Anda di halaman 1dari 2

PUASA DAN KEMERDEKAAN DIRI

B
erpuasa merupakan sebuah latihan seorang manusia untuk melepaskan diri dari belenggu
rutinitas tubuhnya. Mengapa harus melepaskan diri? Karena kalau manusia selalu terbelenggu
oleh rutinitas tubuhnya, maka ia akan terjatuh pada derajat binatang. Jika manusia telah
terjatuh pada derajat binatang, maka ia pun menjadi orang yang terhina. Saat manusia menjadi orang
yang terhina, berarti ia bukan orang yang mulia. Saat manusia tidak memiliki kemuliaan, maka ia pun
tidak akan memperoleh kebahagiaan hakiki. Saat manusia tidak memperoleh kebahagiaan hakiki, ia pun
akan selalu mengalami derita demi derita, gundah gulana sepanjang masa.
Di antara rutinitas tubuh manusia yang paling gamblang adalah kebutuhan terhadap makan, minum,
dan hubungan seksual. Makan dan minum dibutuhkan oleh tubuh manusia agar ia bisa memiliki tenaga
untuk menjalankan aktivitasnya. Hubungan seksual dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk menyalurkan
gejolak hawa nafsunya. Saat manusia menghentikan kebutuhannya terhadap makan dan minum, tak
ayal ia secara alamiah akan mengalami rasa lapar, haus, dan lemas. Pada saat itu pula, ia secara alamiah
akan merasakan kehilangan tenaga untuk melakukan aktivitasnya. Begitu pula dalam hal kebutuhan
seksual. Saat manusia menghentikan kebutuhan seksualnya, maka gejolak hawa nafsunya pun menjadi
tidak tersalurkan. Saat gejolak nafsu tidak tersalurkan, saat itu pula secara alamiah ia pun akan
kehilangan konsentrasi dan mengacaukan pikirannya.
Namun ketika manusia mampu bergerak melampaui tuntutan-tuntutan fisiknya tersebut, maka ia pun
menjadi orang yang sangat merdeka. Justru saat itulah, ia pun akan mampu merangkak naik ke derajat
lebih tinggi. Tidak lagi sebatas manusia yang hanya sekedar hidup untuk semata memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisiknya. Ia akan mampu bekerja dan beraktivitas tanpa harus diganggu oleh rasa lapar, haus,
dan lemas. Ia tetap mampu berpikir dan berkarya tanpa harus terganggu oleh gejolak hawa nafsunya.
Pada saat itu pula, tubuhnya menjadi ringan untuk melakukan berbagai kegiatan meski tanpa asupan
makanan dan minuman. Pikirannya tetap jernih meski ia tidak melakukan hubungan seksual.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa puasa merupakan latihan agar manusia menjadi orang-orang
yang merdeka. Kemerdekaan dari tuntutan-tuntutan fisik yang selama ini membelenggu dirinya. Puasa
merupakan latihan agar manusia orang-orang yang tetap merasakan kebahagiaan meski kebutuhan-
kebutuhan fisiknya tidak sepenuhnya ia ikuti. Puasa merupakan latihan keseimbangan antara fisik dan
pikiran, antara hati dan otak. Fisiknya menginginkan tubuhnya diberi asupan makan dan minum, namun
pikirannya tetap mengendalikan tubuhnya sehingga tidak merasakan lapar, haus, dan lemas. Fisiknya
yang menginginkan hubungan seksual, namun pikirannya tetap mengendalikan dirinya sehingga ia tetap
berpikir dengan jernih.
Saat orang yang berpuasa, namun ia masih merasakan haus, lapar, dan lemas, sehingga ia enggan untuk
beraktivitas seperti biasanya, maka saat itulah ia belum berhasil berlatih untuk mengendalikan dirinya.
Ia belum berhasil menjadi orang yang merdeka. Begitu pula saat ia berpuasa, namun hawa nafsunya
masih saja bergejolak dan pikirannya masih dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat seksual, saat itu pula ia
berarti belum mampu memaksimalkan latihan puasanya.
Orang yang berpuasa, dan ia berhasil menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual hingga
saat berbuka puasa, memang ia sudah mendapatkan pahala dari Allah. Meskipun selama rentang waktu
sejak imsak hingga saat berpuasa, ia masih merasakan haus, lapar, dan gejolak nafsu seksual yang
membuatnya enggan atau malas untuk melakukan hal-hal kebaikan yang produktif. Dalam hal ini, ia
berpuasa dalam tingkatan orang-orang biasa.
Namun bagi orang-orang istimewa, puasa menjadikan dirinya menjadi terbang lebih tinggi. Ia seolah
mampu menembus batas-batas alamiah fisiknya. Ia pun tetap beraktivitas seperti biasanya, bahkan
lebih aktif, meskipun dalam kondisi berpuasa. Ia tidak terbuai dengan rasa kantuk dan lemas. Ia tidak
tersiksa oleh rasa haus dan lapar. Untuk sampai di tingkatan ini, tentu saja puasanya tidak hanya
bersifat fisik semata. Ia juga berpuasa dari perkataan yang kotor, penglihatan yang tidak senonoh, atau
mendengarkan suara-suara yang melenakan dirinya.
Puasa selama bulan Ramadhan berarti kita dilatih berulang-ulang setiap hari selama sebulan. Dilatih
untuk tidak terpengaruh oleh tuntutan-tuntutan fisik tubuhnya. Latihan selama satu bulan tersebut
semestinya sudah cukup untuk membentuk dirinya menjadi tidak lagi terbelenggu oleh tuntutan
fisiknya. Ketentuan berpuasa selama satu bulan merupakan ketentuan Tuhan yang Maha Tahu tentang
kemampuan tubuh manusia. Menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual selama rentang
waktu sejak imsak hingga berbuka, sudah diukur oleh Tuhan sehingga tidaklah membuat manusia
menjadi mati atau sakit. Justru ketentuan itu membuat manusia memiliki media agar bisa melampaui
batas-batas alamiah fisiknya, dan terbang lebih tinggi menjadi orang yang merdeka.

Anda mungkin juga menyukai