Semua pasien di RS TNI AD 05.08.04 Lawang baik pasien rawat jalan maupun
rawat inap.
BAB III
TATA LAKSANA
1. ANAMNESIS
d. Riwayat psiko-sosial
i. 0 = tidak nyeri
ii. 1–3 = nyeri ringan ( sedikit mengganggu aktivitas sehari –
hari )
iii. 4–6 = nyeri sedang ( gangguan nyata terhadap aktivitas
sehari – hari )
iv. 7 – 10 = nyeri berat ( tidak dapat melakukan aktivitas sehari
– hari )
b. Wong Baker Faces Pain Scale digunakan untuk pasien (dewasa dan
anak lebih 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka.
NO KATEGORI SKOR
1 EKSPRESI WAJAH
Netral, relaks Tak tampak kontraksi otot 0
wajah
Tegang Dahi mengerut, alis mata 1
menurun, orbital dan
levator mengencang atau
perubahan lain seperti
membuka mata atau
menangis selama
prosedur dilakukan
Meringis Semua gerakan di atas di 2
tambah kelopak mata
menutup rapat
2 GERAKAN TUBUH
Posisi normal Tidak bergerak sama 0
sekali
Perlindungan/lokalisasi Gerakan lambat 1
nyeri
berusaha menyentuh
daerah nyeri, mencari
perhatian melalui gerakan
Gelisah/agitasi Berusaha menarik 2
tabung/mencabut selang,
berusaha duduk,
menggerakkan kaki dan
meronta, tidak mengikuti
perintah, menyerang
perawat, berusaha keluar
dari tempat tidur
3 AKTIVITAS ALARM VENTILATOR MEKANIK (TERINTUBASI)
Ventilator toleransi Alarm tidak berbunyi, 0
terhadap pergerakan ventilasi lancar
Batuk tapi masih toleransi Batuk, alarm bunyi tapi 1
berhenti sendiri
Keterangan :
Dikatakan nyeri bila skor lebih dari 3
2. PENATALAKSANAAN :
b. Nyeri visceral:
1. Parasetamol
3. ADJUVANT ANALGESIC
Adjuvant analgesic adalah obat-obat yang secara farmakologis bukan
analgesik murni tetapi dapat menambah kuat efek pengurangan nyeri.
Adjuvant analgesic juga disebut co-analgesic karena obat-obat ini
digunakan bersama-sama dengan analgesik utama.
1. Corticosteroid
Mekanisme kerjanya menghambat produksi prostaglandin, mengurangi
inflamasi, mengurangi implus ektopik pada saraf tepi.
Corticosteroid untuk terapi peningkatan tekanan intracranial dan
kompresi spinal cord, digunakan dexametason 16-24 mg/hari p.o/iv, do
anak 0,05 – 0,2 mg/kg BB atau methylprednisolon 5,4 mg/kg / hari iv.
untuk bowel obstruction digunakan dexametason 8-16 mg/hari p.o, iv;
untuk peregangan kapsul organ, bone pain, limphoedema digunakan
dexametason 2-4 mg/hari p.o, predinisolon 15-30 mg/hari p.o,
triamcinolone 4-48 mg/hari p.o dan methylpredmisolone 4-48 mg/hari p.o.
2. Antidepressant
Menghambat reuptake serotonin (5HT), noradrenalin oleh reseptor
presinaptik serta menurunkan jumlah resptor 5HT (antireseptor) sehingga
meningkatkan transmisi kedua zat tersebut, meningkatkan inhibisi dan
bekerja sebagai anti nosiseptif, disamping itu juga menghambat aktivitas
voltage sensitive sodium chanel pada daerah ectopic discharge di saraf
perifer. Obat jenis ini digunakan untuk terapi nyeri neuropatik dan
nosiseptif.
Golongan Tricyclic antidepressant yang sering digunakan adalah
amitriptillin, dosis awal 12,5-25 mg/hari dan dosis dapat ditingkatkan
sampai 50-75 mg/hari, do anak 0,2 – 0,5 mg/ kg BB dapat dinaikkan tiap
2-3 hari sampai 1-2 mg/kg BB.
3. Anticonvulsant
Gabapentin mempunyai struktur analog GABA, mempunyai kemampuan
meningkatkan GABA. Gabapentin digunakan untuk nyeri neuropatik,
dosis 300 – 3600 mg/ hari, efek samping dizzines dan sedasi.
Phenytoin mensupresi paroxysmal discharge (implus nyeri) dan
penyebarannya serta mengurangi hiperksitabilitas neuronal. Dosis 300
mg/hari, do anak 2,5-3mg/kg BB/12 jam.
Step 2
Bila mengalami nyeri sedang (Vas 4-6), atau nyeri tetap atau meningkat setelah
pemberian obat step 1, diterapi dengan opioid yang digunakan untuk nyeri
ringan-sedang adalah codein dan tramadol. Dan opioid ini dikombinasi dengan
obat nonopioid +/- ajuvan analgesik.
Opioid analgetik
2. Tramadol
Step 3
Penderita dengan nyeri berat (Vas 7 – 10) atau nyeri tetap atau meningkat
setelah pemberian obat step 2, diberikan opioid untuk nyeri sedang-berat yaitu
pethidin, yang dikombinasi dengan obat non opioid +/- ajuvan analgesik.
Efek puncak dari dosis intravena dapat terjadi selama 15 menit sehingga
semua pasien harus diobservasi dengan ketat selama fase ini
8
Algoritma Pemberian Opioid Intermiten Intravena untuk Nyeri Akut
ya
ya
tidak
Tunggu Tekanan darah sistolik Minta saran
selama 5 ≥ 100 mmHg?*
menit
y
atJ
ii U
ds
aki
ykaa
a
J
p
i sa
kks
aoi
re
sn
kn
<
oy
e
r 7
r0
ni
y7t
a
e-
1 h
r u
0
i n
7: ?
