Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMASI FISIKA 1

SISTEM KOLOID DALAM FARMASI

Oleh :

Catur Putri Rahmawati

NIM. 3311 16 1 013

Farmasi A

25 Mei 2018

Dosen Pengampu :

Dr. Fikri Alatas, M.Si., Apt.

Program Studi Farmasi – Fakultas Farmasi


Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga kami masih diberikan kesehatan dan kesempatan
untuk menjalankan aktivitas, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah mengenai
“Sistem Koloid Dalam Farmasi” sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Farmasi Fisika 1.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
sumbang saran diperlukan guna perbaikan makalah ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan
penghargaan disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Cimahi, Mei 2018

Penyusun

Farmasi Fisika 1 | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ii
BAB I .......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Koloid .........................................................................................................3
2.2 Penggolongan dan Jenis-jenis Sistem Koloid ..........................................................................3
2.3 Sifat-sifat dan Kegunaan Sistem Koloid ..................................................................................4
2.3.1 Sifat Fisika........................................................................................................................4
2.3.2 Sifat Koligatif ...................................................................................................................5
2.3.3 Sifat Optis.........................................................................................................................5
2.3.4 Sifat kinetik ......................................................................................................................5
2.3.5 Sifat Listrik.......................................................................................................................6
2.4 Pembuatan dan Pemurnian Sistem Koloid ...............................................................................7
2.4.1 Pembuatan Sistem Koloid ................................................................................................7
2.4.2 Pemurnian Sistem Koloid.............................................................................................. 11
2.5 Sistem Koloid dalam Bidang Farmasi ................................................................................... 12
BAB III.................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 15
3.2 Saran...................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16

Farmasi Fisika 1 | ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1
- 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan
kepadanya sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang
mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga
berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata.
Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi,
mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari
es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi
dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang
terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga
merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran
logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya
warna merah juga merupakan sistem koloid.

Farmasi Fisika 1 | 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid ?
3. Bagaimana sifat-sifat dan penggunaan sistem koloid ?
4. Bagaimana cara membuat dan memurnikan koloid dari partikel yang tidak
dibutuhkan ?
5. Bagaimana pemanfaatan sistem koloid dalam bidang farmasi?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Menjelaskan, mengetahui dan memahami apa itu koloid.
2. Menjelaskan dan mengetahui macam-macam koloid serta penggunaannya.
3. Menjelaskan dan mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Menjelaskan dan mengetahui cara membuat dan memurnikan koloid.
5. Menjelaskan dan mengetahui contoh-contoh koloid dalam bidang farmasi.

Farmasi Fisika 1 | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Koloid


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones
adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen
zat padat dan zat cair.
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau
terdispersi dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri
dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi.
Fase terdispersi umumnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip dengan zat
terlarut dan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut dalam suatu
larutan (Yazid,2005). Zat yang terdispersi tersebut berjarak ukuran antara dimensi
partikel – partikel atomik dan molekular sampai partikel – partikel yang berukuran
milimeter, ukurannya dapat diklasifikasikan baik yang sebagai membentuk
dispersi molekular maupun dispersi koloidal. Beberapa suspensi dan emulsi dapat
mengandung suatu jarak ukuran partikel sedemikian sehingga partikel – partikel
nya yang kecil masuk dalam jarak koloidal, sedangkan yang besar – besar dapat
diklasifikasikan sebagai partikel – partikel kasar (Moechtar,1989).
Partikel – paritkel yang terletak dalam jarak ukuran koloidal mempunyai
luas permukaan yang sangat besar dibanding dengan luas permukaan partikel –
partikel yang lebih besar dengan volume yang sama (Moechtar,1989). Diameter
partikel dalam larutan sejati lebih kecil dari 1 mμ. Bila diameter partikel – partikel
dalam larutan terletak diantara 1- 100 mμ ,sistem disebut campuran kasar atau
dispersi kasar (Sukardjo,1997).

