Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

Di benua Amerika, hampir semua negara di Amerika Latin dan Kanada mengadopsi
IFRS. Di Asia-Oceania, Indonesia, Australia, Selandia Baru, Korea, Hong Kong, dan
Singapura telah atau akan mengadopsi IFRS secara penuh. Afrika Selatan dan Israel telah
mengadopsi IFRS. Di Eropa, negara-negara selain Uni Eropa seperti Turki dan Rusia juga
telah mengadopsi IFRS secara penuh. Sebagian besar negara anggota G20 juga
merupakan pengadopsi IFRS

Tujuan diterapkannya IFRS merupakan suatu pengupayaan untuk memperkuat


arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. Selain itu IFRS juga memastikan bahwa laporan
keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :

1. transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang
disajikan
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International


Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi
yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures
yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga
mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang
mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara.
Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara
untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini
dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model,
yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan
keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair‘ (IFRS framework paragraph 46).

Indonesia yang tadinya berkiblat pada standar akuntansi keluaran FASB (Amerika),
mau tidak mau harus beralih dan ikut serta menerapkan IFRS karena tuntutan bisnis
global. Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang
akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market). Firma
akuntansi big four mengatakan bahwa banyak klien mereka yang telah mengadopsi
IFRS mengalami.
kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Dengan kesiapan adopsi
IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan
mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi lintasnegara.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan saat pertama kali memakai
IFRS adalah kesiapan dari akunting perusahaan agar segera mengupdate pengetahuannya
tentang IFRS sehubungan dengan perubahan SAK. Akuntan Manajemen/ Perusahaan
dapat mengatisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang
bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajemen/ Perusahaan, melakukan gap
analysis, dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek
lainnya untuk optimalisasi sumber daya, dikarenakan dalam IFRS terdapat beberapa hal
besar perbedaan dibandingkan dengan prinsip yang saat ini berlaku, antara lain :

Penggunaan Fair-value Basis dalam penilaian aktiva, baik aktiva tetap, saham,
obligasi dan lain-lain, sementara sampai dengan saat ini penggunaan harga perolehan
masih menjadi basic mind akuntansi Indonesia. Sayangnya IFRS sendiri belum memiliki
definisi dan petunjuk yang jelas dan seragam tentang pengukuran berdasarkan nilai wajar
ini

Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca, Rugi-Laba
dan Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Catatan atas Laporan keuangan). Dalam draft
usulan IFRS menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan Ekuitas,
Cashflow, Catatan atas Laporan keuangan, dan Neraca Komparatif). Penyajian Neraca
dalam IFRS tidak lagi didasarkan pada susunan Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas, tapi
dengan urutan Aktiva dan Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan, Perpajakan dan
Ekuitas. Laporan Cashflow tidak disajikan berdasarkan kegiatan Operasional, Investasi
dan Pendanaan, melainkan berdasarkan Cashflow Usaha (Operasional dan investasi),
Cashflow perpajakan dan Cashflow penghentian usaha.

Perpajakan perusahaan, terutama terkait pajak atas koreksi laba-rugi atas penerapan
IFRS maupun atas revaluasi aktiva berdasarkan fair-value basis.
II. RUANG LINGKUP
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama
kalinya melalui suatu pernyataan eksplisit dan tanpa syarat tentang kesesuaian dengan
IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang
pertama kali berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode
pelaporan tertentu) menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para
pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan.

III. PENGECUALIAN TERHADAP ATURAN ADOPSI PERTAMA KALI


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS
adalah :

1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi


2. Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
3. Employee benefits
4. Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uasng asing, muhibah

(goodwill), dan penyesuain nilai wajar


5. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging)

IV. LAPORAN POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR


PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Neraca, secara umum, menyajikan informasi mengenai kekayaan perusahaan dan


klaim- klaim sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa berupa
utang atau kepemilikan saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham).