-
1b
0e
:r
i
bk
ea
rn
i
k2
am
nl
J
m k
la
J
is
kk
ao
Keterangan
r :
Skor nyeri : Skor sedasi: *Catatan:
0 s= tidak nyeri
n 0 = sadar penuh Jika tekanan darah sistolik
1-3 k= nyeri ringan 1 = sedasi ringan, kadang mengantuk, mudah < 100mmHg : haruslah
4-6 o=y nyeri sedang dibangunkan dalam rentang 30%
7-10 r=e nyeri berat 2 = sedasi sedang, sering secara konstan tekanan darah sistolik
r mengantuk, mudah dibangunkan normal pasien (jika
n i 3 = sedasi berat, somnolen, sukar dibangunkan diketahui), atau carilah
y 4 S = tidur normal saran/bantuan.
e -
Gunakan tabel obat-obatan antiemetic (jika diperlukan)
r6 penggunaan OAINS IV jika diresepkan bersama dengan opioid.
Teruskan
i:
4b
-e
6r
:i
bk
ea
rn
i
k1
a
nm
l
2
m
l
Manajemen efek samping:
Opioid
Mual dan muntah: antiemetic
Konstipasi : berikan stimulant buang air besar, hindari
laksatif yang mengandung serat karena dapat
menyebabkan produksi gas-kembung-kram perut.
Gatal : pertimbangkan untuk mengganti opioid jenis
lain, dapat juga menggunakan antihistamin.
Mioklonus : pertimbangkan untuk mengganti opioid,
atau berikan benzodiazepine untuk mengatasi
mioklonus.
Depresi pernapasan akibat opioid: berikan nalokson
(campur 0,4mg nalokson dengan NaCl 0,9%
sehingga total volume mencapai 10ml). Berikan 0,02
mg (0,5ml) bolus setiap menit hingga kecepatan
pernapasan meningkat. Dapat diulang jika pasien
mendapat terapi opioid jangka panjang.
OAINS:
Gangguan gastrointestinal: berikan PPI (proton pump
inhibitor)
Perdarahan akibat disfungsi platelet: pertimbangkan
untuk mengganti OAINS yang tidak memiliki efek
terhadap agregasi platelet.
Non-farmakologi:
Olah raga
Imobilisasi
Pijat
Relaksasi, distraksi
Stimulasi saraf transkutan elektrik
Pencegahan
a. Edukasi pasien:
Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien,
serta tatalaksananya.
Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya
untuk pasien
Beritahukan bahwa pasien dapat mengubungi tim medis jika
memiliki pertanyaan / ingin berkonsultasi mengenai kondisinya.
Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun
manajemen nyeri (termasuk penjadwalan medikasi, pemilihan
analgesik, dan jadwal control).
b. Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan baik
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Asesmen nyeri
ya
Apakah etiologi nyeri Prioritas utama:
bersifat reversibel? identifikasi dan atasi
etiologi nyeri
tidak
ya
Pertimbangkan untuk
Apakah nyeri berlangsung
merujuk ke spesialis
> 6 minggu?
yang sesuai
tidak
NN N
yy y
ee e
rr r
ii i
vn s
ie o
su m
er a
ro t
ap i
la c
t
iNN
ee
rN r
i yi
e
bb r
e ei
r r
sbs
Algoritma Manajemen Nyeri Akut i ei
f rf
asa
t it
f
tad
a ti
j f
amu
mes
, n,
j
mas
e el
nap
u er
s ,r
ut
k ri
,a
s
d
t ai
et
r et
lek
o ar
kbn
N N N aa
y Pt A P
y y y lk
Pert a i p i e b
d l e e e ia
imb a
a n e
r r r s nr
y ang kk i c
a kan tidak a h i i i i d,
e
Mekanis h ra
u g
Kembali ke me nyeri s vAnalgesik
n ,k
n n a a
kotak ‘tentukan sesuai? o i e
adekuat? e
mekanisme tidak t y l m s
h
u ss
b
u e t aya e
nyeri’
r e
a e r e er
k n
i r t r o pma
n i a p e ut
m > Eduka
a c l a r t,
e si
r 6 t t ta
Paraset Kortikpasie i in
u i n
amol m n
oster k
j f y,
Cold ioid
Terapi d
u e
packs nOAIN farma Antik i t
k gt r
Kortiko Skologi
e
onvul t i
i
gOpioi san
Kons tida y
steroid Efek Manaje id
k r
udultasi Follow a
OAINS ? (jika Korti
k samping men ka
e a -up / t
Opioid pengob
koste efek ak
p
perlu) nilai u
Stimul atan?
roid samping m
s i
Non- ulang m
OAIN s
asi p farma p
S p
taktil
e kologi
y u
Opioi e
s a l
d s
i n
A i
a g
n f
l t i
i l i k
s a d .
i e
y n p
a n r
n y e
g a s
a
s n
s t
u r
a
i i
s
i
k
l
B. MANAJEMEN NYERI PADA PEDIATRIKi
k
Obat Non-obat
Analgesik Kognitif
Analgesik adjuvant Fisik
perilaku
Berikan umpan balik mengenai penyebab dan faktor yang mempengaruhi nyeri kepada
orang tua (dan anak)
Berikan rencana manajemen yang rasional dan terintegrasi
Asesmen ulang nyeri pada anak secar a rutin
Evaluasi efektifitas rencana manajemen nyeri
e) Pemberian analgesik:
Ditetapkan di Lawang
Pada tangal, 1 Desember 2017