilitas
Pasien dirawat karena infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau agen lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole,
dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi
ovarium.
5. Gaya hidup yang tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista
ovarium. Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok, risiko
dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh
menurun. Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan,
konsumsi alcohol dapat juga meningkatka risiko penderita kista ovarium.
Pada wanita yang sudah menopause kista fungsional tidak terbentuk karena
menurunnya aktivitas indung telur.
6. Gangguan siklus Haid
Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih panjang harus
diwaspadai. Menstuasi di usia dini yaitu 11 tahun atau lebih muda merupakan
faktor resiko berkembangnya kista ovarium, wanita dengan siklus haid tidak
teratur juga merupakan faktor resiko kista ovarium.
7. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal juga merupakan
faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal berupa implant, akan tetapi pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi
resiko untuk terkena kista ovarium.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis yang mungkin muncul (Winkjosastro 2007) :
E. Klasifikasi
Klasifikasi kista ovarium adalah (Nugroho, 2010) :
Pathway :
Etiologi
Pembesaran Ovarium
Kista Ovarium
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai berikut adalah (Wiknjosastro, 2005) :
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista
berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau
solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Fotorontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya
pada kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.
4. Parasentesis
Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna
untuk mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk.
5. Pemeriksaan kadar
HCG Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan.
6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium
sebagai berikut (Mitayani, 2009):
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan
tuba (Salpingo-oovorektomi).
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
DO:
1. P : kista ovarium
Q : ditusuk-tusuk
R : Rongga panggul
S : nyeri sedang (5)
T : 2-menit
2. TTV
TD : tinggi/rendah
R : cepat
HR : cepat/lambat
T : tinggi/rendah
DS: klien biasanya merasakan Krisis sistuasi Ansietas
cemas akibat menstruasi yang
tidak teratur
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agens cedera biologis (kista ovarium) ditandai dengan nyeri
di bagian abdomen atau panggul
b. Risiko infeksi dengan faktor risiko gangguan integritas kulit dan prosedur
invasif
c. Ansietas b/d krisis sistuasi ditandai dengan gelisah
4. Rencana Tindakan Keperawatan