VIRTUAL ANTHROPOLOGY:
USEFUL RADIOLOGICAL TOOLS FOR AGE ASSESSMENT
IN CLINICAL FORENSIC MEDICINE AND THANATOLOGY
Disusun Oleh:
1. Nike Rahmi Jayanti 30101206765 7. Oris Wicaksono 30101307035
2. Pinda Ayu Widiyani30101307038 8. Fatimatuzzahra 30101306942
3. Dian Tunjung Wija 30101306916 9. Fitri Wulan Sari 30101306951
4. Naufal Khairullah 30101307021 10. Rufaida A. 30101307071
5. Evan Tantono 30101306937 11. Vidini Kusuma A.30101307094
6. Muthiatul Aliqoh 30101307014
Pembimbing:
dr. Ratna Relawati, M.Si.Med, Sp.KF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
1. Nike Rahmi Jayanti 30101206765
2. Pinda ayu widiyani 30101307038
3. Dian Tunjung Wija . 30101306916
4. Naufal Khairullah H. 30101307021
5. Evan Tantono 30101306937
6. Muthiatul Aliqoh 30101307014
7. Oris Wicaksono 30101307035
8. Fatimatuzzahra 30101306942
9. Fitri Wulan Sari 30101306951
10. Rufaida A. 30101307071
11. Vidini Kusuma Aji 30101307094
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Judul : Virtual Anthropology: Useful Radiological Tools For
Age Assessment In Clinical Forensic Medicine And
Thanatology
Abstrak
Antropologi virtual terdiri dari pengenalan dari pencitraan potongan yang modern
ke antropologi. Terimakasih kepada revolusi ilmiah yang non invasif ini, beberapa
klasifikasi yang pertamanya dibuat dengan dasar pemeriksaan tulang secara kering
(dry bone examination) bisa digunakan di kadaver, tanpa pemindahan jaringan
lunak khusus atau persiapan tulang. Keuntungan yang setara pada aspek non
invasif dari teknik ini adalah bisa digunakan di orang hidup. Perkiraan dari usia
tulang adalah salah satu kemungkinan yang bisa dilakukan di radiologi. Dalam
ilmu kedokteran forensik, usia biologis bisa diperkirakan pada orang hidup.
Radiologi juga bisa menolong seorang forensik patologis untuk memperkirakan
usia saat kematian pada orang yang sudah meninggal, karena usia, jenis kelamin,
asal daerah dan tinggi badan adalah hal yang penting dalam menentukan profil
biologis pada identifikasi rekonstruktif. Berbagai perangkat radiologi, MSCT atau
MDCT, sama seperti teknik pencintraan x-ray seperti MRI dan US didiskusikan
pada artikel ini.
Penilaian umur bisa juga penting pada proses administratif dan hukum.
Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan konstan dari aliran migrasi sudah
membuat negara berkembang untuk mengontrol pergerakan populasi dan
permintaan suaka. Sebagai konsekuensinya, pemeriksa medis, odontologis
forensik, antropologis forensik, dan para profesional sering terlibat pada perkiraan
usia di kadaver dan di orang hidup bisa dipanggil dalam rangka memperkirakan
usia dari orang hidup yang meminta suaka dan mengklaim dirinya lebih muda,
sebagai contoh, 18 tahun, dimana di Perancis pada usia ini mereka bisa
dipulangkan pada negara asal mereka. Perkiraan usia forensik juga digunakan
untuk menentukan apakah tersangka masuk ke hukum remaja atau dewasa. Batas
usia relevan untuk proses administratif dan hukum antara 14 dan 21 tahun pada
kebanyakan negara. Informasi pada tingkat perkembangan dari penyatuan epifisis
bisa digunakan untuk memperkirakan usia antara 10 sampai 20 tahun.
Berdasarkan guideline yang dipublikasikan oleh the International Study Group on
Forensic Age Diagnostics, atau juga yang disebut AGFAD (Arbeitsgemeinschaft
für Forensische Altersdiagnostik), perkiraan usia pada individu yang masih hidup
harus mencakup pemeriksaan fisik, radiografi, dan pemeriksaan gigi. Saat
dibutuhkan, secara ideal CT dari clavicula bisa dilakukan.
