Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negri yang rentan terhadap bencana kompleks
(kebakaran, kerusakan, ekosistem, polusi lingkungan., dan lain lain) serta bencana
sosial. Diantara bencana tersebut salah satunya yang harus mendapatkan perhatian
khusus adalah bencana kebakaran, karena dampak yang ditimbulkan sangat cepat
dirasakan. Bencana ini secara umum termasuk dalam 2 kategori bencana, yakni
bencana alam dan bencana kompleks. Kebakaran yang disebabkan oleh kejadian alam
dimasukkan kedalam kategori bencana alam misalnya kebakaran hutan yang
disebabkan oleh kekeringan atau guguran lava gunung api. Kebakaran yang termasuk
dalam kateghori bencana kompleks adalah kebakaran pemukiman, gedung, alat,
transportasi dan lain lain (Primabodo, 2009).

Menurut badan penanggulangan daerah mentyebutkan bahwa kebakaran


merupakan suatu bencana yang merugikan banyak pihak. Kebakaran dapat
mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar
sehingga membutuhkan perhatian akan keselamatan penghuni kawasan pemukiman.
Berdasarakan UU n0.24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, kebakaran
merupakan bencana yang berdasarkan penyebab kejadiannya dapat digolongkan
sebagai bencana alam maupun bencana non alam yang diakibatkan oleh kelalaian
manusia.

Dampak yang ditimbulkan oleh bencana kebakaran inipun sangat banyak dan
cepat dirasakan. Salah satu kerugian yang paling kompleks adalah arsip-arsip penting
masyarakat. Bencana kebakaran dapat menghanguskan rumah, dokumen dokumen
berupa arsip dalam sekejap dan tidak dapat digunakan lagi. Berbeda halnya dengan
kerusakan yang di sebabkan oleh banjir masih memiliki kemungkinan diselamatkan
dengan cara mengeringkan dan menggunakan beberapa cairan kimia khusus, atau
kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi yang kemungkinan rusak besar karena

1
tertimpa bangunan, dan dapat diselamtkan dengan membersihkannya menggunakan
beberapa tekhnik khusus.
Untuk kesiapsiagaan bencana kebakaran, dinas perpustakaan dan kerasipan
deielngkapi oleh beberapa perlengkapan bersiaga menghadapi kebakaran serta
menjalin beberapa kerja sama dengan beberapa pihak. Namun, kelengkapan peralatan
tersebut tidak akan bisa digunakan saat terjadi bencana kebakaran jika sumber
manusianya belum mampu memaksimalkan penggunaan peralatan-peralatan tersebut.
Dians perpustakaan dan kearsipan memiliki perlengkapan yang cukup lengkap,
diantaranya alat pemadam api ringan (APAR), Hydrant, peringatan keselamatan, SOP
kebakaran, CCTV, Smoke Detector, lemari tahan api dan perlengkapan lainnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian kebakaran?
b. Apa saja faktor penyebab kebakaran?
c. Apa saja tanda- tanda kebakaran?
d. Daerah seperti apa yang rawan kebakaran?
e. Apa yang harus dilakukan saat kebakaran terjadi?
f. Apa saja dampak kebakaran?
g. Bagaimana solusi untuk mengatasi kebakaran?
h. Bagaimana mitigasi bencana kebakaran?

C. Tujuan
a. Mengetahui apa pengertian kebakaran
b. Mengetahui apa saja factor penyebab kebakaran
c. Mengetahui apa saja tanda- tanda kebakaran
d. Mengetahui daerah seperti apa yang rawan kebakaran
e. Mengetahui apa yang harus dilakukan saat kebakaran terjadi
f. Mengetahui apa saja dampak kebakaran
g. Mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasi kebakaran
h. Mengetahui bagaimana mitigasi bencana kebakaran

