Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH SEMINAR

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Asuhan Keperawatan Pada Tn. A
Dengan Diagnosa Medis Sirosis Hepatis + Anemia + Hipoalbumin
Di Ruang Pandan 1
12 Maret – 17 Maret 2018

Oleh:
Kelompok IX
Muhammad Anis Taslim 131723143025
Aniq Dini Karimah 131723143057
Bayu Triantoro 131723143076
Lusia Saun Selong 131723143087
Simpliana Rosa 131723143082

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat limpah rahmat-Nya, sehingga penulis telah mampu menyelesaikan
makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa Medis
Sirosis Hepatis + Anemia + Hipoalbumin Di Ruang Pandan 1”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas profesi stase keperawatan medical
bedah.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin

Surabaya, Maret 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.3.1. Tujuan umum.....................................................................................3
1.3.2. Tujuan khusus....................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................4
1.4.1. Bagi mahasiswa..................................................................................4
1.4.2. Bagi ruangan......................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
2.1 Definisi Hati..............................................................................................5
2.2 Anatomi Fisiologi Hati..............................................................................6
2.3 Fungsi Hati................................................................................................8
2.4 Kelainan Pada Hati..................................................................................13
2.5 Definisi Sirosis Hepatis...........................................................................16
2.6 Etiologi Sirosis Hepatis...........................................................................16
2.7 Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis..........................................................18
2.8 Patofisiologi Sirosis Hepatis...................................................................19
2.9 Pemeriksaan Penunjang Sirosis Hepatis..................................................19
2.10 Penatalaksaanaan Sirosis Hepatis........................................................20
2.11 WOC Sirosis Hepatis...........................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................23
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................54
4.1. Kesimpulan.................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................55

2
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan

fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi

nodul hepatosit sehingga sel-sel akan hati kehilangan fungsinya. Sirosis

hepatis dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang

luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi

arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro

menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis Istilah

Sirosis diberikan petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari

kata kirrhos yang berarti kuning oranye (orange yellow), karena terjadinya

perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk (Sherlock, 2011).


Diagnosis klinis Sirosis Hepatis dibuat berdasarkan kriteria

Soedjono dan Soebandiri tahun 1973, yaitu bila ditemukan 5 dari 7

keadaan berikut: eritema palmaris, spider nevi, vena kolateral atau varises

esofagus, asites dengan atau tanpa edema, splenomegali, hematemesis dan

melena, rasio albumin dan globulin terbalik.. Timbulnya komplikasi-

komplikasi seperti asites, ensefalopati, varises esofagus menandai

terjadinya pergantian dari Sirosis Hepatis fase kompensasi yang

asimtomatik menjadi Sirosis Hepatis dekompensasi (Vidyani dkk, 2011).


Penyebab sirosis hepatis bermacam macam antara lain penggunaan

akohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama, hepatitis B dan

C, obat-obatan tertentu, terlalu sering terkena paparan racun seperti

1
2

arsenic, kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis),

penumpukan lemak dalam hati (nonalcoholic fatty liver disease), penyakit

hati yang disebabkan sistem kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis).

Penyebabnya sirosis hepatis sebagian besar adalah infeksi hepatitis B dan

Hepatitis C. Sebanyak 30 % sirosis hati disebabkan oleh hepatitis B dan 27

% disebabkan oleh hepatitis C.


Sekitar 400 juta orang di dunia telah terinfeksi virus hepatitis B,

dan 30% pasien dengan hepatitis B kronik akan berkembang menjadi

sirosis hati. Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia,

rata-rata prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang

dirawat di bangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien

penyakit hati yang dirawat (PPHI, 2011; WHO, 2000). Tanpa perawatan

yang memadai sekitar 15 % pasien sirosis hati akan meninggal dalam lima

tahun (WHO, 2002). Pasien dengan sirosis hati kompensata memiliki

harapan hidup 10 tahun sekitar 45 sampai 50% (Hadi,2002).


Angka kesakitan dan perawatan di rumah sakit yang tinggi dengan

angka kematian yang masih tinggi pula pada pasien sirosis hati

dekompensata sangat erat kaitannya dengan komplikasi yang terjadi,

seperti perdarahan varises esofagus, ensefalopati hepatik, peritonitis

bakterial spontan, sindrom hepatorenal dan transformasi keganasan

(Karina, 2007). Asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Sirosis

Hepatis diharapkan dapat memperbaiki kondisi penderita secara bio-psiko-

sosial-spiritual sehingga kualitas hidup penderita dapat dipertahankan.


3

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang diterapkan pada pasien dengan

diagnosa medis AIDS Sirosis Hepatis?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

dengan diagnosa medis Sirosis Hepatis.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien

dengan Sirosis Hepatis.

2. Mampu mengelompokkan data sesuai tanda dan gejala pada pasien

dengan Sirosis Hepatis.

3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

Sirosis Hepatis.

4. Mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan pada pasien

dengan Sirosis Hepatis.

5. Mampu mengimplementasikan rencana yang telah dibuat dalam

asuhan keperawatan pada pasien dengan Sirosis Hepatis.

6. Mampu melakukan evaluasi dalam asuhan keperawatan pada pasien

dengan Sirosis Hepatis.

7. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada

pasien dengan Sirosis Hepatis.


4

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi mahasiswa

Mampu memahami konsep Sirosis Hepatis, memahami dan

mengimplementasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tepat.

1.4.2. Bagi ruangan

Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi keefektifan intervensi yang

selama ini digunakan pada pasien Sirosis Hepatis.


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hati

Hepar ( hati ) merupakan kelenjar terbesar di tubuh, dengan berat 1,5 kg

atau lebih. Hati menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali

lemak, melalui vena porta. Hati merupakan pusat dari metabolisme tubuh.

Dalam hati terjadi proses – proses sintesa, modifikasi, penyimpanan,

pemecahan serta ekskresi dari berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk

hidup. Hati memiliki fungsi yang sangat beragam dan rumit.


Hati diliputi simpai jaringan ikat fibrosa (Glisson) dan membentuk septa

jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati dari porta hepatis dan membagi

– bagi hati dalam lobus dan lobulus. Sel – sel parenkim hati (hepatosit)

tersusun berupa lempengan saling berhubungan dan bercabang, membentuk

anyaman tiga dimensi. Diantara lempengan – lempengan ada sinusoid darah

(mirip kapiler darah). Penampang hati tampak berlobuli segienam. Di sudut

– sudut lobuli terlihat lebih banyak jaringan ikat, yang mengandung cabang

– cabang vena porta, cabang arteri hepatika, dan duktus biliaris (saluran

empedu). Daerah ini disebut daerah portal (kanal portal).


Di dalam hati terdapat beberapa macam lobulus : lobulus klasik (lobulus

hati), labulus portal, dan asinus hati (unit fingsional). Lobulus klasik dibatasi

oleh daerah portal (biasanya hanya tampak tiga dari enam sudutnya) dan

dipusatnya terdapat lubang, yaitu vena sentralis yang menampung darah dari

sinusoid. Jadi, darah mengalir dari daerah portal (cabang vena porta dan

cabang arteri hepatika) ke dalam sinusoid, lalu ke vena sentralis. Sebaliknya


6

empedu, yang diekskresi sel – sel hati, mengalir melalui kanalikuli biliaris ke

duktis biliaris di daerah portal. Lobulus portal mempunyai daerah portal

sebagai daerah pusatnya, dan bersudutkan tiga vena sentralis. Jadi lobulus ini

terdiri atas jaringan yang menyalurkan empedu ke dalam duktus biliaris di

daerah portal. Asinus hati (unit fungsional), seperti halnya lobulus portal,

tidak jelas batas – batasnya. Tidak semua sudut dari lobulus klasik ada daerah

portalnya. Daerah yang tidak memiliki daerah portal ini tetap mendapat darah

dari asinus hati. kedua sudut belah ketupatnya adalah vena sentralis.