Saat menilai usia untuk tujuan forensik, dokter harus tetap berprinsip mengurangi
paparan radiasi seminimal mungkin. AGFAD merekomendasi radiografi dan CT
scan dada pada beberapa kasus; namun, prosedur pencitraan ini dilakukan di
dewasa muda tanpa keuntungan medis secara diagnostik maupun terapeutik
langsung maupun tidak langsung. Radiografi tangan melibatkan dosis radiasi
kurang dari 0.1 microseiverts, sebuah ortopantomogram 26 mocroseierts dan
sebuah CT scan clavicula dengan dosis 600-800 microseiverts. Paparan ini
meningkatkan fokus etik, walaupun jika individunya memberikan persetujuan
sebelum dilakukan pemeriksaan. Mengingat hal ini, prosedur pencitraan non
invasif seperti US dan MRI baru baru ini sudah diterapkan untuk meminimalkan
paparan radiasi dari pemeriksaan individu. Ini karena kebutuhan untuk
membandingkan hasil dengan hasil foto polos sebelumnya yang area anatominya
seperti ujung sternal dari clavicula, tangan dan pergelangan tangan dan krista
iliaka sudah diteliti.
Ultrasonografi
Ultra sonografi (US) memiliki kelebihan yaitu selalu mudah diakses dan siap di
rumah sakit dan lebih murah daripada MRI. Pemeriksaanya cepat dan variabilitas
inter dan intra observer baik. Namun US menunjukan beberaka kekurangan misal
kurva pembelajaran yang panjang, dan analisis serta interpretasi yang bergantung
pada pengalaman. Artefak bisa terlihat bergantung pada probe US dan kegemukan
pasien. Pada beberapa area anatomi, probe tidak bisa memvisualisasi seluruh
permukaan epifisis.
MRI secara khusus cocok pada pemeriksaan pada lempeng pertumbuhan, dan
khsusunya pada metafisis-epifisis junction, yang tampak sebagai gap yang lebih
atau kurang lengkap antara metafisis dan epifisisi bergantung pada tahap
penyatuannya. Fusi dicirikan dengan area kesuraman dari bridging di T1-
urutannya. Saat fusi komplit, epifisis dan metafisis bersatu pada semua gambar
serial. Garis horizontal tipis bisa masih ada pada beberapa kasus, menyerupai
goresan epifisis. MRI adlah teknik belah lintang dimana irisan tipis dievlauasi,
memberikan informasi yang lebih dan mengurangi kerugian dari superposisi yang
bisa dilihat pada foto polos. Dibandingkan dengan foto polos, MRI menunjukan
usia yang lebih muda pada saat mulainya proses fusi dan usia tua dengan fusi
komplit.
Gambar kanan : fusi lengkap antara epifisis dan metafisis pada femur distal
Pada individu yang matang, berbagai proses dari pertumbuhan tulang tergantikan
oleh perubahan degeneratif. Perubahan ini, yang berefek pada tulang, gigi, dan
kartilago, adalah dasar dari metode antropologikal. Secara klasik, maturitas
skeletal tercapai selama dekade kedua kehidupan atau pada usia 30.
Pada fetus, tinggi dari gigi desidua 51 dan 61 sudah ditunjukan kegunaannya
dalam perkiraan usia, menggunakan formula regresi dan memberikan korelasi
yang baik dengan usia fetus.