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pra Bencana Kebakaran
a. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah bahaya yang nyata yang timbul karena pemakaian listrik. Kebakaran
menyebabkan kehilangan nyawa dan tak hanya meliputi seseorang saja, tetapi dapat
terjadi di tempat-tempat di mana banyak manusia berkumpul, seperti pabrik, pusat
perbelanjaan dan sebagainya. Selain kehilangan nyawa manusia juga mengakibatkan
kerugian besar dalam hal materi. Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran
semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat
memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum
termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran. Musim kemarau dan
pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
b. Faktor Penyebab Kebakaran
1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.
3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
c. Tanda – Tanda Kebakaran
1. Muncul bau benda terbakar masuk ke ruang kabin terkadang disertai asap.
2. Segera menepikan kendaraan di posisi yang aman dan kosong, matikan mesin.
3. Sebelum keluar dari mobil, tarik tuas pembuka kap mesin. Kemudian ambil barang-
barang penting seperti ponsel, STNK (ada yang biasa meletakkannya di balik
penghalau matahari di atas kaca depan), dan terpenting—kalau tersedia tabung
pemadam.
4. Arahkan pemadam api lewat celah kap mesin (jika sudah menyemburkan api).
Jangan sekali-sekali mencoba membuka kap mesin lebar-lebar karena masuknya
udara segar akan membuat api membesar seketika.

3
5. Jika api membesar, jangan coba memadamkannya sendiri. Cari bantuan, telepon
polisi atau pemadam kebakaran.
6. Jangan berada dekat mobil, mengingat ledakan yang mungkin terjadi.
7. Memadamkan api dengan air tak ada gunanya.
d. Daerah Rawan Kebakaran
1. Daerah pemukiman padat penduduk dengan tingkat kerapatan antar bangunan yang
tinggi. Dearah seperti ini dapat dijumpai di pemukiman-pemukiman kumuh seperti
di Jakarta. Bahan bangunan yang masih semi permanen dan instalasi listrik yang
tidak teratur semakin memperbesar potensi terjadinya kebakaran besar. Selain itu
sulitnya mencari sumber air dan jauh dari hydrant menyebabkan sulitnya
pemadaman apabila terjadi kebakaran.
2. Di daerah hutan dan lahan gambut khususnya di Kalimantan dan Sumatera. Hutan-
hutan tropis basah yang belum terganggu (masih asli) umumnya tahan terhadap
kebakaran hutan dan kemungkinan akan mengalami kebakaran hanya jika terjadi
musim kemarau berkepanjangan. Namun maraknya pembalakan hutan akhir-akhir
ini yang menyebabkan degradasi pada hutan mebuat hutan jauh lebih rentan
terhadap kebakaran. Ditambah lagi dengan adanya lahan-lahan gambut yang sangat
mudah terbakar mengakibatkan api dengan sangat mdah menjalar.
3. Daerah pertokoan atau pasar biasanya antara satu dengan lainnya hanya dipisahkan
oleh sekat sehingga sangat rapat dan apabila terjadi kebakaran sangat mudah
menjalar. Misalnya saja di daerah pertokoan seperti Tanah Abang, Malioboro, dsb.
4. Daerah dengan banyak bangunan vertical atau gedung-gedung bertingkat juga sangat
rentan terjadi kebakaran. Pada gedung bertingkat api dapat menjalar dengan cepat ke
bengunan-bangunan di atasnya ditambah lagi dengan banyaknya instalasi listrik
yang dipakai terutama di perkantoran.
5. Daerah pertambangan dengan hasil tambang berupa bahan yang mudah terbakar
seperti batubara, minyak bumi, dsb. Di tempat seperti ini apabila ada percikan api
sedikit saja akan sangat mudah memicu kebakaran
B. Saat Bencana Kebakaran
Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran, diantaranya:
a. Pemadaman Dari Darat
1. Pengerahan dan pelibatan berbagai pihak dalam kegiatan pemadaman kebakaran.
Saat ini keterlibatan berbagai pihak dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan
masih minim. Contohnya, saat pemadaman kebakaran di Kalimantan Tengah