Penyajian Laporan posisi keuangan menurut IFRS, yaitu :


 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
 Laporan Laba Rugi Komprehensif
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Posisi Keuangan Komparatif awal periode dan penyajian retrospektif
terhadap penerapan kebijakan akuntansi

Penyajian aset dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu :


1. Aset Lancar (current assets)
Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila memenuhi
salahsatu kriteria berikut ini:

 Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi


(untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
laporan posisi keuangan (=tanggal neraca); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun
untuk dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan;
atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan

Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset
diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset tak lancar”.

Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok


aset lancar adalah item-item berikut ini:

a. Kas dan Setara Kas


Apapun yang bisa ditabung di bank dan bisa ditarik dalam wujud kas sewaktu
waktu, dianggap “Kas“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum
diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat
deposito, bukan kas, sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan.
Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents)
adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan
nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya
memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko
perubahan nilai yang signifikan—akibat perubahan suku bunga.
Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan reksadana pasar uang.

b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan


Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek
—guna memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”.Masuk
kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk
maksud diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk dalam
kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan pemagaran (hedging).

c. Piutang Dagang (Piutang)


“Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah
tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.
Masuk dalam kelompok ini antara lain : piutang pada pelanggan, piutang pada
perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada
cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur
penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan
keuangan”.
d. Persediaan
“Persediaan” (inventory) adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri
(misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal:
persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode
FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus
disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di
perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus
disclosed secara terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan
keuangan”.
e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)
“Uang Muka Biaya” (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat
pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu
periode. Bisa juga disebut “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar
dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.

2. Aset Tak Lancar (noncurrent assets)


Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain:
a. Investasi Bersifat Held to maturity
Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga
jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt
securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain
(istilahnya “redeemed preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya
teramortisasi.
b. Property Investasi
Yang dimaksud dengan “Property Investasi” (investment property) adalah
property (tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam
operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan
tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang
lebih tinggi. Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya.
Selanjutnya,
seiring waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair
value atau model pengukuran berdasarkan biaya perolehan.
b. Tanah, Bangunan, Mesin, dan Peralatan
Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang
digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa,
memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun buku.
Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin,

peralatan, furniture, dan kendaraan.


Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam

laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:


Bangunan = Rp xxx
Akumulasi Penyusutan = (Rp xxx)
Nilai Buku Bangunan = Rp xxx
Atau
Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di

bagian “penjelasan laporan keuangan”.


c. Aset Tak Berwujud
“Aset Tak Berwujud” (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat—
baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Masuk dalam klasifikasi ini adalah:
 Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan

 Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang,
patent, copyrights, dan biaya oragnisasional).
d. Aset Dimiliki untuk Dijual
Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual”
tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual
sekelompok aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset
tersebut harus diklasifikasikan sebagai “aset dimiliki untuk dijual”.
e. Aktiva Lain – lain
Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas,
masuk ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan
dalam jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu
pemulihannya lama
atau tidak pasti.
Penyajian Liabilitas dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Liabilitas Lancar (current liabilities)
Suatu liabilitas masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau Lancar) apabila :
 Diharapkan bisa diselesaikan (dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu
operasional normal perusahaan; atau
 Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal neraca); atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”.
Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain :

a. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan
dalam operasional normal perusahaan, diantaranya :
 Utang Dagang
 Utang Tertulis Jangka Pendek
 Utang Upah dan Gaji Pegawai
 Utang Pajak
 Utang Lain-lain
b. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya :
 Pendapatan Diterima Dimuka
 Deposit Dari Pelanggan
 Sewa Diterima Dimuka

c. Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya : promes
yang akan segera jatuh tempo.
Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah:
liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk
diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki
untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya :

 Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk


diperdagangkan;
 Cerukan bank;
 Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang;
 Dividen terutang;
 Pajak penghasilan terutang; dan
 Terutang non usaha lainnya.

2. Liabiltas Tak Lancar (noncurrent liabilities)


Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal
perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain :
• Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal
perusahaan berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka
panjang, promes, kewajiban sewa jangka panjang.
• Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan,
misalnya: kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang
penyelesaiannya belum diketahui secara pasti.

