Anda di halaman 1dari 13

PEMODELAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD

SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA


PADA KANTOR PUSAT PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH
JAWA TENGAH

Yulianeu, SE, MM
Dosen - Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis - Universitas Pandanaran Semarang

ABSTRAK

PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah telah menerapkan pengukuran


kinerja karyawan yang sistematis berbasis kompetensi. Namun, sistem pengukuran
kinerja ini belum dapat mengetahui tingkat keberhasilan dari strategi divisi sumber
daya manusia dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi perusahaan. Human Resources
Scorecard (HRSC) merupakan sebuah bentuk pengukuran sumber daya manusia yang
mengaitkan antara orang-strategi-kinerja untuk diukur sejauh mana peranannya terhadap
pencapaian visi, misi, dan strategi perusahaan.
Strategi metode campuran dalam penelitian ini adalah urutan analisis kualitatif
dan kuantitatif. Tujuan strategi ini adalah untuk merancang peta strategi Divisi SDM
dan mengidentifikasi indikator keberhasilan tiap strategy objectives melalui analisis
data kualitatif, dan selanjutnya analisis data kuantitatif untuk mengetahui proses
pengukuran kinerja SDM dengan metode Human Resources Scorecard berbasis
Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Objectives Matrix (OMAX).

Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Human Resources Scorecard, AHP, OMAX

PENDAHULUAN sasaran strategi. Pengukuran kinerja


Sumber daya manusia adalah adalah suatu proses penilaian tentang
jantung perusahaan, karena tanpa kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan
didukung produktivitas sumber daya sasaran dalam pengelolaan sumber daya
manusia yang baik maka perusahaan manusia untuk menghasilkan barang
mustahil dapat menjalankan semua dan jasa, termasuk informasi atas
fungsi perusahaan secara efektif dan efisiensi serta efektivitas tindakan
efisien. Mesin adalah alat dan dalam mencapai tujuan organisasi
berkontribusi dalam produktivitas (Moeheriono, 2010). Pengukuran
karyawan, tetapi mesin tidak akan terhadap kinerja perlu dilakukan untuk
berarti tanpa karyawan yang akan mengetahui apakah selama pelaksanaan
menggerakannya untuk menciptakan kinerja terdapat deviasi dari rencana
output perusahaan (Dumitrana, Radu, yang telah ditentukan, atau apakah
Glǎvan, dan Jinga, 2011). kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal
Menurut Becker, Huselid, dan waktu yang ditentukan, atau apakah
Ulrich (2009), pencapaian sasaran hasil kinerja telah tercapai sesuai
strategi perusahaan dapat diketahui dengan yang diharapkan (Wibowo,
dengan pengukuran kinerja secara 2009).
menyeluruh terhadap indikator- Robert S. Kaplan dan David P.
indikator kinerja pada masing-masing Norton pada tahun 1992

27
memperkenalkan teknik pengukuran hasil atau tujuan akan dicapai.
kinerja yang melibatkan pengukuran Begitupun leading indicator tanpa
aspek finansial dan non finansial, lagging indicator tidak dapat melihat
dikenal dengan istilah Balanced hasil atau tujuan perusahaan jangka
Scorecard. Balanced Scorecard panjang, karena leading indicator hanya
menerjemahkan misi dan strategi ke dapat fokus pada kinerja jangka pendek
dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang saja. Jadi, mengukur leading dan
tersusun ke dalam empat perspektif lagging indicator sangat penting. Oleh
yaitu perspektif keuangan, perspektif karena itu, metode Human Resource
pelanggan, perspektif proses bisnis Scorecard ini menyoroti leading dan
internal, serta perspektif pembelajaran lagging indicator dalam melakukan
dan pertumbuhan. pengukuran kinerja.
Berdasarkan pada model PT. Bank Pembangunan Daerah
Balanced Scorecard yang Jawa Tengah memandang sumber daya
diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton, manusia sebagai asset intangible yang
dikembangkan suatu alat baru dalam tidak kalah pentingnya dengan asset
manajemen sumber daya manusia dan tangible. Perusahaan membutuhkan
pengukuran kinerja karyawan yaitu karyawan yang dibina dan dididik untuk
Human Resources Scorecard. Model ini memberikan kinerja yang baik. Dengan
diperkenalkan oleh Brian E. Becker, memiliki karyawan yang handal dan
Mark A. Huselid, dan Dave Ulrich pada mumpuni akan meningkatkan kinerja
tahun 2001. perusahaan yaitu bermuara pada
Human Resources Scorecard peningkatan laba perusahaan.
mencoba mengukur SDM dengan Pengukuran kinerja yang selama
mengaitkan antara orang-strategi- ini dilakukan oleh Divisi SDM PT.
kinerja untuk menghasilkan perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa
yang excellent, dan juga menjabarkan Tengah merupakan pengukuran kinerja
visi, misi, strategi, menjadi aksi human yang bertujuan untuk mengetahui
resources yang dapat diukur berhasil atau tidaknya suatu unit kerja
kontribusinya. Pencapaian sasaran akan mencapai target yang telah ditetapkan.
sangat tergantung pada resources Dimana keberhasilan itu dilihat dari
lainnya (mesin, material, metode, kompetensi yang dimiliki oleh
maupun keuangan), dimana resources karyawan dalam unit kerja tersebut.
tersebut hanya akan bergerak jika Sistem pengukuran kinerja ini hanya
manusianya bergerak (Cahyaningsih, dapat mengetahui tingkat kompetensi
2003). yang dimiliki karyawan dan pencapaian
Menilai efektivitas kontribusi kinerja karyawannya, tetapi tidak dapat
karyawan tidak cukup hanya melihat mengetahui tingkat keberhasilan dari
lagging indicator saja tetapi juga perlu setiap strategi divisi sumber daya
memperhatikan leading indicator juga. manusia dalam mengelola sumber daya
Lagging indicator adalah hasil dari manusia perusahaan untuk mewujudkan
kinerja perusahaan, sedangkan leading visi dan misi perusahaan.
indicator adalah kinerja yang Perusahaan perlu melakukan
diharapkan untuk mencapai sebuah pengukuran keberhasilan strategi pada
hasil akhir yang ingin dicapai level sumber daya manusia, karena
perusahaan. Lagging indicator tanpa strategi ini yang akan menentukan
leading indicator tidak dapat memberi berhasil tidaknya sumber daya manusia
tahu informasi mengenai bagaimana yang dimiliki perusahaan dalam