4
(Kalteng) pada tanggal 17 Agustus 2006, Tim WWF melihat tidak ada keterlibatan
pihak lain, selain Manggala Agni dari BKSDA Kalteng, yang memadamkan
kebakaran lahan gambut di pinggir kota Palangkaraya. Padahal, dalam organisasi
Pusdalkarhutla terdapat unsur Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, TNI, Polri, dan
unsur masyarakat. Keterlibatan masyarakat sangat penting, karena mereka yang
langsung berada di lokasi kebakaran.
2. Instalasi dan Penempatan Peralatan Pemadam di Lokasi yang Rawan Kebakaran.
Saat ini, kebanyakan peralatan pemadam kebakaran dikonsentrasikan di
kantor/posko yang berada di kota provinsi/kabupaten. Sehingga pada saat diperlukan
untuk pemadaman, mobilisasi alat menjadi kendala. Selain itu, pada daerah-daerah
yang diidentifikasikan rawan kebakaran, jarang terdapat sarana penampung air,
semisal embung-embung air. Instalasi dan penempatan peralatan/sarana harus sudah
dilakukan sebelum kebakaran.
3. Mencari subsitusi air untuk pemadaman kebakaran. Air merupakan unsur yang
terpenting dalam pemadaman kebakaran. Namun, tidak semua lokasi kebakaran
terdapat sumber mata air, sehingga harus dicari pengganti air yang dapat digunakan
untuk mematikan api. Materi yang dapat digunakan antara lain, tanah, pasir, dan
batang pohon basah/segar yang ditumbangkan. Substitusi air hanya dapat dilakukan
untuk kebakaran permukaan. Untuk kebakaran tanah gambut, mutlak diperlukan air.
4. Pemilihan Metode Pemadaman tepat. Terdapat beberapa metode pemadaman
kebakaran hutan dan lahan. Saat ini kebanyakan metode yang digunakan adalah
pemadaman api/kebakaran secara langsung, padahal tidak semua jenis kebakaran
dapat ditanggulangi dengan pemadaman langsung. Pemadaman langsung dapat
dilakukan apabila kebakaran belum meluas dan jumlah regu pemadam memadai.
Namun, apabila kebakaran sudah terjadi pada skala luas, pemadaman langsung tidak
efektif, maka harus dicari metode lainnya. Metode yang efektif untuk kebakaran
yang sudah meluas adalah melokalisir kebakaran. Konsepnya adalah mengorbankan
areal yang sudah pasti terbakar dengan menyelematkan areal lainnya yang lebih luas.
b. Pemadaman Dari Udara
1. Hujan Buatan
Hujan adalah cara terbaik dan paling efektif untuk memadamkan kebakaran.
Sayangnya hujan secara alami terjadi pada musimnya. Kebakaran hutan dan lahan
biasanya terjadi pada musim kemarau, sehingga sangat sulit mengharapkan bantuan
hujan untuk pemadamanya. Cara yang bisa bisa ditempuh adalah mengadakan hujan

5
buatan. Meski demikian, hujan buatan dapat diselenggarakan apabila kondisi
awannya memungkinkan. Dari beberapa kejadian kebakaran, hujan buatan terbukti
cukup signifikan mengurangi kebakaran dan dampaknya.
2. Pengeboman Air (Pemadaman Menggunakan Pesawat)
Pemadaman kebakaran menggunakan pesawat dapat efektif kalau sumber air
tersedia dan kapasitas angkut pesawat memadai. Dari beberapa upaya pengeboman
air, seperti di Riau dan Kalimantan Tengah, efektifitasnya masih rendah, karena
daya angkut air pesawat kecil (300-500 liter), sehingga pada tingkat kebakaran yang
besar, tidak dapat dipadamkan secara signifikan.
3. Mencari subsitusi air untuk pemadaman kebakaran
Air merupakan unsur yang terpenting dalam pemadaman kebakaran. Namun, tidak
semua lokasi kebakaran terdapat sumber mata air, sehingga harus dicari pengganti
air yang dapat digunakan untuk mematikan api. Materi yang dapat digunakan antara
lain, tanah, pasir, dan batang pohon basah/segar yang ditumbangkan. Substitusi air
hanya dapat dilakukan untuk kebakaran permukaan. Untuk kebakaran tanah gambut,
mutlak diperlukan air.
4. Pemilihan Metode Pemadaman tepat.
Terdapat beberapa metode pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Saat ini
kebanyakan metode yang digunakan adalah pemadaman api/kebakaran secara
langsung, padahal tidak semua jenis kebakaran dapat ditanggulangi dengan
pemadaman langsung. Pemadaman langsung dapat dilakukan apabila kebakaran
belum meluas dan jumlah regu pemadam memadai. Namun, apabila kebakaran
sudah terjadi pada skala luas, pemadaman langsung tidak efektif, maka harus dicari
metode lainnya. Metode yang efektif untuk kebakaran yang sudah meluas adalah
melokalisir kebakaran. Konsepnya adalah mengorbankan areal yang sudah pasti
terbakar dengan menyelematkan areal lainnya yang lebih luas.
C. Pasca Bencana Kebakaran
a. Dampak Kebakaran
1. Dampak Terhadap Bidang Sosial, Budaya dan Ekonomi
1) Hilangnya mata pencaharian masyarakat
2) Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari daerah
yang terbakar tidak mampu lagi melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan
dari kebakaran mengganggu aktivitas mereka yang secara otomatis juga ikut
mempengaruhi turunnya penghasilan.