2.2 Penggolongan dan Jenis-jenis Sistem Koloid


Menurut Bird (1993), cara penggolongan koloid yang lebih umum adalah:
1. Dispersi koloid, sistem ini terjadi secara termodinamik tidak stabil karena
nisbah permukaan volume yang sangat besar.

Farmasi Fisika 1 | 3
2. Larutan koloid sejati, yang terjadi dari larutan dengan zat terlarut yang
berat molekulnya tinggi (makromolekul seperti protein ,karbohidrat, dan
sebagainya) sistem ini secara termodinamik stabil.
3. Koloid asosiasi (Association colloid) (kadang-kadang dinamakan koloid
elektrolit (colloid electrolyte). Sistem ini terdiri dari molekul – molekul
yang berat molekulnya rendah yang beragreasi membentuk partikel
berukuran koloid. Sistem ini juga stabil secara termodinamik.

Jenis-jenis sistem koloid yang umum di pelajari berdasarkan fase


terdispersi dan fase pendispersinya terdiri dari :
No Fase Fase Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi
1 Gas Cair Buih, Buih Sabun, Shampoo,
Deterjen Krim Kocok
2 Gas Padat Busa Padat Karet Busa, Batu Apung
3 Cair Gas Aerosol Cair Kabut
4 Cair Cair Emulsi Susu, Santan, Minyak
Ikan, Es Krim
5 Cair Padat Emulsi Padat Mutiara, Jeli, Keju
6 Padat Gas Aerosol Padat Asap
7 Padat Cair Sol Cat, Tinta, Larutan Agar-
Agar
8 Padat Padat Sol Padat, Kaca berwarna, Campuran
Logam

2.3 Sifat-sifat dan Kegunaan Sistem Koloid


2.3.1 Sifat Fisika
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada koloid
hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan permukaan dan viskositasnya hampir
sama dengan medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena terjadi hidrasi,
sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar
dan tegangan permukaannya lebih kecil.

Farmasi Fisika 1 | 4
2.3.2 Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini
hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah
partikel yang sama (Yazid, 2005). Ini disebabkan karena butir-butir koloid terdiri
atas beribu-ribu molekul,sedangkan pengaruh terhadap sifat koligatif hanya
ditentukan oleh jumlah molekul (Sukardjo, 1997)

2.3.3 Sifat Optis


Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat
oleh mikroskop biasa mereka dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya
dilewatkan melalui medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar
daripada 10-9 m, berkas cahaya tersebut tidak dapat dideteksi dan medium tersebut
disebut optically clear. Ketika partikel koloid hadir, bagaimanapun, sebagian
cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan diteruskan dalam intensitas
yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek Tyndall (Laider, 1982).
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid
dengan menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung
pada ukuran partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk
memperkirakan berat molekul koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai
ukuran kecil, cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang
pendek. Sebaliknya partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran besar
cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih
panjang (Bird, 1993).

2.3.4 Sifat kinetik


a. Gerak Brown
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak sebagai
bitik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku.
Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersinya disebut gerak

Farmasi Fisika 1 | 5
Brown. Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekul-
molekul medium pendispersi tidak sama (tidak setimbang) (Yazid, 2005).

b. Pengendapan (sedimentasi)
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap
karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa
partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium
pendispersinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat
massanya lebih kecil akan mengapung.
Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan
pengadukan serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi
berarti akan menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan. Namun faktor-
faktor ini pengaruhnya relatif kecil terhadap kecepatan pengendapan (Yazid,
2005).

c. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi
ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak
Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid
mendifusi karena adanya gerak Brown. Kecendrungan dari zat untuk berdifusi
dinyatakan dengan koefisien difusi. Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi
sangat lambat karena ukuran partikelnya relatif besar (Yazid, 2005).

2.3.5 Sifat Listrik


Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya
ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat
bergerak dalam medan listrik. (Yazid, 2005). Bila partikel koloid yang bermuatan
ditempatkan pada medan listrik, maka partikel tadi akan bergerak ke arah salah
satu elektroda bergantung pada muatannya. Proses ini dikenal dengan nama
elektroforesis. Laju gerakan partikel (cm/det) dalam medan listrik dengan gradien
potensial (volt/cm) dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut (Bird, 1993).