V. PENYESUAIAN YANG DIPERLUKAN DALAM MENYUSUN LAPORAN
POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN KEUANGAN
INTERNASIONAL
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi keuangan
menurut IFRS 1 antara lain :
1. Pendahuluan dan kerangka dasar
a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profitoriented dan
SME
(Small Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi untuk
perusahaan berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud
menggunakan nilai wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis
true and fair (IFRS
Framework par 46)
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar
IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan.
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan prinsip
kehati-hatian (Prudence).
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
 Laporan posisi keuangan (neraca)
 Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian
retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi.
b. Berdasar ilustrasi IFRS :
Asset : - Asset tidak lancer
- Asset lancar
Ekuitas : - Ekuitas yang dapat distribusikan ke pemilik entitas induk
- Hak nonpengendali
Liabilitas : - Liabilitas jangka panjang
- Liabilitas jangka pendek.
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling
interest (hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Laibilitas jangka panjang disajikan sebagai Laibilitas jangka pendek jika akan
jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali
sudah selesai setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan
keuangan

3. Laporan Arus Kas


a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung
tetap diperbolehkan
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai
realisasi bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya
boleh menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba
ditahan serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat
periode dilakukan perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti dengan
Prior period error (Kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan caramelakukan
penyesuaian atas laba atau rugi tahun terjdinya perubahan estimasi dan laba rugi
periode yang akan datang jika mempengaruhi keduanya.
6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa
baik yang bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir
periode pelaporan hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal neraca)
direvisi menjadi Events after reporting period (Peristiwa setelah periode
pelaporan).
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit (the date
when the financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah
laporan keuangan setelah diterbitkan jika ada.
7. Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian (percentage of
completion method) untuk melakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban
jika realisasi konstruksi dapat diestimasi dengan andal. IAS 11 memberikan
pedoman yang sangat terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak.
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12 mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara basis
pajak dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam mengakui aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah
(government grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk
dari penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan fiscal
dan komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana
diatur dalam IAS 16
9. Aktiva Tetap
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva dapat diukur
dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga
perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik. Koreksi
akibat penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8. Dimungkinkan
juga perubahan terhadap metode penyusutan jika dalam hasil review terdapat
perubahan signifikan dengan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan
dari aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva
setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan
IAS 8.
10. Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan mengalihkan
secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan:
 Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa
 Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup rendah di
akhir masa sewa
 Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
 Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
mendekati nilai wajar aktiva
 Aktiva sewa bersifat khusus dimana lessee yang menggunakannya tanpa
perlu modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang
probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan
diakui jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan pada
pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka pendek dan
imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit method
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas
13. Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika terdapat kepastian
bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua persyaratan yang diharuskan
dalam ketentuan. Hibah akan diakui sebagai laba pada periodeperiode pelaporan
dimana entitas mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut
14. Mata Uang Asing
a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing terdapat di IAS 21
tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indicator primer dan sekunder. Indicator primer
terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang pembayaran bahan baku, upah, dan
biaya lain. Indicator sekunder terdiri dari mata uang dominan dalam pendanaan,
operasional, dan hubungan antara anak perusahaan dan induk.
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang pelaporan yang
digunakan berbeda dengan mata uang fungsional (mata uang dasar entitas bisnis
dalam menyajikan laporan keuangan).
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata uang suatu ekonomi
yang sedang mengalami inflasi tinggi, maka laporan keuangan harus disajikan
kembali sesuai IAS 29 tentang Financial Reporting in Hyper Inflation Economies.
15. Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi, atau
produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan
aktiva tersebut.
16. Hubungan Istimewa
a. Definisi dan criteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur secara detail
b. Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan tentang kompensasi
yang diberikan perusahaan terhadap manajemen dan karyawan kunci dalam bentuk
imbalan jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan jangka panjang,
pemutusan hubungan kerja dan imbalan saham.
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan harus
diungkapkan.
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan
program pensiun.
b. Laporan keuangan dibedakan antara :
 Dana pension iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih yang tersedia
untuk manfaat dan informasi terkait kebijakan pendanaan..
 Dana pension manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi aktiva bersih,
nilai sekarang manfaat yang dijanjikan, serta surplus dan defisit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar.