28
menyokong operasional perusahaan penting bagi peningkatan perusahaan ke
untuk mewujudkan visi, misi, dan arah yang lebih baik.
tujuannya. Oleh karenanya, PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah HUMAN RESOURCES SCORECARD
perlu melakukan pengukuran kinerja Dalam perkembangannya karena
sumber daya manusia dengan suatu perusahaan atau organisasi
menggunakan metode Human didominasi oleh sumber daya manusia
Resources Scorecard. (human capital) yang bersifat
intangible, maka kemudian
PENGUKURAN KINERJA berkembanglah metode Human
Kinerja adalah catatan hasil Resources Scorecard yang menawarkan
yang dihasilkan pada fungsi pekerjaan langkah-langkah penting guna
atau kegiatan tertentu selama periode mengelola strategi sumber daya
waktu tertentu (Bernardin dan Rusell, manusia. Oleh karena Human
1993). Rivai dan Basri (2005) Resources Scorecard diturunkan dari
menambahkan bahwa kinerja adalah Balanced Scorecard, maka Human
hasil atau tingkat keberhasilan Resources Scorecard juga memiliki
seseorang secara keseluruhan selama scorecard yang sama dengan Balanced
periode tertentu di dalam melaksanakan Scorecard, yaitu memungkinkan
tugas dibandingkan dengan berbagai organisasi untuk mengukur kontribusi
kemungkinan, seperti standar hasil strategis sumber daya manusia
kerja, target atau sasaran atau kriteria berdasarkan empat perspektif.
yang telah ditentukan terlebih dahulu Human Resources Scorecard
dan telah disepakati bersama. merupakan sebuah bentuk pengukuran
Pengukuran kinerja adalah suatu sumber daya manusia (human
proses penilaian tentang kemajuan resources) yang mencoba memperjelas
pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran peran sumber daya manusia secara
dalam pengelolaan sumber daya detail sebagai sesuatu yang selama ini
manusia untuk menghasilkan barang dianggap masih intangible (tidak
dan jasa, termasuk informasi atas berwujud) untuk diukur peranannya
efisiensi serta efektivitas tindakan sejauh mana terhadap pencapaian visi,
dalam mencapai tujuan organisasi misi, dan strategi perusahaan
(Moeheriono, 2010). Sedangkan (Moeheriono, 2010). Human Resources
menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan Scorecard merupakan Balanced
(2002) pengukuran kinerja merupakan Scorecard dengan pendekatan
bagian dari sistem pengendalian departemen sumber daya manusia,
manajemen yang cukup baik tindakan dimana sistem pengukuran kinerja
yang mengimplikasikan keputusan terintegrasi menggambarkan sistem
perencanaan maupun penilaian kinerja sumber daya manusia dan Key
pegawai serta operasinya. Performance Indicators yang dihasilkan
Dharma (2005) mengemukakan berdasarkan pada manajemen sumber
bahwa pengukuran adalah aspek kunci daya manusia.
dari manajemen kinerja atas dasar Human Resources Scorecard
bahwa ‘apabila kita tidak dapat meliputi empat perspektif, yaitu
mengukurnya maka kita tidak akan (Walker & Mc Donald, 2001) dalam
dapat meningkatkannya’. Pengukuran Astuti (2011) :
kinerja memainkan peran yang sangat 1. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Yaitu kualitas dan