6
3) Terganggunya aktivitas sehari-hari
4) Adanya asap kebakaran secara otomatis mengganggu aktivitas yang dilakukan
manusia sehari- hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak dapat
melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari menembus udara yang
penuh dengan asap.
5) Peningkatan jumlah Hama
6) Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya
mengganggu proses produksi manusia. Kebakaran yang terjadi akan memaksa
hewan- hewan yang ada di hutan keluar dari hutan dan mencari habitat baru
seperti komunitas manusia dengan merusak proses produksi manusia yang
dilaluinya.
7) Terganggunya kesehatan
8) Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama munculnya
penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan. Gejalanya ditandai dengan sesak
di dada dan mata agak berair.
9) Produktivitas menurun
10) Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita bisa
keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari tidak
mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara otomatis waktu kerja pun
berkurang.

b. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan


1. Hilangnya sejumlah spesies
Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon
namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya.
Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan
sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru.
2. Ancaman erosi
Kebakaran yang terjadi di lereng- lereng pegunungan ataupun di
dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi
menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat
hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat terbakar
menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang pada akhirnya
potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor.

7
3. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan
Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi.
Sebagai catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata
rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan
planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut
juga hilang. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat
terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah
terbakar tersebut.
4. Penurunan kualitas air
Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan
perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan
faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi
memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa
seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai yang
ada akibatnya sungai menjadi sedikit keruh.
5. Terganggunya ekosistem terumbu karang
Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap.
Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya
lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa
spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa.
6. Menurunnya devisa Negara
7. Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian
mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara.
8. Sedimentasi di aliran sungai
Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di
bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai
bersangkutan akibat erosis yang terus menerus.

c. Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara


1. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal
batas administratif.

Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga


sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari

8
kebakaran di negara Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara negara
menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia dan
Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir
kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal.

d. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata


Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali
terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap
yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu
bisnis pariwisata karena keengganan orang untuk berada di temapt yang
dipenuh

A. SOLUSI BENCANA KEBAKARAN


Berdasarkan akar permasalahan (penyebab tidak langsung) yang memicu terjadinya
kebakaran hutan dan lahan di Kalsel maka dapat diusulkan solusinya sebagai berikut.
a. kepastian tentang tata guna tanah yang tepat sesuai Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) yang disusun secara partisipatif sangat perlu
untuk dilakukan. Konversi hutan alam menjadi bentuk tutupan lahan yang lain
perlu dihindari.
b. melaksanakan program pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini perlu
dilakukan sehingga masyarakat lokal dapat berfungsi secara sosial, ekonomi
dan politik. Hal ini memerlukan adanya:
1. akses dan produksi informasi tentang teknik, manajemen dan
kelembagaan rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi
masyarakat local
2. pengakuan atas pengetahuan dan ketrampilan yang dihasilkan dan
dikembangkan masyarakat local
3. koordinasi antar sektor pembangunan yang menyentuh masyarakat
local
4. pelaksanaan dialog yang setara antar para pihak (aparat pemerintah,
pihak swasta dan masyarakat lokal)
5. kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang kondusif
6. kesadaran para pihak yang berdialog untuk menggunakan kerangka
pandang yang bebas prasangka

