Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS

HORDEOLUM
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Stase Mata
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Sonia Widowati
20174012020
Diajukan Kepada :
dr. Akhmad Ikliludin, Sp.M

BAGIAN STASE MATA


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. WN
Usia : 29 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Triwarno Kutowinangun
Preceptor : dr. Yunani Setyandriana, Sp.M

B. KASUS
Anamnesis
Keluhan utama : Benjolan di kelopak atas mata kiri
RPS : Penderita datang ke RS dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri bawah 1 hari
SMRS. Awalnya mata kiri terasa pegal merah kemudian timbul benjolan kecil semakin lama
membesar yang menyebabkan kelopak mata kiri atas menjadi bengkak. Penderita mengeluh
nyeri jika benjolan disentuh. Riwayat trauma disangkal oleh penderita, riwayat sakit mata
sebelumnya disangkal juga oleh penderita, riwayat penyakit keluarga hanya penderita yang
sakit seperti ini.

RPD :
Riwayat keluhan serupa (-)

Riwayat trauma mata (-), alergi (-)

RPK :
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat hipertensi (-), DM (-), alergi (-)
Riwayat menggunakan kacamata (-)

Status Generalis

Keadaan Umum: Baik, Compos mentis

Vital Sign :

Tekanan darah : tidak dilakukan


Nadi : 96x
Respirasi : 23 kali per menit
Suhu : 36,8 ͦC
Kepala
Mata : terlampir
Hidung : dbn
Telinga : dbn
Mulut : dbn
Leher : tidak dilakukan
Thoraks : tidak dilakukan
Cor & Pulmo : tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Ekstremitas : tidak dilakukan
Genitelia : tidak dilakukan
Penatalaksanaan :

 R/ C. Floxa ed tube No. I


S gtt1 per 2 jam OS
 R/ C. Mycos eo tube No I
S 4 dd gtt 1
STATUS OPTHALMOLOGIS

Pemeriksaan OD OS
Visus 6/24 6/24
Visus dengan pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan Segmen Anterior

Inspeksi OD OS

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra Superior Benjolan (-) Benjolan (+)


Vulnus laserasi (-) Hiperemis (+)
Blefarospasme (-) Vulnus laserasi (-)
Blefarospasme (-)

Palpebra Inferior Benjolan (-) Benjolan (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Vulnus laserasi (-) Vulnus laserasi (-)

Konjungtiva CI (-) CI (-)


PCI (-) PCI (-)
Secret (-) Secret (-)

Kornea Jernih (+) Jernih (+)


Infiltrate (-) Infiltrate (-)

Pupil Pupil bulat (+) Pupil bulat (+)


Reflek pupil (+) Reflek pupil (+)

COA Kedalaman cukup Kedalaman cukup


Hifema (-) hipopion (-) Hifema (-) hipopion (-)

Iris Sinekia (-) Sinekia (-)

Lensa Jernih (+) Jernih (+)


HORDEOLUM

Anatomi
Palpebra merupakan lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior dan inferior adalah
modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir
pada alis mata, sedangkan palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Gambar. Anatomi Palpebra


Palpebra terdiri dari lima jaringan utama, dari superfisial ke dalam :
1. Kulit
Kulit pada palpebra tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Otot orbikularis okuli
Untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara
konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke
pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra disebut pratarsal, bagian
diatas septum orbitae merupakan bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut
bagian orbita. Nervus facialis mempersarafi orbikularis okuli.
3. Jaringan areolar
Terdapat di bawah otot orbikularis okuli dan berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Merupakan struktur penyokong utama dari palpebra, berupa lapis jaringan fibrosa
padat, dan terbagi dua, yaitu tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 di kelopak atas dan 20 di
kelopak bawah).
5. Konjungtiva palpebra
Merupakan bagian posterior palpebrae yang dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepi palpebra dipisahkan oleh
garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian
anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah
modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar
bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata,
dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom).

Selain itu, terdapat pula:


Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura
ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari
tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di
belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus
dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius
menyatu dengan tarsus inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan
berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih
dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior).
Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan
jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke
dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok
oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedang
kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).