29
proses-proses di dalam departemen berbasis Analytical Hierarchy Process
SDM yang perlu dimunculkan, (AHP) dan Objectives Matrix (OMAX).
dikembangkan, atau ditingkatkan
dalam rangka meningkatkan kinerja ANALISIS
dan efektifitas serta mencapai 1. Peta Strategi Divisi SDM
tujuan departemen dan organisasi. Dalam pengukuran
2. Persepektif proses internal. Yaitu menggunakan metode Human
proses-proses yang harus dilakukan Resources Scorecard penting terlebih
oleh departemen SDM untuk dahulu untuk membuat peta strategi
memberikan pelayanan tertentu divisi sumber daya manusia. Peta
sesuai dengan kebutuhan dan strategi meliputi bagian-bagian penting
permasalahan yang dihadapi oleh dari Human Resources Scorecard.
pelanggan. Mengembangkan peta strategi divisi
3. Perspektif pelanggan. Pelanggan sumber daya manusia harus
adalah orang-orang yang memiliki menentukan target yang jelas, terukur,
kepentingan terhadap keberadaan dan dapat dicapai yang mengarah pada
Depertemen SDM. peningkatan efisiensi perusahaan. Pada
4. Perspektif keuangan. Yaitu setiap perspektif Human Resources
pendanaan dan pengelolaan Scorecard tujuan harus ditentukan dari
finansial yang diperlukan dalam perilaku sumber daya manusia.
mengelola aktifitas-aktifitas Menurut penelitian Gabčanová
Departemen SDM. Iveta(2010) sasaran atau target
perusahaan itu adalah perusahaan yang
METODE PENELITIAN disukai, optimalisasi biaya,
Metode penelitian yang meningkatkan profitabilitas, dan
digunakan dalam penelitian ini adalah orientasi pelanggan. Berdasarkan pada
metode campuran (mixed methods). misi PT. Bank Pembangunan Daerah
Mixed methods merupakan metode Jawa Tengah dan juga nilai-nilai
penelitian yang memadukan antara perusahaan jelas bahwa perusahaan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif berusaha untuk selalu memberikan
dalam pengumpulan data dan analisis pelayanan prima kepada seluruh
datanya. Menurut Iskandar (2013) nasabahnya. Perusahaan sangat
pendekatan kuantitatif dan pendekatan mengutamakan kepuasan nasabahnya,
kualitatif dapat dijalankan secara dengan kata lain perusahaan
bersama-sama karena keduanya dapat berorientasi pada pelanggan.
melengkapi sebuah hasil penelitian Hasil akhir yang diharapkan dari
yang mendalam. memberikan pelayanan yang
Strategi metode campuran dalam berorientasi kepuasan pelanggan adalah
penelitian ini adalah urutan analisis meningkatnya profitabilitas perusahaan.
kualitatif dan kuantitatif. Tujuan strategi Sebagaimana tujuan utama perusahaan
ini adalah untuk merancang peta strategi pada umumnya yaitu memperoleh profit
Divisi SDM dan mengidentifikasi atau laba, PT. Bank Pembangunan
indikator keberhasilan tiap strategy Daerah Jawa Tengah pun demikian.
objectives melalui analisis data Sesuai dengan salah satu misi PT. Bank
kualitatif, dan selanjutnya analisis data Pembangunan Daerah Jawa Tengah
kuantitatif untuk mengetahui proses yaitu mendukung pertumbuhan
pengukuran kinerja SDM dengan ekonomi regional, maka perusahaan
metode Human Resources Scorecard harus dapat mempertahankan dan

