b) Ontologi
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi ada 5 konsep utama,
yaitu: Umum dan tertentu; Umum (universal) adalah sesuatu yang pada
umumnya dimiliki oleh sesuatu. Tertentu (particular) adalah entitas nyata yang
terdapat pada ruang dan waktu. Kesengajaan (substance) dan
ketidaksengajaan (accident). Kesengajaan adalah petunjuk yang dapat
menggambarkan sebuah obyek. Ketidaksengajaan dalam filsafat adalah atribut
yang mungkin atau tidak mungkin dimiliki oleh sebuah obyek. Abstrak dan
kongkrit. Abstrak adalah obyek yang ”tidak ada” dalam ruang dan waktu
tertentu, tetapi ”ada” pada sesuatu yang tertentu, contohnya: ide. Kongkrit adalah
obyek yang ”ada” pada ruang tertentu dan mempunyai orientasi untuk waktu
tertentu. Esensi dan eksistensi Esensi adalah adalah atribut atau beberapa atribut
yang menjadi dasar keberadaan sebuah obyek. Eksistensi adalah kenyataan akan
adanya suatu obyek yang dapat dirasakan oleh indera. Determinisme dan
indeterminisme. Determinisme adalah pandangan bahwa setiap kejadian
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kejadian-kejadian
sebelumnya. Indeterminisme merupakan lawan terhadap determinisme.
c) Aksiologi
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan
lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan
lainnya seperti transfortasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain
sebagainya.
5. Teori Kebenaran
Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
a) Teori Corespondence ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan
benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan
atau pendapat tersebut.
b) Teori Consistency ® Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang
berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test
eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
c) Teori Pragmatisme ® Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang
dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai
dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna
mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa
persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya
manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu
melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
d) Kebenaran Religius ® Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan
kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi
seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
6. Skema perkembangan ilmu
7. Cara-cara manusia dalam memperoleh pengetahuan :
a) Penalaran
Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis
dan analitis. Logis artinya bahwa proses berpikir dilandaskan pada logika.
Sedangkan analitis mengandung arti bahwa proses berpikir ini dilakukan dengan
langkah-langkah tertentu dan teratur.
b) Metode Penelitian Ilmiah
Metode Penelitian Ilmiah adalah prosedur atau cara tertentu yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu/pengetahuan ilmiah.
ilmiah merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2010). Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu rasionalis, empiris, dan sistematis.
Rasionalis berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara masuk akal
sehingga dijangkau oleh penalaran manusia.
8. Bidang kajian filsafat ilmu ruang lingkupnya terus mengalami perkembangan, hal ini
tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat dan ilmu yang makin intens. Bidang
kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun berkembang dan diantara para akhli
terlihat perbedaan dalam menentukan lingkup kajian filsafat ilmu, meskipun bidang
kajian iduknya cenderung sama, sedang perbedaan lebih terlihat dalam perincian topik
telaahan. Berikut ini beberapa pendapat akhli tentang lingkup kajian filsafat ilmu :
a) Edward Madden menyatakan bahwa lingkup/bidang kajian filsafat ilmu adalah:
a. Probabilitas
b. Induksi
c. Hipotesis
b) Ernest Nagel
a. Logical pattern exhibited by explanation in the sciences
b. Construction of scientific concepts
c. Validation of scientific conclusions
c) Scheffer
a. The role of science in society
b. The world pictured by science
c. The foundations of science
Dari beberapa pendapat di atas nampak bahwa semua itu lebih bersifat menambah terhadap
lingkup kajian filsafat ilmu, sementara itu Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu.
Dalam bentuk pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan
objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu
(epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu lingkup induk
telaahan filsafat ilmu adalah :
1. ontologi
2. epistemologi
3. axiologi
ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup
masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke dua
hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses
diperolehnya ilmu, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang
benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu,
serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.
Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya
sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam filsafat ilmu, masalah-masalah
dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik kajian yang pastinya dapat masuk
ke dalam salahsatu lingkup filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada dalam
lingkup filsafat ilmu adalah (Ismaun) :
1. masalah-masalah metafisis tentang ilmu
2. masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
3. masalah-masalah metodologis tentang ilmu
4. masalah-masalah logis tentang ilmu
5. masalah-masalah etis tentang ilmu
6. masalah-masalah tentang estetika
9. filsafat ilmu menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan
semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama
bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara filsafat ilmu
itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis of
the Procedures and Logic of Scientific Explanation).
10. Problem filsafat dipandang dalam pemahaman yang sinoptik. Artinya, hal atau benda
dipahami dalam konteks keseluruhan. Ilmu hanya membahas aspek khusus atau aspek
tertentu dari benda. Dalam menghadapi kenyataan yang manusia terlibat di dalamnya,
para filsuf berusaha menggeneralisasikan, mensintesiskan, mengkritik dan
menyatupadukan (mengintegrasikan). Dengan demikian, problem filsafat mencakup
struktur kenyataan sebagai suatu keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat
Susunan kenyataan sebagai suatu keseluruhan
11. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan hakekat ilmu yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu
mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang
cenderung terfragmentasi. Untuk itu filsafat ilmu bermanfaat untuk :
Melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu
Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu
sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
Menghindarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain
di luar bidangnya
14. Melalui kajian sosiologi, konsep kebenaran, teori kebenaran dan sifat kebenaran ilmiah.
Kita bisa menarik suatu kajian kebenaran ilmiah seperti apa yang ada dalam sosiologi.
a) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi memiliki sifat rasional-logis.
b) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi bersifat empiris, yaitu melihat apa yang telah
terjadi dalam masyarakat. Kebenarannya pun bisa diuji dalam kenyataan yang
ada. Dalam konsep ini ada permasalahan yaitu berbicara tentang realitas atau
kenyataan seperti apa? hal ini dikarenakan objek penelitian sosiologi bersifat
abstrak namun real bisa dirasakan dan dialami.
c) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi sangat relevan dalam penerapanya. Melalui
sosiologi banyak persoalan sosial bisa ditemukan dan diberikan solusi jalan
keluarnya.
d) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi harus memiliki proposisi-proposisi yang benar
dan mampu di deskripsikan
e) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi dalam penulisan dan komunikasi harus dalam
tata bahasa yang benar
f) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi bersifat pluralis, hal ini dipengaruhi oleh objek
penelitian dalam sosiologi yang selalu berubah. Kebenaran dalam sosiologi tidak
bersifat monofonik namun polifonik.
Kebenaran dalam ilmu sosial merupakan kebenaran yang bersifat lokal dan tidak bisa
di generalisir. Oleh karena itu kebenaran dalam ilmu sosial akan semakin bekembang
sesuai dengan penelitian-penelitian yang berkembang dalam dunia sosial.
Kebenaran dalam ilmu bukan hanya sekedar fakta namun ada unsur kepercayaan,
sehingga mencari makna yang akhirnya menghasilkan suatu pemahaman terhadap
objek penelitian sosial. Kebenaran dalam sosiologi sangat dipengaruhi oleh perubahan
dan dinamika masyarakat.
15. Secara ilmiah, pengetahuan merupakan serangkaian kegiatan manusia dengan
pemikiran dan menggunakan berbagai tatacara sehingga menghasilkan sekumpulan
pengetahuan yang teratur menegenai kemasyarakatan, perorangan dll. untuk
memperoleh pengalaman, mencapai tujuan, serta kejelasan. mngkin itu
Pendidikan sebagai pengetahuan ilmiah,