Anda di halaman 1dari 16

STEP 1

1. Ronki basah :
Suara tambahan, yang berupa suara terputus-putus akibat dari getaran yang ada cairan
di jalur nafas yang dilalui oleh udara
2. Dahak :
Nama lain dari sputum, mukus berlebih yang dikeluarkan oleh tubuh terdapat pada
saluran pernafasan
STEP 2
1. Apa penyebab batuk berdahak kental?
2. Mengapa didapatkan keluhan demam dan nyeri otot?
3. Mengapa didapatkan ronki basah pada saat auskultasi pada bagian lobus bawah paru
kanan?dan mengapa menghilang pada saat batuk ?
4. Mengapa pada saat foto rontgen dikesankan hipervaskularisasi?
5. Patofisiologi skenario?
6. Apa DD dan Diagnosis skenario?
7. Bagaimana etiopatogenesis diagnosis skenario?
8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus diskenario?
9. Apa manifestasi klinis pada kasus diskenario?
10. Komplikasi pada skenario tersebut?
11. Faktor resiko dari skenario?
12. Apa terapi pada kasus di skenario?/

STEP 7

1. Apa penyebab batuk berdahak kental?

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk
menjadi 4 fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya
bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di
dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara
tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar
udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang
diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas
kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap
berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua
manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar
akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang
lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil
rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan
tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan
meningkat sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas
batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan
menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup
adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di
pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.

Gambar 2. Fase Batuk

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi.
Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara
yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara
ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 30 50 detik setelah glotis
terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang
dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini
dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.

2. Mengapa didapatkan keluhan demam dan nyeri otot?


Demam :
 Didalam tubuh sbg kompensasi terhadap infeksi
 Kompensasi sistemik  rx inflamasi  hipotalamus anterior peningkatan suhu
tubuh  mengaktifkan mediator inflamasi  sel kuffer mengengeluarkan
pirogen IL – 1, TNF alfa, IL – 6 , ILF  mempertahankan suhu  suhu tubuh
diatas normal  peningkatan suhu reaksi imun  demam

Nyeri otot:
 Batuk terus menerus  bronkiolus rusak (banyak mukus saluran menyempit)
 pertukaran O2 berkurang metabolisme anaerob  peningkatan as. Laktat 
nyeri lokal
 Infeksi  mediator inflamasi  prostaglandin  nyeri  Demam

3. Mengapa didapatkan ronki basah pada saat auskultasi pada bagian lobus bawah paru
kanan?dan mengapa menghilang pada saat batuk ?
Ronki basah, yaitu suara yang terdengar kontinu. Ronkhi adalah suara napas
tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, terdengar tidak
mengenakkan (raspy), terjadi pada saluran napas besar seperti trakea bagian
bawah dan bronkus utama. Disebabkan karena udara melewati penyempitan,
dapat terjadi pada inspirasi maupun ekspirasi.
Ronki basah pada penderita bronchitis akut dapat didengar ketika mulai
tertimbunnya mucus di saluran napas.
Respirologi – Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP

Normal produksi mucus orang dewasa 100ml/hari


Mucus (diproduksi sel goblet) digiring ke faring melalui mekanisme pembersihan
silia dari epitel pseudokompleks bersilia.
Abnormal mucus berlebih karna gangguan kimiawi,fisika,infeksi di membrane
mukosaproses pembersihan tidak lancarmucus menumpuk dan
tertimbunpembersihan saluran napas menjadi semakin terganggu dan
beratsaluran napas menyempitronki

Etd.ugm.ac.id

.
4. Mengapa pada saat foto rontgen dikesankan hipervaskularisasi?

5. Patofisiologi skenario?

6. Apa DD dan Diagnosis skenario?

BRONKITIS AKUT
Menurut kelainan morfologi brokus dikenal 3 macam bronkitis:
 Bronkitis kataralis : mukosa bronkus tampak hiperemis dan edem
 Bronkitis fibrosa : selain radang, juga terdapat eksudasi fibrinogen pda
mukosa bronkus
 Ulcerative bronchitis : terbentuk mukosa nekrosis
Etiologi : virus, bakeri, jamur, iritasi bahan kimia, asap, alergi
Patogenesis : infeksi saluran nafas atas (bisa juga langsung ke bronkus) Etiologi
menyerang bronkus  kompensasi dengan peradangan  perubahan proporsi sel silia
dan goblet (hiperplasi dan hipertrofi sel goblet untuk hasilkan lebih banyak mucus
untuk menangkap iritan/antigen;penurunan jumlah dan pergerakan silia;epitel bisa
lepas)  hipersekresi mucus yang tidak bisa dibersihkan secara sempurna oleh silia
 akumulasi mucus + remodeling epitel  penyempitan lumen ‘obstruksi’ 
rangsang reseptor batuk (carina) batuk (bila mucus > 100)

Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : bila sakit berat, bisa nampak flushing, RR normal
 Palpasi : ada rhoncal fremitus, terutama pada pernafasan dalam
 Perkusi : normal, kecuali ada komplikasi
 Auskultasi : rhonki kering, pada stadium lanjut sesekali ditemukan rhonki
basah kasar

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan lab, ditemukan leukositosis ringan.

Pada pemeriksaan foto rontgen masih normal

Penatalaksanaan

 Perbaikan keadaan umum : bed rest, berhenti minum air dingin, merokok,
perbanyak masukan cairan tubuh
 Pengobatan antibiotika : prokain penicilin G, ampisiin, tertrasiklin
 Pengobatan simtomatik  disesuaikan keluhan

BRONKITISKRONIS
Klasifikasi bronkitis:
 Bronkitis kronis sederhana : produksi sputum mukoid
 Bronkitis kronis mikropurulent : ada sputum purulent, tanpa penyakit lokal
 Bronkitis kronis obstruktif : ada obstruksi bronkus pada spirometri
 Bronkitis asmatis kronis
Etiologi : lanjutan dari bronkitis akut, merokok, polusi udara
Patogenesis : lanjutan dari bronkitis akut penyakit kronik progresif

Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : sesak nafas


 Palpasi : ada rhoncal fremitus di dasar kedua paru
 Perkusi : bila ada komplikasi ada hipersonor
 Auskultasi : rhonki kering, pada stadium lanjut sesekali ditemukan rhonki
basah kasar

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan lab, ditemukan leukositosis ringan.

Pada pemeriksaan foto rontgen masih normal

Penatalaksanaan

 Perbaikan keadaan umum : bed rest, berhenti minum air dingin, merokok,
perbanyak masukan cairan tubuh
 Pengobatan antibiotika : prokain penicilin G, ampisiin, tertrasiklin
 Pengobatan simtomatik  disesuaikan keluhan
BRONKIEKTASIS
Etiologi : kongenital, infeksi, obstruksi bronkus
Patogenesis :
a. Infeksi bronkus  destruksi  bronkiektasis
b. Obstruksi pada bronkus  destruksi  bronkiektasis
Pemeriksaan fisik :
 Inspeksi : ditemukan jari tabuh pada keadaan yg berat, sering tidak ada
kelainan pada inspeksi dada
 Palapasi : bila kelainannya besar dan dekat dengan permukaan dada,
akan teraba vocal fremitus yg mengeras
 Perkusi : ada kelianan jika ada komplikasi (timpani)
 Auskultasi : ronki basah sedang-kasar, diatas bronkus yg dilatasi
ditemukan suara amforik
Pemeriksaan penunjang
Rontgen dada : 13% kasus ditemukan honey comb appearance, gambaran
kollaps paru, fibrosis paru
Bronkografi : gambaran dilatasi berbentuk kantong, tabung, fusiform, disertai
hilangnya ujung bronkus normal
Bronkoskopi : mukosa merah disertai pus
Penatalaksanaan
 Perbaikan keadaan umum : ruangan hangat, hentikan merokok
 Pengobatan antibiotika
 Pembedahahan
dr.Pasiyan Rachmatullah, Ilmu Penyakit Paru (Pulmonologi), FK Undip

7. Bagaimana etiopatogenesis diagnosis skenario?

Etiologi : virus, bakeri, jamur, iritasi bahan kimia, asap, alergi


Patogenesis : infeksi saluran nafas atas (bisa juga langsung ke bronkus) Etiologi
menyerang bronkus  kompensasi dengan peradangan  perubahan proporsi sel silia
dan goblet (hiperplasi dan hipertrofi sel goblet untuk hasilkan lebih banyak mucus untuk
menangkap iritan/antigen;penurunan jumlah dan pergerakan silia;epitel bisa lepas) 
hipersekresi mucus yang tidak bisa dibersihkan secara sempurna oleh silia  akumulasi
mucus + remodeling epitel  penyempitan lumen ‘obstruksi’  rangsang reseptor batuk
(carina) batuk (bila mucus > 100)
PATOGENESIS :

8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus diskenario?


TEST DIAGNOSTIK
Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi rontgen
thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri
(manurung, 2008 )
Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus
inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali
permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume
yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru.
Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak
500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml)
dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus,
kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.

Analisa gas darah


Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang
akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa
hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak
terpisah menjadi 3 bagian
• Lapisan teratas agak keruh
• Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
• Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak (celluler debris).
(mutaqin, 2008)
Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

9. Apa manifestasi klinis pada kasus diskenario?


Batuk, lelah, demam,nyeri otot

1. Batuk, batuk pada bronkiektasis adalah batuk produktif kronik yang sering
menyerupai pada penyakit bronkitis kronik. Jumlah sputum bervariasi,
umumnya jumlahnya banyak pada posisi tidur atau bangun tidur. Kalau tidak
ada infeksi sekunder umumnya sputumnys mukoid, sedangkan jika terjadi
infeksi maka sputumnya purulen dan dapat memnerikan bau tidak sedap
(fetor ex ore).
2. Hemoptisis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa
bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul perdarahan.
3. Dispnea, timbul dan beratnya sesak napas bergantung pada seberapa
luasnya bronkitis kronik yang terjadi serta seberapa jauh timbulnya kolaps
paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi akibat infeksi berulang (ISPA),
yang biasanya menimbulkan emfissema dan fibrosis yang menyebabkan
sesak napas tadi. Kadang dapat ditemukan mengi (wheezing), akibat adnya
obstruksi bronkus.
4. Demam berulang, karena bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan
kronik, maka akan sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun
pada paru sehingga timbul demam.

10. Komplikasi pada skenario tersebut?

11. Faktor resiko dari skenario?


Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang
reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan
psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk
mendeteksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga pemeriksaan lain
seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru dan
lain-lain.
 Rangsangan mkanik, kimia, dan peradangan
 Inhalasi asap, debu, dan benda2 asing kecil lainnya penyebab
batuk paling sering
 Rangsangan mekaniknya dari tumor ( ekstrinsik maupun
intrinsic ) tumor yang sering menimbulkan batuk  karsinoma
bronkogenik

Iritan :

 Rokok
 Asap
 SO2
 Gas di tempat kerja

Mekanik :

 Retensi sekret bronkopulmoner


 Benda asing dalam saluran nafas
 Postnasal drip
 Aspirasi

Penyakit paru obstruktif :

 Bronkitis kronis
 Asma
 Emfisema
 Fibrosis kistik
 Bronkiektasis

Penyakit paru restriktif :

 Pnemokoniosis
 Penyakit kolagen
 Penyakit granulomatosa

Infeksi :

 Laringitis akut
 Bronkitis akut
 Pneumonia
 Pleuritis
 Perikarditis

Tumor :

 Tumor laring
 Tumor paru

Psikogenik

Sumber : http://belibis-a17.com/2010/04/22/patofisiologi-batuk/ dan


Patofisiologi Ed. 6 EGC

12. Apa terapi pada kasus di skenario?


 simtomatik
 tirah baring
 menghindari udara dingin dan kering
 inhalasi uanp air
 kodein/DMP(untuk batuk yang mengganggu)
 antibiotic (untuk infeksi sekunder)

Respirologi – Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FC

a. Bronkitis akut
Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis
(meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:

 Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum


2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg,
diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk
pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada
kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak,
para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama
pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut
yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya
dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika
penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
 Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak
mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang
lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine,
ambroxol, dan lain-lain.
 Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan
sejenisnya., digunakan jika penderita demam.
 Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol,
terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini
digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat
bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator
tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk
melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya
mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami
oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin.
Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat
diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya
memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
 Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh
kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.
b. Bronkitis Kronis
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan
untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:

 Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk


mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis
kronis.
 Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
 Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia
dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan
makanan bergizi.
 Oksigenasi (terapi oksigen)
 Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah
dikeluarkan.
 Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis
mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S.
pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan
pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan
hasil pemeriksaan.

PDT Ilmu Penyakit Paru FK Unair, RSU Dr. Soetomo, edisi 3, 2005.
Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam, Lawrence M, Tierney, Jr, MD et all,
2002.

13. Mekanisme pertahanan saluran pernafasan

14. M
e
k
anisme patogenesis saluran pernafasan bawah

Anda mungkin juga menyukai