30
mengembangkan usahanya ditengah perusahaan. Oleh karena itu, penting
pesatnya persaingan dunia perbankan bagi perusahaan untuk menjadi
saat ini. Agar perusahaan mampu perusahaan yang disukai karyawannya.
bertahan dan terus berkembang maka Berdasarkan uraian tersebut di
perusahaan harus memiliki profitabilitas atas, untuk mewujudkan visi dan misi
yang baik. perusahaan, maka PT. Bank
Jika pada penelitian Gabčanová Pembangunan Daerah Jawa Tengah
Iveta (2010) optimalisasi biaya menjadi memiliki beberapa sasaran stratejik
salah satu sasaran perusahaan, maka (strategic goal) yaitu memberikan
menyesuaikan pada misi kedua Bank layanan yang berorientasi kepuasan
Jateng yaitu membangun budaya Bank pelanggan, meningkatkan profitabilitas,
dan mempertahankan Bank sehat, meminimalisir resiko, dan menjadi
sasaran perusahaan selanjutnya adalah perusahaan yang disukai karyawan.
meminimalisir resiko. Meminimalisir Keberhasilan pencapaian
resiko ini berarti mengurangi strategic goals tersebut sangat
ketidakpastian yang dapat merugikan dipengaruhi oleh peran sumber daya
perusahaan. Oleh karenanya, sasaran ini manusia sebagai roda penggerak
sejalan juga dengan sasaran peningkatan perusahaan. Oleh karena itu strategi
laba perusahaan. pada level sumber daya manusia harus
Sasaran kepuasan nasabah, tepat sasaran. Berdasarkan pada hasil
meningkatnya laba, dan meminimalisir wawancara mendalam secara terstruktur
resiko tidak akan berarti jika perusahaan telah diidentifikasi beberapa strategy
tidak dapat memiliki dan objectives pada masing-masing
mempertahankan sumber daya manusia perspektif Human Resources Scorecard.
yang berkualitas. Sebagai priority asset, Strategi sumber daya manusia pada
sumber daya manusia Bank Jateng empat perspektif Human Resources
dipersiapkan untuk mampu memberikan Scorecard memiliki hubungan
nilai tambah bagi perusahaan yaitu kausalitas antar perspektif yang
mengangkat proses usaha Bank Jateng mengarah pada pencapaian strategic
menjadi entitas usaha yang selalu fokus goals, yang mana hubungan ini akan
dalam melayani nasabah (Annual digambarkan pada Gambar 4.1.
Report Bank Jateng, 2011).
Agar sumber daya manusia 2. Key Performance Indicator
perusahaan memiliki kompetensi dan Setiap strategy objectives pada
loyalitas yang baik, maka perusahaan masing-masing perspektif Human
juga harus memberi perhatian yang baik Resources Scorecard memiliki indikator
pula kepada karyawannya. Perhatian keberhasilannya. Key Performance
yang dimaksud tidak hanya dalam Indicator (KPI) adalah satu set ukuran
bentuk materi tetapi juga kebutuhan kuantitatif yang digunakan perusahaan
intelektual, pengembangan diri, untuk mengukur kinerja dalam hal
pengakuan, penghargaan, dan spiritual. memenuhi tujuan strategis dan
Dengan memberikan perhatian secara operasional perusahaan. Identifikasi Key
adil dan merata, maka karyawan akan Performance Indicator (KPI) strategy
merasa puas sehingga mereka akan objectives Divisi SDM PT. Bank
bekerja dengan komitmen yang tinggi Pembangunan Daerah Jawa Tengah
untuk mencapai target-target ditunjukkan oleh tabel 4.1.

31
Tabel 4.1
Key Performance Indicator

Objectives Lagging KPI Leading KPI


F1 : Meningkatkan efisiensi F11a : Sickness rate F11b : Produktivitas
biaya tenaga kerja F12a : Prosentase turnover perusahaan
karyawan F12b : Biaya rekrutmen
Financial

F13a : Prosentase perjalanan karyawan (recruiting cost)


dinas di daerah sekitar F13b : Biaya perjalanan dinas
Semarang
F2 : Meningkatkan efektifitas F21a : Return on Training F21b : Efficiency investment
penggunaan anggaran Investment (RoTI) to human capital
pelatihan
C1 : Perencanaan suksesi C11a : Jumlah karyawan yang C11b : Jumlah suksesor
karyawan dipromosikan (penerus) dalam posisi kunci
C2 : Karyawan C21a : Jumlah karyawan yang C21b : Indeks kualitas
mengimplementasikan nilai- mendapatkan best service layanan (service quality)
nilai perusahaan excellence award
Customer

C3 : Meningkatkan C31a : Prosentase karyawan C31b : Intensitas supervisi


tanggungjawab karyawan yang absen atasan kepada bawahan
C32a :Prosentase karyawan
yang terkena sanksi
C4 : Meningkatkan kepuasan C41a : Tingkat kepuasan C41b : Jumlah keluhan
karyawan karyawan (employee karyawan
satisfaction index)
I1 : Meningkatkan motivasi I11a : Prosentase keluhan I11b : Produktivitas karyawan
Busi
ness

kerja karyawan karyawan terkait kompensasi


dan fasilitas

32
I2 : Meningkatkan kecepatan I21a : Prosentase layanan dan I21b : Prosentase keluhan
pelayanan dan pembayaran pembayaran reimbursement karyawan terkait
reimbursement kepada yang tepat waktu reimbursement
karyawan
I3 : Menyelaraskan budaya I31a : Nilai entropy I31b : Intensitas sosialisasi
perusahaan dengan kualitas mengenai budaya dan nilai-
layanan nilai perusahaan
I32b : Prosentase pelatihan
karyawan mengenai budaya
dan nilai-nilai perusahaan
I4 : Fleksibilitas internal I41a : Rotasi pekerjaan (job I41b : Indeks kualitas layanan
rotation) (service quality)
L1 : Secara konsisten L11a : Prosentase pelatihan L11b : Jumlah karyawan yang
mendukung kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan meningkatkan kualifikasinya
karyawan melalui program perusahaan yang diperlukan untuk
pelatihan melakukan pekerjaan mereka
Learning & Growth