9
7. fleksibilitas dalam rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan
yang mencakup teknis pelaksanaan, penganggaran dan skala
kegiatan, sehingga dapat mengakomodasi dan mendukung inovasi
program yang mucul sebagai hasil dialog.
8. upaya pengendalian kebakaran di Kalsel akan lebih baik diarahkan
untuk pencegahan daripada usaha pemadaman kebakaran. Lebih
khusus lagi, usaha ini diarahkan untuk kegiatan pengelolaan bahan
bakar. Pencegahan meliputi pekerjaan yang bertujuan agar api liar
tidak terjadi. Pencegahan meliputi: pembuatan peraturan
perundangan, penyuluhan dan pengurangan bahan bakar.
Pengelolaan bahan bakar adalah kegiatan untuk memanipulasi bahan
bakar yang terdiri atas 3 kegiatan, yakni: menghilangkan bahan
bakar, mengurangi bahan bakar dan memotong atau meblokkir bahan
bakar.
9. rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tingkat
provinsi, tingkat kabupaten/kota sampai pada unit pengelolaan lahan
perlu segera dibuat dan dilaksanakan. Rencana pengendalian
kebakaran hutan dan lahan merupakan rencana operasional yang
berisikan tentang:
1) Kebijakan dan tujuan pencegahan/pengendalian
kebakaran hutan dan lahan
2) Areal yang akan dilindungi yang menjelaskan tentang luas
dan cakupan areal kerja, tipe-tipe penggunaan lahan pada
areal kerja dan prioritas areal yang dilindungi apabila
terjadi kebakaran. Hal ini penting dilakukan mengingat
keterbatasan dana dan tenaga
3) Tipe dan muatan bahan bakar. Informasi ini berguna
untuk memprediksi tingkat bahaya kebakaran, intensitas
api, kecepatan penjalaran api dan untuk menentukan
jumlah personil serta peralatan pemadaman yang akan
digunakan
4) Organisasi dan personil regu pemadam yang menjelaskan
tentang susunan organisasi, tanggungjawab, tugas serta

10
prosedur kerja baik pada saat terjadi kebakaran maupun
pada saat lain di luar musim kebakaran
5) Rencana pencegahan yang berisi tentang perundangan
yang berlaku, kampanye pencegahan, pemasangan papan-
papan peringatan, penyuluhan dan penerangan
6) Reduksi bahan bakar yang berisi metode pengurangan
bahan bakar baik muatan maupun tinggi bahan bakar. Hal
ini dilakukan agar bila terjadi kebakaran api tidak
membesar dan dapat dikendalikan denga peralatan yang
ada
7) Sistem pengukuran tingkat bahaya kebakaran
8) Rencana deteksi kebakaran yang berisi metode deteksi,
sistem pelaporan, frekuensi deteksi, tata waktu dan sistem
komunikasi
9) Rencana pemadaman yang berisi taktik, teknik
pemadaman, susunan personil, peralatan dan mobilisasi
10) Sistem peringatan dan komunikasi
11) Personil bantuan yang berisi tentang personil bantuan bila
diperlukan seperti BPK, masyarakat lokal, LSM, volunterr
12) Peralatan pemadaman yang berisi peralatan yang telah
ada, pemeliharaan, operasional dan rencana pengadaan
peralatan yang diperlukan
13) Logistic
14) Peta api
10. Pelaporan
Untuk mengatasi ini semua perlu kiranya mengembangkan
manajemen pengendalian kebakaran hutan. Menurut Stanely Vance,
manajemen adalah proses pengembilan keputusan dan pengendalian
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. untuk mengatasi kebakaran hutan
tersebut perlu dilakukan ialah:
a. Perencanaan (Planning)
Menentukan sasaran yang ingin dicapai dengan jelas
dan strategis yang diperlukan dalam upaya mengatasi

