Anda di halaman 1dari 2

GEJALA KLINIS Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke. I.

Gejala klinis pada stroke


hemoragik berupa: a. defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat
istirahat atau bangun pagi, b. kadang tidak terjadi penurunan kesadaran, c. terjadi terutama pada usia
>50 tahun, d. gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasinya 2. Gejala klinis pada stroke akut berupa a. kelumpuhan wajah atau anggota badan
(biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, b. gangguan sensibilitas pada satu anggota badan
(gangguan hemisensorik), c. perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma), d. afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara), e. disartria (bicara pelo atau cadel), f. ataksia
(tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran), g. vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK pengkajian fisik (neurologis) Pemeriksaan klinis melalui anamnesis dan 1.
Riwayat penyakit yang timbul) ekarang (kapan timbulnya, lamanya serangan, gejala t penyakit dahulu
(hipertensi, jiantung, DM, disritmia,ginjal, pernah mengalami trauma kepala) 3. Riwayat penyakit
keluarga (hipertensi, jantung, 4. Akt DM) vitas (sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan,
gangguan tonus otot, gangguan tingkat kesadaran) 5. Sirkulasi (hipertensi, jantung, disritmia, gigal g
Makanan/cairan (nafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase akut, hilang sensasi pengecapan pada
lidah, obesitas sebagai faktor risiko) sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala, penglihatan sensorik
kontralateral, afasia motorik, manan (sakit kepala dengan intensitas yang berbeda, tingkah laku
3.Pernapasan (merokok sebagai faktor risiko, tidak mampu menelan karen berkurang atau ganda, hilang
rasa reaksi pupil tidak sama). Kenya yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan otot). 8. Interaksi sosial
(masalah bicara, tidak mampu berkomanikasi). Pemeriksaan penunjang 1. Angiografi serebral.
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri 2.
Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan-CT-scan) Mengetahui adanya tekanan normal
dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar
protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi 3. Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Menunjukkan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV), arteriovena
(masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis 4. Ultrasonografi
doppler (USG doppler). Mengidentifikasi penyakit 5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG).
Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang 6. Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid. daerah yang berlawanan dari massa yang meluas,
kalsifikasi karotis interna

Pemeriksaan laboratorium 1. Darah rutin 2. Gula darah 3. Urine rutin 4. Cairan sercbrospinal 5. Analisa
gas darah (AGD) 6. Biokimia darah 7. Elektrolit KOMPLIKASI Gangguan otak yang berat. 2, Kematian bila
tidak dapat mengontrol respons pernapasan atau kardiovaskular OPENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan stroke hemoragik 1. Terapi stroke hemoragik pada serangan akut a. Saran operasi diikuti
dengan pemeriksaan. b. Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat di bagian bedah saraf c.
Penatalaksanaan umum di bagian saraf. d.Penatalaksanaan khusus pada kasus: subarachnoid
hemorrhage dan intraventricular hemorrhage kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid
hemorrhage, . parenchymatous hemorrhage, c.Neurologis pengawasan tekanan darah dan
konsentrasinya. kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak Terapi
perdarahan dan perawatan pembuluh darah. Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis
kecil. . Ammocaproic acid 100-150 ml % dalam cairan isotonik 2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali
selama 1-3 hari. - Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis pertama 300.000 IU kemudian
100.000 IU 4 x per hari IV; Contrical dosis pertama 30,000 ATU, kemudian 10.000 ATU x 2 per hari selama
5-10 hari. Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari. Kalsium mengandung obat;
Rutinium, Vicasolum, Ascorbicum

Profilaksis Vasospasme diberikan 2 mg per jam selama 1 Awasi peningkatan dara ntagonist (Nimorop" 50
ml |10mg an tekanan darah sistolik S-20 mg, koreksi postatik pneumonia, emboli arteri pulmonal, luk 10-
14 hari]). ntung, terapi penyakit jantung komorbid irulen pada luka kornea, kontraksi otot dini. Lakukan
asi, jantung, penatalaksanaan cairan dan elektrolit, p tekanan edema jaringan otak dan peningkatan TIK,
en secara umum, dan penatalaksanaan pencegahan komplikasi. Terapi infus , pemantauan (monitoring)
AGD, tromboembolisme onal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan art urine, pemeriksaan
biokimia darah - Berikan dexason 8+ 4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM, perdarahan , hipertensi
maligna) atau osmotik diuretik (dua hari sekali eugloman® ( Manitol ) 15 % 200 ml IV diikuti oleh 20 mg
Lasix® Rh minimal 10-15 hari kemudian) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian
jaringan h. Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya otak. 2. Perawatan umum klien dengan
serangan stroke akut 2. Pemantauan (monitoring) keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi 3.
Pengukuran suhu tubuh tiap dua jam. 1. Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20°C. PO2,
PCO2) Klien dengan Kesadaran Penuh dan Klien dengan Gangguan Tingkat Kesadarar

Anda mungkin juga menyukai