L2 : Secara konsisten L21a : Jumlah pelatihan L21b : Jumlah karyawan yang


mengembangkan keterampilan kepemimpinan lulus program kepemimpinan
keterampilan kepemimpinan dan siap untuk menduduki
dan memperkuat peran posisi pimpinan
manajer sebagai pelatih dan
mentor
L3 : Secara konsisten L31a : Nilai entropy L31b : Prosentase pelatihan
meningkatkan wawasan L32a : Indeks kualitas mengenai budaya dan nilai-
karyawan mengenai budaya layanan (service quality) nilai perusahaan
dan nilai-nilai perusahaan

3. Proses Pengukuran Kinerja SDM pelatihan, sub divisi hubungan SDM,


dengan Metode HRSC Berbasis dan sub divisi perencanaan dan
AHP dan OMAX pengembangan SDM. Pembobotan ini
3.1 Pembobotan bersifat persepsi atau pendapat sehingga
AHP merupakan metode harus dilakukan oleh orang-orang yang
pembobotan yang diperkenalkan oleh memahami akan visi, misi, strategi dan
Thomas L. Saaty. Menurut Saaty kondisi perusahaan.
(2004), hierarki merupakan suatu Langkah kedua adalah mengolah
representasi sebuah permasalah yang data yang diperoleh dari kuesioner
kompleks dalam suatu struktur multi pembobotan tersebut dengan
level, dimana level pertama adalah menggunakan software Expert Choice
tujuan, diikuti level faktor, kriteria, sub 11. Software ini banyak digunakan oleh
kriteria, dan seterusnya ke bawah peneliti-peneliti terdahulu untuk
hingga level terakhir dari alternatif. melakukan pembobotan berdasarkan
Bobot yang didapatkan adalah bobot metode Analytical Hierarki Process
yang konsisten yaitu memenuhi syarat (AHP), karena menggunakan software
jika nilai inconsistency ratio lebih kecil ini lebih mudah dipahami. Retnoningsih
atau sama dengan 10% atau 0,1. (2011) menerangkan bahwa Expert
Langkah pertama yang Choice menawarkan beberapa fasilitas
dilakukan adalah menyebarkan mulai dari input data-data kriteria dan
kuesioner pembobotan kepada nara beberapa alternative pilihan sampai
sumber yang sama dengan wawancara dengan penentuan tujuan.
sebelumnya yaitu perwakilan tim Hasil pembobotan ditampilkan
budaya dan pengendali kualitas dalam Tabel 4.2 yaitu pembobotan
pelayanan, sub divisi pendidikan dan perspektif, Tabel 4.3 yaitu pembobotan

33
strategy objectives, Tabel 4.4 yaitu dengan kualitas
pembobotan lagging indicator, dan layanan
I4 Fleksibilitas 0,092
Tabel 4.5 yaitu pembobotan leading
internal
indicator. Strategy Objectives
Tabel 4.2 Perspektif
Pembobotan Perspektif Human Resources Kode Bobot IR
Learning and
Scorecard Growth
Perspektif Bobot L1 Secara konsisten 0,296
Financial 0,155 mendukung
Customer 0,401 kualifikasi
Internal Business Process 0,180 karyawan melalui
Learning and Growth 0,264 program pelatihan
Jumlah 1 L2 Secara konsisten 0,328
Inconsistency Ratio 0,02 mengembangkan
Kesimpulan Konsisten keterampilan
kepemimpinan dan 0,00
Tabel 4.3 memperkuat peran 1
Pembobotan Strategy Objectives manajer sebagai
Strategy Objectives pelatih dan mentor
Kode Perspektif Bobot IR L3 Secara konsisten 0,376
Financial meningkatkan
F1 Meningkatkan 0,309 wawasan karyawan
efisiensi biaya mengenai budaya
tenaga kerja dan nilai-nilai
F2 Meningkatkan 0,691 0 perusahaan
efektifitas Tabel 4.4
penggunaan Pembobotan Lagging Indicator
anggaran pelatihan Lagging Indicator
Strategy Objectives Kode Perspektif Bobot IR
Kode Perspektif Bobot IR Financial
Customer F11a Sickness rate 0,494
C1 Perencanaan 0,105 F12a Prosentase turnover 0,367
suksesi karyawan karyawan
C2 Karyawan 0,253 F13a Prosentase 0,139 0,03
mengimplementasik perjalanan dinas di
an nilai-nilai daerah sekitar
perusahaan 0,01 Semarang
C3 Meningkatkan 0,266 F21a Return on Training 1 0
tanggungjawab Investment (RoTI)
karyawan Lagging Indicator
C4 Meningkatkan 0,376 Kode Perspektif Bobot IR
kepuasan karyawan Customer
Strategy Objectives C11a Jumlah karyawan 1
0
Kode Perspektif Internal Bobot IR yang dipromosikan
Business Process C21a Jumlah karyawan
I1 Meningkatkan 0,336 yang mendapatkan
1 0
motivasi kerja best service
karyawan excellence award
I2 Meningkatkan 0,194 C31a Prosentase 0,432
kecepatan karyawan yang
pelayanan dan 0,06 absen
0
pembayaran C32a Prosentase 0,568
reimbursement karyawan yang
kepada karyawan terkena sanksi
I3 Menyelaraskan 0,378 C41a Tingkat kepuasan
budaya perusahaan 1 0
karyawan