Farmasi Fisika 1 | 6
2.4 Pembuatan dan Pemurnian Sistem Koloid
2.4.1 Pembuatan Sistem Koloid
Oleh karena ukuran partikel koloid berada pada rentang antara larutan
sejati dan suspensi kasar maka sistem koloid dapat diperoleh melalui dua cara,
yaitu :
1. Pemecahan partikel-partikel besar menjadi partikel berukuran koloid. Cara
ini disebut cara dispersi.
2. Pembentukan agregat dari molekul-molekul kecil berukuran larutan
menjadi berukuran koloid. Cara ini disebut sebagai cara kondensasi.

Metode secara Dispersi


Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk membuat koloid
yang tergolong cara dispersi adalah cara mekanik, cara peptisasi, homogenisasi,
dan cara busur listrik redig.

 Cara Mekanik
Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran
koloid melalui penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat
yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi.

Gambar 1. Alat untuk membuat koloid dengan cara mekanik.

Farmasi Fisika 1 | 7
Cara mekanik, contohnya pengilingan kacang kedelai pada pembuatan
tahu dan kecap. Pembuatan cat di industri, caranya bahan cat digiling kemudian
didispersikan ke dalam medium pendispersi, seperti air. Teknik penumbukan dan
pengadukan banyak digunakan dalam pembuatan makanan, seperti kue tart dan
mayones. Kuning telur, margarin, dan gula pasir yang sudah dihaluskan,
kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.

 Cara Busur Listrik Bredig


Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam
(bahan terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air
hingga kedua ujung elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga
api listrik. Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan
membentuk atom-atomnya dan larut di dalam medium pendispersi membentuk
sol. Perhatikan Gambar 2, logam-logam yang dapat membentuk sol dengan cara
ini adalah platina, emas, dan perak.

Gambar 2. Cara busur listrik Bredig.

 Cara Peptisasi
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara
memecah partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-
ion sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid

Farmasi Fisika 1 | 8
menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel
berukuran koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi pada
permukaan partikel koloid (Gambar 3).
Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid jika ditambah NaOH dan akan menjadi koloid jika didispersikan ke dalam
air. Partikel-partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH–
dan terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil.

 Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin penghomogen sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan pada
pembuatan susu. Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid
dengan cara melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika
ukuran partikel sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam
medium pendispersi.

Gambar 3. Alat penggerus dan penghomogen partikel kasar menjadi partikel berukuran koloid.

Metode secara Kondensasi


Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil (berukuran larutan
sejati) diperbesar menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain,
larutan sejati diubah menjadi dispersi koloid. Pembentukan kabut dan awan di
udara merupakan contoh pembentukan aerosol cair melalui kondensasi molekul-

Farmasi Fisika 1 | 9
molekul air membentuk kerumunan (cluster). Cara kondensasi umumnya
dilakukan melalui reaksi kimia. Tiga macam reaksi yang dapat menghasilkan
kondensasi adalah reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan reaksi metatesis.

 Reaksi Metatesis
Apabila ke dalam larutan natrium tiosulfat ditambahkan larutan asam
klorida akan terbentuk partikel berukuran koloid. Persamaan reaksinya sebagai
berikut :
Na2S2O3 + 2HCl → 2NaCl + H2SO3 + S
Partikel berukuran koloid terbentuk akibat belerang beragregat sampai
berukuran koloid membentuk sol belerang. Jika konsentrasi pereaksi dan suhu
reaksi tidak dikendalikan, dispersi koloid tidak akan terbentuk sebab partikel
belerang akan tumbuh terus menjadi suspensi kasar dan mengendap.

 Reaksi Redoks
Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas (III) klorida dengan
formalin. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
2AuCl3 + CH4O + 3H2O → 2Au + 6HCl + CH4O2
Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atom-atom bebas, kemudian
beragregat menjadi berukuran partikel koloid. Partikel koloid distabilkan oleh ion-
ion OH– yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Ion-ion OH– ini berasal
dari ionisasi air.