2.2 Anatomi Fisiologi Hati

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Hati


Unit fungsional dari hati adalah lobulus yang berbentuk silindrik dengan

panjang beberapa milimeter dan dengan diameter 0,8 – 2 mm. Dalam hati

manusia terdapat 50000 – 100000 lobuli tersebut. Lobuli hati tersusun di

sekeliling vena sentralis yang mengalirkan darah ke arah vena hepatika dan

selanjutnya menuju vena cava inferior. Lobuli itu sendiri pada dasarnya

tersususn atas beberapa lembaran yang terdiri dari sel – sel hati yang

menyebar secara radial dari vena sentralis seperti jari – jari roda. Tiap
7

lembaran tersebut biasanya tersusun setebal 2 sel hati. di antara sel – sel hati

yang berdekatan serta diantara lembaran sel – sel hati tersebut terdapat

saluran empedu kecil (bile kanalikuli) yang bermuara dalam saluran empedu

yang lebih besar dalam septa antara dua lobulus hati yang berdekatan. Di

dalam septa sersebut juga terdapat venula porta yang menerima darah dari

vena porta. Dari venula ini darah mengalir ke cabang – cabang sinusoid yang

terletak di antara lembaran – lembaran sel hati, dan dari sini darah mengalir

ke vena sentralis. Dengan demikian, sel – sel hati akan mendapat darah dari

vena porta secara terus – menerus. Selain venula porta, di dalam septa

interlobulerjuga terdapat arteriola hepatika. Arteriola ini sebagian

memberikan darah kepada jaringan septa dan sebagian lagi menuju sinusoid.
Sinusoid venula dibatasi oleh dua jenis sel, yaitu sel endotil yang khas

dan sel – sel Kupfer yang sebenarnya adalah sel retikuloendotil yang mampu

mengadakan fagositosis kuman – kuman atau benda – benda asing yang ada

dalam darah. Sel – sel endotil yang membatasi sinusoid venosa tersusun

sedemikian rupa sehinggan dinding dari sinusoid itu sangat “porous”.

Dibawah dinding sinusoid ini, yaitu di antara sel – sel endotil dengan sel – sel

hati terdapat satu ruangan yang amat sempit yang disebut rongga dari Disse.

Karena “porousnya” dinding sinusoid tersebut, maka zat – zat yang ada

dalam plasma dapat bergerak dengan bebas ke dalam rongga disse. Bahkan

protein plasma pun dapat bebas berdifusi ke dalam rongga tersebut.


Di dalam septa interlobuler juga terdapat sejumlah besar saluran getah

bening terminal yang mempunyai hubungan langsung dari rongga Disse.


8

Dengan demikian, cairan yang berlebihan yang ada dalam rongga dari Disse

akan dialirkan melalui saluran getah bening tersebut.

2.3 Fungsi Hati

Dalam garis besar, fungsi hati dibagi menjadi 4 macam, yaitu :


a. Fungsi Vaskuler : untuk menimbun dan melakukan filtrasi darah.
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui

sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis menuju vena

hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena cava inferior. Selain itu,

dari arteria hepatika mengalir masuk kira – kira 350 cc darah. Darah

arterial ini akan masuk ke dalam sinusoid dan bercampur dengan darah

portal. Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar

1500 cc tiap menit. Aliran darah ke hati ini dapat diukur dengan cara

menempatkan alat pengukur elektromagnetik dalam arteria hepatika dan

vena porta secara langsung.


b. Fungsi Ekskretorik : membentuk empedu dan mengekskresikannya ke

dalam usus.
Hati mengekresi zat – zat yang berasal dari dalam sel hati, misalnya

bilirubun, kolesterol, garam empedu dan sebagainya ke dalam empedu. Di

samping itu, ke dalam empedu juga diekskresi zat – zat yang berasal dari

luar tubuhmisalnya logam – logam berat, beberapa macam zat warna

(termasuk BSP) dan sebagainya.


Fungsi ini diukur dengan beberapa tes, misalnya : bilirubin serum,

bilirubin urin, urobilinogen dalam urin, stercobilin dalam tinja, dan asam

empedu. Disamping itu, fungsi ini juga diukur dengan menyuntikkan


9

bahan – bahan dari luar yang mengalami proses yang hampir sama dengan

bilirubin, misalnya dengan BSP, ICG dan Rose Bengal Radioaktif.


Bahan – bahan tersebut pada umumnya disuntikkan dengan dosisi

tertentu dan kemudian diukur kadarnya dalam dalam darah dalam waktu

tertentu setelah penyuntikan.


c. Fungsi metabolik : untuk metabolisme karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, dan juga untuk memproduksi tenaga.


1) Metabolisme Karbohidrat
Dalam metabolisme karbohidrat, hati berfungsi sebagai tempat

penyimpanan karbohidrat, tempat mengubah galaktosa menjadi

glukosa, tempat terjadinya glukogenesis dan tempat pembentukan zat –

zat kimia penting yang merupakan hasil antara dalam metabolisme

karbohidrat. Hati mempunyai fungsi buffer glukosa, bila glukosa

dalam darah berlebihan, maka glukosa akan diambil oleh hati dan

ditimbun sebagai glikogen, sebaliknya bila glukosa dalam darah

berkurang maka glikogen akan dipecah menjadi glukosa kembali. Pada

seorang penderita dengan kelainan hati yang cukup parah, setelah

makan sejumlah besar karbohidrat maka kadar glukosa dalam

darahnya akan meningkat tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan

kenaikan kadar glukosa orang normal.


2) Metabolisme Lemak
Walaupun metabolisme lemak dapat terjadi pada hampir semua sel

tubuh, tetapi beberapa aspek tertentu dalam metabolisme lemak terjadi

lebih cepat di dalam sel hati. beberapa fungsi khas dari hati dalam

metabolisme lemak adalah :


 Oksidase beta dari asam lemak dan pembentukan asam lemak

asetosetat yang sangat tinggi.


10

 Pembentukan lipoprotein.
 Pembentukan kolesterol dan fosfolipid dalam jumlah yang sangat

besar.
 Perubahan karbohidrat dan protein menjadi lemak dan asam lemak

dalam jumlah yang sangat besar.


Untuk memperoleh tenaga dari lemak netral, maka lemak tersebut

harus dipecah terlebih dahulu menjadi gliserol dan asa lemak.

Kemudian dengan cara oksidasi beta maka asam lemak tesebut dipecah

mejadi radikal asetil yang kemudian membentuk asetil koenzim A.

Asetik Co-A ini kemudian akan ikut siklus krebs dan menghasilkan

tenaga yang besar. Karena hati tidak bisa menggunakan keseluruhan

asetil Co-A yang dihasilkan, maka sebagian akan diubah menjadi asam

asetoasetat yang merupakan kondensasi dari dua molekul asetil Co-A.

Asam asetoasetat ini merupakan suatu asam yang sangat larut dalam

asam itu akan keluar dari dalam sel hati menuju cairan ekstraseluler

dan akhirnya masuk ke dalam peredaran darah. Jaringan yang

membutuhkan akan mengambil asam aseto asetat ini, kemudian akan

diubah menjadi asetil Co-A dan kemudian menjadi tenaga.


3) Metabolisme Protein
Fungsi utama hati dalam metabolisme protein adalah:
 Deaminasi asam amino.
 Pembentukan urea untuk membersihkan cairan tubuh dari amoniak.
 Sintesa dari protein plasma
 Interkonversi di antara asam – asam amino yang berbeda dan

senyawa – senyawa lain yang penting dari proses – proses

metabolik dari tubuh.


11

Untuk bisa dimanfaatkan dalam bentukan tenaga atau untuk dapat

diubah menjadi karbohidrat maupun lemak, maka asam – asam amino

harus mengalamai deaminasi terlebih dahulu.


Pembentukan urea dalam hati dangat penting, artinya untuk

mengambil amoniak dari dalam tubuh. Seperti diketahui, amoniak

merupakan zat yang toksik dan berasal dari banyak sumber yaitu dari

hati sendiri sebagai hasil samping katabolisme asam amino, dari usus

dan dari ginjal. Sintesa urea terjadi dalam hati dengan

mengikutsertakan beberapa macam asam amino yaitu ornithine,

citruline, arginine dan asam aspartat, melalui siklus krebs.


d. Fungsi pertahanan tubuh : hati merupakan suatu alat tubuh dimana

dilakukan detoksifikasi dari bahan – bahan yang beracun yang

dilakukan dengan jalan konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi, oksidasi

dan hidroksilasi. Di samping itu, fungsi pertahanan tubuh dilakukan

oleh sel – sel kupfer baik dengan fagositosis langsung, maupun

dengan pembentukan antibodi.