34
(employee C31b Intensitas supervisi 1
satisfaction index) atasan kepada 0
Lagging Indicator bawahan
Kode Perspektif Internal Bobot IR C41b Jumlah keluhan
1 0
Business Process karyawan
I11a Prosentase keluhan Leading Indicator
karyawan terkait Kode Perspektif Internal Bobot IR
1 0
kompensasi dan Business Process
fasilitas I11b Produktivitas
1 0
I21a Prosentase layanan karyawan
dan pembayaran I21b Prosentase keluhan
1 0
reimbursement karyawan terkait 1 0
yang tepat waktu reimbursement
I31a Nilai entropy 1 0 I31b Intensitas
I41a Rotasi pekerjaan sosialisasi
1 0
(job rotation) mengenai budaya 0,489
Lagging Indicator dan nilai-nilai
Perspektif perusahaan
Kode Bobot IR 0
Learning and I32b Prosentase
Growth pelatihan karyawan
L11a Prosentase mengenai budaya 0,511
pelatihan yang dan nilai-nilai
sesuai dengan 1 0 perusahaan
kebutuhan I41b Indeks kualitas
perusahaan layanan (service 1 0
L21a Jumlah pelatihan quality)
keterampilan 1 0 Leading Indicator
kepemimpinan Perspektif
Kode Bobot IR
L31a Nilai entropy 0,299 Learning and
L32a Indeks kualitas 0,701 Growth
0
layanan (service L11b Jumlah karyawan
quality) yang meningkatkan
kualifikasinya yang
1 0
Tabel 4.5 diperlukan untuk
Pembobotan Leading Indicator melakukan
pekerjaan mereka
Leading Indicator L21b Jumlah karyawan
Kode Perspektif Bobot IR yang lulus program
Financial kepemimpinan dan
1 0
F11b Produktivitas 0,620 siap untuk
perusahaan menduduki posisi
F12b Biaya rekrutmen 0,252 pimpinan
0,10 L31b Prosentase
(recruiting cost)
F13b Biaya perjalanan 0,128 pelatihan mengenai
1 0
dinas budaya dan nilai-
F21b Efficiency 1 0 nilai perusahaan
investment to 3.2 Perhitungan Skor Pencapaian
human capital Kinerja Perusahaan
Leading Indicator Perhitungan skor pencapaian
Kode Perspektif Bobot IR
Customer
masing-masing indikator kinerja, baik
C11b Jumlah suksesor 1 lagging indicator maupun leading
(penerus) dalam 0 indicator, menggunakan metode
posisi kunci Objectives Matrix (OMAX). Objectives
C21b Indeks kualitas Matrix terdiri dari baris dan kolom
layanan (service 1 0
yang saling berhubungan, sehingga
quality)