Pada individu remaja, berbagai metode untuk perkiraanusia gigi tersedia (Fig. 8):
Diskusi
Perkiraan usia forensik memiliki keterbatasan yang sudah terkenal dan sudah
banyak didiskusikan pada literatur. Keterbatasan utama adalah metode referensi
diterapkan pada orang hidup di negara negara eropa dengan status sosioekonomik
tinggi, seperti metode Greulich and Pyle atlas atau metode Tanner and
Whitehouse untuk pergelangan dan tangan, dikembangkan di populasi dengan
status sosioekonomik yang rendah. Status sosioekonomik memiliki pengaruh pada
kecepatan pengerasan tulang, secara relatif orang dengan status sosioekonomik
rendah perkembangannya tertunda. Metode referensi (untuk penilaian usia tulang
dan gigi) tidak diterapkan pada individu yang serupa dengan populasi di mana
metode tersebut dibuat. Sangat sulit untuk menyelesaikan masalah ini, karena
individu yang berasal dari negara-negara yang bersangkutan dengan permintaan
suaka tidak dapat membuktikan usia kronologis mereka dengan pasti. Tidak
mungkin membuat sampel referensi berdasarkan individu yang ditargetkan untuk
estimasi usia forensik. Pada individu dengan perkembangan tertunda sebagai
konsekuensi kekurangan gizi atau faktor lain yang terkait dengan status sosial
ekonomi rendah, usia kemungkinan besar akan dianggap remeh. Dari perspektif
hukum, ini tidak akan menghasilkan situasi yang tidak menguntungkan bagi
individu yang menjalani proses pidana dan secara etis dapat diterima
Mengenai berbagai metode yang berasal dari antropologi, ahli radiologi forensik
perlu menyadari keterbatasan metode ini dan untuk mengetahui usia rata-rata yang
berbeda, standard deviasi dari variabel keadaan yang digunakan dan variabilitas
intra dan inter-observer, dan harus menyajikan hasilnyad dalam hal
probabilitas/kemungkinan. Poin penting yang perlu diingat adalah bahwa sebagian
besar metode perkiraan ini cenderung overwstimate usia saat meninggal pada
individu yang lebih muda dan mengunderestimate pada individu yang lebih tua -
sebuah fenomena yang sebelumnya diamati dalam beragam teknik estimasi usia.
Masset menyebut fenomena ini '' daya tarik tengah/the attraction of the middle''.
Dia menghubungkannya dengan distribusi usia tertentu dari sampel referensi yang
digunakan untuk menyusun metodologi perkiraan usia, namun telah ditunjukkan
bahwa kesalahan ini adalah, sampai suatu tingkat, hasil prosedur statistik yang
digunakan untuk memperkirakan usia kronologis dari prediktor usia biologis,
yaitu Regresi linier dengan umur sebagai variabel dependen. Daya tarik hasil dari
menggabungkan perkiraan individu ke dalam struktur usia untuk populasi tertentu,
dalam hal ini mereka cenderung menumpuk di kisaran tengah
Pemeriksaan US, karena masing masing dari metode ini memiliki keterbatasan
tersendiri dan berdasarkan pada kriteria eksklusif spesifik, tervisualisasi hanya
dengan teknik tunggal. Cukup jelas bahwa teknologi harus digunakan untuk
mengatasi fakta bahwa perkiraan usia, apapun teknik yang digunakan,
menunjukan keterbatasan yang identik dikarrnakan pada populasi referensi.
MSCT dan MRI bisa digunakan tidak hanya pada pasien hidup, tetapi pada pasien
yang meninggal. Sudah jelas bahwa dari sudut pandang peneltian, data radiologis
klinis menunjukan potensi yang tidak biasa dari kumpulan tulang dan gigi, dengan
etik yang masih diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dedouit F, Savall F, Mokrane FZ, Rousseau H, Crubezy E, Rouge D et al
(2014) Virtual anthropology and forensic identification using multidetector
CT. Br J Radiol 87:20130468
2. Brogdon BG (1998) Forensic radiology. CRC Press, Boca Raton
3. Beauthier J-P (2008) Traité de médecine légale. De Boeck, Bruxelles
4. Ubelaker DH (1978) Human skeletal remains: excavation, analysis,
interpretation. Aldine Publishing, Chicago
5. Scheuer L, Black SM (2004) The juvenile skeleton. Elsevier Academic Press,
Amsterdam
6. Schmeling A, Reisinger W, Geserick G, Olze A (2006) Age estimation of
unaccompanied minors part I. General considerations. Forensic Sci Int
159:61–64
7. Schmeling A, Krocker K, Wirth I (2013) History, present situation and
perspectives of forensic age diagnostics of living persons. Arch Kriminol
231:145–155
8. Wittschieber D, Schulz R, Vieth V, Kuppers M, Bajanowski T, Ramsthaler F
et al (2014) The value of sub-stages and thin slices for the assessment of the
medial clavicular epiphysis: a prospective multi-center CT study. Forensic
Sci Med Pathol 10:163–169
9. Wittschieber D, Ottow C, Vieth V, Kuppers M, Schulz R, Hassu J et al
(2014) Projection radiography of the clavicle: still recommendable for
forensic age diagnostics in living individuals? Int J Legal Med 129:187–193
10. Ramsthaler F, Proschek P, Betz W, Verhoff MA (2009) How reliable are the
risk estimates for X-ray examinations in forensic age estimations? A safety
update. Int J Legal Med 123:199–204