- Fungsi detoksifikasi
Hati memegang peranan kuncu dalam detoksiikasi dari berbagai

macam bahan, bail yang berasal dari luar tubuh misalnya racun atau

obat – obatan, ataupun bahan yang berasal dari dalam tubuh sendiri

misalnya hormon – hormon, amoniak dan lain sebagainya.


- Fungsi detoksifikasi dilakukan dengan dua cara, yaitu:
 Dengan konjugasi yang mengubah senyawa – senyawa yang tidak

larut dalam air menjadi larut, sehingga dengan demikian senyawa

itu dapat diekresikan ke dalam empedu maupun air seni dan

dikeluarkan dari tubuh. Proses ini dicapai dengan


12

menkonjugasikan senyawa tersebut dengan asam glukoronid,

sulfat, dan lain-lain.


 Inaktivasi dari senyawa – senyawa yang toksis dengan cara

reduksi, oksidasi, hidroksilasi, metilasi dan asetilasi.


- Fungsi perlindungan
Sel – sel kupfer yang terdapat pada dinding sinusoid hati

mempunyai kemampuan fagositosis yang sangat besar sehingga dapat

membersihkan sampai 99% dari kuman – kuman yang ada dalam

vena porta sebelum darah menyebar melewati seluruh sinusoid.

Selain itu, sel kupler juga mampu mengadakan fagositosis terhadap

benda – benda lain misalnya pigmen – pigmen sisa jaringan, dan lain

sebagainya.
Selain itu sel kupler menghasilkan iminoglobulin yang merupakan

alat penting dalam penyelenggaraan kekebalan humoral. Selain itu,

dihasilkan berbagai macam antibodi yang timbul pada berbagai

kelainan hati tertentu, misalnya anti mitokondrial antibody (AMA),

smooth muscle antibody (SMA), dan antinclear antibody (ANA).

2.4 Kelainan Pada Hati

a. Hepatitis
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus

hepatitis ada beberapa macam, misalnya virus hepatitis A, hepatitis B dan

hepatitis C. Hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B lebih

berbahaya daripada hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis A.


1) Hepatitis A
13

Virus hepatitis A biasanya berkembang dengan baik dalam sel hati,

virus tersebut masuk ke dalam usus melalui empedu kemudian

dikeluarkan melalui kotoran. Virus tersebut kemudian ditularkan melalui

makanan yang tidak bersih atau terkontaminasi atau tidak mencuci tangan

dengan bersih setelah buang air besar. Virus ini tidak ditularkan melalui

air liur atau air seni.

Gejala – gejala hepatitis A :


- Mual
- Muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Demam ringan
- Kelelahan
- Nyeri sendi

Hepatitis A dapat diobati dengann cara hidup sehat dan pola

makan yang baik, serta dengan konsultasi ke dokter. Pencegahannya

dapat dengan suntikan immuno globulin sampai dengan vaksinasi.

b. Penyakit Kuning

Penyakit kuning disebabkan oleh tersumbatnya saluran empedu

yang mengakibatkan cairan empedu tidak dapat dialirkan ke dalam usus

dua belas jari, sehingga masuk ke dalam darah dan warna darah menjadi

kuning. Kulit penderita tampak pucat kekuningan, bagian putih bola

mata berwarna kekuningan, dan kuku jaripun berwarna kuning. Hal ini

terjadi karena di seluruh tubuh terdapat pembuluh darah yang

mengangkut darah berwarna kekuningan karena bercampur dengan

cairan empedu.
14

c. Sirosis Hepatis

Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana

fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di

dalam hati. Sirosis hati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang

berkelanjutan, karena alkohol, salah gizi, atau karena penyakit lain yang

menyebabkan sumbatan saluran empedu.

Penyembuhan :

Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk

mengobati komplikasi yang terjadi (seperti muntah dan berak darah,

asites/perut membesar, mata kuning serta koma hepatikum).

d. Hati Berlemak

Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari

berat hati atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan

hati ini sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis

hati. Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebih

disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun bukan karena alkohol

disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis).

e. Kanker Hati

Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan

hati. Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma

(HCC). HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis


15

kronis, terutama sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan

hemochromatosis.

f. Koletasis dan Jaundice

Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan memproduksi

dan pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat

menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh

usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di

hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan

pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata disebut

jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin

menjadi lebih gelap, sedangkan feces lebih terang.

2.5 Definisi Sirosis Hepatis

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan

stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati

(Sujono H, 2002).

2.6 Etiologi Sirosis Hepatis

1. Virus hepatitis (B,C,dan D)


2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
1. Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
2. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
3. Defisiensi Alphal-antitripsin
4. Glikonosis type-IV
5. Galaktosemia
6. Tirosinemia
4. Kolestasis
16

Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus,

dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis

terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary

atresia. Pada penyakit ini empedumemenuhi hati karena saluran empedu

tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning

(kulit kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan

pembedahan untuk membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan

hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak yang menderita

penyakit hati stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat

mengalami peradangan, tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary

Sirosis atau Primary Sclerosing Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis

dapat terjadi sebagai komplikasi dari pembedahan saluran empedu.


5. Sumbatan saluran vena hepatica
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan

lainlain)
8. Operasi pintas usus pada obesitas
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
11. Indian Childhood Cirrhosis

2.7 Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis

1. Kegagalan sirosis hati


a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
17

j. eritema palmaris
k. atropi testis
l. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
g. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)

2.8 Patofisiologi Sirosis Hepatis

Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis

Hepatis, yaitu :
1. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam

serum. Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati

terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan

kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid osmotic juga berkurang.

Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan

tanda kritis untuk timbulnya asites.


2. Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises

esophagus, maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan

koloid osmotic menurun pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila

kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya akan menghilang

walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi). Hipertensi portal

mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun

menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga aldosteron

juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan


18

elektrolit terutama natrium dengan peningkatan aldosteron maka terjadi

terjadi retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan.

2.9 Pemeriksaan Penunjang Sirosis Hepatis

1) Pemeriksaan fungsi hepar abnormal :


2) Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tidak dapat menyimpulkan
3) CT Scan atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar,derajat
obstruksi dan aliran darah hepatic
4) Elektrolit serum menunjukan hypokalemia,alkalosis dan
hiponatremia(disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosterone pada respon
terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
5) TDL menunjukan penurunan sel darah merah,hemoglobin, hematocrit,
trombosit, dan sel darah putih (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap
kegagalan ginjal dan kerusakkan metabolism nutrient)
6) Urinalisis menunjukan bilirubinuria
7) SGOT,SGPT.LDH (meningkat)
8) Endoskopi retrograde kolangiopankreatologi (ERCP) obstruksi duktus
koleduksus
9) Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10) Biopsi hepar dan ultrasonografi

2.10 Penatalaksaanaan Sirosis Hepatis

Penatalaksanaan pada pasien ini, dilakukan berdasarkan masalah yang


terdapat pada pasien antara lain:
1. Asites, edema, dan hipoalbuminemia
Asites adalah komplikasi yang paling umum dari SH. Sekitar 60%
pasien dengan SH terkompensasi akan menjadi asites dalam jangka waktu
10 tahun sejak awal mula perjalanan penyakit. Asites menurut jumlahnya
dibagi menjadi tiga tingkatan/grade. Grade I (minimal) ialah asites dalam
jumlah sangat kecil yang hanya dapat terdeteksi melalui USG. Grade II
19