35
dapat mengukur dan menentukan pengukuran kinerja perusahaan dengan
tingkat pencapaian terhadap masing- menggunakan Human Resources
masing kriteria yang ada, pada level Scorecard. Jadi, hasil dari pengukuran
berapa dan akan dikategorikan sesuai ini bukanlah merupakan gambaran
dengan Traffic Light System. kinerja pada PT. Bank Pembangunan
Pada penelitian ini terdapat Daerah Jawa Tengah.
kendala dalam memperoleh data-data Berdasarkan pada data hipotetik
yang diperlukan sesuai dengan lagging yang telah dibuat, maka dilakukan
indicator dan leading indicator, untuk perhitungan skor pencapaian kinerja
melakukan pengukuran kinerja perusahaan. Dari hasil perhitungan yang
perusahaan dengan metode Human disajikan pada lampiran, diperoleh
Resources Scorecard. Oleh karena itu, skema pengukuran kinerja secara
untuk kepentingan proses pengukuran keseluruhan. Berikut ini adalah Tabel
kinerja tersebut, pada penelitian ini data 4.6 yang menunjukkan skema
yang digunakan adalah berupa data pengukuran kinerja lagging indicator,
hipotetik. Data hipotetik yaitu data yang dan Tabel 4.7 yang menunjukkan skema
dibuat oleh peneliti hanya untuk pengukuran kinerja leading indicator.
kepentingan mengetahui proses
Tabel 4.6 Tabel 4.7
Kinerja Lagging Indicator Kinerja Leading Indicator
Indeks Strategy Lagging Indeks Strategy Lagging
Perspektif Perspektif
Total Objectives Indicator Total Objectives Indicator
F11a F11b
(4,446) (6,2)
F1 F12a
(8,494) (2,936)
F1 F12b
Financial
(8,153) F13a Financial (9,368) (2,016)
(1,112) (8,423) F13b
F2 F21a (1,152)
(8) (8) F2 F21b
C1 C11a (8) (8)
(10) (10) C1 C11b
C2 C21a (9) (9)
(10) (10) C2 C21b
Customer C31a
Customer (8) (8)
(8,680) C3 (3,888)
(7,864) C32a
(8,105) C3 C31b
(3,976) (8) (8)
C4 C41a C4 C41b
8,757 (8) (8)
(8) (8)
8,286
I1 I11a I1 I11b
(8) (8) (9) (9)
Internal I2 I21a I2 I21b
Business (8) (8) Internal (8) (8)
Process I3 I31a
(8,562)
Business I31b
(9) (9)
I4 I41a
Process I3 (4,890)
(10) (10) (8,513) (8,467) I32b
L1 L11a (3,577)
(10) (10) I4 I41b
L2 L21a (8) (8)
Learning
(10) (10) L1 L11b
and Growth
L31a Learning (8) (8)
(9,360)
L3 (2,691) and L2 L21b
(8,299) L32a Growth (9) (9)
(5,608)
(8,328) L3 L31b
(8) (8)

36
3.3 Analisis Hasil Pengukuran dapat disimpulkan bahwa perusahaan
Kinerja dapat mencapai visinya. Menggunakan
Metode untuk mengukur metode Human Resources Scorecard
pencapaian kinerja sistem SDM yang berbasis model penilaian
menggunakan scoring system dengan Objectives Matrix (OMAX) ini
metode Objectives Matrix (OMAX). membantu perusahaan memantau
Setelah melakukan scoring dengan seluruh aspek kinerjanya dan segera
bantuan data hipotetik didapatkan hasil melakukan perbaikan untuk
bahwa pencapaian kinerja seluruh memperbaiki kinerja perusahaan yang
strategy objectives adalah berkategori pencapaiannya masih jauh di bawah
hijau yang artinya target telah tercapai. target.
Disamping itu juga menunjukkan Hasil pengukuran kinerja
bahwa perspektif pembelajaran dan lagging indicator lebih besar
pertumbuhan, proses bisnis internal, dan dibandingkan leading indicator.
pelanggan telah berhasil mendukung Namun, hal ini tidak menjadi
kinerja perspektif keuangan. permasalahan karena neraca kinerja
Keberhasilan pencapaian kinerja yang terbentuk mendekati kondisi
perspektif keuangan secara keseluruhan seimbang karena keduanya berada pada
ini pada akhirnya mengantarkan kategori hijau. Berikut ini adalah
perusahaan pada kondisi dimana Gambar 4.2 yang menggambarkan
perusahaan dapat mencapai target yang neraca kinerja perusahaan.
telah ditetapkan sebelumnya. Dimana
target perusahaan yang dimaksudkan
adalah pelayanan berorientasi kepuasan Gambar 4.2
pelanggan, meningkatkan profitabilitas,
meminimalisir resiko, dan menjadi
perusahaan yang disukai karyawan.
Keberhasilan pencapaian target
perusahaan tersebut ditunjukkan dengan
Lagging Leading
indeks total. Nilai indeks total untuk Indicator Indicator
lagging indicator adalah sebesar 8,757.
Berdasarkan pada Traffic Light System, 8,757 8,286
nilai tersebut berada pada kategori
hijau. Begitu pula halnya dengan nilai
indeks total untuk leading indicator
berada pada kategori hijau yaitu sebesar
8,286. Pencapaian kinerja yang berada
pada kategori hijau mengindikasikan
bahwa pencapaian kinerja telah Neraca Kinerja
mencapai target yang telah ditetapkan
perusahaan, sehingga harus terus Apabila kinerja lagging
dipertahankan dan bahkan ditingkatkan indicator jauh lebih baik dari kinerja
agar di tahun-tahun berikutnya dapat leading indicator ini mengindikasikan
melebihi target perusahaan. bahwa pencapaian lagging indicator
Tercapainya target dari indikator lebih banyak berdasarkan pada faktor
kinerja secara keseluruhan bermakna keberuntungan atau kebetulan, karena
bahwa tujuan perusahaan tercapai dan pencapaiannya tidak diiringi dengan
pencapaian kinerja leading indicator