11
kebakaran hutan. Dalam upaya ini harus ada perencanaan
strategik yang bersifat jangka panjang, bukan bersifat reaktif di
mana ketika kebakaran hutan terjadi baru ada upaya
pemanadaman. Harus ada peta atau base wilayah yang menjadi
rawan kebakaran hutan. Sehingga dengan mudah melakukan
pendeteksian dini terhadap kebakran hutan yang akan terjadi.
Perencanaan ini juga bertujuan agar pelaksanaan dilapangan
dapat berjalan dengan baik, sistematis dan tidak ada tumpang
tindih tanggungjawab.

b. Pengeorganisasian (Organizing)
Keseluruhan proses pengelompokan instansi-instansi,
tugas dan tanggungjawab sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam upaya
pencagahan kebakaran hutan. Posisi masyarakat, LSM,
perusahaan, pemerintah dan instansi lainnya harus perlu adanya
koordinasi sehingga masing-masing dapat melaksanakan tugas
dan tanggungjawab dengan baik tanpa adanya saling lempar
tanggungjawab.
c. Penggerakan pengarahan (Actuating)
Tindakan untuk menggerakkan semua komponen yang
ada yang telah ditentukan fungsinya masing-masing untuk
bekerja secara makasimal mencagah atau memadamkan
kebakaran hutan sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan. Merupakan penyatuan dari semua usaha dan
penciptaan kerjasama dari pemerintah, LSM, perusahaan
perkebunan, HTI, HPH dan instansi terkait, sehingga tujuan
dapat dicapai dengan efesien dan efektif.
d. Pengawasan (Controlling)
Dilakukan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan dan menghindari tindakan di luar prosedur yang
telah ditentukan. Jika ada kekuarangan atau kesalahan di
dalam upaya penanggunlanan kebakaran hutan maka dapat

12
dilakukan perbaikan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pengawasan yang ketat disemua tingkatan dan penerapan
sanksi hukum yang tegas kepada semua komponen yang
terbukti tidak mampu menjalankan tugas atau tanggungjawab
dalam upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan.

B. MITIGASI BENCANA KEBAKARAN


Mitigasi adalah salah satu hubungan positif antara dampak bencana-bencana
dan pembangunan. Kebakaran adalah api yang tak terkendali. Mitigasi bencana
kebakaran adalah salah satu upaya agar bahaya kebakaran tidak terjadi. Pengananan
bahaya kebakaran adalah segala upaya pencegahan, peringatan dini, mitigasi, dan
kesiapsiagaan ketika sebelum terjadi kebakaran, penanganan darurat melalui
memadamkan api yang tak terkendali, pencarian, pertolongan, penyelamatan korban
maupun harta benda dan pemberian bantuan pada saat terjadi kebakaran, serta
pengungsian, pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi sarana/prasarana/fasilitas
fisik sosial/umum ketika sesudah terjadi kebakaran
Penanganan pengungsi adalah upaya yang ditujukan kepada pengungsi akibat
kebakaran yang meliputi langkah-langkah penyelamatan, evakuasi, perlindungan,
pemberian bantuan darurat, pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi sarana
atau prasarana atau fasilitas fisik sosial atau umum, pengembalian/ pemulangan/
pemindahan tempat kehidupan (Relokasi), serta Rekonsilidasi/Normalisasi sosial.
Tanggap darurat adalah segala upaya yang dilaksanakan secara terencana,
terkoordinasi, dan terpadu pada kondisi darurat dalam waktu relaltif singkat dengan
tujuan untuk menolong dan menyelamatkan jiwa juga harta benda beserta
lingkungannya sebagai akibat kebakaran.
Rehabilitasi/Rekontruksi adalah segala upaya yang dilakukan agar kerusakan
sarana/prasarana fasilitas fisik sosial/umum akibat kebakaran dapat berfungsi
kembali. Pemulihan adalah segala upaya yang dilakukan agar trauma mental
/psikis/pikiran manusia dan masyarakat akibat kebakaran dapat pulih kembali.
Relokasi adalah suatu upaya untuk menempatkan/memukimkan kembali para
pengungsi dari tempat penampungan sementara ke tempat asal atau tempat/lokasi
baru.
a. Upaya Mitigasi Bencana Kebakaran

13
Dalam menghadapi berbagai jenis bencana kebakaran yang terjadi, maka dilakukan
upaya mitigasi dengan prinsip-prinsip bahwa :
1. Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya.
2. Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan melibatkan
banyak pihak.
3. Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibandingkan upaya mitigasi pasif.
4. Sumber daya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok
rentan.
5. Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus
untuk mengetahui perubahan situasi.

b. Sedangkan strategi bencana kebakaran dapat dilakukan antara lain dengan :


1. Mengintegrasikan mitigasi bencana kebakaran dalam program pembangunan
yang lebih besar.
2. Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
3. Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukan hasil yang segera
tampak.
4. Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah
bencana kebakaran terjadi.
5. Mitigasi dilakukan dengan cara meingkatkan kemampuan lokal dalam
manajemen dan perencanaan.

c. Langkah-Langkah Mitigasi Bencana Kebakaran


1. Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan-bahan mudah terbakar.
2. Jangan biarkan sampah menumpuk.
3. Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan cair
mudah terbakar.
4. Simpan cairan mudah terbakar ditempat aman dari sumber nyala api.
5. Pastikan kabel dan peralatan listrik tidak rusak.
6. Jangan memberi beban lebih pada sirkuit listrik.
7. Jangan menempatkan alat pemadam telah terpakai pada tempatnya, segera
kirim alat pemadam api tersebut untuk diisi ulang.

14
8. Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah cukup alat-alat pemadam api yang
paling sesuai, pastikan alat pemadam ditempatkan secara tepat dan terpasang
sesuai dengan Standar Australia 2444 atau berdasarkan peraturan tentang
kebakaran dan bangunan setempat. Selain itu, dilakukan pemasangan hidran
pada gedung-gedung bertingkat tinggi.
9. Rawat dan periksa semua peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran,
alat-alat pemadam kebakaran dan hose reels secara teratur berdasarkan
Standar Australia 1851 atau peraturan tentang kebakaran dan peraturan
bangunan setempat
d. Sedangkan untuk mitigasi bencana kebakaran hutan, langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu:
1. Peningkatan masyarakat peduli api.
2. Peningkatan penegakan hukum, misalnya bagi para penebang hutan liar.
3. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan
kebakaran secara dini.
4. Pembuatan waduk di daerahnya untuk pemadaman api.
5. Pembuatan skat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan
hutan.
6. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
7. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas.
8. Melakukan pengawasan pembakaran lahan secara ketat.
9. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman
yang heterogen
10. Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
11. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan
kompos, briket arang dll).
12. Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
13. Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan
hutan.
14. Pengelolaan bahan bakar secara intensif untuk menghindari kebakaran yang
lebih luas.
e. Pengorganisasian Pengelolaan Bencana:

15
1. Pembentukan kelompok-kelompok yang akan menjadi kelompok kerja
pengelola bencana dengan tugas pokok adalah memberi peringatan dini bila
terjadi bencana dan mengkoordinir warga dalam proses penyelamatan.
2. Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana untuk kelompok -kelompok yang
telah terbentuk supaya memiliki kesiapsiagaan dalam penyelamatan saat
terjadi bencana dan paska bencana.
f. Penyelamatan Diri
1. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan keluarga, dengan
menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap kamar. Ini bisa melalui
pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah teralis rumah akan mengganggu
rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri di rumah bersama dengan
keluarga.
2. Persiapkan lampu senter di dekat tempat tidur.
3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan
tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah,
tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi.
4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman.
Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat,
demikian pula jika harus melalui jendela.
5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang
dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan
lain kecuali menerobos kobaran api.

g. Contoh Rencana Mitigasi Bencana


Skenario Penyelamatan Bencana
Area Penyelamatan:
1. Balai Desa Panggungharjo
2. Lapangan Prancak, Lapangan Krapyak, Lapangan Kweni, Lapangan Glugo.
Arah dan Jalur Penyelamatan:
a) Balai Desa Panggungharjo yang kurang lebih sekitar 2.500 m², bisa
menampung sekitar 7.000 jiwa ketika terjadi bencana. , direncanakan untuk
tempat penampungan ketika terjadi bencana untuk warga Pedukuhan
Pelemsewu, Sawit, Kweni, Jaranan.

