Anda di halaman 1dari 12

1.

Konsep – konsep dalam filsafat ilmu :


a) Epistermologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-
dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan. Pengertian yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersebdiri dalam
teori pengetahuan, di antaranya adalah: Metode Induktif, yaitu suatu metode
yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam
suatu pernyataan yang lebih umum. Metode Deduktif, ialah suatu metode yang
menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem
pernyataan yang runtut. Metode Positivisme, berpangkal dari apa yang telah
diketahui.

b) Ontologi
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi ada 5 konsep utama,
yaitu: Umum dan tertentu; Umum (universal) adalah sesuatu yang pada
umumnya dimiliki oleh sesuatu. Tertentu (particular) adalah entitas nyata yang
terdapat pada ruang dan waktu. Kesengajaan (substance) dan
ketidaksengajaan (accident). Kesengajaan adalah petunjuk yang dapat
menggambarkan sebuah obyek. Ketidaksengajaan dalam filsafat adalah atribut
yang mungkin atau tidak mungkin dimiliki oleh sebuah obyek. Abstrak dan
kongkrit. Abstrak adalah obyek yang ”tidak ada” dalam ruang dan waktu
tertentu, tetapi ”ada” pada sesuatu yang tertentu, contohnya: ide. Kongkrit adalah
obyek yang ”ada” pada ruang tertentu dan mempunyai orientasi untuk waktu
tertentu. Esensi dan eksistensi Esensi adalah adalah atribut atau beberapa atribut
yang menjadi dasar keberadaan sebuah obyek. Eksistensi adalah kenyataan akan
adanya suatu obyek yang dapat dirasakan oleh indera. Determinisme dan
indeterminisme. Determinisme adalah pandangan bahwa setiap kejadian
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kejadian-kejadian
sebelumnya. Indeterminisme merupakan lawan terhadap determinisme.

c) Aksiologi
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan
lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan
lainnya seperti transfortasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain
sebagainya.

2. CIRI-CIRI ILMU (ILMU PENGETAHUAN)


Secara umum dari pengertian ilmu dapat diketahui apa sebenarnya yang menjadi ciri dari
ilmu, meskipun untuk tiap definisi memberikan titik berat yang berlainan. Menurut The
Liang Giesecara lebih khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
a) Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan)
b) Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling bergantung
dan teratur)
c) Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)
d) Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci)
e) Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)
Sementara itu Beerling menyebutkan ciri ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah :
· Mempunyai dasar pembenaran
· Bersifat sistematik
· Bersifat intersubjektif
Dengan memperhatikan penjelasan di atas nampaknya ilmu mempunyai fungsi yang
amat penting bagi kehidupan manusia, Ilmu dapat membantu untuk memahami,
menjelaskan, mengatur dan memprediksi berbagai kejadian baik yang bersifat
kealaman maupun sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Setiap masalah
yang dihadapi manusia selalu diupayakan untuk dipecahkan agar dapat dipahami,
dan setelah itu manusia menjadi mampu untuk mengaturnya serta dapat
memprediksi (sampai batas tertentu) kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
berdasarkan pemahaman yang dimilikinya, dan dengan kemampuan prediksi
tersebut maka perkiraan masa depan dapat didesain dengan baik meskipun hal itu
bersifat probabilistik, mengingat dalam kenyataannya sering terjadi hal-hal yang
bersifat unpredictable.
3. Metode Ilmiah Dan Langkah-langkahnya
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat
menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan
pengukuran)
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
Karakteristik Metode Ilmiah
Menurut sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:
Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk
mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.
Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat
secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula.
Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan
konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Langkah – Langkah Metode Ilmiah
 Menyusun Rumusan Masalah
 Menyusun Kerangka Teori
 Merumuskan Teori
 Melakukan Eksperimen
 Mengolah dan Menganalisis Data
 Menarik Kesimpulan
 Mempublikasikan Hasil
Menyusun Rumusan Masalah
Hal-hal yang harus diperhatikan:
 Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
 Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan.
 Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.
Menyusun Kerangka Teori
Mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data
fakta di lapangan.
Dari keterangan-keterangan dan informasi tersebut diperoleh penjelasan sementara
terhadap permasalahan yang terjadi.
Penarikan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan.
Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun Hipotesis.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh
dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang
dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang
mendukung hipotesis.
4. Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti
keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya sulit
untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lesan. Kemampuan berbahasa,
mendesain, atau mengoperasikan mesin atau alat yang rumit membutuhkan pengetahuan
yang tidak selalu bisa tampak secara eksplisit, dan juga tidak sebegitu mudahnya untuk
mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.
Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara sepeda.
Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar bisa
seimbang, bila sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk berbelok ke
kanan, pertama belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda sudah condong ke
kenan, belokkan setir ke kanan. Tapi mengetahui itu saja tidak cukup bagi seorang
pemula untuk bisa menyetir sepeda.
Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang
lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan keterampilan,
namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan implisit seringkali
berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya.
b. Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan
dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam
bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang
tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari
pengetahuan eksplisit.
Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk penggunaan, prosedur,
dan video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara audio-visual. Hasil kerja
seni dan desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan eksplisit
yang merupakan eksternalisasi dari keterampilan, motif dan pengetahuan manusia.
c. Pengetahuan empiris
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif
bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang
ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui
pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering
dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
d. Pengetahuan rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan
pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1
+ 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan
melalui sebuah pemikiran logis akal budi.

5. Teori Kebenaran
Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
a) Teori Corespondence ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan
benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan
atau pendapat tersebut.
b) Teori Consistency ® Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang
berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test
eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
c) Teori Pragmatisme ® Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang
dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai
dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna
mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa
persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya
manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu
melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
d) Kebenaran Religius ® Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan
kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi
seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
6. Skema perkembangan ilmu
7. Cara-cara manusia dalam memperoleh pengetahuan :
a) Penalaran
Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis
dan analitis. Logis artinya bahwa proses berpikir dilandaskan pada logika.
Sedangkan analitis mengandung arti bahwa proses berpikir ini dilakukan dengan
langkah-langkah tertentu dan teratur.
b) Metode Penelitian Ilmiah
Metode Penelitian Ilmiah adalah prosedur atau cara tertentu yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu/pengetahuan ilmiah.
ilmiah merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2010). Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu rasionalis, empiris, dan sistematis.
Rasionalis berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara masuk akal
sehingga dijangkau oleh penalaran manusia.

8. Bidang kajian filsafat ilmu ruang lingkupnya terus mengalami perkembangan, hal ini
tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat dan ilmu yang makin intens. Bidang
kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun berkembang dan diantara para akhli
terlihat perbedaan dalam menentukan lingkup kajian filsafat ilmu, meskipun bidang
kajian iduknya cenderung sama, sedang perbedaan lebih terlihat dalam perincian topik
telaahan. Berikut ini beberapa pendapat akhli tentang lingkup kajian filsafat ilmu :
a) Edward Madden menyatakan bahwa lingkup/bidang kajian filsafat ilmu adalah:
a. Probabilitas
b. Induksi
c. Hipotesis
b) Ernest Nagel
a. Logical pattern exhibited by explanation in the sciences
b. Construction of scientific concepts
c. Validation of scientific conclusions
c) Scheffer
a. The role of science in society
b. The world pictured by science
c. The foundations of science
Dari beberapa pendapat di atas nampak bahwa semua itu lebih bersifat menambah terhadap
lingkup kajian filsafat ilmu, sementara itu Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu.
Dalam bentuk pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan
objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu
(epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu lingkup induk
telaahan filsafat ilmu adalah :
1. ontologi
2. epistemologi
3. axiologi
ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup
masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke dua
hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses
diperolehnya ilmu, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang
benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu,
serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.
Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya
sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam filsafat ilmu, masalah-masalah
dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik kajian yang pastinya dapat masuk
ke dalam salahsatu lingkup filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada dalam
lingkup filsafat ilmu adalah (Ismaun) :
1. masalah-masalah metafisis tentang ilmu
2. masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
3. masalah-masalah metodologis tentang ilmu
4. masalah-masalah logis tentang ilmu
5. masalah-masalah etis tentang ilmu
6. masalah-masalah tentang estetika

9. filsafat ilmu menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan
semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama
bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara filsafat ilmu
itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis of
the Procedures and Logic of Scientific Explanation).
10. Problem filsafat dipandang dalam pemahaman yang sinoptik. Artinya, hal atau benda
dipahami dalam konteks keseluruhan. Ilmu hanya membahas aspek khusus atau aspek
tertentu dari benda. Dalam menghadapi kenyataan yang manusia terlibat di dalamnya,
para filsuf berusaha menggeneralisasikan, mensintesiskan, mengkritik dan
menyatupadukan (mengintegrasikan). Dengan demikian, problem filsafat mencakup
struktur kenyataan sebagai suatu keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat
Susunan kenyataan sebagai suatu keseluruhan
11. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan hakekat ilmu yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu
mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang
cenderung terfragmentasi. Untuk itu filsafat ilmu bermanfaat untuk :
 Melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu
 Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
 Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu
sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
 Menghindarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain
di luar bidangnya

12. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.