37
yang baik pula. Sementara perusahaan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
tidak dapat terus bergantung pada faktor Tengah dalam melakukan aktivitas
keberuntungan, karena tidak setiap saat manajemen sumber daya manusia untuk
faktor keberuntungan tersebut akan mencapai strategic goals perusahaan
menyertai setiap usaha yang dilakukan. yang merupakan penjabaran dari visi,
Oleh karena itu, apabila kondisi ini misi dan tujuan perusahaan. Peta
terjadi maka perusahaan harus strategi ini penting bagi perusahaan
memperbaiki kinerja proses untuk karena dapat dijadikan acuan atau
mendukung capaian hasil akhir yang pedoman dalam merumuskan program-
diharapkan oleh perusahaan. program yang tepat sasaran dengan
Jika kinerja leading indicator target perusahaan. Oleh Karena itu,
yang jauh lebih baik dibandingkan apabila ada perubahan pada visi, misi,
kinerja lagging indicator ini artinya dan tujuan perusahaan maka perusahaan
proses untuk mencapai hasil akhir yang harus merancang kembali peta strategi
diharapkan perusahaan belum tepat Divisi SDM agar strategi-strategi pada
sasaran, karena pencapaian lagging level SDM tepat sasaran dengan
indicator-nya buruk atau jauh di bawah strategic goals
target. Kondisi seperti ini juga perusahaan.keberhasilannya mencapai
merugikan perusahaan, karena ini sasaran-sasaran stratejik yang telah
artinya proses yang dilakukan oleh ditetapkan.
perusahaan untuk mencapai target
perusahaan terasa sia-sia karena hasil
akhir yang diharapkan oleh perusahaan DAFTAR PUSTAKA
tidak dapat tercapai. Oleh karena itu,
apabila kondisi ini dialami oleh Astuti, Kartika Rizki, 2011, Lokakarya
perusahaan maka perusahaan harus (Workshop) Human Resource
memikirkan proses yang tepat sasaran Scorecard untuk Meningkatkan
untuk dilakukan agar hasil akhirnya Persepsi Keterlibatan Kerja
tercapai. Karyawan Departemen Sumber
Daya Manusia, Tesis Program
KETERBATASAN PENELITIAN Studi Psikologi Universitas Gajah
Keterbatasan penelitian ini Mada (tidak dipublikasikan)
adalah :
1. Kerahasiaan Key Performance Becker, Brian E., Mark A. Huselid, dan
Indicator (KPI) perusahaan Dave Ulrich, 2009, The HR
menyebabkan tidak dapat Scorecard : Mengaitkan
diperolehnya informasi yang akurat Manusia, Strategi, dan Kinerja,
mengenai KPI yang digunakan Alih Bahasa : Dian Rahadyanto
perusahaan. Basuki, Erlangga, Jakarta
2. Sangat sulitnya untuk memperoleh
data sekunder yang dibutuhkan Bernardin, H. John and Joyce E. A.
dalam proses pengukuran kinerja Russell, 1993, Human Resource
perusahaan terutama data Management : An Experiential
keuangan. Approach, Mc Graw Hill, United
States of America
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini Cahyaningsih, Yohana Triadi, 2003,
menunjukkan peta strategi Divisi SDM Pengaruh Penerapan Konsep

38
Human Resource Scorecard
Sebagai Salah Satu Alat Wibowo, 2009, Manajemen Kinerja,
Strategi Terhadap Kinerja PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Pada PT. Pembangunan Jaya
Ancol, Tesis Program Pasca Yuwono, Sony, Sukarno Edi, dan
Sarjana Magister Manajemen Ichsan Muhammad, 2002,
Universitas Gajah Mada (tidak Petunjuk Praktis Penyusunan
dipublikasikan) Balanced Scorecard, PT.
Gramedia, Jakarta
Dharma, Surya, 2005, Manajemen
Kinerja : Falsafah, Teori dan
Penerapannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

Dumitrana, Mihaela, Gabriel Radu,


Mariana Elena Glǎvan, dan
Gabriel Jinga, 2011, “Effective
and Efficient Tools in Human
Resources Management Control”,
Petroleum-Gas University of
Ploiesti Bulletin, Vol. LXIII, No.
3, pp. 59 – 66

Iskandar, 2013, Metodologi Penelitian


Pendidikan dan Sosial,
Referensi, Jakarta

Iveta, Gabčanová, 2012, “Human


Resources Key Performance
Indicators”, Journal of
Competitiveness, Vol. 4, Issue 1,
pp. 117-128

Moeheriono, 2010, Pengukuran


Kinerja Berbasis Kompetensi,
Ghalia Indonesia, Bogor

Rivai, Veithzal dan Ahmad Fawzi


Mohd. Basri, 2005, Performance
Appraisal, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta

Saaty, T. Lorie, 2004, Decision Making


– The Analytic Hierarchy and The
Analytic Network Process,
Journal of Systems Science and
Systems Engineering, Vol. 13,
No. 1, pp. 1-35

39

Anda mungkin juga menyukai