16
b) Lapangan Prancak, direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi
bencana untuk sebagian warga Pedukuhan Glondong, Geneng, Pandes,
Ngireng-ireng.
c) Lapangan Ngireng-ireng direncanakan untuk tempat penampungan ketika
terjadi bencana untuk sebagian warga Pedukuhan Garon, Cabeyan.
d) Lapangan Krapyak direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi
bencana untuk sebagian warga Pedukuhan Krapyak Wetan, Glugo.
e) Lapangan Glugo direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi
bencana untuk sebagian warga Pedukuhan Glugo, Dongkelan, Krapyak
Kulon.
f) Lapangan Kweni direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi
bencana untuk sebagian warga Pedukuhan Kweni.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebakaran adalah bahaya yang nyata yang timbul karena pemakaian listrik.
Kebakaran menyebabkan kehilangan nyawa dan tak hanya meliputi seseorang saja, tetapi
dapat terjadi di tempat-tempat di mana banyak manusia berkumpul, seperti pabrik, pusat
perbelanjaan dan sebagainya. Sebab terjadinya kebakaran: Sambaran petir, Kecerobohan
manusia, Aktivitas vulkanis, Tindakan yang disengaja, dan Kebakaran di bawah tanah.
Tanda- tanda terjainya kebakaran adalah Muncul bau benda terbakar masuk ke ruang
kabin terkadang disertai asap.
Yang harus dilakukan ketikla kebakaran adalah: Segera menepikan kendaraan di
posisi yang aman dan kosong, matikan mesin, Sebelum keluar dari mobil, tarik tuas
pembuka kap mesin. Kemudian ambil barang-barang penting seperti ponsel, STNK (ada
yang biasa meletakkannya di balik penghalau matahari di atas kaca depan), dan
terpenting kalau tersedia tabung pemadam, Arahkan pemadam api lewat celah kap mesin
(jika sudah menyemburkan api). Jangan sekali-sekali mencoba membuka kap mesin
lebar-lebar karena masuknya udara segar akan membuat api membesar seketika, Jika api
membesar, jangan coba memadamkannya sendiri. Cari bantuan, telepon polisi atau

17
pemadam kebakaran, Jangan berada dekat mobil, mengingat ledakan yang mungkin
terjadi.
Cara mengatasi kebakaran hutan tersebut perlu dilakukan ialah: Perencanaan
(Planning), Pengeorganisasian (Organizing), Penggerakan pengarahan (Actuating), dan
Pengawasan (Controlling). Mitigasi bencana kebakaran adalah salah satu upaya agar
bahaya kebakaran tidak terjadi. Pengananan bahaya kebakaran adalah segala upaya
pencegahan, peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan ketika sebelum terjadi
kebakaran, penanganan darurat melalui memadamkan api yang tak terkendali, pencarian,
pertolongan, penyelamatan korban maupun harta benda dan pemberian bantuan pada saat
terjadi kebakaran, serta pengungsian, pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi
sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum ketika sesudah terjadi kebakaran.
B. SARAN
Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat kebakaran maka kita harus
senantiasa mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang-barang yang mudah
terbakar dan mudah meledak dari sumber api.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi afiati. 2017. Kesiapan menghadapi bencana kebakaran terhadap arsip di


dinas perpustakaandan ke arsipakan kota yogyakarta.

Boswitch, john A, 2012. Perawatan Gawat darurat. Penerbit buku kedokteran


EGC: Jakarta

Linkya :

http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/lingkungan/10/11/04/144702-

luas-kebakaran-hutan-di-indonesia-menurun

di unduh15 januari 2018

18

Anda mungkin juga menyukai