18. Laporan Keuangan Konsolidasi


a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non controlling
interest yang disajikan sebagai bagian ekuitas.
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali
dapat dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak perusahaan,
kecuali jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk criteria sebagai
dimiliki untuk dijual, maka harus disajikan sebagaimana diatur dalam
IFRS 5 tentang Non-current Assets Held for Sale and Discontinued
Operations.
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi jika :
 Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimilikiseluruhnya, atau
entitas anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya dan pemilik lain,
termasuk pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang telah diinformasikan
dan tidakmenolak entitas induk tersebut untuk tidak menyajikan laporan
keuangan konsolidasian.
 Instrumen utangdan instrumen ekuitas entitas induk tersebut tidak
diperdagangkan di pasar public.
 Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke public.
 Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah menghasilkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS.
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi.
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran mata
uang asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan
suatu perusahaan sehingga perusahaan investee dikategorikan sebagai
perusahaan asosiasi.
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi.
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
 penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam
bentuk aset non moneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil.
Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan
untuk mempertahankan daya beli.
 penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata
uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga
mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut.
 harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara
kredit ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya
beli selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat.
 suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga.
 tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun akun
dalam laporan keuangan.
21. Modal Ventura.
a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian bersama
operasi, pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian bersama entitas.
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional.
22. Laporan Keuangan Interim.
a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara komparatif dengan
periode interim tahun sebelumnya untuk laporan laba rugi, arus kas dan
laporan perubahan ekuitas. Namun neraca periode interim dibandingkan
dengan neraca tahunan yang terakhir.
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan format ringkas
(condensed financial statement) dengan selected explanatory notes.
23. Penurunan Nilai Aktiva.
a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya.
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai
Goodwil pada periode interim sebelumnya.
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta pelaporannya
yang menggunakan nilai wajar.
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep akresi).
Selisihnya dimasukkan dalam laporan laba rugi.
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah.
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23 tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and
Contingent Asset.
26. Kuasi Reorganisasi
Tidak diatur dalam satu standar khusus.

VI. KEBIJAKAN AKUNTANSI


Kebijakan akuntansi adalah mengenai bagaimana memilih kebijakan akuntansi. IAS
8/PSAK 25 ini mengatur hirerarki atau urutan acuan yang perlu kita ikuti dalam rangka
memilih suatu kebijakan akuntansi.
Dalam suatu periode akuntansi mewajibkan kita untuk menerapkan kebijakan ini secara
konsisten sepanjang tidak terdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur
berbeda. Apabila terdapat standar yang mengatur spesifik yang mengatur berbeda maka
kita harus mengacu ke standar tersebut dan menenerapkannya secara Konsisten.
Perubahan kebijakan akuntansi diperbolehkan jika :
1. Dibutuhkan perubahan berdasarkan IFRS.
2. Hasil dari laporan keuangan menghasilkan informasi yang relevan dan handal
untuk keperluan bisnis.
Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati sebelum merubah kebijakan akuntansi
yang ada :
1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik
Mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Namun
ketentuan dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit kelonggaran yaitu
diijinkan untuk tidak mengikuti ketentuan dalam suatu standar dalam kondisi
dampak penerapannya tidak material dan tidak dimaksudkan untuk mencapai
tujuan suatu penyajian teretentu yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya
tujuan pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi
informasi relevan dan andal.
2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik Jika
tidak erdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur transaksi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan, maka mangement dari perusahaan tersebut
diberikan kewenangan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri untuk
menentukan kebijkan akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi yang
dipilih harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan beberapa
kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraph diatas. Ketentuan ini
memperjelas arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar akuntansi yaitu
untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal.
VII. PERIODE PELAPORAN
Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal nearaca untuk laporan keuangan
pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan tersebut sesuai dengan IFRS.
Laporan keuangan disusun sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Jika entitas
mengubah periode pelaporan dan menyusun laporan keuangan untuk periode yang bukan
satu tahun, entitas harus mengungkapkan alasan perubahan itu dan menegaskan bahwa
jumlah – jumlah yang disajikan tidak sepenuhnya dapat dibandingkan.