(moderate) ialah asites yang terlihat sebagai distensi abdomen yang


tampak simetris. Grade III (large) ialah asites dalam jumlah besar hingga
menimbulkan distensi abdomen yang sangat nyata. Pada pasien ini, asites
telah mencapai grade III.
Terhadap pasien ini direncanakan untuk dilakukan LVP, namun
sebelumnya dilakukan perbaikan kadar albumin. Pemberian plasma
expanders direkomendasikan sebelum dilakukan LVP. Karena pada pasien
ini dilakukan pungsi asites <5L, maka dilakukan penggantian plasma
expanders menggunakan human albumin 20% sebanyak 8g/L cairan yang
hendak dikeluarkan untuk mencegah kolaps sirkulasi.
Selain itu, pasien ini juga diberikan diuretik berupa injeksi loop
diuretik disertai dengan pemberian antagonis aldosteron. Hingga saat ini
belum ada kesimpulan pasti mengenai regimen diuretik terbaik yang
dapat diberikan untuk pasien dengan asites disertai edema. Namun
direkomendasikan pemberian antagonis aldosteron dengan dosis awal 100
mg/hari yang dinaikkan dosisnya sebanyak 100 mg setiap 7 hari hingga
dosis maksimum 400 mg/hari jika tidak terdapat perbaikan. Jika terjadi
komplikasi hiperkalemia dapat diberikan furosemide dengan dosis awal
40 mg/hari dan ditingkatkan hingga 160 mg/hari hingga terdapat respon,
yaitu penurunan berat badan >2 kg/minggu
2. Hiponatremia
Hiponatremia umum ditemui pada pasien dengan SH dekompensata
dan berkaitan dengan terjadinya kelainan pada ekskresi cairan sekunder
terhadap hipersekresi vasopressin akibat terjadinya disproporsi retensi
air dibandingkan dengan retensi garam. Secara umum, pada kasus SH,
kadar natrium diperhitungkan sebagai hiponatremia yang perlu diberikan
terapi adalah pada konsentrasi dibawah 130 mmol/L.
20

2.11 WOC Sirosis Hepatis

Infeksi hepatitis kronis Penyalahgunaan Obstruksi biliasis Keracunan bahan-


B/C alcohol/malnutrisi bahan kimia/toksis
Hepatitis kronik aktif Penumpukan empedu
Akumulasi lemak pada Nekrotik hepar
Peradangan sel hati hati Gangguan metabolisme
lemak
Nekrotik Gangguan metabolik dan
peningkatan oksidasi Diare/konstipasi
Kolaps pada lubus hati lemak

Pembentukan jaringan ikat parut


Dan modul2 pada parenkim hati

SIROSIS HEPATIS

Ggn met. KH Distorsi percabangan


Gangguan met Gangguan met. Protein pemb. Darah hepatic dan
Penyimpanan glikogen lemak gangguan aliran vena
 Sintesa albumin portal
Sintesa lemak 
Hipo albumin Hipertensi partial
Ggn gluconeogenesis
Oksidasi lemak 
Tek. Osmotik Aliran kolateral
Hiperglikemia

Sel kekurangan energi


Dilatasi pembuluh
darah lambung
MK: Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Pecahnya pembuluh
tubuh darah

Melena
21

Kegagalan oksidasi Eksudat cairan


lemak Dilatasi vena superfisialis
Asites/edema dinding anterior abdomen

Tekanan Kapiler dinding


MK: Kelebihan Volume usus meningkat
Cairan dan Resti
Kerusakan Perpindahan cairan ke
Integritas kulit lumen usus halus dan
paru-paru
22

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis


A. Pengkajian
1. Identitas : nama, usia, jenis kelamin
2. Keluhan utama : nyeri abdomen, diare, asites
3. Riwayat penyakit sekarang : ceritakan keluhan yang dirasakan dari sebelum MRS
sampai MRS, perasaan mudah lelah, penurunan BB, asites, diare.
4. Riwayat penyakut dahulu : penyakit yang pernah diderita seperti hepatitis dan
infeksi virus.
5. Riwayat penyakit keluarga : penyakit yang pernah diderita keluarga, seperti penyakit
keturunan (DM, HT) dan penyakit menular (Hepatitis, TB, HIV).
6. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : konsumsi alcohol dan merokok.
7. Observasi dan pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital : TD tinggi bila klien memiliki riwayat HT
b. System pernafasan : adanya sesak napas, RR meningkat
c. System kardiovaskular : tidak ada gangguan, dapat terjadi gangguan jika klien
memiliki riwayat penyakit jantung.
d. System persyarafan : tidak ada gangguan, dapat terjadi gangguan jika klien
memiliki riwayat penyakit persyarafan seperti stroke.
e. System perkemihan : bias terjadi atrofi testis
f. System pencernaan : nyeri abdomen, diare, mual muntah, distensi pembuluh
darah abdomen, asites dll.
g. System penglihatan : konjungtiva icterus
h. System pendengaran : tidak ada gangguan, dapat terjadi gangguan tergantung
riwayat penyakit klien.
i. System integument : jaundice

B. Diagnosa keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan dalam proses pencernaan d.d. mual muntah,
penurunan BB
2. Pola napas tidak efektif b.d. menurunnya ekspansi paru akibat asites d.d.
meningkatnya RR
3. Hipervolemia b.d terjadinya hipertensi portal d.d. asites
4. Resiko perdarahan b.d. adanya perubahan dalam factor pembekuan darah
(menurunnya produksi protrombin dan fibrinogen)
5. Resiko infeksi b.d. malnutrisi
C. Intervensi Keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan dalam proses pencernaan d.d. mual muntah,
penurunan BB.
23

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan - Bantu dan dorong klien untuk
keperawatan selama x 24 jam nutrisi makan, jelaskan alas an tipe diet
tercukupi dengan kriteria hasil : - Berikan makanan sedikit tapi
- Nafsu makan meningkat sering
- Mual dan muntah berkurang - Batasi minuman berkafein,
bahkan hilang makanan yang menghasilkan gas
- Menunjukan nilai laboratorium
dan terlalu dingin
yang normal - Berikan makanan halus, hindari
- Antropometri klien normal
makanan keras sesuai indikasi
- Berikan perawatan mulut secara
sering atau sebelum makan
- Observasi hasil dari
pemeriksaan LAB
- Konsultasikan dengan ahli gizi
mengenai progeam diit
- Kolaborasi pemberian obat
antiemetic

2. Pola napas tidak efektif b.d. menurunnya ekspansi paru akibat asites d.d.
meningkatnya RR

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor intake dan output
selama x 24 jam pola napas efektif - Monitor TTV
- Evaluasi derajat edema, asites
dengan kriteria hasil : - Timbang BB setiap hari
- Asites, edema berkurang - Ukur lingkar perut setiap hari
- Keseimbangan intake dan output - Kolaborasi pemberian obat
- TTV dalam batas normal
- Tidak ada sianosis antidiuretic
- Tidak menggunakan otot bantu - Monitor kadar albumin, serum

napas kreatinin dan elektrolit


- Batasi natrium dan cairan sesuai
indikasi

3. Hipervolemia b.d terjadinya hipertensi portal d.d. asites


24

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Ukur intake dan output
selama x 24 jam cairan dalam tubuh - Timbang berat badan tiap hari
- Pantau TD dan CVP, jika ada.
seimbang dengan kriteria hasil : - Kaji status pernapsan
- Keseimbangan intake dan output - Auskultasi paru
- Berat badan stabil - Pantau untuk disritmia jantung
- TTV dalam batas normal - Kaji derajat edema perifer
- Tidak ada edema - Ukur lingkar abdomen
- Tidak ada asites - Bari perawatan mulut yang
sering
- Jadwalkan asupan cairan
berdasarkan waktu ; khususnya
jika puasa

4. Resiko perdarahan b.d. adanya perubahan dalam factor pembekuan darah


(menurunnya produksi protrombin dan fibrinogen)