 Reaksi Hidrolisis
Besi (III) klorida jika dilarutkan dalam air akan mengionisasi air
membentuk ion OH– dan H+. Ion-ion OH– bereaksi dengan besi (III) klorida
membentuk besi (III) hidroksida. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
FeCl3 + 3H2O → Fe(OH)3 + 3HCl
Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran
larutan sejati, tetapi tidak cukup besar untuk mengendap. Selain itu,
koloid Fe(OH)3 yang terbentuk distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ dari
larutan.

Farmasi Fisika 1 | 10
Gambar 19. Hidrolisis besi (III) klorida.

Pengubahan Medium Pendispersi


Kondensasi dapat terjadi jika kelarutan zat dikurangi dengan cara
mengubah pelarut. Contoh, jika larutan belerang jenuh dalam etanol dituangkan
ke dalam air, akan terbentuk sol belerang. Hal ini akibat terjadinya penurunan
kelarutan belerang dalam campuran air-etanol. Pembentukan larutan koloid
dengan cara mengurangi kelarutan dapat diamati pada saat air ditambahkan ke
dalam larutan yang mengandung indikator fenolftalein. Akibatnya, akan terbentuk
koloid yang berwarna putih seperti susu.

2.4.2 Pemurnian Sistem Koloid


Di dalam pembuatan suatu sistem koloid, sering terdapat partikel-partikel
zat terlarut yang tidak diinginkan. Pertikel-partikel ini dapat menggangu
kestabilan koloid sehingga harus dihilangkan/dimurnikan. Ada beberapa metode
pemurnian yang dapat digunakan yaitu dialisis, elektrodialisis, dan penyaring
ultra.

a. Dialisis
Beberapa jenis selaput memungkinkan ion atau molekul kecil untuk
melewatinya tetapi menahan partikel koloid atau molekul besar. Selapu demikian
disebut selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul-molekul kecil

Farmasi Fisika 1 | 11
melalui selaput semipermeabel disebut dialisis. Proses dialisis diamati pertama
kali oleh Thomas Graham. Ia menemukan bahwa beberapa zat seperti lem dan
gelatin (gel) dapat dipisahkan dari zat-zat terlarut seperti gula dan garam dengan
menggunakan selaput semipermeabel. Proses dialisis untuk memisahkan partikel-
partikel zat terlarut yang tidak diinginkan dalam sistem koloid.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut
dijadikan dasar bagi pengembanagn dialisator, salah satunya mesin pencuci darah
untuk penderita gagal ginjal.

b. Elektrodialisis
Elektrodialisis merupakan proses dialisis dibawah pengaruh medan listrik.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat
terlarut elektrolit. Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layar logam yang
menyokong selaput semipermeabel. Akibatnya, partikel-partikel zat terlarut dalam
sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan
berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik mempercepat proses pemurnian
sistem koloid.

c. Penyaring Ultra (Ultrafiltrasi)


Partikel-partikel koloid dapat dipisahkan daripartikel-partikel zat terlarut
menggunakan penyaring ultra. Penyaring ultra dapat dibuat dari kertas saring yang
telah diresapi selulosa seperti selofan (cellophane). Proses pemurnian sistem
koloid dengan menggunakan penyaring ultra termasuk lambat. Tekanan harus
dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Pada akhir proses, partikel-partikel
koloid akan tertinggal di kertas saring. Dengan menggunakan penyaring ultra
bertahap, partikel-partikel koloid dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya.

2.5 Sistem Koloid dalam Bidang Farmasi


1. Hidrogel
Hidrogel adalah suatu jenis polimer hidrofilik yang tidak larut dan
swelling (menyerap) dalam air membentuk keadaan setimbang. Hidrogel secara
umum dibagi menjadi 2 yaitu hidrogel alami seperti larutan kental sagu,

Farmasi Fisika 1 | 12
karagenan, agar, jelli untuk rambut, dan alginat sedangkan hidrogen sintetik
kontak lensa yang dibuat dari 3-Hidroksi Etil Metakrilat (HEMA). Aplikasi dalam
bidang farmasi:
a. Kontak lensa (silicon hydrogel, polyacrilamide)
b. Bahan penyangga dalam pembuatan tissue
c. Bahan penyusun popok yang akan menyerap urin bayi (sanitary
napkin)
d. Pengobatan kanker
e. Pembalut luka

2. Mikropartikel
Mikropartikel adalah partikel dengan ukuran mikrometer. Aplikasi dalam
bidang farmasi:
a. Menutupi rasa bau
b. Melindungi obat dari lingkungan
c. Mengurangi ukuran partikel untuk meningkatkan kelarutan obat-obat
yang kelarutannya kurang bagus
d. Penghantaran obat terkendali atau berkelanjutan
e. Enkapsulasi sel

3. Emulsi dan mikroemulsi


Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fasa
terdispersi) dengan zat cair lainnya, sedangkan mikroemulsi adalah salah satu
sediaan mikropartikel dimana mikroemulsi sama seperti emulsi biasa yaitu
dispersi minyak dan air hanya saja mikropartikel jernih dan transparan serta secara
termodinamika stabil. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Penghantar obat secara oral, ocular drug delivery, pulmonary drug
delivery, transdermal drug delivery, parenteral drug delivery.
b. Menutupi rasa bau
c. Obat luar

Farmasi Fisika 1 | 13
4. Liposom
Liposom atau gelembung lemak adalah suatu bentuk pengembangan dari
nano teknologi dalam bidang farmasi yaitu partikel koloid yang dibuat dengan
turunan molekul fosfolipid dari dari alam maupun sintetik. Aplikasi dalam bidang
farmasi:
a. Penghantaran obat
b. Pembawa obat dan antigen

5. Misel
Misel adalah agregat molekul ampifatik dalam air dengan bagian nonpolar
berada pada bagian dalam dan bagian polar pada bagian luar yang terpapar.
Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Pemberian/ penghantaran obat
b. Pembuatan produk kosmetik

6. Nanopartikel
Nanopartikel adalah hasil dari pembaharuan dalam bidang bioteknologi
yang mampu membantu meningkatkan efektivitas kerja obat, terutama yang
diberikan secara oral. Nanopartikel adalah partikel yang berukuran 1-1000
nanometer. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Meningkatkan bioavailabilitas obat
b. Melindungi obat dari degradasi dalam saluran pencernaan
c. Mengontrol pelepasan obat
d. Dapat bekerja spesifik terhadap target obat
e. Penghantaran obat

7. Nanokristal
Nanokristal adalah penggabungan dari ratusan atau ribuan molekul yang
membentuk kristal, terdiri dari senyawa obat murni dengan penyaluran tipis
dengan menggunakan surfaktan. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Penghantaran obat
b. Meningkatkan kerja dari antioksidan pada kosmetik

Farmasi Fisika 1 | 14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Koloid merupakan suatu sistem terdispersi yang terbagi menjadi dua fasa
yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi.
 Koloid terbagi menjadi 3 golongan yaitu disperse koloid, larutan koloid
sejati, dan asosiasi koloid.
 Sifat-sifat koloid terbagi menjadi 5 yaitu sifat fisika, sifat koligatif, sifat
optis (efek tyndall), sifat kinetik (gerak brown, pengendapan, difusi) dan
sifat listrik (elektroforesis)
 Terdapat dua metode pembuatan sistem koloid diantaranya metode
disperse dan metode kondensasi. Pemurnian sistem koloid dapat dilakukan
dengan metode dialysis, elektrodialisis dan penyaring ultra.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan
saran yang membangun amat sangat diperlukan untuk kesempurnaan makalah di
atas. Selanjutnya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjabarkan
mengenai makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Farmasi Fisika 1 | 15
DAFTAR PUSTAKA

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi


Moechtar. 1989. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia
Laider, K.J. 1982. Phisical Chemistry. The Benjamin/Cummings Publishing
Company Inc. California

Farmasi Fisika 1 | 16

Anda mungkin juga menyukai