Adapun tugas ilmu pengetahuan yaitu antara lain Pertama : adalah dorongan ingin tahu
(curiosity) yang dimiliki oleh semua manusia normal Kedua : adalah keinginan praktis
dari pengetahuan yang diperoleh dari perenungan dan penyelidikan-penyelidikan. Dalam
terminology ilmiah tugas-tugas ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
a) Tugas Exsplanatif/tugas mengadakan Explanation (tugas menerangkan gejala-
gejala alam). Tujuan pokok dari penyelidikan-penyelidikan ilmiah tidak semata-
mata untuk melukiskan (menggandakan deskripsi) gejala-gejala melainkan juga
menyediakan keterangan-keterangan tentang gejala-gejala itu.
b) Tugas Prediktif/tugas mengadakan prediction (tugas meramal kejadian-kejadian
alam dimasa depan)
c) Tugas Kontrol atau tugas mengadakan Kontrol (Tugas mengendalikan peristiwa-
peristiwa yang bakal datang) Ilmu pengetahuan tidak hanya bertugas
membeberkan kejadian-kejadian dan menyediakan hukum atau dalil untuk
meramalkan kejadian-kejadian dimasa depan, tetapi juga bertugas mengontrol
kejadian-kejadian yang makin banyak jumlahnya, yang dimaksud dengan
mengontrol atau mengendalikan adalah mempermainkan kondisi-kondisi untuk
menimbulkan kejadian-kejadian yang diinginkan.
13. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat absolut. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat
diterima selama tidak ada fakta yang menolak kebenarannya. Kebenaran ilmu
pengetahuan bersifat pragmatis. Ilmu pengetahuan dipandang benar dan dianggap
sebagai pengetahuan yang sahih sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat
bagi manusia. Ilmu pengetahuan juga tidak selalu memberikan jawaban yang
memuaskan terhadap masalah-masalah manusia. Ilmu pengetahuan mempunyai
berbagai keterbatasan dan keterbatasan inilah yang memerlukan bantuan filsafat
dalam memberikan jawaban. Kebenaran filsafat diperoleh dengan melakukan
perenungan kefilsafatan dan bersumber dari rasio sehingga menghasilkan kebenaran
yang bersifat subyektif dan solipsistik, sehingga tidak mampu memberikan jawaban
yang memuaskan semua pihak. Untuk permasalahan-permasalahan tertentu filsafat juga
tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka manusia mencari jawaban
yang pasti dengan berpaling kepada agama.
Kebenaran agama bersifat mutlak karena berasal dari sesuatu yang mutlak dan memberi
penyelesaian yang memuaskan bagi banyak pihak. Agama memberi kepastian yang
mantap terhadap suatu bentuk kebenaran karena kebenaran agama didasarkan pada suatu
kepercayaan. Agama mengandung sistem credo atau tata kepercayaan tentang sesuatu
yang mutlak di luar manusia.

14. Melalui kajian sosiologi, konsep kebenaran, teori kebenaran dan sifat kebenaran ilmiah.
Kita bisa menarik suatu kajian kebenaran ilmiah seperti apa yang ada dalam sosiologi.
a) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi memiliki sifat rasional-logis.
b) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi bersifat empiris, yaitu melihat apa yang telah
terjadi dalam masyarakat. Kebenarannya pun bisa diuji dalam kenyataan yang
ada. Dalam konsep ini ada permasalahan yaitu berbicara tentang realitas atau
kenyataan seperti apa? hal ini dikarenakan objek penelitian sosiologi bersifat
abstrak namun real bisa dirasakan dan dialami.
c) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi sangat relevan dalam penerapanya. Melalui
sosiologi banyak persoalan sosial bisa ditemukan dan diberikan solusi jalan
keluarnya.
d) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi harus memiliki proposisi-proposisi yang benar
dan mampu di deskripsikan
e) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi dalam penulisan dan komunikasi harus dalam
tata bahasa yang benar
f) Kebenaran ilmiah dalam sosiologi bersifat pluralis, hal ini dipengaruhi oleh objek
penelitian dalam sosiologi yang selalu berubah. Kebenaran dalam sosiologi tidak
bersifat monofonik namun polifonik.
Kebenaran dalam ilmu sosial merupakan kebenaran yang bersifat lokal dan tidak bisa
di generalisir. Oleh karena itu kebenaran dalam ilmu sosial akan semakin bekembang
sesuai dengan penelitian-penelitian yang berkembang dalam dunia sosial.
Kebenaran dalam ilmu bukan hanya sekedar fakta namun ada unsur kepercayaan,
sehingga mencari makna yang akhirnya menghasilkan suatu pemahaman terhadap
objek penelitian sosial. Kebenaran dalam sosiologi sangat dipengaruhi oleh perubahan
dan dinamika masyarakat.
15. Secara ilmiah, pengetahuan merupakan serangkaian kegiatan manusia dengan
pemikiran dan menggunakan berbagai tatacara sehingga menghasilkan sekumpulan
pengetahuan yang teratur menegenai kemasyarakatan, perorangan dll. untuk
memperoleh pengalaman, mencapai tujuan, serta kejelasan. mngkin itu
Pendidikan sebagai pengetahuan ilmiah,

Anda mungkin juga menyukai