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda dan gejala perdarahan
keperawatan selama x 24 jam klien GI
tidak mengalami perdarahan dengan - Observasi warna dan konsistensi

kriteria hasil : feces


- Tidak ada perdarahan - Observasi keberadaan petekie,
- Hasil LAB dalam batas normal ekimosis dan perdarahan dari
- Tidak ada tanda syok
satu atau lebih tempat
hipovolemik - Pantau denyut nadi
- Dorong penggunaan sikat gigi
yang lembut dan pencukuran
listrik, hindari mengejan saat
defekasi, meniup lewat hidung
dengan kuat.
- Gunakan jarum kecil untuk
injeksi
- Anjurkan untuk menghindari
produk yg mengandung aspirin
- Pantau hasil LAB (Ht, Hb dan
trombosit)
- Beri kumbah lambung dengan
25

salin dingin

5. Resiko infeksi b.d. malnutrisi

NOC NIC
Setelah dilakukan -
tindakan Identifikasi klien untuk resiko
keperawatan selama x 24 jam infeksi - Catat laporan klien tentang

tidak terjadi dengan kriteria hasil : awitan nyeri abdomen


- Terbebas dari demam dan nyeri - Pantau tanda vital
- Tingkatkan lingkungan
abdomen
- Bebas dari komplikasi yang pelayanan kesehatan yang aman
- Tekankan dan prektikan cara
dapat dicegah
- Tidak ada tanda infeksi mencuci tangan yang benar
- Pertahankan teknik steril untuk
semua prosedur pemasangan
invasid
- Ganti balutan luka bedah atau
lainnya
- Dorong napas dalam dan batuk
- Pertahankan hidrasi yang
adekuat
- Beri antibiotic sesuai indikasi
26

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 04 Maret 2018 Jam Masuk : 20.59


Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2018 No. RM : 12.65.xx.xx
Hari Rawat ke :9 Jam Pengkajian : 10.00
Diagnosa Masuk : Post Melena + Acites + SH Child A1 Hepatitits B related +
Anemia
Diagnosa saat pengkajian : Post Melena ec rupture VE gr II-III + Acites + SH Child B
Hepatitis B related + Anemia Post Koreksi

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. A
2. Umur : 51 Tahun
3. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Pendidikan : Tidak Sekolah
5. Status : Menikah (anak 1)
6. Pekerjaan : Tukang Becak
7. Alamat : Surabaya
8. Biaya : SKTM

KELUHAN UTAMA
1. Keluha Utama :
Nyeri perut.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Dr. Sutomo dibawah oleh keluarganya lewat IRD dengan keluhan
perut semakin hari semakin membesar sejak 1 (satu) bulang yang lalu. Dengan keadaan ini
membuat pasien merasa sesak napas. Jika pasien makan, maka sesak semakin bertambah
dan juga nyeri hebat. Kadang-kadang permukaan perut semuanya terasa panas. Mata
Nampak kuning sejak 1 (satu) minggu yang lalu. Setiap kali BAB berwarna hitam dan
BAK kuning pekat. Setelah dilakukan tindakan di IRD akhirnya pasien diantar ke Ruang
Pandan I. Pada saat dikaji pasien mengeluh pusing, lemas, terasa sakit, panas dan sesak
pada semua bagian perut. Pasien juga mengeluh lapar dan haus tapi pasien dipuasakan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah Dirawat : Ya Tidak
Kapan : Januari 2018
Diagnosa : Diabetes dan TBC
2. Riwayat Penyakit Kronik Dan Menular : Ya Tidak
Jenis : Diabetes dan TBC
27

Riwayat Kontrol : Kontrol rutin di Puskesmas Pula Bantang


Riwayat Penggunaan Obat : OAT tuntas

3. Riwayat Alergi :
Obat Ya Tidak Jenis : Tidak ada alergi
Makanan Ya Tidak Jenis : Tidak ada alergi
Lain-Lain Ya Tidak Jenis : tidak ada

4. Riwayat Operasi : Ya Tidak

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Tidak
- Jenis : Diabetes (Ibu pasien menderita penyakit Diabetes)
- Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Pasien
: Perempuan sakit

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Masalah Keperawatan :


Perilaku Sebelum Sakit Yang Mempengaruhi Kesehatan :
Alkohol Ya Tidak Manajemen kesehatan
Keterangan : Pasien tidak pernah minum alkohol tidak efektif (perilaku
Merokok Ya Tidak
Keterangan : Pasien merokok selama ± 15 tahun dan baru merokok)
berhenti setelah sakit 6 bulan
yang lalu
Obat Ya Tidak
Keterangan : Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan Narkotoka/penguat
Olah Raga Ya Tidak
Keterangan : Pasien sehari-hari mengayuh becak

OBSERVASI DAN PEMERIKASAAN FISIK


1. Tanda-Tanda Vital
S: 36ºC N : 120 kali/menit T : 140/70 mmHg RR : 16 kali/menit
28

Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR : 16 kali/menit
b. Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Batuk : Produktif Tidak Produktif
Sekret : Tidak ada
c. Penggunaan Otot Bantu Nafas : Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
d. PCH : Ya Tidak
e. Irama Nafas : Teratur Tidak Teratur
f. Friction Rub : Tidak ada
g. Pola Nafas : Dispnoe Kusmaul Chyne Stokes Biot
h. Suara Nafas : Vesikuler Bronko Vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan :
Ronki Wheezing Tidak ada masalah
Crackles
i. Alat Bantu Nafas : Ya Tidak
j. Penggunaan WSD : Tidak menggunakan WSD
k. Tracheostomi : Ya Tidak

Lain-lain :
Terpasang NGT dihidung kanan dekompresi cairan warna hijau pekat ± 200 cc

3. Sistem Kardiovaskuler
a. TD : 140/70 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N : 120 kali/menit/halus Tidak ada masalah
c. HR : 120 kali/menit
d. Keluhan Nyeri Dada : Ya Tidak
e. Irama jantung : √ reguler ireguler
f. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain
g. Ictus Cordis : Tidak tampak
h. CRT : < 2 detik
i. Akral : Hangat Kering Merah Basah
Panas Dingin Pucat
j. Sirkulasi Perifer : Normal Menurun
k. JVP : Tidak tampak
l. CVP : Tidak ada
m. EKG & Interpretasinya : Normal sinus 80 kali/menit
Masalah
4. Sistem Persyarafan
a. S : 36ºC Keperawatan :
b. GCS : 15 Nyeri Akut
c. Refleks Fisiologis : Patella Tricep Bicep
d. Refleks Patologis : Babinsky Brudzinsky Kernig
e. Keluhan Pusing : Ya Tidak
P : Pusing saat tidur dan semakin berat jika kepala digerakkan
Q : Pusing tidak berputar
29

R : Pusing dengan leher terasa tegang


S : Pusing sedang (0-5)
T : Dirasakan hampir setiap saat
f. Pemeriksaan Saraf Kranial
N1 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N2 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N3 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N4 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N5 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N6 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N7 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N8 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N9 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N10 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N11 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
N12 : Normal Tidak Ket : tidak ada masalah
g. Pupil : Anisokor Isokor
h. Sclera : Anikterus Ikterus
i. Konjunctiva : Ananemis Anemis
j. Istirahat/Tidur : 6-7 Jam/Hari Gangguan Tidur : tidak ada gangguan berarti

5. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan Genital : Bersih Kotor
b. Sekret : Ada Tidak Masalah Keperawatan :
c. Ulkus : Ada Tidak
d. Kebersihan Meatus Uretra : Bersih Kotor Tidak ada masalah
e. Keluhan Kencing : Ada Tidak
Jelaskan :
Pasien tidak ada keluhan BAK; tidak nyeri, tidak menetes, tidak ngompol, tidak ada
tahanan, hanya BAK warna kuning pekat
f. Kemampuan berkemih :
Spontan Alat bantu, sebutkan :
Jenis : Kateter
Ukuran : 24
Hari Ke- : 9
g. Produksi Urine : 500 ml/24 jam
Warna : kuning pekat
h. Kandung kemih membesar : Ya Tidak
i. Nyeri Tekan : Ya Tidak
j. Intake Cairan : Oral : Puasa Parenteral : 500 cc/24 jam
k. Balance Cairan :
Input : 500 cc/24 jam
Output : 500 cc urin/24 jam + 200 cc cairan NGT/24 jam
30

6. Sistem Pencernaan Masalah Keperawatan :


a. TB : 160 cm
b. BB : 60 cm Tidak ada masalah
c. IMT : 23,4
d. LILA : 19,5 cm
Interpretasinya : Berdasarkan IMT status gizi ideal/normal
Lingkar perut : 84 cm

e. Mulut : Bersih Kotor Berbau


f. Membran Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
g. Tenggorokan : Tidak ada keluhan
Sakit Menelan Kesulitan Menelan
Pembesaran Tonsil Nyeri Tekan
h. Abdomen : Tegang √Kembung √Asites
i. Nyeri Tekan : Ya Tidak

