LP Diare
LP Diare
GASTROENTERITIS AKUT
DISUSUN OLEH :
NIM : J.0105.17.138
Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyakit utama
diare. Infeksi enternal ini meliputi :
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut ( OMA ), Tonsilofaringitis, Bronkopneunomia, Ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berusia dibawah usia
2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
4. Faktor psijkologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada hal yang lebih besar.
Patofisiologi
Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah muntah,
yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus
(rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya
(Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta
parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini menimbulkan
penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang
merusak sel. Atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus
adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui
air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga meningkatkan
resiko gastroenteritis, selain berpergian ke negara berkembang. Sebagian besar
gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan.
anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal 185).
Pathway GEA
Manifestasi Klinis
Mula-mula, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau
darah. Warna tinja makinlama makin berubah kehijau-hijauan karena tercampur
dengan cairan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet dan kemerahan karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat, yang beasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang , mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
menjadi dehidrasi hipotoniik, isotonik dan hipertonik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut (GEA) / diare akut
infeksi.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang lazim muncul pada klien dengan gastroenteritis
menurut Betz (2009, hal 190), antaranya adalah:
Penatalaksanaan
Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin
dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
1). Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride
80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap.
2). Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi:
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3
hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg
3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare.
Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
Pengkajian
Identitas pasien: Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku bangsa dan
pekerjaan orang tua.
1. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan frekunsi sering dan konsistensi encer.
Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
diare.
Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
Diuresis terjadi oliguria.
Riwayat imunisasi.
Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
4. Riwayat nutrisi
Asupan makanan
Keluhan nyeri abdomen.
Distensi abdomen, mual, muntah.
Berat badan biasanya turun.
5. Pola eliminasi
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan dan
sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%. Dehidrasi berat
bila terjadi penurunan berat badan 10-15%.
Kulit : Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor
kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
Mulut/lidah : Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan lidah kering
(dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi
berat).
Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus yang
meningkat.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Diagnosa. 1
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.
Tujuan : Melaporkan penurunan frekuwensi defekasi konsistensi kembali normal.
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.
Intervensi/Rasional
Diagnosa. 2
Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal (diare berat,
muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang terbatas.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
Diagnosa. 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk meningkatkan berat
badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas malnutrisi.
Intervensi/Rasional
Diagnosa. 4
Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit, jaringan.
Intervensi/Rasional
Ketahui nyeri klien. Rasional : dengan mengetahui dan memvalidasi nyeri klien
dapat membantu mengurangi ansietas klien, yang dapat menurunkan
menurunkan nyeri.
Minta klien menetapkan 1 sampai kala 5 (1 = tidak nyeri, 5 = nyeri hebat), dan
tingkat toleransi nyerinya (1 = dapat mentoleransi, 5 = tak dapat mentoleransi
sama sekali). Rasional : penentuan skala tersebut memberikan metode yang
baik untuk evaluasi pengalaman nyeri subjektif.
Tentukan hubungan antara makan dan minum serta nyeri abdomen. Rasional
: Klien dapat menghubungkan makan atau minum dengan awitan nyeri
abdomen, dan dapat membatasi masukan untuk menghindari nyeri.
Tetapkan hubungan antara pasase feses atau flatus dan nyeri mereda.
Rasional : Nyeri tidak hilang dengan pasase feses atau flatus mungkin tanda
obstruksi usus atau peritonitis.
Tetapkan apakah nyeri terjadi selama malam hari atau tidak. Rasional : Kram
abdomen atau keinginan tiba-tiba BAB dapat membangunkan klien di malam
hari.
Diagnosa. 5.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ketakutan klien dapat diatasi/diminimalkan.
Kriteria hasil : dapat menjadi derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.
Intervensi/Rasional :
Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan. Rasional : Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana
informasi.
Berikan informasi yang tepat. Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab,
usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
Identifikasi sumber stress. Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat
penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat. Rasional : Mencegah
munculnya kelelahan.
Instruksikan keluarga mengenai pencegahan untuk mencegah penyakit infeksi.
Rasional: untuk mencegah penyebaran penyakit.
Atur perawatan kesehatan pasca hospitalisasi. Rasional : untuk menjamin
pengkajian dan pengobatan yang kontinue.
DAFTAR PUSTAKA