VIII. PENGECUALIAN MANDATORI TERHADAP PENERAPAN BERLAKU SURUT


STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL LAINNYA
Tahun pertama perusahaan menerapkan IFRS memberikan kejadian unik ketika akan
melaporkan laporan keuangan di tahun tersebut, karena persyaratan transisi dari IFRS 1,
laporan keuangan untuk setidaknya satu tahun sebelum pergeseran yang tersedia di bawah
dua set standar akuntansi: GAAP lokal dan IFRS. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan
Indonesia bergeser ke IFRS pada tahun 2009, itu diperlukan untuk menyajikan laporan
keuangan komparatif retrospektif disesuaikan dengan IFRS untuk setidaknya satu tahun
sebelum tahun 2009, yaitu untuk tahun 2008. Dalam hal ini, laporan keuangan penuh 2008
yang tersedia di bawah kedua PSAK Indonesia dan IFRS, termasuk neraca pembukaan. Hal
ini memungkinkan untuk perbandingan dan identifikasi perbedaan antara mereka.
Namun, perbandingan itu tidak sepenuhnya tepat sebagai IFRS 1 dipersalahkannya
pengecualian tertentu dan pembebasan. Dalam aplikasi retrospektif, SAK efektif pada
tanggal pelaporan sepenuhnya diterapkan, tidak termasuk pengecualian wajib dan
pengecualian opsional. Pengecualian dan pembebasan dari IFRS 1 adalah satu kali
perawatan yang mungkin tidak mewakili aplikasi yang sedang berlangsung dari SAK.
Pengecualian mengacu pada kebijakan akuntansi yang tidak retrospektif karena mereka
biasanya akan membutuhkan pengecualian, pada gilirannya, memberikan perlakuan
akuntansi beberapa alternatif yang tersedia secara opsional.

IX. PENGECUALIAN OPSIONAL DARI STANDAR PELAPORAN KEUANGAN


INTERNASIONAL LAINNYA
Sebuah Entitas juga harus membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka pada tanggal
transisi IFRS. Tanggal transisi IFRS adalah awal periode dimana sebuah entitas menyajikan
informasi komparatif berdasarkan IFRS dalam laporan keuangan IFRSnya. Sebagai contoh,
bila berdasarkan target IAI Indonesia akan full convergence pada 1 Januari 2012, itu artinya
pada laporan keuangan akhir tahunnya per 31 Desember 2012 semua perusahaan di
Indonesia harus membuat laporan keuangan komparatif per 31 Desember 2011 juga, dan
juga harus menyajikan laporan posisi keuangan (hanya laporan posisi keuangan saja) pada
awal periode komparatif yaitu per 1 Januari 2011. Sehingga dalam contoh ini tanggal
transisi IFRS adalah tanggal 1 Januari 2011 (dalam IFRS 1, tanggal ini disebut dengan
laporan posisi keuangan IFRS pembuka (opening IFRS statement of financial position)).
Penerapan mundur ini disebut dengan istilah retrospektif.

X. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Basis penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial
statements) diatur dalam IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di Indonesia
menjadi PSAK 1. Laporan keuangan bertujuan umum, selanjutnya disebut laporan
keuangan, adalah laporan keuangan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna yang tidak berada dalam posisi untuk meminta entitas menyiapkan laporan untuk
memenuhi kebutuhan informasi mereka. Semua laporan keuangan harus disajikan dan
dipandang sama pentingnya.
Penerapan IFRS/SAK dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan seharusnya akan
menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar berarti menggambarkan secara apa
adanya (jujur) dampak transaksi, kejadian, serta kondisi lainnya sesuai dengan definisi dan
kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan beban yang dinyatakan dalam Kerangka
Konseptual.

Anda mungkin juga menyukai