P: Pasien mengatakan perut terasa sakit dan sesak sejak perutnya mulai membesar 2
bulan yang lalu.
Q: Nyeri dirasakan seperti ditekan atau di penuhi perut
R: Nyeri dirasakan diseluruh area perut dan menjalar ke pinggang
S: Nyeri dirasakan hingga skala 7-8
T: Nyeri dirasakan hampir tiap saat terus menerus dan bertambah jika bergerak
j. Luka Operasi : Ada √Tidak
k. Terpasang NGT : dekompresi warna hijau pekat 200 cc/24 jam
l. Peristaltik : 5 x/menit
m. BAB : 1 kali/2-3 hari warna hitam Terakhir Tanggal :12-03-2018
Konsistensi : Keras Lunak Cair Lendir/Darah

n. Diit : Puasa
o. Diit khusus : tidak ada

7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior :
OD Visus OS
Palpebra Masalah Keperawatan :
Conjungtiva : Anemis Tidak ada masalah
Kornea
BMD
Pupil : Isokor
Iris
Lensa
TIO
31

b. Keluhan Nyeri : Ya Tidak


c. Luka Operasi : Ada Tidak

8. Sistem Pendengaran
a. Pengkajian Segmen Anterior Dan Posterior : Masalah Keperawatan :
OD Auricula OS
MEA Tidak ada masalah
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach
b. Luka Operasi : Ada Tidak
c. Alat Bantu Dengar : tidak menggunakan alat bantu dengar

Sistem Integumen
Masalah Keperawatan :
a. Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
b. Kekuatan Otot 4 4 Tidak ada masalah

4 4
c. Kelainan Ekstremitas : Ya Tidak
d. Kelianan Tulang Belakang : Ya Tidak
- Frankel : tidak ada
e. Fraktur : Ya Tidak
f. Keluhan Nyeri : Ya Tidak
g. Sirkulasi Perifer : tidak ada sianosis, CRT : < 2 detik
h. Kompartemen Syndrome : Ya Tidak
i. Kulit : Ikterik Sianosis Kemerahan Hiperpigmentasi
j. Turgor: Baik Kurang Jelek
k. Luka Operasi : Ada Tidak
l. ROM : ektremitas atas aktif, ekstremitas bawah pasif
m. Cardinal Sign : Ikterik, Acites

Sistem Integumen
a. Penilaian Risiko Decubitus
KRITERIA PENILAIAN
ASPEKYANG
NILA
DINILAI 1 2 3 4
I
TERBATAS
PERSEPSI SANGAT KETERBATASA TIDAK ADA
SEPENUHNY 4
SENSORI TERBATAS N RINGAN GANGGUAN
A
TERUS
KELEMBABA SANGAT KADANG2 JARANG
MENERUS 4
N LEMBAB BASAH BASAH
BASAH
KADANG2 LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST 1
JALAN JALAN
IMMOBILE TIDAK ADA
SANGAT KETERBATASA
MOBILISASI SEPENUHNY KETERBATASA 2
TERBATAS N RINGAN
A N
KEMUNGKINA
SANGAT
NUTRISI N TIDAK ADEKUAT SANGAT BAIK 2
BURUK
ADEKUAT
32

GESEKAN & TIDAK


BERMASALA POTENSIAL
PERGESERA MENIMBULKA 2
H BERMASALAH
N N MASALAH
NOTE : Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan
bahwa pasien berisiko mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL
15
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderat risk, 12 or less = NILAI
high risk)
b. Warna : Ikterik
c. Pitting Edem : Tidak ada edema Masalah Keperawatan :
d. Eksoriasis : Ya Tidak
e. Psoriasis : Ya Tidak Resiko luka tekan
f. Pruritus : Ya Tidak
g. Urtikaria : Ya Tidak

9. Sistem Endokrin
a. Pembesaran Thyroid : Ya Tidak Masalah
b. Pembesaran Kelenjar Getah Bening : Ya Tidak
c. Hipoglikemia : Ya Tidak Keperawatan :
d. Hiperglikemia : Ya Tidak Tidak ada masalah
e. Kondisi Kaki DM
- Luka Gangren : Ya Tidak

- Riwayat Ampuatasi Sebelumnya : Ya Tidak

Masalah
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya : Keperawatan :
Pasien dan keluarga pasrah menerima keadaan sakit pasien Tidak ada masalah
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Diam Gelisah Tegang Marah/Menangis
c. Reaksi saat interaksi : Kooperatif Tidak Kooperatif Curiga
d. Gangguan konsep diri :
Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan apa yang dialaminya karna pasien percaya
ini adalah cobaan yang diberikan Allah SWT.
Masalah
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Keperawatan :
a. Kebrsihan diri :
Tidak ada masalah
Secara umum pasien tampak bersih dengan pakaian dan selimut yang bersih
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan :
- Mandi : di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian : dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Kramas : dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- sikat gigi : dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku : dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias : dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan : dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
33

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah :
pasien mengatakan walau tidak bisa menjalani sholat secara normal tapi pasien masih
ingat Tuhan dan berdoa dalam hati Masalah
Keperawatan :
Tidak ada masalah

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, EKG, USG, dll)

Laboratorium Urin Lengkap


05 – 03 – 2018 14 – 03 – 2018

WBC : 5,6 (3,37- Urin Lengkap


10,0) Glu : Negative
PLT : 294 (150 - Bill : 3+
450) Ket : 3+
HB : 9,9 (13,3- SG : 1,025
16,6) BLD : 1+
SGOT : 408 (0 – 50) pH : 6,00
SGPT : 225 (0 – 50) Pro : 2+
BUN : 18 (10 – 20) URG : 3+
SK : 0,75 (0,6 – 1,3) Nit : Negative
Bill.T : 5,18 (0,2 – 1,0) Leu : 1+
GDA : 93 (< 100)
Na : 139 (136 –
145)
K : 4,3 (3,5 – 5,1)
Cl : 103 (98 – 107)
HBSAg: positif
pH :8

Tanggal 09 – 03 – 2018

SGOT : 828
Albumin : 3,6 (3,4 – 5,0)
Bill. Direct : 6,83 (< 0,100)
Bill. Total : 9,30
BUN : 31,0
KS : 0,75
K :4,4
Na : 134,0
Cl : 95,0

14 – 03 – 2018

Albumin : 0,43
34

TERAPI

Tanggal 13 Maret 2018

Balance cairan I = O
Infus PZ 500 cc/24 jam
Injeksi furosemide 20 mg/ 8 jam/iv
Omeprazole injeksi 40 mg/8 jam/iv
Ceftriaxone 1 g/12 jam/iv
Spironolakton 1 x 10 mg p.o
Propranolol 1 cth/8 jam p.o
Sulkrafate 1 cth/8 jamp.o

DATA TAMBAHAN LAIN

Tanggal 08 Maret 2018

Pemeriksaan Gastroskopi (telah dilakukan esofagogastroduodenoskopi). Skope masuk sampai


D2 didapatkan:
- Esofagus : tampak varises gr II-III dengan perdarahan aktif, LES dipenuhi sisa
perdarahan
- Gaster : sebagian besar permukaan gaster tertutup oleh gumpalan darah
- Duodenum mukosa D1 dan D2 dalam batar normal
KESIMPULAN : Varises esophagus yang masih perdarahan aktif

Surabaya,13 Maret 2018

(kelompok 9)
35

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


13–03-2018 DS: Kerusakan hati Nyeri akut
P: Pasien mengatakan perut
terasa sakit dan sesak sejak
perutnya mulai membesar 2 Sirosis
bulan yang lalu.
Q: Nyeri dirasakan seperti
ditekan atau di penuhi perut Distensi
R: Nyeri dirasakan diseluruh abdomen
area perut dan menjalar ke
pinggang
S: Nyeri dirasakan hingga Regangan pada
skala 7-8 kapsula glissoni
T: Nyeri dirasakan hampir
tiap saat terus menerus dan
bertambah jika bergerak
DO:
- Pasien terlihat menahan
sakit
- N : 120 x/menit
- Besifat protektif
(menghindari nteri)
13-03-2018 DS: Factor resiko Resiko
Pasien mengatakan kalau ketidakseimbangan
dirinya haus tapi tidak boleh (Acites) cairan
minum

DO
- Acites (lingkar perut 84
cm)
- Puasa
- Terpasang NGT
dekompresi volume cairan
200cc/24jam
- Terpasang DC p.u 500
cc/24jam warna kuning
pekat
- Terpasang infus PZ 500
cc/24jam
36

- Output Urin : 500 cc


NGT : 200cc
- Input parenteral: 500cc
13-03-2018 DS: Factor Resiko : Resiko luka tekan
Pasien mengeluh pusing, - Skala braden
lemas, tidak bisa mika/miki, 15
hanya bisa terlentang. Jika - Penurunan
berubah posisi akan sangat kadar albumin
nyeri dan sesak pada perut - Anemia
DO: - Penurunan
- Imobilisasi mobilisasi
- Acites
- Hb: 9,9
- Albumin 0,43
- Skala braden 15
- Terpasang infus PZ 500cc
- Terpasang kateter
- Terpasang NGT
dekompresi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL : 13 Maret 2018

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Acites) d.d skala nyeri 7-8, pasien menahan sakit,

N: 120 kali/menit, bersifat protektif.

2. Resiko ketidakseimbangan cairan d.d Acites (lingkar perut 84 cm)

3. Resiko luka tekan d.d imobilisasi, anemia Hb 9,9, albumin 0,43, skala braden 15, terpasang

NGT/DC/IV Line
37

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RENCANA INTERVENSI

HARI/ WAKTU DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI


TANGGAL (Tujuan. Kriteria Hasil)
Selasa Shift Pagi Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Acites) 1. Lakukan kompres hangat/dingin menggunakan air
13-03-2018 d.d skala nyeri 7-8, pasien menahan sakit, N: 120 es
kali/menit, bersifat protektif 2. Ajarkan pasien melakukan relaksasi napas dalam
Tujuan : dalam jangka waktu 1 x 24 jam setelah dan menganjurkan agar dilakukan saat nyeri
dilakukan tindakan keperawatan sedang-berat
diharapkan nyeri berkurang atau hilang 3. Anjurkan keluarga pasien untuk mengalihkan
KH : perhatian pasien terhadap nyeri dengan mengajak
- Skala nyeri 2-3 atau 0 ngobrol
- Nadi normal : 6—80 kali/menit 4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
- Tampak rileks analgetik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


38

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RENCANA INTERVENSI
HARI/ WAKTU DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan. Kriteria Hasil)
Selasa Shift Pagi Resiko ketidakseimbangan cairan d.d 1. Catat tiap cairan yang masuk dan keluar tiap hari
13-03-2018 2. Lakukan balance cairan tiap hari
Acites (lingkar perut 84 cm)
3. Ukur lingkar perut pasien tiap hari
Tujuan : diharapkan selama dalam 4. Pertahankan balance cairan I = O
5. Laporkan pada dokter tiap kali ada perubahan balance cairan
perawatan input output
6. Pertahankan tetsan infus sesuai instruksi
pasien seimbang, acites
berkurang atau hilang
KH:
- Lingkar perut < 84 cm
- Balance cairan I = O
39

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RENCANA INTERVENSI

HARI/ WAKTU DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI


TANGGAL (Tujuan. Kriteria Hasil)
Selasa shift Pagi Resiko luka tekan d.d imobilisasi, anemia 1. Observasi tanda-tanda adanya luka tekan
13-03-2018 Hb 9,9, albumin 0,43, skala braden 15, 2. Anjurkan pasien untuk berusaha melakukan
terpasang NGT/DC/IV Line mika/miki sesuai kemampuan
Tujuan : diharapkan setelah dilakukan 3. Ajarkan keluarga pasien cara melakukan mobiliasi
perawatan selama perawatan, tidak terjadi mika/miki pada pasien
4. Anjurkan keluarga untuk melakukan mobilisasi
luka tekan
mika/miki pada masien minimal tiap 8 jam atau
KH :
disaat psaien tidak merasa nyeri
- Mobilisasi aktif
5. Anjurkan pada keluarga pasien untuk selalu
- Skala braden > 16
mengeringkan punggung dan kaki pasien dari
- Hb dalam batas normal (13,3-16,6)
keringat atau basah apapun.
- Albumin dalam batas normal (3,4- 6. Anjurkan pada keluarga pasien untuk melap hingga
5,0) kering setelah memandikan pasien.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
meningkatkan Hb dan Albumin
40

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Selasa 1 11.30 - Melakukan kompres hangat pada S : Pasien mengatakan nyeri
13-03-2018 semua area abdomen (pasien berkurang disaat kompres
Shift pagi mengatakan masih nyeri dan terasa dingin
11.40 tidak ada perubahan) O : - Skala nyeri 5-6
- Melakukan kompres dingin -Ekspresi pasien untuk
menggunakan air es pada seluruh area menahan sakit berkurang
abdomen (pasien mengatakan lebih -Nadi 120 kali/menit
12.00 nyaman dan nyeri berkurang saat -Tampak lebih rileks dari
12.45 kompres) sebelumnya
- Melayani injeksi omeprazole 40 mg/iv A : Masalah belum teratasi
- Mengajarkan pasien cara relaksasi P : Intervensi 1 – 4 dilanjutkan
napas dalam dan menganjurkan pada
pasien untuk melakukannya saat nyeri
dirasakan sudak tidak nyaman dengan
skala sedang – berat (pasien bisa
mengikuti dan memahami anjuran)
41

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Selasa 2 10.30 - Catat cairan yang masuk dan keluar S:-
13-03-2018
(input 500 cc output 500 cc/DC + 200 O : Lingkar perut 84 cm
Shift pagi
cc/NGT) Balance cairan devisit 200 cc
- Mempertahankan cairan parenteral
A : Resiko cairan tidak seimbangan
sesuai instruksi (500 cc/24 jam jadi 7
P : Intervensi 1-6 dilanjutkan
tpm jalan)
- Melakukan balance cairan (devisit
200cc)
- Mengukur lingkar perut (84 cm)
- Melaporkan ke dokter bahwa devisit
pada balance cairan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Selasa 3 12.50 - Menanyakan pada pasien apakah bias S:-
13-03-2018
mika/miki tabpa bantua (paien O : Skala braden 15, imobilisasi,
Shift pagi
mengatalan sama sekali tidak bias) tidak ada tanda-tanda luka
- Bersama keluarga melakukan
tekan
mobilisasi mika/miki pada pasien
A : masalah tidak terjadi
(pasien meringis kesakitan minta
P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
untuk dihentikan)
- Mengingatkan lagi ke keluarga untuk
mencoba lagi disaat pasien tidak
merasa nyeri
- Menkaji adanya tanda-tanda luka
tekan ( tidak ada tanda-tanda luka
tekan; tidak ada kemerahan, lesi/lecet)
- Mengingatkan keuarga untuk selalu
mengeringkan punggung dan kaki
pasien
- Melakukan bilas lambung untuk
persiapan pemberian obat syrup
43

- Memberikan spironolakton 1 cth/NGT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Rabu 1 11.30 - Melakukan kompres dingin S : Pasien mengatakan nyeri
14-03-2018
menggunakan air es pada seluruh area berkurang disaat kompres
Shift pagi
11.40 abdomen (pasien mengatakan lebih dingin
nyaman dan nyeri berkurang saat O : - Skala nyeri 5-6
12.00 kompres) -Ekspresi pasien untuk
- Melayani injeksi omeprazole 40 mg/iv menahan sakit berkurang
12.45
-Nadi 120 kali/menit
- Mengajarkan pasien cara relaksasi
-Tampak lebih rileks dari
napas dalam dan menganjurkan pada
sebelumnya
pasien untuk melakukannya saat nyeri
A : Masalah belum teratasi
dirasakan sudak tidak nyaman dengan
P : Intervensi 1 – 4 dilanjutkan
skala sedang – berat (pasien bisa
44

mengikuti dan memahami anjuran)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Rabu 2 10.30 - Catat cairan yang masuk dan keluar S:-
14-03-2018
(input 500 cc output 400 cc/DC + 100 O : Lingkar perut 84 cm
Shift pagi
cc/NGT) Balance cairan normal I = O
- Mempertahankan cairan parenteral
A : Masalah tidak terjadi
sesuai instruksi (500 cc/24 jam jadi 7
P : Intervensi 1-6 dilanjutkan
tpm jalan)
- Melakukan balance cairan (I = O)
- Mengukur lingkar perut (84 cm)
45

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Rabu 3 12.50 - Menanyakan pada pasien apakah bias S:-
14-03-2018
mika/miki tabpa bantua (paien O : Skala braden 15, imobilisasi,
Shift pagi
mengatalan sama sekali tidak bias) tidak ada tanda-tanda luka
- Bersama keluarga melakukan
tekan
mobilisasi mika/miki pada pasien
A : masalah tidak terjadi
(pasien meringis kesakitan minta
P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
untuk dihentikan)
- Mengingatkan lagi ke keluarga untuk
mencoba lagi disaat pasien tidak
merasa nyeri
- Menkaji adanya tanda-tanda luka
tekan ( tidak ada tanda-tanda luka
tekan; tidak ada kemerahan, lesi/lecet)
- Mengingatkan keuarga untuk selalu
46

mengeringkan punggung dan kaki


pasien
- Melakukan bilas lambung untuk
persiapan pemberian obat syrup
- Memberikan spironolakton 1 cth/NGT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Kamis 1 11.30 - Melakukan kompres dingin S : Pasien mengatakan nyeri
15-03-2018
menggunakan air es pada seluruh area berkurang disaat kompres
Shift pagi
47

11.40 abdomen (pasien mengatakan lebih dingin


nyaman dan nyeri berkurang saat O : - Skala nyeri 5-6
12.00 kompres) -Ekspresi pasien untuk
- Melayani injeksi omeprazole 40 mg/iv menahan sakit berkurang
12.45
-Nadi 120 kali/menit
- Mengajarkan pasien cara relaksasi
-Tampak lebih rileks dari
napas dalam dan menganjurkan pada
sebelumnya
pasien untuk melakukannya saat nyeri
A : Masalah belum teratasi
dirasakan sudak tidak nyaman dengan
P : Intervensi 1 – 4 dilanjutkan
skala sedang – berat (pasien bisa
mengikuti dan memahami anjuran)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Kamis 2 10.30 - Catat cairan yang masuk dan keluar S:-
48

15-03-2018 (input 500 cc output 400 cc/DC + 100 O : Lingkar perut 84 cm


Shift pagi
cc/NGT) Balance cairan normal I = O
- Mempertahankan cairan parenteral
A : Masalah tidak terjadi
sesuai instruksi (500 cc/24 jam jadi 7
P : Intervensi 1-6 dilanjutkan
tpm jalan)
- Melakukan balance cairan I = O
- Mengukur lingkar perut (84 cm)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shif No.D Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Para


t K f
Kamis 3 12.50 - Menanyakan pada pasien apakah bisa S:-
15-03-2018
mika/miki tabpa bantua (paien O : Skala braden 15, imobilisasi,
Shift pagi
mengatalan sama sekali tidak bias) tidak ada tanda-tanda luka
49

- Bersama keluarga melakukan tekan


mobilisasi mika/miki pada pasien A : masalah tidak terjadi
(pasien meringis kesakitan minta P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
untuk dihentikan)
- Mengingatkan lagi ke keluarga untuk
mencoba lagi disaat pasien tidak
merasa nyeri
- Menkaji adanya tanda-tanda luka
tekan ( tidak ada tanda-tanda luka
tekan; tidak ada kemerahan, lesi/lect)
- Mengingatkan keuarga untuk selalu
mengeringkan punggung dan kaki
pasien
- Melakukan bilas lambung untuk
persiapan pemberian obat syrup
- Memberikan spironolakton 1 cth/NGT
16 – 03 – 2018 Memberikan Discharge Planing
1. Memberikan pendidikan
Jam : 14.00
(Pasien Pulang kesehatan pada istri dan anak
Atas
pasienagar tetap melakukan mobilisasi
Permintaan
Sendiri) miring kiri/kanan minimal tiap 8 jam
dan berusahan untuk selalu
mengeringkan badan pasien dari
50

keringat.
2. Memnerikan pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga
agar membatasi minum paien selama
dirumah
3. Memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga, jika kendisi
pasien memburuk agar sebisa mungkin
pasien dibawa ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk mendapat pertolongan
51

BAB 4
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati yang ditandai dengan menghilangnya


sel – sel hati dan pempembentukan jaringan ikat dalam hati yang bersifat
ireversibel. Alcohol dan hepatitis virus B dan C merupakan penyebab terbanyak
sirosis hati, meskipun masih banyak penyebab lain. Sirosis dapat menyebabkan
rasa lemah, menghilangkan nafsu makan, mudah berdarah, icterus, gatal – gatal
dan cepat lelah. Sirosis dipastikan dengan biopsy. Pengobatan sirosis bertujuan
mencegah kerusakan hati lebih lanjut, mengobati komplikasi dan deteksi dini
kanker hati. Transpaltasi hati saat ini menjadi salah satu pilihan penting untuk
pengobatan pasien sirosis lanjut.
Klien Tn. A dengan usia 51 tahun saat masuk ke IRD mengeluh nyeri dengan
perut membesar sejak 1 bulan yang lalu. Semakin besarnya perut maka klien
merasa semakin sesak. Sesak napas bertambah jika dalam keadaan makan. Klien
memiliki riwayat penyakit DM dan TBC. Riwayat pengobatan OAT tuntas. Klien
memiliki riwayat merokok 15 tahun. Saat dilakukan pengkajian ditemukan klien
mengeluh nyeri, sesak napas dan perut membesar.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian didapatkan diagnose
keperawatan yaitu nyeri akut, resiko ketidakseimbangan nutrisi dan resiko luka
tekan. Implementasi keperawatan yang sudah dilakukan meliputi kompres hangat,
mengajarkan cara teknik napas dalam, mencatat intake dan output cairan,
mengukur lingkar perut, memonitor tanda luka tekan, memberikan terapi obat
sesuai indikasi dll. Implementasi dilakukan selama 3 hari. Satu hari setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien pulang atas permintaan sendiri. Hasil
evaluasi tindakan selama 3 hari klien mengatakan nyeri berkurang, resiko
ketidakseimbangan nutrisi tidak terjadi masalah dan resiko luka tekan tidak terjadi
masalah. Sebelum klien pulang keluarga klien dipersiapkan informasi untuk
perawatan klien dirumah antara lain untuk miringkan kiri dan kanan tubuh klien,
jaga agar mengeringkan tubuh saat berkeringat, membatasi minum pasien dan bila
dirumah ada perubahan kondisi kesehatan klien maka segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat.
52

DAFTAR PUSTAKA

Sherlock, S., 2011. Diseases of the Liver and Biliary System. USA: Penerbit
Willey Blackwell. Edisi 12. P.103-120

Karina. Faktor resiko kematian penderita sirosis hati di RSUP Dr. Kariadi
Semarang tahun 2002- 2006 (karya tulis ilmiah). Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007

Hadi, S.2002. Hepatologi. Bandung: Penerbit Mandar Maju. p.3-34

Hadi, S.2002. Gastroenterologi. Bandung: Penerbit Alumni. p.86-107

Bulechek, et al, 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam,


Singapore: Mocomedia

Moorhead, et al, 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima,


Singapore: Mocomedia

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1, Jakarta


Selatan: DPP PPNI.

Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala Sesuatu

Tentang Hepatitis;The Hepatitis Alphabet. Alih bahasa, Surya

Satyanegara. Jakarta:EGC,.

Mashudi, Sugeng. (2011). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar.

Jakarta : Salemba Medika.

Dosen KMB Indonesia. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai