Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEENDAHULUAN

Hipertensi sebagai bentuk gangguan pada vaskuler serebral yang berupa


penyempitan pembuluh darah serebral yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
ke jaringan otak mengalami penurunan atau sumbatan. Menurut The Seven Joint
National Committee (JNC-VII) batas tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Ignativius &
Workman, 2010).

Prevalensi hipertensi di dunia berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD)


pada tahun 2011 mencapai 1 milyar pasien (WHO, 2011). Kejadian hipertensi di
Indonesia tahun 2012 mencapai 18 juta pasien. Sedangkan menurut The International
Clinical Epidemiology Network (INCLEN) menyampaikan prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 23 % (Sharma, et al, 2004).

Data kejadian hipertensi di kota bandung tidak terdapat rilis resmi oleh Dinas
Kesehatan Kota Bandung akan tetapi berdasarkan data dari bagian Rekam Medik Rumah
Sakit dr.M Salamun pada tahun 2017 terdapat sekitar kurang lebih 400 pasien hipertensi
rawat inap.

Hipertensi sebagian besar 80% disebabkan oleh faktor idiopatik, sedangkan faktor
yang dapat menjadi pencetus hipertensi dari sebuah studi yang dilakukan di Swiss sekitar
24 % adalah perokok berat, 16% diabetes mellitus dan 62% karena kolesterol tinggi
(Sutrisno, 2007).

Faktor kebiasaan lain yang dapat mengakibatkan hipertensi adalah pecandu


alkohol, stress tinggi, makanan tinggi natrium dan kurangnya aktifitas. Faktor-faktor
tersebut lebih banyak saling mendukung satu sama lain untuk memunculkan penyakit
hipertensi (Dalimartha, et al, 2008)
Hipertensi menjadi faktor determinant terhadap timbulnya beberapa penyakit
seperti gangguan pembuluh darah otak, acute myocard infark, gagal jantung, dan gagal
ginjal (Dalimartha (Dalimartha, et al, 2008).

Penderita hipertensi yang mengalami stroke mencapai 73,9 % dan mengalami


serangan jantung sebesar 20 %. Sedangkan kematian yang diakibatkan oleh hipetensi
di dunia mencapai 7,1 juta kematian pertahunnya (Pinzon, 2009). Penatalaksanaan
hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan merubah gaya hidup yang
meliputi mengatur pola makan, mengatur koping stress, mengatur pola aktifitas,
menghindari alkohol, dan rokok (Dalimartha, et al, 2008).

Obat-obatan standar hipertensi yang rekomendasikan oleh WHO adalah


perpaduan 2 atau lebih jenis obat hipertensi yang meliputi golongan diuretik, Angiotensin
Converting (ACE) Inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II, antagonis resptor
aldosteron dan calcium channel blocker.

Pemakaian obat-obatan standar tersebut sangat tergantung kepada respon


individu, budaya, umur, tingkat sakit yang dialami, tingkat tekanan darah, harga obat dan
hasil follow up (Ignativius & Workman, 2010). Penggunaan obat pada penederita
hipertensi memiliki beberapa kelemahan, antara lain biaya yang mahal, membutuhkan
kepatuhan karena membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat menurunkan
tekanan darah serta sering timbul kebosanan mengkonsumsi obat pada pasien hipertensi
(Myrank, 2009). Keberhasilan pencapaian target pengobatan hipertensi menurut
kesepakatan para ahli jantung di dunia perlu diikuti dengan perubahan gaya hidup dan
modifikasi stress (Black & Hawk, 2009).

Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan


melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal
sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih
tinggi (Purwanto, 2006). Relaksasi Benson memiliki beberapa keunggulan selain
metodenya yang sederhana karena bertumpu pada usaha nafas dalam yang diselingi
dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tehnik ini juga dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja tanpa membutuhkan ruangan yang sangat khusus. Benson
relaksasi akan menghasilkan frekuensi gelombang alpha pada otak yang bisa
menimbulkan perasaan bahagia, senang, gembira, dan percaya diri sehingga dapat
menekan pengeluaran hormon kortisol, epinefrin dan norepinefrin yang merupakan
vasokontriksi kuat pada pembuluh darah. Penekanan hormone-hormon tersebut dapat
mengakibatkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan resistensi
pembuluh darah sehingga hasil akhirnya adalah penurunan tekanan darah (Price, 2005).

Sehubungan dengan selalu banyaknya pasien yang dirawat di Ruangan Merak


dengan diagnosa hipertensi maka kelompok ingin merefleksikan sebuah penelitian
tentang metode relaksasi benson dengan terjadinya penurunan tekanan darah klien yang
dirawat di Ruang Merak RSAU dr.M.Salamun.

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat mengaplikasikan teori yang didapat dari jurnal dengan klien yang ditemui di
ruang Merak RSAU Salamun.
b. Tujuan Khusus
1. Perawat dapat melaksan akan tindakan teknik relaksasi benson
2. Membantu klien untuk menurunkan tekanan darahnya melalui teknik relaksasi
benson
3. Perawat dapat membandingkan antara teori dengan kenyataan di lapangan.

2. RuangLingkup
a. BAB I Pendahuluan :
1.) Latar Belakang
2.) Tujuan
b. BAB II Tinjauan Teori
c. BAB III Aplikasi Jurnal
d. BAB IV Pembahasan
e. BAB V Kesimpulandan Saran
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal

jantung, stroke, dan gagal ginjal..

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109

Stadium 3 (berat) 160-209 110-119

Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120


C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar dari

kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstroktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstroksi. Medula adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan

aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu


vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada

system pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer.

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,

dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner


dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi ventrikel

kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa

berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak

mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung

kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea

darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan

stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis

sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada

penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden

infark otak mencapai 80%.

E. EVALUASI DIAGOSTIK

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina

harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji

kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat

disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan

elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat

terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden

urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena,

arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler.

Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.


F. PENATALAKSANAAN

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap

program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan

kualitas hidup sehubungan dengan terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,

termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau;

latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap

terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko

tinggi (pris, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, di atas 85 atau

95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi

obat-obatan.

Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih

kelompok obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil,

dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam

pilihan pertama; diuretic dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi

ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien
mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah dengan

pemberian jadual terapi obat-obatan yang rumit.

RELAKSASI BENSON
Definisi
Relaksasi adalah suatu jenis terapi untuk penanganan kegiatan mental dan
menjauhkan tubuh dan pikiran dari rangsangan luar untuk mempersiapkan tercapainya
hubungan yang lebih dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai dengan metode
hypnosis, meditasi yoga, dan bentuk latihan-latihan yang ada hubungannya dengan
penjajakan pikiran (Martha, 2005).
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan
melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal
sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejah teraan lebih
tinggi (Purwanto, 2006).

Macam – Macam Relaksasi :


a. Relaksasi Pernafasan Diafragma
Pernafasan diafragma merupakan pernafasan yang pelan, sadar, dan dalam. Metode ini
melibatkan gerakan sadar abdomen bagian bawah atau daerah perut. Pernafasan
diafragma berfokus pada sensasi tubuh semata dengan merasakan udara mengalir dari
hidung atau mulut secara perlahan-lahan menuju ke paru dan berbalik melalui jalur yang
sama sehingga semua indra lain rangsanganya dihambat.
b. Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam
hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
napas secara perlahan.
c. Muscle relaxation (Relaksasi Otot)
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot otot. Ketika terjadi stress
otot otot pada beberapa bagian tubuh menjadi menegang seperti otot leher, pungung,
lengan. Teknik dilakukan dengan caramerasakan perubahan dan sensasi pada otot
bagian tubuh tersebut. Teknik dapat dilakukan dengan meletakkan kepala diantara kedua
lutut (kira kira selama 5 detik dan merebahkan badan ke belakang secara berlahan
selama 30 detik, sikap ini dilakukan terus secara berulang sambil
merasakan perubahan pada otot otot tubuh sambil menarik nafas dalam.
d. Autogenic relaxation
Autogenic relaxation merupakan jenis relaksasi yang diciptakan sendiri oleh individu
bersangkutan. Cara seperti ini dilakukan dengan mengabungkan imajinasi visual dan
dengan menarik nafas secara perlahan.
e. Relaksasi Benson
Respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan
suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan
dan kesejah teraan lebih tinggi.
Relaksasi Benson yaitu suatu tehnik pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia
(tidak bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan ini merupakan bagian pengobatan
spiritual. Pada tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan
mentor, bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini merupakan upaya untuk memusatkan
perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan
menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Tehnik pengobatan ini dapat
dilakukan setengah jam dua kali sehari.

Tujuan teknik relaksasi benson :


Soeharto (2009) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah
untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan serta
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic.
Langkah – Langkah Relaksasi Benson,
menurut Purwanto (2006) adalah:
a. Membentuk suasana sekitar tenang, menghindarkan dari kebisingan
b. Menarik nafas dalam melalui hidung, dan jaga mulut tetap tertutup, hitungan sampai 3
tahan selama inspirasi
c. Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan ekspirasi secara perlahan dan
lewat sehingga terbentuk suara hembusan tanpa mengembungkan dari pipi
d. Membaca kalimat – kalimat sesuai keyakinan, misalnya jika beragama Islam membaca
istighfar
e. Lakukan sebanyak 5 – 7 kali

Keuntungan Relaksasi Benson:


Menurut Kusnandar (2009), manfaat relaksasi benson adalah sebagai berikut:
a. Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
b. Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
c. Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah
d. Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
e. Tidur lelap
f. Kesehatan mental menjadi lebih baik
g. Daya ingat lebih baik
h. Meningkatkan daya berpikir logis
i. Meningkatkan kreativitas
j. Meningkatkan keyakinan
k. Meningkatkan daya kemauan
l. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
Prosedur Relaksasi Benson :
Langkah-langkah respons relaksasi ini dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan.
2. Duduklah dengan santai.
3. Tutup mata.
4. Kendurkan otot-otot.
5. Bernapaslah secara alamiah. Mulai mengucapkan kalimat spiritual yang dibaca secara
berulang-ulang dan khidmat.
6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran.
7. Lakukan 10 sampai 20 menit.

Untuk berhenti jangan langsung, duduklah dulu dan beristirahat.Buka pikiran


kembali. Barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali. Menurut Benson, yang
menemukan tehnik ini, cara ini bisa diubah misalnya tidak dengan posisi duduk tapi
dilakukan sambil melaksanakan gerakan jasmani.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Hasil Penelitian
Penurunan tekanan darah ini terjadi karena pasien mempraktekan latihan teknik
relaksasi benson ini dengan benar dengan lama waktu latihan kurang lebih 15
menit, dilakukan setiap 2 – 3 jam sekali secara teratur. Latihan teknik relaksasi
benson ini sebenarnya dapat dilakukan setiap saat baik dalam posisi tertidur
ataupun sedang dalam posisi duduk.
Kriteria inklusi pada pasien ini adalah:
1. Pasien dengan diagnosa hipertensi yang dirawat di ruang merak.
2. Pasien yang sudah dirawat 2 hari di ruangan merak
3. Pasien yang sudah diberikan terpai oral untuk hipertensi
Kriteria ekslusi
1. Pasien hipertensi emergency
2. Pasien dengan penyakit kronis
3. Pasien dengan AMI dan gagal jantung
4. Pasien yang menolak terapi
Cara kerja pemberian terapi ini adalah mengajarkan teknik relaksasi benson
selama 10- 15 menit.
Penelitian dilakukan pada 6 pasien, untuk pasien kontrol tidak diambil
dikarenakan keterbatasan jumlah pasien yang ada di Ruang Merk RSAU dr.M.Salamun.
Bagan hasil tekanan darah yang didapat sebelum dan sesudh diberikan perlakuan :
NO. IDENTITAS TEKANAN TEKANAN TEKANAN TEKANAN
DARAH DARAH DARAH DARAH
SISTOLIK (PRE DIASTOLIK (PRE SISTOLIK DIASTOLIK
TINDAKAN) TINDAKAN ) (POST (POST
TINDAKAN) TINDAKAN)

1. Ny. S 160 95 155 80

2. Ny. Y 160 99 154 85

3. Ny. N 170 98 160 88

4. Ny. M 170 97 159 80

5. Ny. E 150 95 145 83

6. Ny. T 170 90 155 85

JUMLAH 980 574 928 501

RATA-RATA 163,3 95,6 154,6 83,5

pada bagan diatas didapat hasil tekanan darah diastolik didapat mempunyai rata – rata
163,3 dan rata – rata tekanan darah sistolik 95,6 pada kondisi sebelum diberikan
perlakuan, sedangkan tekanan darah pada pasien yang telah diberikan perlakukan teknik
relaksasi benson adalah rata – rata tekanan sisstoliknya 154,6 dan tekanan darah
diastoliknya adalah 83,5.
Dengan adanya hasil tersebut didapat penurunan yang signifikan terhadap
tekanan darah yang didapat pada pasien yang diberikan teknik relaksasi benson.
BAB IV

PEMBAHA SAN

Benson relaksasi sebagai salah satu metode relaksasi yang sekarang ini mulai
dikembangkan menjadi terapi pendamping untuk pasien yang mengalami tekanan darah
darah tinggi. Terapi ini sangat bermanfaat untuk menjaga agar kondisi psikologi dan fisik
seseorang dapat merasa rileks meskipun banyak tekanan aktifitas dan tekanan
pekerjaan yang dialami oleh pasien hipertensi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan tekanan darah sistolik dan


diastolik yang cukup signifikan sebelum dan setelah benson relaksasi diberikan. Kalau
kita analisa kita analisa mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik ini
memperlihatkan efek faktor lain terutama obat-obatan penurun tekanan darah masih
cukup efektif mempengaruhi tekanan darah.

Berdasarkan hasil penelitian benson relaksasi sangat layak untuk


direkomendasikan di unit pelayanan kesehatan untuk sebagai terapi pendamping obat-
obatan penurun hipertensi. Menurut Price (2005) tekanan darah tinggi terbanyak
disebabkan oleh faktor penyempitan pembuluh darah yang dapat diakibatkan oleh
penumpukan lipid, glukosa darah dan aktifitas hormonal seperti epinefrin dan
norepinefrin. Benson relaksasi bekerja pada sistem hormonal dengan cara menurunkan
aktifitas epinefrin dan norepinefrin yang dapat dipicu oleh adanya stress yang berlebihan.

Beberapa pasien yang peneliti wawancarai lebih lanjut tetang efek benson
relaksasi menyampaikan benson relaksasi tidak hanya menurunkan ketegangan psikis
dan fisik saja akan tetapi juga meningkatkan keyakinan terhadap kesembuhan penyakit
karena salah satu isi benson relaksasi adalah memohon kesembuhan terhadap Tuhan
Yang Maha Kuasa.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Teknik Relaksasi Benson ini dapat dikatakan dapat menurunkan tingkat tekanan
darah yang tinggi. Teknik relaksasi ini selalu dapat dikatakan sangat baik karena dapat
memberikan efek psikis yang baik bahkan dapat mendekatkan pasien dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Meskipun kita tidak dapat mengenyampingkan faktor lain yang dapat
menurunkan tekanan darah yakni obat – obat yang diberikan.

Saran

Teknik Relaksasi Benson ini agar dapat diaplikasikan di rumah sakit maupun di
tempat kesehatan yang lainya guna menjadi terapi pendamping pada pemberian terapi
hipertensi.

Untuk peningkatan penelitian dapat dilakukan penelitian metode terapi relaksasi


benson ini dengan jumlah pasien memadai agar terdapat hasil yang signifikan. Selain
jumlah pasien waktu pemberian intervensi yang lebih lama pun dapat menghasilkan
penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Dayrit & Siswadi.Y.(2008). Klien Gangguan Kardiovaskular Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta :EGC.

Black & Hawks (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Positive
Outcome. 8 ed. St Louis Missouri : Elsevier Saunders.

Dahlan, MS. (2008). Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran


dan Kesehatan, Seri evidence based medicine (seri 3), Jakarta: Sagung Seto.
EVIDENCE BASED PRACTICE
PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN TEKNIK RELAKSASI BENSON TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG MERAK RSAUdr. M. SALAMUN BANDUNG

Di Susun Oleh :
Kelompok II
Dwi Hariwiyati

Elizabeth Indriany R

Endang Djaelani

Fitri Wahyuni

Nugroho Saputro

Panji Nur R

Tatan Yulian S

Windy Widiastuti S

PROGRM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2018

Anda mungkin juga menyukai