Nim 05530003 Jurusan Kimia PDF
Nim 05530003 Jurusan Kimia PDF
SKRIPSI
Oleh:
LAILIS SA'ADAH
NIM. 05530003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TANIN
DARI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Oleh:
LAILIS SA'ADAH
NIM: 05530003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN
Lailis Sa'adah
NIM. 05530003
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TANIN
DARI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
SKRIPSI
Oleh:
LAILIS SA'ADAH
NIM: 05530003
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Kimia
SKRIPSI
Oleh:
Lailis Sa'adah
NIM. 05530003
Kakak-kakak ku tersayang Syaiful Haq S.Pd, Iftachul Jannah, terima kasih banyak atas
motivasi dan doa yang engkau berikan, sehingga adik dapat mewujudkan cita-cita. Untuk
kakak Nur Cholis Majid, dimanapun engkau berada motivasi dan kasih sayang mu ke adik
tak kan pernah putus.
Adik-adik ku tersayang Caca, Nauval,Nauvel, Dimas dan Andin, engkaulah yang selalu
menghibur tante pada saat suka dan duka, kalian menjadikan ku kuat menghadapi segala
kesulitan. Belajarlah terus dan kejarlah cita-citamu sampai setinggi langit.
Keluarga besarku; Lek Jem, Nenek, Pak Lek, Bu Lek, Ma' Ita, Santi.
Teman2 SMP: V-3, Sofa, Amir, Ansori, H-Nafi, Yanto, H.Crespo, Mansyur, Edy, Munir.
Trimakasih atas semangat 'n dorongan yang kalian berikan sehingga ku dapat tetap tegar
dalam menghadapi segala cobaan hidup.
Keluarga besar Kimia para dosen dan stafnya yang memberikan ilmu dan pengalamnnya serta
segala pengertiannya dalam mendampingi perjalanan studiku sampai aku dapat seperti ini.
Bu elok dan pak Naim terima kasih atas kesabaran dalam membimbing dan proyek yang
diberikan.
Kimia angkatan '05, Angkatan paling sedikit jumlah mahasiswanya, semoga tetap bersatu
sampai kapanpun. Pantang mundur n tetap semangat OK!!!!
Teman2 seperjuangan ngelab (Sieta, Wardah, H5, Aisy, Fajar, Mami, Mb ATA, Mb Devi,
Mb Ika, Mb Atus, Mb Uswah, Mb Ci2, Mb Diyah, Ika, Mas Miko, Mas Hairi, Mas Faijal
dkk) jangan pernah menyerah. Tiada kesulitan yang tidak dapat diselesaikan
Teman2 Asrama Khodijah Mb Lely tetap semangat ya dengan S2 nya, Elok colon Psikolog
moga bisa bantu menghibur orang2 yang stress, Irma, Sila lanjutkan skripsimu, Ifo jangan
memanjakan penyakit yang hinggap pada dirimu, lawanlah dengan semangat mu. Yuni
lawanlah rasa malez yang ada didirimu, Wi2n yang suka tertawa n menghibur teman2,
lika yang menemani q ngerjakan karya kecil ini dkk.
KATA PENGANTAR
ÉΟ¡
ó 0Î ! Ç ≈Ηu q
« #$ ÷ § 9#$ Ο
É Šm
Ï § 9#$
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN...................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
Sa'adah, L. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Pembimbing I : Elok Kamilah Hayati,
M.Si. Pembimbing II : Anton Prasetyo, M.Si
Kata Kunci : Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L), Tanin, Kromatografi
Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer
FTIR
ﺍﻝﺴﻌﺎﺩﺓ ،ل .2010 .ﺍﻝﻌﺯل ﻭ ﺍﻝﺘﺤﻘﻴﻕ ﻓﻰ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻤﻥ ﻭﺭﻕ ِﺒِﻠﻤﺒِﻴﻨﺞ ﻭﹸﻝﻭﻩ )ﺃﻓﻴﺭﻭﺍ
ﺒﻠﻤﺒﻲ ﻝﻴﻥ( ,ﺍﻝﻤﺸﺭﻓﺎﻥ :ﺇﻴﻠﻭﻙ ﻜﺎﻤﻠﺔ ﺤﻴﺎﺘﻲ ﺍﻝﻤﺎﺠﺴﺘﻴﺭ ،ﻭ ﺃﻨﺘﻭﻥ ﻓﺭﺍﺴﻴﺘﻴﻭ ﺍﻝﻤﺎﺠﺴﺘﻴﺭ.
ﺍﻝﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻝﻤﻔﺘﺎﺤﻴﺔ :ﻭﺭﻕ ِﺒِﻠﻤﺒِﻴﻨﺞ ﻭﻝﻭﻩ )ﺃﻓﻴﺭﻭﺍ ﺒﻠﻤﺒﻲ ﻝﻴﻥ( ،ﺘﻨﻴﻥ ،ﻜ ﺭﻭﻤﺎﺘﻭﻏﺭﺍﻓﻴﺎ ﺒﻘـﺸﺭﺓ
ﺴﻴﺒل ،ﺴﻁﻴﺎﻑ ﻓﻭﺭﻴﺭ ﺘﺭﺍﻨـﺴﻔﻭﺭﻭﻡ ﺭﻗﻴﻘﺔ ،ﺴﻁﻴﺎﻑ ﻤﺎﺒﻌﺩﺍﻝﺒﻨﻔﺴﺠﻰ ِﻓ ِ
ﺇﻨﻔﺭﺍ ﺭﻴﺩ(
ﻗﺩ ﺃﺒﺤﺙ ﺍﻝﺒﺤﺙ ﺍﻝﻌﻠﻤﻲ ﻋﻥ ﺍﻝﻌﺯل ﻭ ﺍﻝﺘﺤﻘﻴﻕ ﻓﻰ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻤﻥ ﻭﺭﻕ ِﺒِﻠﻤﺒِﻴـﻨﺞ
ﻭﹸﻝﻭﻩ )ﺃﻓﻴﺭﻭﺍ ﺒﻠﻤﺒﻲ ﻝﻴﻥ( .ﻤﻥ ﺃﻫﺩﺍﻑ ﻫﺫﺍ ﺍﻝﺒﺤﺙ ﻫﻲ ﻁﻠﺏ أ ر ﺍﻴﻠﻭﻴﻥ ﻓﻲ ﻓﺭﻕ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ
ﺍﻝﺘﻨﻴﻥ ﻭ ﻝﻤﻌﺭﻓﺔ ﺠﻨﺴﻪ ﻤﻥ ﺩﻗﻴﻕ ﻭﺭﻗﻪ ِﺒِﻠﻤﺒِﻴﻨﺞ ﻭﹸﻝﻭﻩ ﺒﺎﻝﻜﺭﻭﻤﺘﻭﻏﻔﺭﺍﻓﻴـﺎ ﺒﻘـﺸﺭﺓ ﺭﻗﻴﻘـﺔ.
ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻜﺎﻥ ﻓﻰ ﻭﺭﻕ ِﺒِﻠﻤﺒِﻴﻨﺞ ﻭﹸﻝﻭﻩ ،ﻗﺎل ﺍﷲ ﺴﺒﺤﺎﻨﻪ ﻭ ﺘﻌﺎﻝﻰ ﻓﻰ ﺍﻝﺴﻭﺭﺓ ﺍﻻﻨﻌﺎﻡ ﻓﻰ
ﺍﻷﻴﺔ ،٩٩ﻫﺫﻩ ﺍﻷﻴﺔ ﺘﺩل ﻋﻠﻰ ﻜﺜﻴﺭ ﻤﻥ ﺍﻻﺴﺭﺍﺭ ﻋﻥ ﺍﻻﻨﺒﺎﺕ ﺍﻝﺘﻲ ﻝﻡ ﻴﻔﺸﺤﺎﻝﻨﺎﺱ.
ﺍﻝﻌﺯل ﺒﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻤﻥ ﻭﺭﻕ ﺒﻠﻴﻤﺒﻴﻨﺞ ﻭﻝﻭﻩ ﺒﻭﻀﻌﻪ ﺍﻭﻻ ﻓﻲ ﺨﺭﻓﺵ ﻤﻥ ﺍﻝﻤـﺎﺀ
ﻭﺍﺴﻴﺘﻭﻥ ) (٣:٧ﺒﺎﻝﻭﻗﺕ ٢٤x٣ﺴﺎﻋﺎﺕ ﺒﺄﻝﺔ ﺸﺎﻜﺭ ﺜﻡ ﺍﻹﺴﺘﺨﻼﺹ ﻤﻨﻪ ٠ﺍﻝﺘﺠﺭﻴﺒـﺔ ﻋﻠـﻰ
ﻲ ﺘﺴﺘﻌﻤل ﺒﺯﻴﺎﺩﺓ ﻜﺎﺸﻑ ﻜﻠﻭﻴﺩ ﺍﻝﺤﺩﻴﺩﻴﻙ ، ٪ ١ﺠﻴﻼﺘـﻴﻥ ،ﻭ ﻓﻭﺭﻤـﺎﻝﻴﻥ ٪ ٣׃ ﻓِﺘﻭ ِﻜﻴِ ﻤ
ﺤﻤﺽ ﺍﻝﻜﻠﻭﺭﻴﻙ ١ل )٢׃ ،(١ﻭ ﻜﻠﻭﻴﺩ ﺍﻝﺤﺩﻴﺩﻴﻙ ٪ ١ﺍﻝﻰ ﺨﻼﺼﺔ .ﻭﻋﺯل ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ
ﺘﻨﻴﻥ ﻤﻥ ﺨﻼﺼﺔ ﻋﻤل ﺒﺄﻝﺔ ﻜﺭﻭﻤﺘﻭﻏﺭﺍﻓﻴﺎ ﺒﻘﺸﺭﺓ ﺭﻗﻴﻘﺔ َﺃ ﹶﻨ ﹶﺘِﻠﻴﺘِﻴﻙ ﻹﺨﺘﺎﺭ ﺃ ر ﺠﻨﺱ ﺍﻴﻠﻭﻴﻥ
ﻤﻥ ﺃﻨﻭﺍﻋﻬﺎ ﺍﻝﺘﻲ ﻫﻲ :ﺒﻭﺜﺎﻨﻭل ׃ ﺤﻤﺽ ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ׃ ﺍﻝﻤـﺎﺀ )٤׃١׃ ،(٥ﺍﻝﺨﻠﻴـﻙ ﺍﻻﻴﺜﻴﻠـﻰ ׃
ﻜﻠﻭﺭﻭﻓﻭﺭﻡ ׃ ﺤﻤﺽ ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ١٥) ٪ ١٠׃ ٥׃ ،(١ﺤﻤﺽ ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ﺜﻠﺠﻰ׃ ﺍﻝﻤﺎﺀ׃ ﺤﻤـﺽ
ﺍﻝﻜﻠﻭﺭﻴﻙ ﺜﻠﺠﻰ ) ٣٠׃ ١٠׃ ،(٣ﻤﻴﺜﺎﻨﻭل ׃ ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ﺍﻻﻴﺜﻴﻠﻰ ) ٤׃ ،(١ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ﺍﻻﻴﺜﻴﻠـﻰ ׃
ﻤﻴﺜﺎﻨﻭل ׃ ﺤﻤﺽ ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ) ٦׃ ١٤׃ ،(١ﺘﻭﻝﻭﻴﻥ ׃ ﺍﻝﺨﻠﻴﻙ ﺍﻻﻴﺜﻴﻠﻰ )٣׃ ،(١ﺜﻡ ﺘﺴﺘﻤﺭ ﺇﻝﻰ
ﺍﻝﻔﺭﺍﻕ ﺒﻜ ﺭﻭﻤﺎﺘﻭﻏﺭﺍﻓﻴﺎ ﺒﻘﺸﺭﺓ ﺭﻗﻴﻘﺔ ﺍﻹﺴـﺘﻌﺩﺍﺩ .ﻭ ﺍﻝﻌـﺯل ﺘﻨـﻴﻥ ﺘـﺴﺘﻌﻤل ﺒـﺴﻁﻴﺎﻑ
ﺴﻴﺒل ﻭ ﻓﻭﺭﻴﺭ ﺘﺭﺍﻨﺴﻔﻭﺭﻭﻡ ﺇﻨﻔﺭﺍ ﺭﻴﺩ. ﻤﺎﺒﻌﺩﺍﻝﺒﻨﻔﺴﺠﻰ ِﻓ ِ
ﻥ ﺨﻼﺼﺔ ﻤﻥ ﻭﺭﻗﻪ ِﺒِﻠﻤﺒِﻴﻨﺞ ﻭﹸﻝﻭﻩ ﺘﺘﻜﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻤﺭﻜﺒـﺎﺕ ل ﻋﻠﻰ ﺃ
ﻭﺘﻨﺎﺌﺞ ﺍﻝﺒﺤﺙ ﺘﺩ ﱡ
ﻲ ﻤﻥ ﺜﻼﺜﺔ ﻜﺎﺸﻑ ﺘﺩل ﺇﻴﺠﺎﺒﻲ ﻤﺘﻜﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨـﻴﻥ ﺃ ر ﺘﻨﻴﻥ ﻤﻥ ﺘﺤﻘﻴﻕ ﻓِﺘﻭ ِﻜﻴِ ﻤ
ﺍﻴﻠﻭﻴﻥ ﻓﻲ ﻋﺯل ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻤﻥ ﺨﻼﺼﺔ ﻋﻤل ﺒﺄﻝﺔ ﻜﺭﻭﻤﺘﻭﻏﺭﺍﻓﻴﺎ ﺒﻘﺸﺭﺓ ﺭﻗﻴﻘﺔ َﺃ ﹶﻨ ﹶﺘِﻠﻴﺘِﻴـﻙ
ﻫﻭ ﺒﻭﺜﺎﻨﻭل ׃ ﺤﻤﺽ ﺍﻝﺨﻠﻴـﻙ ׃ ﺍﻝﻤـﺎﺀ )٤׃١׃ ،( ٥ﺤﻴـﺙ ﻴﻤﻜـﻥ ﺇﻋﻤـﺎل ﻓـﻲ ﻋـﺯل
ﺒﻜ ﺭﻭﻤﺎﺘﻭﻏﺭﺍﻓﻴﺎ ﺒﻘﺸﺭﺓ ﺭﻗﻴﻘﺔ ﺍﻹﺴﺘﻌﺩﺍ .ﻫﺫﺍ ﺍﻴﻠﻭﻴﻥ ﻴﻔﺼل ﺜﻼﺜﺔ ﻨﻘﻁﺔ ﺒﺜﻤﻥ ﺭﻴﺘﻴﻨﺴﺎﻥ ﻓﻠﻭﻴﻪ
ﺴﻴﺒل ،ﺍﻴﺴﻭﻻﺕ ٢ﺒﺜﻤﻥ . ٠٦٨ ;٠٦١ ;٠٥٣ﻭ ﻋﻠﻰ ﺍﻝﺘﺤﻘﻴﻕ ﺴﻁﻴﺎﻑ ﻤﺎﺒﻌﺩﺍﻝﺒﻨﻔﺴﺠﻰ ِﻓ ِ
ﺭﻴﺘﻴﻨﺴﺎﻥ ﻓﻠﻭﻴﻪ ٠٦١ﻭﻁﻭﻝﻪ ﻤﻭﺠﻪ ﺤﻭﻝﻰ nm ٣٣١ﻭﻨﺘﻴﺠﺔ ﺘﺤﻘﻴﻕ ﺒﻔﻭﺭﻴﺭ ﺘﺭﺍﻨﺴﻔﻭﺭﻭﻡ
ﺇﻨﻔﺭﺍ ﺭﻴﺩ ﺘﺩل ﺇﻤﺘﺼﺎﺹ ﺍﻝﺨﺎﺹ ﻤﻥ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻜﺎ ﻓﺎﺼﻠﺔ ﺤﺩﺭﺍﻜﺴﻲ ﺃﺴﻴﻤﻴﺭ iﻓﻲ ﻨﻤﺭﺓ
ﺍﻝﻤﻭﺝ ¹ ٣٣٧٢٤־ ،cmﺍﻭﻓﺭﺘﻭﻥ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﻋﻁﺭﻴﺔ ﻓـﻲ ﻨﻤـﺭﺓ ﺍﻝﻤـﻭﺝ ¹٢٠٧١٨־cm
ﻭﻤﺴﺎﻓﺔ ﺨﺘﻡ ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﻋﻁﺭﻴﺔ ¹ ١٦٢٥٨־ cmﻭ ﺒﻨـﺯﻴﻥ ¹ ٧٨٢٥־ cmﺤﺘـﻰ ﺘﻜـﻭﻥ
ﻤﺭﻜﺒﺎﺕ ﺘﻨﻴﻥ ﻫﻲ ﻓﻼﻓﺎﻥ -΄!،΄٤،٧،٦،٣ﻓﻨﺘﺎٷل ﺍﻭ ﻓﻼﻓﺎﻥ -΄!،΄٤،٨،٧،٣ﻓﻨﺘﺎٷل.
BAB I
PENDAHULUAN
tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh
keadaan geografis Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan sering
(Abdul, 2008).
hari. Bagian yang dapat digunakan diantaranya bunga, buah, daun dan batangnya.
Bunga belimbing wuluh digunakan sebagai obat batuk dan sariawan. Buah
belimbing wuluh selain digunakan sebagai bumbu masak juga dapat digunakan
sebagai obat menurunkan tekanan darah tinggi, gusi berdarah, jerawat dan batuk.
Daun belimbing wuluh selain digunakan sebagai penyedap rasa juga dapat
digunakan sebagai obat batuk, obat kompres pada sakit gondokan dan obat
berguna sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai
yang dilakukan Herlih (1993) dalam Faradisa (2008) menunjukkan bahwa buah
mengandung tanin, sulfur, asam format, peroksida, kalsium oksalat, kalium sitrat.
Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini tidaklah sia-sia dari yang
kecil hingga yang besar. Makhluk hidup (hewan, tumbuhan dan lain-lain)
semuanya dapat dimanfaatkan oleh manusia jika manusia itu berfikir. Allah
menjaga semua yang telah Ia ciptakan agar tetap hidup. Allah membuktikannya
dengan diturunkan oleh Nya hujan sebagai sumber kehidupan, dan agar manusia
dapat mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Allah telah
çµ÷ΨÏΒ $oΨô_t÷zr'sù &óx« Èe≅ä. |N$t7tΡ ÏµÎ/ $oΨô_t÷zr'sù [!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ tΑt“Ρr& ü“Ï%©!$# uθèδuρ
ôÏiΒ ;M≈¨Ψy_uρ ×πuŠÏΡ#yŠ ×β#uθ÷ΖÏ% $yγÏèù=sÛ ÏΒ È≅÷‚¨Ζ9$# zÏΒuρ $Y6Å2#utI•Β ${6ym çµ÷ΨÏΒ ßlÌøƒΥ #ZÅØyz
ÿϵÏè÷Ζtƒuρ tyϑøOr& !#sŒÎ) ÿÍνÌyϑrO 4’n<Î) (#ÿρãÝàΡ$# 3 >µÎ7≈t±tFãΒ uöxîuρ $YγÎ6oKô±ãΒ tβ$¨Β”9$#uρ tβθçG÷ƒ¨“9$#uρ 5>$oΨôãr&
"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman".
Firman Allah SWT dalam surat al An'am ayat 99 yang menjelaskan bahwa
Allah swt menurunkan air hujan dari awan, kemudian dengan air tersebut Allah
1992), meskipun semuanya tumbuh di tanah yang sama dan dialiri dengan air
yang sama. Selain itu, buah-buahan dan sayur-sayuran juga merupakan sumber
pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman, karena orang-orang yang beriman itu hidup, bekerja, berfikir dan
memahami sehingga untuk mendapatkan bukti dari ayat tersebut yang dapat
menunjukkan mereka kepada perbuatan yang mengesakan Allah swt (al Jazairi,
2007). Selain itu, dengan memperhatikan secara mendalam maka akan ditemukan
tanaman tersebut dengan adanya penelitian (al Maraghi, 1992). Allah telah
∩∠∪ AΟƒÍx. 8l÷ρy— Èe≅ä. ÏΒ $pκÏù $oΨ÷Gu;/Ρr& ö/x. ÇÚö‘F{$# ’n<Î) (#÷ρttƒ Νs9uρr&
yang baik, tumbuhan yang baik adalah tumbuhan yang subur dan memberikan
manfaat untuk makhluk hidup, termasuk tumbuhan yang bisa digunakan sebagai
alternatif pengawet secara alami. Dengan aneka tumbuhan, tanah dan aneka
harus berfikir tentang manfaat dari bagian tumbuhan tersebut. Bagian daun
makanan dan minuman (Makkar and Becker, 1998) dapat larut dalam air dan
pelarut organik (Haslam, 1996). Senyawa tanin yang terkandung dalam daun
belimbing wuluh bersifat penolak hewan pemakan tumbuhan. Senyawa tanin juga
digunakan untuk proses tanning atau penyamakan kulit binatang yang digunakan
Secara kimia tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan yaitu tanin
yang dapat terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida encer. Asam elagat
merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang
merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan
dan pada daun belimbing wuluh tua sebesar 1,28 % (Nurliana, 2006). Lidyawati
(2006) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kadar tanin pada daun belimbing
wuluh sebesar 26,2 %. Isolasi tanin dari daun belimbing wuluh dapat dilakukan
sehingga tanpa merusak pertumbuhan dapat diperoleh tanin dari daunnya (Amnur,
2008).
diperoleh dari proses ini tidak memperoleh hasil yang baik. Uji coba mengekstrak
dimetil eter, dan n-heksan, hasil percobaan yang dipantau dengan KLT
menunjukkan bahwa dimetil eter dan n-heksan tidak dapat melarutkan senyawa
tanin, sedangkan etanol dapat melarutkan senyawa tanin. Tanin yang diperoleh
Menurut Harborne (1987) tanin dapat diisolasi dari daun belimbing wuluh
campuran senyawa dari sampel dalam jumlah besar untuk uji identifikasi
(Townshend, 1995).
Nuraini (2002) menyatakan hasil isolasi dan identifikasi tanin dari daun
gamal (Gliricidia sepium (jackquin) kunth ex walp.) dengan metode KLT dengan
fase gerak asam asetat glasial : H2O : HCl pekat (forestal) dengan perbandingan
(30:10:3) harga Rf tanin 0,7 yang mendekati nilai Rf tanin standar yaitu 0,737.
Sedangkan Yuliani, dkk (2003) dalam penelitian tentang kadar tanin dan quersetin
tiga tipe daun jambu biji (Psidium guajava) dengan KLT dengan eluen toluen:etil
tanin dari daun belimbing wuluh dengan metode maserasi, kemudian dengan
1. Eluen apakah yang paling baik dalam pemisahan ekstrak kasar senyawa tanin
dari daun belimbing wuluh (A. bilimbi L.) dengan metode kromatografi lapis
tipis?
2. Jenis senyawa tanin apa yang terdapat dalam ekstrak daun belimbing wuluh
1. Mengetahui eluen terbaik dalam pemisahan ekstrak kasar senyawa tanin dari
daun belimbing wuluh (A. bilimbi L.) dengan metode kromatografi lapis tipis.
2. Mengetahui jenis senyawa tanin yang terdapat dalam ekstrak daun belimbing
masyarakat terhadap pemanfaatan daun belimbing wuluh (A. bilimbi L.) sebagai
1. Sampel yang digunakan adalah daun belimbing wuluh yang masih muda
sekitar 20 cm dari pucuk daun yang diperoleh dari Jl. Kerto Malang.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam Perspektif Islam
Beraneka ragam tanaman yang terhampar di muka bumi dengan air hujan.
Tanaman yang tumbuh yaitu tanaman yang bermula dari tanah yang gersang
melalui hujan yang diturunkan Allah, mulai dari tumbuhan tingkat rendah sampai
mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Hal ini telah dijelaskan dalam
[!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ tΑt“Ρr&uρ Wξç7ß™ $pκÏù öΝä3s9 y7n=y™uρ #Y‰ôγtΒ uÚö‘F{$# ãΝä3s9 Ÿ≅yèy_ “Ï%©!$#
"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-
tumbuhan yang bermacam-macam".
menghamparkannya agar mereka dapat menikmati hidup dan berakal guna meraih
kehidupan yang lebih mulia dan tinggi. Allah menjadikan manusia di bumi ini
agar ia menyadari bahwa ada jarak antara ia dan tujuan hidupnya. Ada jalan yang
harus ditempuhnya guna mencapai tujuan hidup. Kata salaka dalam surat Thaha
ayat 53 berarti jalan, Sedangkan kata as subul bentuk jamak dari sabil yang berarti
jalan. Jalan yang dimaksud disini adalah suatu perilaku kata kerja yang dilakukan
manusia untuk memikirkan segala hal tentang kekuasaan Allah. Kata thariq
berarti jalan yang bersifat kata benda, dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
macam dengan perantara air tersebut. Air hujan mengandung banyak senyawa
kimia yang dibutuhkan tumbuhan, salah satunya adalah nitrogen. Atmosfir terdiri
78 % volume unsur nitrogen dan merupakan suatu persediaan yang tidak ada
habis-habisnya untuk unsur penting ini. Molekul nitrogen sangat stabil, oleh
karena itu pemutusan menjadi atom-atomnya untuk bereaksi dengan bahan kimia
terbatas dalam siklus. Ini dapat terjadi dengan proses berenergi tinggi dalam
Unsur nitrogen dapat terlibat dalam bentuk ikatan kimia atau fiksasi oleh
Sejumlah besar dari nitrogen difiksasi secara sintetik di bawah temperatur tinggi
N2 + 3 H2 → 2 NH3
Produksi dari gas-gas N2 dan N2O oleh mikroorganisme dan evolusi dari
proses denitrifikasi. Denitrifikasi suatu proses yang penting di alam, yaitu suatu
(Achmad, 2004).
diserap oleh tumbuhan sebagai nutrisi yang sangat penting dalam pertumbuhan.
Dari air hujan tersebut mengurai aneka tumbuhan dengan beberapa tingkatan dan
jenis tumbuhan yaitu mulai dari tingkat rendah sampai ketingkat tinggi, jenis
(Shihab, 2002)
Salah satu contoh tanaman yang jelas bagian akar, batang dan daunnya
diantaranya bagian batang, daun dan buahnya. Setiap tanaman bisa dimanfaatkan
çµ÷ΨÏΒ $oΨô_t÷zr'sù &óx« Èe≅ä. |N$t7tΡ ÏµÎ/ $oΨô_t÷zr'sù [!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ tΑt“Ρr& ü“Ï%©!$# θèδuρ
ôÏiΒ ;M≈¨Ψy_uρ ×πuŠÏΡ#yŠ ×β#uθ÷ΖÏ% $yγÏèù=sÛ ÏΒ È≅÷‚¨Ζ9$# zÏΒuρ $Y6Å2#utI•Β ${6ym çµ÷ΨÏΒ ßlÌøƒΥ #ZÅØyz
ÿϵÏè÷Ζtƒuρ tyϑøOr& !#sŒÎ) ÿÍνÌyϑrO 4’n<Î) (#ÿρãÝàΡ$# 3 >µÎ7≈t±tFãΒ uöxîuρ $YγÎ6oKô±ãΒ tβ$¨Β”9$#uρ tβθçG÷ƒ¨“9$#uρ 5>$oΨôãr&
” Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman.”
ditunjukkan dari ayat tersebut yaitu mayang kurma yang mengurai dari tangkai-
berupa daun yaitu fa akhrajna minhu khadhiran (kami keluarkan dari daun-daun
yang menghijau) yaitu Allah SWT mengeluarkan dari tanaman tersebut daun yang
menghijau (ash Shiddieqy, 2000). Bagian tumbuhan yang nampak dari kejauhan
adalah daun yang biasanya berwarna hijau. Walaupun semua daun kelihatan hijau,
tetapi secara morfologi masing-masing daun berbeda dari berbagai sisi. Daun
belimbing wuluh yang muda lebih lembut dan memiliki rambut halus sedangkan
daun yang sudah tua memiliki warna hijau yang lebih tua dan kaku serta
kandungan dan manfaatnya berbeda. Seperti dalam surat asy Syuara ayat 7
∩∠∪ AΟƒÍx. 8l÷ρy— Èe≅ä. ÏΒ $pκÏù $oΨ÷Gu;/Ρr& ö/x. ÇÚö‘F{$# ’n<Î) (#÷ρttƒ öΝs9uρr&
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?"
Berbagai tanaman yang tumbuh dengan adanya air hujan yang mengalir ke
yang baik yaitu tanaman yang memiliki nilai manfaat yang sangat besar. Mulai
dari akar, batang, daun dan buahnya bisa dimanfaatkan secara maksimal (Shihab,
2002). Salah satu contoh tanaman yang baik adalah tanaman belimbing wuluh.
Mulai dari akar, batang, daun dan buahnya bisa dimanfaatkan sebagai obat dan
pengawet alami.
2.2 Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam Perspektif Ilmu
Pengetahuan
kecil, dengan tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan
mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. belimbing wuluh ditanam sebagai
pohon buah, ada yang tumbuh secara liar dan kebanyakan berada di daerah
dataran rendah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (Arland,
2006).
sedikit, arahnya condong ke atas, cabang muda berambut halus seperti beludru,
warnanya coklat muda. Daun belimbing wuluh berupa daun majemuk menyirip
ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya
bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang
2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Bunga
berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar. Buah belimbing
wuluh berbentuk bulat lonjong bersegi, panjang sekitar 4-6 cm, warnanya hijau
kekuningan, bila sudah masak banyak mengandung air, rasanya asam. Biji
yang menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning muda atau sering pula
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Genus : Averrhoa
Belimbing Wuluh (A. bilimbi L.) banyak ditanam sebagai pohon buah.
Tanaman asal Amerika tropis ini dapat digunakan untuk mengobati bermacam-
macam penyakit. Orang mengambil manfaat belimbing wuluh selama ini hanya
sebagai sirup, manisan, atau bumbu masak, padahal secara tradisional tanaman ini
rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, jerawat sampai tekanan
yang disebut asam sunti, selain itu mereka juga menggunakan air belimbing
wuluh yang diperoleh dari proses pembuatan asam sunti itu untuk bahan alternatif
bahwa air daun belimbing wuluh dapat mengobati penyakit stroke karena ekstrak
daun belimbing wuluh mengandung senyawa tanin, selain itu daun belimbing
wuluh dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, rematik, perotitis dan obat
batuk. Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri
dan pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah (Arland, 2006).
senyawa metabolit sekunder diantaranya senyawa tanin, selain itu daun belimbing
bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin.
Dalimarta (2008) menjelaskan bahwa di dalam daun belimbing wuluh selain tanin
juga mengandung peroksidase, kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif
pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin.
2.3 Tanin
Tanin merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi
fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari
cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi. Tanin ditemukan hampir di
setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar (Hagerman, 1998).
jaringan kayu dari tanaman, tanin juga dibentuk dengan polimerisasi unit quinon
(Anonymous, 2005).
OH
HO O
OH
OH
molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang
dengan protein dan beberapa makromolekul (Horvart, 1981). Sebagai salah satu
Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam
dari tanin terkondensasi karena jika direaksikan dengan asam panas, beberapa
(misalnya flavan-3-ol) yang terikat oleh ikatan karbon-karbon yang tidak mudah
terbentuk warna merah yang dapat diekstraksi dengan amil atau butil alkohol,
OH
HO O
R'
OH
R" OH
HO O
R
OH OH
asam fenolik oleh asam lemah atau basa lemah (Hagerman, 1998). Gugus hidroksi
pada asam gallat (gallotanin) atau asam ellagat (ellagitanin). Tanin terhidrolisis
2.3.2.1 Gallotanin
Beberapa asam gallat terikat pada satu molekul gula. Asam gallat mungkin terikat
bersama pada gugus ester yang terbentuk antara gugus karboksil molekul satu dan
gugus hidroksi pada molekul lain (Luchner, 1984 dalam skripsi Nuraini, 2002).
kekuningan, mempunyai bau spesifik, dapat larut dalam air, gliserol, dan sangat
larut dalam alkohol, aseton. Gallotanin tidak larut dalam benzen, kloroform, eter
Sifat kimia dari gallotanin adalah berwarna coklat jika terkena cahaya,
endapan yang tidak larut, sedangkan dengan FeCl3 memberikan warna biru
kehitaman, pada suhu 215 °C akan terdekomposisi menjadi pirogalol dan CO2
(Tyler, 1947).
dari gugus esternya dapat diprotonkan, kemudian karbon yang bermuatan positif
parsial dapat diserang oleh nukleofil lemah seperti air. Untuk reaksi hidrolisis
dengan katalisis asam dalam air berlebih dan panas maka suatu ester menjadi
asam karboksilat. Kelebihan air akan menggeser kesetimbangan ke arah sisi asam
yaitu tahap protonasi, adisi H2O, kemudian eliminasi ROH yang disusul dengan
HO
OH
HO C
+
OH
HO
-H +
HO HO
O OH
HO C HO C
OH O
HO HO
asam galat
aromatik karboksilat, dengan berat molekul 170,12, mempunyai titik didih 200
°C, titik leleh 110 °C, sedikit larut dalam air panas, alkohol, etil asetat, gliserol.
Asam gallat tidak larut dalam benzena, kloroform, petroleum eter, dengan FeCl3
terbentuk dari terikatnya dua molekul asam gallat melalui reaksi oksidasi (Fieser,
asam kuat akan menghasilkan asam ellagat. Asam ellagat memberikan reaksi
warna spesifik dengan adanya asam nitrit (HNO2). Reaksi ini digunakan
dalam lingkungan nitrogen, dimana akan memberikan warna merah yang lama
kelamaan berubah menjadi biru. Bila ada udara dilingkungannya maka lama
Reaksi hidrolisis dari ester ellagitanin dalam katalis asam menjadi asam
RO C HO OH RO C HO OH
O +
OH
H2O
OH OH
HO O C OR HO HO+ C OR
-2H+
HO OH HO OH
RO C O OH RO C +OH OH
OH OH
+
OH OH
O C OR HO O C
HO
-2ROH
HO OH HO OH
OH C O OH
RO C O
+
OH
OH
-2H+
O
HO O C
HO OH
C O OH
O
asam ellagat
Gambar 2.6 Reaksi hidrolisis ellagitanin (Solomons, 1976)
meleleh pada 360 °C, tidak larut dalam eter, sedikit larut dalam air dan larut
dalam alkali/ basa dengan warna kuning yag kuat. Asam ellagat mewarnai katun
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Prinsip ekstraksi
adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar
dalam senyawa non polar. Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut
mulai dengan pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang kepolarannya
menengah (diklor metan atau etil asetat) kemudian pelarut yang bersifat polar
bagian besar berdasarkan bentuk fase yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair dan
ekstraksi cair padat, ekstraksi cair padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi,
dengan cara merendam sampel dalam pelarut organik. Pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Keuntungan
metode ekstraksi ini, adalah metode dan peralatan yang digunakan sederhana dan
Metode maserasi merupakan salah satu metode ektraksi bahan alam yang
menggunakan lemak panas, akan tetapi lemak-lemak panas itu telah diganti
sebagai antioksidan setiap ekstraksinya, kemudian diekstrak dengan etil asetat dan
interaksi tanin dengan protein. Pada banyak tumbuhan, terdapat fraksi besar
(kadang lebih besar dari 50 %) tanin yang tidak dapat diekstraksi (insoluble
tannin), dimana fraksi yang tidak dapat diekstraksi karena efek nutrisi (Cannas,
2001).
Ekstrak dengan air atau air dengan alkohol adalah langkah pertama dalam
memproduksi tanin (Subiarto, 2002). Ibrahim, (2005) mengekstrak tanin dari buah
kelapa sawit dengan metode maserasi menggunakan pelarut aseton dan air.
Subyakto dan Prasetyo (2003) mengekstrak tanin dari kulit kayu akasia dengan air
panas (100 °C) selama 1 jam dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:20, selain
ekstrak dngan air panas, dilakukan dengan ekstraksi dengan larutan NaOH 0,3 %
batang salam secara refluks dengan pelarut etanol dan air sebanyak tiga kali.
Sudarwanti (2004) mengekstrak tanin dari bulbus Allium salivum L dengan dua
yaitu n-heksan, metilen klorida, etil asetat dan metanol. Meiyanto (2008)
mengekstrak tanin dari biji buah pinang dengan cara soxhlet dengan pelarut etanol
dalam labu erlenmeyer 1 L dan ditambah pelarut 300 mL, diaduk selama satu jam
menggunakan kertas saring setelah 24 jam, residu dimaserasi ulang selama 24 jam
lagi dan disaring dengan kertas saring, ulangan dilakukan sampai tiga kali. Filtrat
yaitu fase diam dengan permukaan yang luas dan fase gerak yang berupa zat cair
yang mengalir sepanjang fase diam. Komponen-komponen hasil pemisahan keluar
dari kolom pada waktu yang berbeda. Komponen yang tertahan lebih kuat dalam
kolom akan keluar dari kolom dengan waktu yang lebih lama dibandingkan
komponen yang tidak tertahan dengan kuat atau bahkan tidak ditahan kolom sama
penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang
akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian
pelat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat
seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi
kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom,
secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan
pereaksi - pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat (Anonymous, 2008).
Yuliani (2003) memisahkan senyawa tanin dari 3 daun jambu biji yang
berbeda dengan eluen toluen : etil asetat (3:1) dengan pendeteksi besi sulfat
memisahkan senyawa tanin dengan menggunakan fasa gerak forestal (asam asetat
glasial : air : asam klorida) (30:10:3) menghasilkan harga Rf 0,7 yang mendekati
harga Rf standar yaitu 0,73. Olivina (2005) mengelusi dengan etil asetat : metanol
bercak berwarna merah muda dan jingga pada Rf 0,39 dan 0,53, sedangkan
Lidyawati (2006) mengelusi senyawa tanin dengan eluen metanol : etil asetat
menggunakan harga Rf meskipun harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila
campuran senyawa dari sampel dalam jumlah yang besar berdasarkan fraksinya,
dari sampel. Spektrum yang diabsorpsi oleh suatu senyawa adalah sejumlah sinar
yang diserap oleh satu senyawa pada panjang gelombang tertentu. Untuk senyawa
berwarna akan memiliki satu atau lebih penyerapan spektrum yang tertinggi di
daerah spektrum tampak (400-700 nm). Spektrum yang terserap pada ultra violet
(200-400 nm) dan daerah nampak terjadi karena adanya perubahan energi elektron
terluar dari molekul yang disebabkan adanya ikatan atau bukan ikatan. Umumnya
elektron yang berpindah tempat ini disebabkan adanya ikatan rangkap karbon-
Transisi yang penting pada daerah ultraviolet dan tampak yaitu transisi n
→π* dan π→π*, sedangkan transisi n→σ* jarang terjadi (Fessenden and
Fessenden, 1989). Transisi yang terjadi pada tanin yaitu transisi π→π* akibat
adanya ikatan rangkap terkonjugasi dan transisi n→π* karena adanya elektron
bebas. tanin mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi oleh karena itu
menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah ultraviolet dan tampak
(Harborne, 1987). Senyawa dengan ikatan rangkap terkonjugasi seperti tanin akan
mengalami penyerapan radiasi pada panjang gelombang yang lebih besar dari 217
nm (Sastrohamidjojo, 2007).
senyawa tanin. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti tanin dapat
mengalami pergeseran puncak serapan yang terjadi. Metode ini secara tidak
langsung juga berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metal yang terikat
pada salah satu gugus hidroksil fenol. Pereaksi geser yang biasa digunakan adalah
spesies kimia. Daerah radiasi spektroskopi infra merah atau infrared spectroscopy
(IR) berkisar pada bilangan gelombang 12800-10 cm-1, atau panjang gelombang
0,78-1000 µm. Daerah yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan
praktis adalah 4000-690 cm-1 (2,5-1,5 µm). Daerah ini biasa disebut dengan
daerah IR tengah (Khopkar, 1990). Ikatan-ikatan yang berbeda (C-C, C=C, C-O,
O-H, N-H) mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda dan ikatan-ikatan tersebut
mempunyai sifat fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang berbeda
Jika sinar inframerah dilewatkan melalui sampel senyawa organik, maka terdapat
sejumlah frekuensi yang diserap dan ada yang diteruskan atau ditransmisikan
tanpa diserap. Serapan cahaya oleh molekul tergantung pada struktur pada
struktur elektronik dari molekul tersebut. Molekul yang menyerap energi tersebut
terjadi perubahan energi vibrasi dan perubahan tingkat energi rotasi (Suseno dan
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif (Hayati, 2007). Secara umum
Analisis FTIR tanin standar, puncak utama yang dikenali adalah 768 cm-1,
782 cm-1, 794,5 cm-1, 822 cm-1, 1062 cm-1, 1110 cm-1, 1202 cm-1, 1250 cm-1, 1284
cm-1, 1350 cm-1, 1450 cm-1, 1520 cm-1, 1620 cm-1 dan 3423 cm-1 (Ibrahim, 2005).
cm-1 dengan intensitas tajam akibat rentangan C-H aromatik, serapan lebar antara
3500-3200 cm-1 akibat rentangan O-H, C=O keton pada 1725-1705 cm-1 dan C-O
empat puncak serapan di daerah frekuensi 1450-1600 cm-1, sekalipun belum tentu
senyawa tanin yang dapat dilihat dari beberapa gugus fungsi hasil analisis dengan
METODE PENELITIAN
Laboratorium Organik dan Biotek Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini meliputi beaker glass
dengan berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran, corong pisah, labu
ukur 100 mL, gelas arloji, timbangan mettler, vacum rotary evaporator, pengaduk
kaca, waterbath, kertas saring, pipa kapiler, plat KLT silika G60 F254, bejana
pengembang, tabung reaksi, pipet tetes, seperangkat alat UV-Vis merk Shimadzu,
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun belimbing
wuluh, dipilih daun muda yang segar dan diambil diujung ranting. Tanaman ini
diperoleh dari daerah Kerto Malang - Jawa Timur. Bahan-bahan kimia yang
digunakan berderajat pa meliputi: aseton, akuades, asam askorbat 10 mM,
kloroform, etil asetat, gelatin, formaldehid 3 %, natrium asetat, HCl pekat, FeCl3
1 %, FeCl3 5 %, toluen, ferri sulfat, asam asetat glasial, asam asetat, n-butanol,
a. Preparasi sampel
f. Analisis data
Ekstrak dipisahkan menggunakan KLT dengan beberapa eluen, antara lain: toluen
: etil asetat (3:1), forestal (asam asetat glasial : H2O : HCl pekat) (30:10:3), etil
asetat : metanol : asam asetat (6:14:1), n-butanol : asam asetat : air (4:1:5),
metanol : etil asetat (4:1), Etil asetat : Kloroform : asam asetat 10 % (15:5:2).
Eluen yang memberikan pemisahan paling baik akan digunakan dalam pemisahan
dengan KLT preparatif. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan
Daun belimbing wuluh yang muda dicuci bersih dengan air dan diiris
kecil-kecil kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 30-37 ºC selama 5 jam
dan diblender sampai diperoleh serbuk. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai
rotary evaporator dan pemanasan di atas waterbath pada suhu 40-50 °C. Cairan
dan lapisan air 1 (atas) diekstraksi dengan etil asetat (1x25 mL) dan terbentuk 2
lapisan. Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2 (bawah)
akan menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru tua. Pada tabung kedua
ditambahkan dengan larutan gelatin jika terbentuk endapan putih maka positif
asam klorida (2:1) dan dipanaskan dalam air panas dengan suhu 90 ºC jika
% adanya tanin galat ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tinta atau
hitam.
3 mL. Ekstrak pada tabung pertama direaksikan dengan 3 tetes larutan FeCl3 1
kehitaman atau biru tua. Pada tabung kedua ditambahkan dengan larutan
gelatin jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung tanin. Pada
tabung ketiga digunakan untuk membedakan tanin katekol dan galat dengan
dipanaskan dalam air panas dengan suhu 90 ºC jika terbentuk endapan merah
3 mL. Ekstrak pada tabung pertama direaksikan dengan 3 tetes larutan FeCl3 1
kehitaman atau biru tua. Pada tabung kedua ditambahkan dengan larutan
gelatin jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung tanin. Pada
tabung ketiga digunakan untuk membedakan tanin katekol dan galat dengan
dipanaskan dalam air panas dengan suhu 90 ºC jika terbentuk endapan merah
Pada pemisahan dengan KLT analitik digunakan plat silika G 60 F254 yang
sudah diaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100 ○C selama 10
pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler kemudian dikeringkan
dan dielusi dengan fase gerak toluen : etil asetat (3:1) dengan pendeteksi ferri
sulfat (Yuliani, 2003 ), forestal (asam asetat glasial : H2O : HCl pekat) (30:10:3)
(Nuraini, 2002), etil asetat : metanol : asam asetat (6:14:1) dengan pendeteksi
aluminium klorida 5 % (Olivina, 2005), n-butanol : asam asetat : air (4:1:5)
gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Noda yang
pengembang yang paling baik untuk keperluan preparatif. Noda yang terbentuk
diperiksa dengan lampu UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.
aseton-air, kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah
dan 1 cm dari garis tepi. Selanjutnya dielusi dengan menggunakan eluen n-butanol
: asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT
analitik. Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi
diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.
sebagai berikut:
a. Isolat yang dapat diamati pada panjang gelombang 200-800 nm, direkam dan
Sampel ditambah denga 3 tetes HCl kemudian dicampur hingga homogen dan
diamati spektrumnya.
d. Isolat dari tahap 1 ditambah serbuk natrium asetat kurang lebih 250 mg.
spektrumnya. Selanjutnya larutan ini ditambah asam borat kurang lebih 150
dengan panjang gelombang 4000-400 cm-1 dengan spesifikasi kondisi alat sebagai
berikut:
• Scan : 32 det/scan
• Resolusi :4
• Tekanan : 80 Torr
digunakan. Eluen terpilih pada KLT analitik adalah yang memberikan pemisahan
yang baik (dilihat dari jumlah spot dan pola pemisahan), digunakan sebagai eluen
pada KLT preparatif untuk pemisahan senyawa tanin. Identifikasi senyawa tanin
dapat ditentukan jenis-jenis senyawa tanin yang terdapat dalam daun belimbing
wuluh.
BAB IV
Daun belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
yang masih muda, karena kadar tanin pada daun muda lebih tinggi dari pada tanin
pada daun belimbing wuluh yang tua (Nurliana, 2006). Sampel sebanyak 250 g
dicuci untuk menghilangkan pengotor seperti debu yang menempel pada daun.
suhu 30-40 °C selama 5 jam untuk menghilangkan air dan mencegah terjadinya
tersebut). Sampel yang telah kering diblender untuk memperluas permukaan serta
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Rahayu, 2009).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi maserasi. Maserasi
menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ekstraksi ini tidak
dilakukan dengan metode soxhlet karena dikhawatirkan ada golongan senyawa
tanin yang tidak tahan panas, selain itu senyawa tanin mudah teroksidasi pada
suhu yang tinggi yaitu 98,89 - 101,67 oC. Proses maserasi sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan,
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Pelarut
bahan kandungan sel akan larut sesuai dengan kelarutannya (Lenny, 2006).
jam. Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan makin besar
sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Kontak antara
sampel dan pelarut dapat ditingkatkan apabila dibantu dengan pengadukan. Pada
kecepatan 150 rpm agar kontak antara sampel dan pelarut semakin sering terjadi,
penelitian ini adalah aseton dan air dengan perbandingan (7:3). Pemilihan pelarut
ini karena senyawa tanin yang ada dalam belimbing wuluh merupakan senyawa
yang bersifat polar. Suatu molekul bersifat polar apabila tersusun atas atom-atom
yang berbeda dan molekul yang tersusun atas atom-atom yang sama. Kepolaran
suatu molekul ditentukan oleh harga momen dipolnya (µ). Suatu molekul bersifat
polar bila µ > 0 atau µ ≠ 0 dan nonpolar bila µ = 0 (Effendy, 2006). Robinson
(2005) menyatakan semakin banyak gugus hidroksil suatu senyawa fenol
memiliki tingkat kelarutan dalam air dan pelarut polar semakin besar. Struktur
senyawa tanin tersusun atas atom-atom yang berbeda dan tanin memiliki gugus
hidroksi lebih dari satu dan memiliki momen dipol tidak sama dengan nol (µ ≠ 0)
yang menyebabkan tanin bersifat polar, sehingga harus dilarutkan dengan pelarut
yang bersifat polar. Didukung hasil penelititian Ummah (2010) bahwa dengan
pelarut campuran aseton dan air didapatkan kadar tanin lebih banyak yaitu 10,92
ekstrak tanin. Pelarut aseton bisa meminimalkan interaksi antara tanin dengan
protein sehingga tanin bisa terekstrak semua dalam fasa air dan protein bisa larut
antioksidan, sehingga tidak terjadi oksidasi pada senyawa tanin pada saat proses
ekstraksi.
Maserat yang sudah didapat disaring untuk memisahkan residu dan filtrat.
evaporator dengan suhu 40-50 °C. Vacum berfungsi untuk mempermudah proses
penguapan pelarut dengan memperkecil tekanan dalam vacum dari pada di luar
ruangan, sehingga temperatur di bawah titik didih pelarut dapat menguap. Filtrat
terbentuk karena pelarut yang digunakan tidak hanya mengekstrak senyawa tanin
melainkan juga mengekstrak klorofil yang ada dalam tumbuhan. Klorofil dalam
tumbuhan memiliki dua sifat yaitu bersifat hidrofobik jika mengikat gugus CH3
dan hidrofilik jika mengikat gugus CHO. Klorofil yang terdapat dalam daun
belimbing wuluh adalah klorofil yang bersifat hidrofobik, karena dilihat dari
warna pada saat ekstrak dilarutkan dengan kloroform warnanya menjadi hijau. Hal
(1988) menjelaskan bahwa klorofil tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut
yaitu lapisan atas (fasa air) yang berwarna coklat pekat dan lapisan bawah (fasa
kloroform) berwarna hijau, karena kedua pelarut tersebut memiliki berat jenis dan
kepolaran yang berbeda. Berat jenis kloroform lebih besar dari pada air sehingga
pelarut etil asetat untuk memisahkan senyawa polifenol yang bersifat polar selain
senyawa tanin seperti senyawa katekin, karena tanin sangat sedikit larut dalam etil
atas (fasa etil asetat) yang berwarna hijau muda yang dimungkinkan senyawa
polar selain tanin yang terlarut dalam etil asetat dan lapisan bawah (fasa air)
berwarna coklat pekat. Warna coklat pada lapisan air dimungkinkan dalam filtrat
Fasa air yang diperoleh dipekatkan dengan vacum rotary evaporator pada
suhu 60-90 °C untuk memisahkan pelarutnya yaitu etil asetat yang terlarut dalam
filtrat dan pelarut air, sehingga diperoleh ekstrak berwarna coklat tua. Untuk
mendapatkan ekstrak pekat maka ekstrak yang diperoleh di pekatkan lagi dengan
desikator dan diperoleh ekstrak pekat berwarna coklat tua dengan nilai rendemen
tanin pada ekstrak daun belimbing wuluh. Uji fitokimia yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu menambah ekstrak dengan reagen seperti larutan FeCl3 1 %
yang hasil positifnya ditunjukkan dengan perubahan warna yaitu warna hijau
kehitaman atau biru tinta. Uji fitokimia yang kedua yaitu dengan menambahkan
gelatin dalam ekstrak dan ditunjukkan dengan adanya endapan putih. Reagen
yang ketiga untuk membedakan antara tanin katekol dan tanin galat. Larutan
formalin 3 % dan asam klorida (HCl) 1 N adalah larutan reagen yang digunakan
terbentuknya endapan merah muda, filtrat hasil uji tanin katekol direaksikan
dengan FeCl3 1 % menghasilkan warna biru tinta atau hitam yang menunjukkan
apakah sampel mengandung gugus fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan
warna hijau kehitaman atau biru tua setelah ditambahkan dengan FeCl3, sehingga
apabila uji fitokimia dengan FeCl3 memberikan hasil positif dimungkinkan dalam
sampel terdapat senyawa fenol dan dimungkinkan salah satunya adalah tanin
karena tanin merupakan senyawa polifenol. Hal ini diperkuat oleh Harborne,
warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat. Terbentuknya warna hijau
kehitaman atau biru tinta pada ekstrak setelah ditambahkan dengan FeCl3 karena
tanin akan membentuk senyawa kompleks dengan ion Fe3+, seperti yang terlihat
OH O OH
FeCl3 + 3
OH
Senyawaan Tanin
3+
+ 3 Cl
pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atau atom logam dengan
atom non logam. Dalam pembentukan senyawa kompleks, atom atau ion logam
atom pusat disebut atom donor. Atom donor terdapat pada suatu ion atau molekul
netral. Ion atau molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang
dikoordinasikan pada atom pusat disebut ligan. Suatu molekul dikatakan sebagai
ligan jika atomnya memiliki pasangan elektron bebas, memiliki elektron tak
menghasilkan suatu warna hijau kehitaman, karena reaksi antara tanin dan FeCl3
adalah senyawa tanin. Terbentuknya senyawa kompleks antara tanin dan FeCl3
karena adanya ion Fe3+ sebagai atom pusat dan tanin memiliki atom O yang
sebagai ligannya. Ion Fe3+ pada reaksi di atas mengikat tiga tanin yang memiliki 2
atom donor yaitu atom O pada posisi 4' dan 5' dihidroksi, sehingga ada enam
pasangan elektron bebas yang bisa dikoordinasikan ke atom pusat. Atom O pada
posisi 4' dan 5' dihidroksi memiliki energi paling rendah dalam pembentukan
awal untuk memperkuat dugaan adanya senyawa tanin dalam ekstrak daun
endapan sedikit atau banyak jika ditambahkan dengan gelatin. Soebagio (2007)
menguji fitokimia senyawa tanin dari Ekstrak umbi bawang merah dengan
endapan putih.
Berdasarkan hasil penelitian ekstrak daun belimbing wuluh dari pelarut
aseton:air yang ditambah dengan gelatin menunjukkan adanya endapan putih yang
jumlahnya banyak, sehingga hasil yang didapat positif mengandung tanin, seperti
O O O O
H H H H H
OH C N C C N CH C N C C N
HO O O H
O OH H H H CH2 H CH2 H
+ HN C C N C C N C N CH C N
OH CH2 CH2
CH3 H O O
NH C O
CH
Tanin C NH2 O
NH2 O
Gelatin
HO OH
HO OH
OH
OH
O
O
HO
HO
O O O O
H H H H
C N C C N CH C N C C N
O O H
H H CH2 H CH2 H
NH C C N C C N C N CH C N
CH2 CH2
CH3 H O O
H NH C O
CH
C NH2 O
HO O
NH2
O OH
OH
OH
Gambar 4.2 Reaksi yang diusulkan antara tanin dan gelatin (Leemensand, 1991)
Reaksi ini melibatkan terjadinya ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen terjadi apabila
atom hidrogen terikat oleh dua atau lebih atom lain yang memiliki
hidrogen yang terjadi dalam reaksi di atas adalah ikatan hidrogen jenis
intermolekul, karena atom H yang terikat dengan atom O dan N berasal dari dua
molekul. Atom H dari molekul tanin terikat dengan atom O pada gelatin dan atom
Apabila suatu protein bereaksi dengan senyawa kimia maka akan terjadi
proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada titik isolistrik protein
tersebut (Poedjiadi,1994).
1 % merupakan uji awal untuk membedakan antara tanin katekol dan tanin galat.
Tanin katekol ditunjukkan dengan adanya endapan merah muda jika ekstrak
ditunjukkan dengan warna biru tinta atau hitam jika filtrat hasil uji tanin katekol
asam panas yaitu asam klorida (HCl), maka beberapa ikatan karbon-karbon
akan terbentuk warna merah jika direaksikan dengan HCl, sehingga apabila
ekstrak mengandung senyawa tanin katekol akan terbentuk endapan merah apabila
Filtrat hasil uji dengan formalin : HCl dipisahkan jika di dalam sampel
setelah diuji terbentuk endapan merah dengan disaring dan ditambahkan FeCl3
terbentuknya warna biru tinta atau hitam. Berdasarkan hasil penelitian endapan
merah yang terbentuk banyak, dimungkinkan dengan pelarut aseton : air dapat
Hasil uji fitokimia dari ekstrak tanin dari daun belimbing wuluh
senyawa tanin katekol dan galat. Hasil ini merupakan identifikasi awal adanya
metode kromatografi lapis tipis (KLT). KLT merupakan suatu metode pemisahan
suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fasa yaitu fasa diam dan fasa
gerak. KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 1 cm x 10 cm
G60 F254 (Merck). Penggunaan bahan silika karena pada umumnya silika
lemak, sterol dan terpenoid. Plat KLT silika G60 F254 diaktifasi pada suhu 100 ºC
dari beberapa eluen yang baik dalam pemisahan senyawa tanin. Eluen yang baik
adalah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak ditandai
dengan munculnya noda. Noda yang terbentuk tidak berekor dan jarak antara noda
satu dengan yang lainnya jelas (Harborne, 1987). Penggunaan beberapa eluen
ekstrak daun belimbing wuluh dengan baik. Pemisahan senyawa tanin dengan
KLT menggunakan beberapa eluen campuran toluen : etil asetat (3:1) dengan
pendeteksi ferri sulfat, asam asetat glasial : H2O : HCl pekat (forestal) (30:10:3),
etil asetat : metanol : asam asetat (6:14:1) dengan pendeteksi aluminium klorida 5
%, n-butanol : asam asetat : air (4:1:5), metanol : etil asetat (4:1) dengan
(Lampiran 3), sedangkan data penampakan noda dari fasa air hasil KLT analitik
Tabel 4.1 Data penampakan noda dari fasa air hasil KLT analitik dengan beberapa
eluen dengan lampu Ultra Violet 254 nm dan 366 nm
Jumlah Keterangan
No Eluen
noda
1 n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) 3 Terpisah baik
2 etil asetat : kloroform : asam asetat 10 % 2 Terpisah baik
(15:5:2)
3 asam asetat glasial : H2O : HCl pekat 1 Tak terpisah
(Forestal) (30:10:3)
4 metanol : Etil asetat (4:1) - Tak terpisah
5 etil asetat : metanol : asam asetat (6:14:1) - Tak terpisah
6 toluene : etil asetat (3:1) - Tak terpisah
Hasil pemisahan senyawa tanin dari fasa air dengan KLT analitik
menunjukkan bahwa Eluen campuran metanol : etil asetat (4:1), etil asetat :
metanol : asam asetat (6:14:1), toluen : etil asetat (3:1) tidak bisa memisahkan
polar, sedangkan kepolaran eluen yang digunakan masih lebih rendah dari
senyawa yang akan dipisahkan, sehingga tidak terjadi pemisahan. Eluen asam
asetat glasial : H2O : HCl pekat (forestal) (30:10:3) mengghasilkan 1 noda, karena
sehingga senyawa yang akan dipisahkan masih tertinggal sebagian. Eluen Etil
dengan baik, tetapi masih lebih baik dengan eluen n-butanol : asam asetat : air
memberikan pemisahan terbaik, hal ini dapat dilihat dengan adanya noda yang
terpisah dengan baik dan jumlah noda paling banyak yaitu 3 noda. Karena dari
senyawa tanin yang juga bersifat polar. Dengan demikian eluen ini digunakan
dalam pemisahan senyawa tanin dengan KLT preparatif. Adapun gambar plat
hasil KLT analitik eluen terbaik n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5)
Tabel 4.2 Nilai Rf dan warna noda hasil KLTA eluen terbaik n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4:1:5) dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm
Warna noda
Noda Nilai Rf
254 nm 366 nm
1. 0,53 Coklat kehijauan Coklat kehijauan
2. 0,61 Hijau Ungu kemerahan
3. 0,68 - Ungu kemerahan
distribusi dua fasa. Fasa diam yang digunakan adalah plat silika gel yang bersifat
polar, sedangkan eluen yang digunakan bersifat sangat polar karena mengandung
air. Kepolaran fasa diam dan fasa gerak hampir sama, tetapi masih lebih polar fasa
gerak sehingga senyawa tanin yang dipisahkan terangkat mengikuti aliran eluen,
karena senyawa tanin bersifat polar. Dari ketiga noda yang ada maka noda yang
kedua adalah noda yang diduga senyawa tanin, yang memiliki nilai Rf sebesar
0,61 dan warna noda saat disinari dengan lampu UV 366 berwarna lembayung.
Hal ini diperkuat oleh Harborne (1987) bahwa tanin dapat dideteksi dengan sinar
UV pendek berupa noda yang berwarna lembayung, selain itu didukung dengan
Rf dari ekstrak tanaman mimosa (memiliki kadar tanin yang tinggi) yang dielusi
senyawa dalam jumlah besar (Townshend, 1995). Hasil pemisahan dengan KLT
preparatif hampir sama dengan KLT analitik hanya berbeda pada jumlah ekstrak
yang ditotolkan pada plat dan ukuran plat KLT yang digunakan. Plat yang
digunakan pada KLT preparatif adalah plat KLT silika gel G 60 F254 dengan
ukuran yang lebih besar yaitu 10 cm x 20 cm. Eluen yang digunakan pada
pemisahan KLT preparatif adalah eluen terbaik hasil pemisahan pada KLT
analitik yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan (4:1:5).
Noda yang dihasilkan pada plat KLT preparatif menghasilkan 3 noda. Pada
panjang gelombang 254 nm noda yang terlihat hanya 2 noda, sedangkan dengan
seperti pada Tabel 4.2. Pemisahan dengan KLT analitik menghasilkan harga Rf
dari noda pertama sebesar 0,53 yang diduga senyawa antosianidin (Olivina,
2005). Noda kedua dan ketiga dengan nilai Rf 0,61 dan 0,68 diduga senyawa tanin
terkondensasi. Senyawa tanin diduga mempunyai nilai Rf 0,61, hal ini didukung
dari pengukuran standar tanin dari tanaman mimosa yang memiliki kadar tanin
tanaman mimosa dan warna yang menunjukkan tanin dikerok dan dilarutkan
secara deskriptif senyawa tanin yang didapat dari hasil pemisahan senyawa
Dari panjang gelombang maksimum senyawa tanin terdapat satu pita yang
π*, seperti ikatan C=C terkonjugasi dan ikatan n-π* berupa kromofor tunggal
molekul maka akan terjadi satu absorpsi yang merupakan garis spektrum (Gandjar
dan Rohman, 2008). Dari hasil identifikasi senyawa tanin dari hasil pemisahan
senyawa tanin memiliki satu garis spektrum pada panjang gelombang 331 nm. Hal
ini didukung dengan hasil identifikasi senyawa tanin dari tanaman mimosa yang
sebagai standar dari tanin karena memiliki kadar tanin yang besar sama-sama
memiliki satu garis spektrum pada panjang gelombang 318 nm. Energi yang
ikatan π–π* yaitu pada cincin aromatik seperti pada Gambar 4.4.
3'
4' OH
2'
8 1 B
HO 1' 5'
O
7 2 6' OH
A
6 5 3
4 OH
flavonoid, karena dilihat dari strukturnya yang memiliki 2 cincin aromatik yang
diikat oleh tiga atom karbon. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti
demikian, secara tidak langsung cara ini berguna untuk menentukan kedudukan
gula atau metil yang terikat pada salah satu gugus hidroksil fenol. Pada struktur
inti tanin di atas terdapat gugus hidroksil pada posisi 7 pada cincin A dan 4', 5'
pada cincin B.
gugus yang mempunyai elektron bebas atau elektron π yang berdekatan dengan
adalah hasil transisi dari π–π* dan ikatan n-π*. Ikatan n-π* merupakan transisi
terlihat hampir sama, hal ini dimungkinkan adanya glukosa, karena pada proses
Metode hidrolisis tidak dilakukan karena tanin memiliki dua jenis yaitu salah
jenis tannin terhidrolisis yang diduga ada dalam ekstrak tersebut hilang.
Sedangkan untuk puncak serapan yang dimungkinkan terjadi karena transisi n-π*
atau π -π* disebabkan atom O pada gugus hidroksil yang terikat pada cincin
benzen, selain memberikan transisi n-π* bisa juga π -π* karena adanya resonansi.
Dari data spektrum di atas didapatkan senyawa tanin yang mungkin dari
hasil KLT preparatif dibawah sinar UV 254 dan 366 nm adalah isolat 2. Hal ini
dengan tanin standar. Untuk mengetahui posisi gugus hidroksi pada senyawa tanin
3'
4' O
2'
8 1 B
HO 1' 5'
O
7 2 6' OH
A
6 5 3
4 OH
gelombang yang lebih besar, diduga hal ini disebabkan terjadinya ionisasi pada
akibatnya energi yang digunakan untuk transisi elektron akan lebih rendah.
Dengan demikian akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih besar (efek
batokromik) (Markham,1988). Pada struktur inti tanin pada Gambar 4.4 terdapat
gugus hidroksil pada posisi nomor 4 pada cincin B, sehingga dapat dikatakan
hidroksil pada posisi 4’-OH yang terdapat pada struktur inti tanin.
Pereaksi geser AlCl3 5 % yang ditambahkan menggeser posisi absorbansi
maksimum pada isolat 1 sebesar 328,0 nm dan isolat 2 sebesar 331,0 nm yang
terbentuk dikarenakan dalam isolat masih terdapat glukosa yang bisa menaikkan
intensitas. Hal ini menunjukkan bahwa pada posisi 4’ dan 5’ terdapat gugus o-
1 sebesar 331,0 nm dan isolat 2 sebesar 333,0 nm dan intensitasnya menurun.. Hal
adanya transisi n-π* maka membutuhkan energi yang kecil sehingga panjang
dalam isolat sudah terhidrolisis oleh asam, karena glukosa yang terikat pada tanin
pada Gambar 4.7. Hal ini menunjukkan adanya gugus o-diOH pada cincin A.
Struktur inti senyawa tanin memiliki gugus o-diOH pada posisi 4' dan 5' pada
Gambar 4.7 Spektra UV-Vis isolat 2 yang ditambahkan dengan AlCl3 5 %, AlCl3
5 %/HCl
Pergeseran ini terjadi karena ionisasi pada gugus yang peka terhadap basa, yang
pada senyawa tanin dimiliki oleh gugus 6,7 atau 7,8 atau 3,4’-diOH (Markham,
diOH pada semua posisi kecuali atom C5 dan C6. Penambahan NaOAc/H3BO3
terjadi pergeseran ke kanan sebesar 0,5 nm yang mengarah pada substitusi posisi
o-diOH pada cincin A (6,7) atau (7,8). Hal ini dikarenakan terputusnya glukosa,
tanin sudah terhidrolisis oleh asam yaitu asam borat. Seperti pada Gambar 4.8.
Keterangan :
1. Spektra UV-Vis isolat 2
2. Spektra UV-Vis isolat 2
ditambah NaOAc/H3BO3
3. Spektra UV-Vis isolat 2
ditambah NaOAc
dapat diduga bahwa senyawa tanin yang ada dalam daun belimbing wuluh yaitu
OH OH
OH
HO O HO O
OH OH
H0 OH OH
Flavan-3,6,7,4',5'-pentaol Flavan-3,7,8,4',5'-pentaol
Gambar 4.9 Struktur yang diusulkan senyawa tanin dalam daun belimbing wuluh
dari suatu senyawa berdasarkan perbedaan momen dipol. Molekul yang memiliki
perbedaan momen dipol yang dapat bervibrasi dan dapat terbaca oleh sinar FTIR.
Sebelum menganalisis senyawa tanin, dibuat pelet KBr sebagai media identifikasi.
Bilangan gelombang yang sering digunakan dalam analisis senyawa bahan alam
Tabel 4.4 Interpretasi Spektra FTIR dari Isolat 2 dan ekstrak tanin
Bilangan gelombang (cm-)
Puncak Jenis vibrasi Intensitas
Ekstrak
Isolat 2 Pustaka
tanin
Rentangan
1 3372,4 3392,7 3500-3000 m-s
asimetri OH
2 - 2932,1 3000-2900 Rentangan CH sp3 m-w
3 - 2360,9 CO2 (udara) w
4 - 2137,2 1645-1615 Rentangan C=C
5 2071,8 2000 2000-1660 Overtone aromatik w
6 - 1607,0 1700-1650 C=O vs
1515,4 ;
Rentangan cincin
7 1625,8 1448, 1 ; 1630-1400 s-m
aromatik
1404,0
R-O-Ar (eter
8 - 1263,7 1280-1220 s
aromatik)
C-O alkohol
9 - 1058,7 1120-1080 s
sekunder
833,8 ;
C-H out plane, p-
10 - 668,8 ; 900-420 w-m
substitusi benzen
553,3
OH out of plane;
768,7 ;
11 782,5 900-650 o-subtitusi w-m
606,4
benzene
Keterangan: vs = very strong; s = strong; m = medium; w = weak
Hasil spektrum inframerah dari hasil pemisahan KLTP menunjukkan
bahwa isolat 2 mengandung gugus fungsi seperti rentangan asimetri O-H dari
gugus alkohol yang terikat pada gugus alifatik dan aromatik. Puncak serapan
sangat lebar terbentuk pada bilangan gelombang 3372,4 cm-1, sebagai akibat dari
digunakan adalah aseton : air yang bersifat sangat polar yang mempengaruhi
spectrum IR dari gugus pelarut (aseton : air) sehingga pada bilangan gelombang
3500-3000 cm-1 terbentuk serapan O-H yang sangat melebar. Adanya ikatan
deformasi keluar bidang. Pada spektrum ini tidak terlihat adanya pita serapan
karbonil di daerah 1700 cm-1, tetapi terdapat pita serapan agak melebar di
uluran C=O dan serapan ikatan rangkap C=C aromatik. Hal ini mungkin
Sebab adanya resonansi maka kepadatan elektron pada C=O berkurang dan
glukosa yang terikat pada tanin. Dugaan senyawa tanin diperkuat dengan adanya
cincin aromatik yang tersubstitusi pada posisi orto yang ditunjukkan dengan
puncak serapan pada bilangan gelombang 782,5. Puncak-puncak spesifik tersebut
bahwa dalam isolat 2 hasil pemisahan senyawa tanin dengan KLTP mengandung
4.6 Hasil Penelitian Senyawa Tanin dari Daun Belimbing Wuluh dalam
Prespektif Islam
Segala sesuatu yang diciptakan Allah dimuka bumi ini pasti memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Manusia diberi
akal dan pikiran dengan tujuan untuk memikirkan dan mengungkap segala sesuatu
yang ada di dunia, seperti firman Allah dalam surat at Thaha ayat 53.
[!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ tΑt“Ρr&uρ Wξç7ß™ $pκÏù öΝä3s9 y7n=y™uρ #Y‰ôγtΒ uÚö‘F{$# ãΝä3s9 Ÿ≅yèy_ “Ï%©!$#
"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-
tumbuhan yang bermacam-macam".
menghamparkannya agar mereka dapat menikmati hidup dan berakal guna meraih
kehidupan yang lebih mulia dan tinggi. Allah menjadikan manusia di bumi ini
agar ia menyadari bahwa ada jarak antara ia dan tujuan hidupnya. Ada jalan yang
harus ditempuhnya guna mencapai tujuan hidup itu yakni pendekatan diri kepada
Allah dan upaya masuk ke hadirat Nya, sebagaimana halnya ia menempuh jalan-
jalan di permukaan bumi ini untuk mencapai arah yang ditujunya. Allah
menurunkan air dari langit berupa air hujan. Air hujan mengandung banyak
Nitrogen bebas dapat difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar
(misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Molekul nitrogen sangat
stabil, oleh karena itu pemutusan menjadi atom-atomnya untuk bereaksi dengan
bahan kimia membentuk senyawa organik atau anorganik nitrogen dengan proses
berenergi tinggi. Nitrogen bebas dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen
dengan bantuan kilat/ petir yang membentuk senyawa amonia (NH3), ion nitrit
ion nitrit (NO2-), dan ion nitrat (NO3-). Beberapa bakteri yang dapat memfiksasi
nitrogen terdapat pada akar yang berbintil, selain itu terdapat bakteri dalam tanah
yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang
dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan
menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh
bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah
terakumulasi dalam atmosfer dan berkumpul dalam awan, sehingga air hujan yang
turun banyak mengandung nitrogen. Air hujan tersebut meresap dalam tanah dan
ditumbuhkan dari air itu aneka macam dan jenis tumbuhan kemudian Allah
Orang yang berakal akan mencari tahu segala sesuatu yang akan dan
sudah terjadi di dunia ini, seperti halnya tumbuh-tumbuhan yang diciptakan oleh
Allah. Tumbuhan-tumbuhan yang diciptakan Allah di muka bumi ini tidaklah sia-
senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya
diturunkan oleh Nya hujan sebagai sumber kehidupan, dan agar manusia dapat
çµ÷ΨÏΒ $oΨô_t÷zr'sù &óx« Èe≅ä. |N$t7tΡ ÏµÎ/ $oΨô_t÷zr'sù [!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ tΑt“Ρr& ü“Ï%©!$# uθèδuρ
ôÏiΒ ;M≈¨Ψy_uρ ×πuŠÏΡ#yŠ ×β#uθ÷ΖÏ% $yγÏèù=sÛ ÏΒ È≅÷‚¨Ζ9$# zÏΒuρ $Y6Å2#utI•Β ${6ym çµ÷ΨÏΒ ßlÌøƒΥ #ZÅØyz
ÿϵÏè÷Ζtƒuρ tyϑøOr& !#sŒÎ) ÿÍνÌyϑrO 4’n<Î) (#ÿρãÝàΡ$# 3 >µÎ7≈t±tFãΒ uöxîuρ $YγÎ6oKô±ãΒ tβ$¨Β”9$#uρ tβθçG÷ƒ¨“9$#uρ 5>$oΨôãr&
"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan
dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma
mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman".
Firman Allah SWT dalam surat al An'am ayat 99 yang menjelaskan bahwa
Allah SWT menurunkan air hujan dari awan, kemudian dengan air tersebut Allah
1992), meskipun semuanya tumbuh di tanah yang sama dan dialiri dengan air
yang sama.
ditunjukkan dari ayat tersebut yaitu mayang kurma yang mengurai dari tangkai-
berupa daun yaitu fa akhrajna minhu khadhiran (kami keluarkan dari daun-daun
yang menghijau) yaitu Allah SWT mengeluarkan dari tanaman tersebut daun yang
menghijau (ash Shiddieqy, 2000). Bagian tumbuhan yang nampak dari kejauhan
adalah daun yang biasanya berwarna hijau. Walaupun semua daun kelihatan hijau,
tetapi secara morfologi masing-masing daun berbeda dari berbagai sisi. Daun
belimbing wuluh yang muda lebih lembut dan memiliki rambut halus sedangkan
daun yang sudah tua memiliki warna hijau yang lebih tua dan kaku serta
kandungan dan manfaatnya berbeda. Senyawa tanin yang ada dalam daun
belimbing wuluh muda lebih besar dari pada daun yang sudah tua, sedangkan
kandungan klorofil yang ada dalam daun belimbing wuluh yang masih muda
relatif lebih sedikit dari pada daun yang sudah tua. Hal ini ditunjukkan dari warna
daun muda yang hijau kemerahan, sedangkan daun yang sudah tua warnanya hijau
gelap. Dari tumbuhan yang menghijau tersebut dikeluarkan butir yang banyak,
kimia yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Daun belimbing wuluh yang
terlihat hijau dan sering terbuang sia-sia memiliki kandungan kimia seperti
senyawa tanin yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, obat antidiare dan
pengawet alami.
pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman, karena orang-orang yang beriman itu hidup, bekerja, berfikir dan
memahami sehingga untuk mendapatkan bukti dari ayat tersebut yang dapat
menunjukkan mereka kepada perbuatan yang mengesakan Allah SWT (al Jazairi,
2007). Selain itu, dengan memperhatikan secara mendalam maka akan ditemukan
tanaman tersebut dengan adanya penelitian (al Maraghi, 1992). Hal ini merupakan
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT bagi orang-orang yang mau berfikir tentang
kebesaran Allah SWT dalam makhluk ciptaan Nya (al Maraghi, 1992).
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Eluen yang terbaik untuk pemisahan senyawa tanin dari daun belimbing
(KLT) analitik adalah eluen n-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan
(4:1:5)
b. Jenis senyawa tanin yang diperoleh dari hasil pemisahan ekstrak daun
5.2. Saran
Arifiyani, D. 2007. Pengaruh Ekstrak Air Daun Belimbing Wuluh Dan Jus Buah
Dan Batang Nanas Terhadap Perilaku Model Tikus Stroke.
http://digilib.itb.ac.id. Diakses tanggal 2 Maret 2009
Ash Shiddieqy, M.H.T. 2000, Tafsir Al-Qur'an Majid An-Nuur. Jakarta: PT.
Pustaka Rizki Putra
Fieser, F.L. 1961. Advanced Organic chemistry, Reinhold Publishing Co. New
York. hal 800-804
Faharani, G.B. 2009. Uji Aktifitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh Terhadap
Bakteri Streptococcus Aureus dan Achercia Coli secara Bioautografi.
FMIPA UI Jakarta
Giner-Chavez, B.I. dan Cannas, A. 2001. Tannins: Chemichal Structural The
Struktur Of Hydrolysable Tannins.
http://www.ansci.cornell.edu/plant/toxicagents/tannin/image/int.big.gif.
cornert university. Diakses tanggal 2 Maret 2009
Gohen. 1976. Encyclopedia of Chemical Technology, 3nd. New York. hal 294
Hayati, E.K, Jannah, A. dan Fasya, A.G. 2010. Aktivitas Antibakteri Komponen
Tanin Ekstrak Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa Billimbi L) Sebagai
Pengawet Alami. Laporan Penelitian Kompetitif Depag. Malang: UIN
Malang
Ibrahim, M.N.M., dkk. 2005. Extraction of Tannin from Oil Palm Empty Fruit
Bunch. Diakses tanggal 6 Maret 2009
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit UI-Press
Luthana, Y.K. 2009. Prosedur Ekstraksi Senyawa Fenol dan Antibakteri dan
Tanaman Gambir yang Disertai Metode Analisisnya.
http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com. Diakses tanggal 21 Mei
2009
Malik, J. dkk. 2009. Sari Hasil Penelitian Mangium (Acacia Mangium Willd.).
Diakses tanggal 16 Maret 2009
Makkar, H.P.S dan Becker, K. 1998. Do Tannins In Leaves Of Trees And Shrubs
From African And Himalayan Regions Differ In Level And Acactivity?
Argoforestry systems. Hal 59-68
Meiyanto, E., dkk. 2008. Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang (Areca catechu L.)
Mampu Menghambat Proliferasi Dan Memacu Apoptosis Sel MCF-7.
Majalah Farmasi Indonesia, 19 (1) hal 12-19, Diakses tanggal 2 Maret
2009
Nuraini, F, 2002, Isolasi Dan Identifikasi Tannin Dari Daun Gamal (Gliricidia
sepium (Jackquin) kunth ex walp.), skripsi Jurusan Kimia Universitas
Brawijaya Malang
Nurliana, D.R. 2006. Perbandingan Kadar Tanin Pada Daun Tua Dan Daun
Muda belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) Dengan Metode
Spektrofotometri Visibel. http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id=jtptums-
gdl-s1-2007-dwiriskanu-4738&node=1125&start=96. Diakses tanggal 2
Juni 2009
Olivina, P., dkk. 2005. Telaah Fitokimia Dan Aktivitas Penghambatan Xantin
Oksidase Ekstrak Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Weight)
Walp.). Skripsi Jurusan Farmasi ITB Bandung, Diakses tanggal 2 Maret
2009
Pansera, M.R., dkk. 2004. Extraction Of Tannin By Acacia Mearnsii With
Supercritical Fluids. Journal Internasional Brazilian Archives of Biology
And Technology. Hal 197-201
Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji Kacang
Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp). Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Brawijaya
Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an.
Jakarta: Lentera Hati
Soebagio, B. 2007. Pembuatan Gel Dengan Aqupec HV-505 dari Ekstrak Umbi
Bawang Merah (Allium cepa, L.) Sebagai Antioksidan. Jurnal fakultas
farmasi universitas padjajaran. Diakses tanggal 25 Januari 2010
Soekartono. 1988. Isolasi Suatu Flavonol dari Fraksi Etil Asetat Daun Krinyuh
(Euptoim pallescents. Pc, Asteraceaece). Skripsi jurusan farmasi ITB.
http://bahan-alam-itb.ac.id. Diakses tanggal 2 Maret 2009
th
Solomons, G.T. 1976. Organic Chemistry, 4 ed, john wiley and sons. New
York. hal 838-839
Sudarwanti, dkk. 2004. pengaruh ekstrak bulbus allium sativum L. dan rimpang
curcuma longa L. terhadap profil lipoprotein tikus wistar dengan resiko
aterosklerosis serta uji aktivitas antiagregasi platelet dan
antiperoksidasi LDL secara in Viitro. Tesis Jurusan Farmasi ITB
Bandung. Diakses tanggal 2 Maret 2009
Suseno, J.E., dan Firdausi, K. S. 2008. Rancang Bangun Spektroskopi FTIR
(Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi.
Berkala Fisika Vol 11 No.1: 23-28
Tyler, C.B. 1947. Organic Chemistry For Students Of Agriculture. London 2nd
Allan
Yuliani, S., dkk. 2003. Kadar Tannin dan Quersetin Tiga Tipe Daun Jambu Biji
(Psidium guajava). Bulletin TRO vol.XIV No. 1
LAMPIRAN
- Preparasi sampel
Sampel
Isolat-isolat
Data/spektrum
50 g sampel
Maserat Kasar
Filtrat Residu
- diuji kualitatif dengan reagen
- Dipekatkan dengan vacum rotary evaporator
- diekstraksi dengan kloroform (4x25 mL)
Ekstrak tanin
L.1.4 Uji Kualitatif Ekstrak Daun Belimbing Wuluh dengan Reagen
L.1.4.1 filtrat 1
Sampel
- dimasukkan dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3 mL
Filtrat Residu
Hasil
L.1.4.2 Lapisan Air 1
Sampel
- dimasukkan dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3 mL
Filtrat Residu
Hasil
L.1.4.3 Lapisan Air 2
Sampel
- dimasukkan dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3 mL
Filtrat Residu
Hasil
L.1.5 Pemisahan Senyawa Tanin
L.1.4.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analitik
1 g ekstrak pekat
Noda-noda
Spektrum
- didiamkan 5 menit
- diamati spektrumnya
Spektrum
5 mL isolat yang diduga sebagai senyawa tanin
Spektrum
L.3.5 Gambar filtrat hasil maserasi daun belimbing wuluh dengan pelarut aseton-
air (7:3) sesudah divacum rotary evaporator
L.3.6 Gambar ekstraksi cair-cair filtrat sesudah divacum rotary evaporator dan
kloroform
Lapisan air
Lapisan kloroform
L.3.7 Gambar ekstraksi cair-cair lapisan air (hasil ekstraksi dengan kloroform)
dan etil asetat dan hasil ekstraksi cair-cair.
Lapisan air
Lapisan air
Etil asetat : kloroform : asam asetat 10 Asam asetat glasial : air : asam klorida
% (15:5:2) pekat (30:10:3)
L.4.1. Hasil spektra spektrofotometer UV-Vis dari hasil KLT preparatif dibawah
lampu UV 254 nm dan 366 nm
L.4.1.1 Isolat 1
isolat 1 spektra isolat 1 + NaOH 2 M
1,2
0,8
1
0,6
0,8
a b s o rb a n s i
Absorbansi
0,4 0,6 isolat 1
isolat 1
0,4 isolat 1+
0,2 NaOH 2 M
0,2
0
0 200 400 600 800 1000 0
-0,2 0 200 400 600 800 1000
-0,2
panjang gelombang Panjang gelombang
1,2
1,2
1
1 isolat 1
0,8
absorbansi
0,8
absorbansi
0,8
0,6 isolat 1
ab sorbansi
0,4
isolat 1 + AlCl3
0,2
isolat 1 + AlCl3 +
0 HCl
0 200 400 600 800 1000
-0,2
panjang gelombang
L.4.1.2 Isolat 2