Definisi
Hordeolum adalah nodul inflamasi atau menular yang berkembang di kelopak
mata. Paling sering merpakan hasil dari pengumpulan infeksi sekunder di glandula
sebasea. Yang terjadi pada kelopak mata anterior di kelenjar Zeis atau folikel kulit mata
disebut hordeolum eksternal, atau styes. Hordeolum yang terjadi di kelopak mata
posterior dari kekakuan kelenjar meibomian disebut hordeolum internal. Salah satu
jenisnya berhubungan dengan abses purulen lokal, biasanya disebabkan oleh S aureus.
Infeksi akut (biasanya bersifat staphylococcal) dapat melibatkan sekresi
sebaceous di kelenjar Zeis (hordeolum eksternal, atau stye) atau kelenjar meibomian
(hordeolum internal). Dalam kasus hordeolum eksternal, infeksi sering tampak berpusat
di sekitar folikel bulu mata, dan bulu mata dapat dipetik untuk mempromosikan
drainase. Resolusi spontan sering terjadi. Jika diperlukan, aplikasi kompres panas yang
rajin dan salep antibiotik topikal biasanya bersifat kuratif. Jarang, hordeolum dapat
berkembang menjadi selulitis superfisial sejati, atau bahkan abses, kelopak mata. Dalam
kasus tersebut, terapi antibiotik sistemik dan kemungkinan insisi bedah dan drainase
mungkin diperlukan.

Epidemiologi
Tidak ada data yang tersedia mengenai kejadian dan prevalensi hordeolum
secara internasional. Namun, hordeolum adalah salah satu lesi kelopak mata yang paling
umum dalam praktik klinis. Tidak ada kecenderungan ras yang diketahui untuk
mengembangkan hordeolum. Tidak ada kecenderungan jenis kelamin untuk
mengembangkan hordeolum. Baik pria maupun wanita tampaknya sama-sama
terpengaruh.
Hordeolum lebih sering ditemukan pada orang dewasa daripada pada anak-anak,
mungkin karena kombinasi tingkat androgenik yang lebih tinggi (dan peningkatan
viskositas sebum), insidensi meibomitis yang lebih tinggi, dan rosacea pada orang
dewasa. Namun, hordeola bisa terjadi pada anak-anak.

Klasifikasi
Hordeolum dibagi dua, yaitu hordeolum internum dan eksternum. Penjelasannya
adalah sebagai berikut :

a. Hordeolum internum
Lebih sering karena infeksi di kelenjar sebacea, terutama infeksi kelenjar Meibom
yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva
tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan
tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan
tidak memecah sendiri.
b. Hordeolum eksternum
Merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll yang muaranya terletak di pankal
bulu mata, dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Oleh karena itu,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Gambar Hordeolum Eksternum dan Internum


Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
Selain itu disebabkan karena proses alergi. Hordeolum dapat berhubungan dengan
diabetes, penyakit gastrointestinal, dan akne.

Faktor resiko
Faktor resiko hordeolum di antaranya: penyakit kronik, kesehatan atau daya
tahan tubuh yang buruk, peradangan kelopak mata kronik (seperti Blefaritis), diabetes,
hyperlipidemia (termasuk hiperkolesterolemia), riwayat hordeolum sebelumnya,
hygiene diri dan lingkungan yang tidak bersih, kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

Patofisiologi
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar
Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar.
Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi
pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran
abses, dengan ditemukannya fokus leukosit polimorfonuklear dan debris nekrotik
(abses). Sedangkan hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom di lempeng tarsal.
Hordeolum berbeda dengan chalazion, yang merupakan inflamasi lipoprotein,
fokal, kronis dari kelenjar Zeis atau meibomian. Chalazion terbentuk ketika meibomitis
yang terjadi, mengalami stasis sekresi kelenjar (trrlokalisir), dan kandungan kelenjar
(sebum) dilepaskan ke tarsus dan jaringan sekitarnya untuk memicu reaksi inflamasi
noninfeksi. Secara histologis, chalazion muncul sebagai reaksi granulomatosa (yaitu
histiosit, sel raksasa multinuklear) yang mengelilingi ruang yang jelas yang pernah
diduduki oleh sebum / lipid sebelum dilarutkan oleh pelarut yang digunakan untuk
pemrosesan jaringan, oleh karena itu disebut lipogranuloma.
Intinya, hordeolum merupakan proses infeksi fokal akut, sementara chalazion
mewakili reaksi granulomatosa kronis yang tidak menentu. Namun, chalazion sering
berevolusi dari hordeola internal.

Manifestasi klinis
Hordeolum muncul sebagai massa nodular yang nyeri, lembut, dan merah di
dekat pinggiran kelopak mata. Dapat pecah dan menghasilkan drainase purulen.
Hordeolum umumnya terlokalisir, meningkat secara spontan selama 1-2 minggu.
Hordeolum internal secara bertahap berevolusi menjadi chalazia, yang merupakan nodul
granulomatosa kronis yang berpusat di sekitar kelenjar sebasea, biasanya kelenjar
meibomian.
Gejala dapat berupa bengkak, nyeri pada kelopak mata, rasa tidak nyaman dan
sensasi terbakar pada kelopak mata. Sedangkan, tanda-tandanya dapat berupa eritema,
edema, nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata, seperti gambaran absces kecil.

Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum: chalazion, dakriosistitis, dakrioadenitis, slulitis
preseptal, konjungtivitis adenovirus, karsinoma sel basal.

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis yang sesuai gejala dan tanda, serta
pemeriksaan oftalmologis.

Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu.
a. Non farmakologi
1) Kompres dengan kain yang telah direndam air hangat 3-5 kali sehari
selama 10-15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan
dengan mata tertutup.
2) Membersihkan kelopak mata dengan air bersih, sabun, atau sampo yang
tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat
proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius. Masase hanya boleh di sekitar benjolan.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata untuk mencegah infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
b. Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24-48 jam
tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat
juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan
hordeolum interna yang ringan.
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin
atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
c. Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan
pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain
di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila hordeolum internum dibuat
insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Sedangkan
hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah
dilakukan insisi, dilakukan ekskokleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
AAO menyebutkan bahwa kultur tidak diindikasikan untuk isolat yang
diisolasi, kasus hordeolum yang tidak rumit. Kompres hangat dengan pijatan
ringan di atas lesi dapat memudahkan drainase. Antibiotik yang dioleskan secara
topikal umumnya tidak efektif. Antibiotik sistemik umumnya hanya ditunjukkan
pada kasus selulitis kelopak mata sekunder yang langka. Namun, jika pasien
memiliki meibomitis yang menonjol dan kronis, doksisiklin oral mungkin
diperlukan. Untuk lesi yang besar atau persisten, sayatan dan drainase mungkin
diperlukan.
Insisi dan drainase diindikasikan jika hordeolum besar atau jika refrakter
terhadap terapi medis. Insisi dan drainase dilakukan dengan anestesi lokal, dan
sayatan dibuat melalui kulit dan orbicularis (dalam kasus hordeola eksternal)
atau melalui konjungtiva tarsal dan tarsus (dalam kasus hordeola internal). Insisi
pada hordeolum interna dilakukan secara vertikal untuk menghindari
terpotongnya kelenjar Meibom, sedangkan pada hordeolum eksterna secara
horizontal. Spesimen harus dikirim untuk evaluasi histopatologis untuk
memastikan diagnosis dan untuk menyingkirkan patologi yang lebih jahat
(misalnya karsinoma sel basal).

Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis
palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita
dan abses palpebra.

Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara: menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak
mudah berulang, mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak, menjaga kebersihan peralatan make-up
mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman, menggunakan kacamata pelindung jika
bepergian di daerah berdebu.

Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.
Akan tetapi dapat timbul berulang.
Daftar Pustaka

American Academy of Ophthalmology. 2012. External eye disease and cornea. San
Fransisco.
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3 Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ehrenhaus, M. P., et al. 2017. Hordeolum. Dalam
https://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview pada hari Senin, 15
Januari 2018 pukul 16:00 WIB
Tanto, C. [Ed.], et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Ed 4 Jil I. Jakarta: Media
Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai