Anda di halaman 1dari 25

HASIL LAPORAN PENGKAJIAN FOKUS

MANAJEMEN KEPERAWATAN
PADA FUNGSI PENGARAHAN: KOMUNIKASI
TIDAK TERLAKSANANYA OPERAN (TIMBANG TERIMA)
DI RUANG GATOTKACA RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Oleh :

SILFI RUSDIANA

(070117A034)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Hal ini bekaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.

Menurut Hersey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2009) manajemen


adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui
kerjasama dengan orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik
sumber dari manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto,
2009).

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf,
sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2007).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan
pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan
keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya
kepada pasien, diperlukkan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
maupun alat pengontrol pelayanan tersebut (Anonim, 2011).
Pengarahan adalah langkah keempat dari fungsi manajemen, yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktivan. Apapun istilah yang digunakan
pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Keliat Anna,2006).
Komunikasi proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian social yang besar (Simamora,2012).
Berdasarkan wawancara dengan katim di ruang Arjuna RSJD Surakarta
didapatkan hasil bahwa komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore, dan
malam belum ada kegiatan secara maksimal . timbang terima dari dinas malam ke
dinas pagi dan dinas pagi ke dinas sore di pimpin oleh kepala ruang, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim mangatakan sudah memiliki SOP
pelaksanaan operan pre dan post conferen dan hasil observasi selama tiga hari tidak
dilaksanakan operan pre dan post conferens berdasarkan SOP. Katim mengatakan
selama ini operan hanya dilakukan oleh anggota dari masing-masing TIM.
Berdasarkan hasil latar belakang diatas saya tertarik untuk membuat format
operan pre dan post conferens berdasarkan SOP dalam MPKP dan melaksanakan
operan pre dan post conferens bersama Karu sebagai bukti pendokumentasian telah
dilaksanakannya operan pre dan post conferens berdasarkan SOP di Ruang Arjuna
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

B. Tujuan
1. Umum
Setelah proses manajemen keperawatan selama 4 minggu tentang pelaksanaan
operan pre dan post conferens dilaksanakan diharapkan proses dapat berjalan
sesuai berdasarkan SOP.
2. Khusus
a. Mampu membuat format SOP tugas tentang pelaksanaan operan pre dan
post conferens.
b. Mampu melaksanakan operan pre dan post conference bersama Karu di
ruangan.
C. Metode
Problem solving sickle :
1. Pengkajian–pengkajian aspek–aspek manajemen keperawatan di unit rawat inap.
2. Perumusan masalah manajemen keperawatan di ruang rawat inap bersama
perawat ruangan.
3. Memprioritaskan masalah manajemen keperawatan yang ditemukan.
4. Mengembangkan alternatif penyelesaian masalah berdasarkan penyebabnya
untuk masalah yang menjadi prioritas masalah utama
5. Memilih alternative penyelsaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
6. Melaksanakan alternative penyelsaian masalah yang dipilih dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Mengevaluasi hasil penyelsaian masalah yang dilakukan.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat menganalisis masalah manajemen dan menyusun
rencana strategi.
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam mengidentifikasi
pentingnya komunikasi
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah
yang ada di RSJ Dr Arif Zainudin Surakarta.yang berkaitan dengan strategi
komunikasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Proses Manajemen


Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas
keperawatan (Swanburg, 2000). Pada dasarnya manajemen keperawatan adalah
proses dimana seorang perawat menjalankan profesi keperawatannya. Segala
bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan manajemen
keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008) mengartikan manajemen
sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut
Stoner yang dikutip oleh Wijayanti, (2008) manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Gulick dalam Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sedangkan menurut G.R Terry (2010) menjelaskan bahwa manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain.

B. Konsep Pengarahan
Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah
pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja
sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efisien untuk
mencapai objektif organisasi. Pada pengarahan yang harus dipertimbangkan
adalah komunikasi dalam hubungan interpersonal. Pengarahan itu dapat terjadi
apabila seorang pemimpin mendapatkan masukan yang optimum dari
bawahannya untuk kepentingan semua masalah oleh karena itu seorang
pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya.
Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan
adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal
dimana personil keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg,
2000). Sebagai seorang pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus
mempunyai kemampuan untuk membujuk bawahan bersama-sama bekerja
keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelayanan
keperawatan.untuk mencapai hal tersebut pimpinan keperawatan seharusnya
telah dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan,
program-program baru dan rencana untuk perubahan. Selain itu pimpinan
keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang dapat diterima secara sosial,
kualitas personal yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam
memimpin, serta kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua
ini ada pada seorang pimpinan keperawatan maka pengarahan yang efektif
dapat dilaksanakan sehingga dukungan bawahan untuk mencapai tujuan
manajemen keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan pengarahan
dapat dilihat dari kesamaan komando dan terciptanya tanggung jawab bawahan
secara penuh kepada satu pimpinan.
Fungsi aktuasi memusatkan perhatian pada sumber daya manusia,
sehingga ilmu tentang perilaku manusia harus mampu dikuasai oleh pimpinan.
Sikap kerja sama, motivasi, objektifitas dan peka terhadap lingkungan harus
dimiliki. Selain itu peranan kepemimpinan (leadership) serta aspek komunikasi
dalam organisasi perlu mendapat perhatian para manajer organisasi.Agar
nantinya mampu untuk actuating (memberi bimbingan), motivating
(membangkitkan motivasi), directing (memberikan arah), influencing
(mempengaruhi) dan commanding (memberikan perintah atau komando)
kepada anggota dan staf organisasi.
Tujuan fungsi aktuasi adalah;
a. Menciptakan kerja sama yang efektif dan efisien.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai pekerjaan.
d. Menciptakan suasana lingkungan yang meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja.
e. Membuat organisasi berkembang secara praktis.
Proses pengarahan dan implementasi program agar dapat dijalankan oleh
seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan
produktifitas yang tinggi.
a. Pengarahan :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungnan
dengan askep pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksankan tugasnya
7. Meningktakan kolaborasi dengan anggota tim lain

b. Pengawasan :
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan,
dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan esudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas
c) Evaluasi
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
e) Audit keperawatan

C. Pengkajian Aspek Manajerial

1. Fungsi Pengarahan

a. Motivasi
1. Strategi memotivasi individu dan kelompok
Berdasarkan wawancara dengan Ketua Tim, dan perawat pelaksana
strategi komunikasi yang dilakukan di ruang Arjuna adalah dengan iklim
motivasi yang sudah menjadi budaya dalam berkomunikasi di ruang Arjuna
yang bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan
semangat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan
reinforcement positif. Iklim motivasi dibangun dengan menggunakan
komunikasi yang biasa dilakukan dengan menyertakan kalimat motivasi
dalam setiap melakukan komunikasi, baik dengan sesama ataupun dengan
kelompok dalam kegiatan. Contoh iklim motivasi yang sering dilakukan
adalah “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik”.
Berdasarkan observasi bahwa kepala ruang kurang melakukan motivasi
terhadap semua staf keperawatan yang ada, motivasi kurang saat melakukan
operan jaga dan tiap selsesai melakukan tindakan. Bentuk motivasi yang
dilakukan adalah dengan berdo’a sebelum memulai kegiatan, mengucapkan
kalimat motivasi “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik” dan
memberikan usapan jempol serta senyuman.
Motivasi dalam melaksanakan opran pre confrence dan pos confrence
masih kurang, Dari hasil wawancara dengan ketua tim bahwa memang
belum optimal dalam menerapkan pre confrence dan pos confrence.

2. Sistem reward/punishmen
1) Reward
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim bahwa kegiatan reward
yang dilakukan di ruang Arjuna adalah apabila staf keperawatan
melakukan hal dengan baik, berdasarkan peraturan atau regulasi serta
SOP yang ada maka reward yang diberikan adalah dengan mengucapkan
“terimakasih”. Bentuk non-verbal dengan memberikan senyuman.
2) Punishmen
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang
bahwa kegiatan punishmen yang dilakukan di ruang Arjuna adalah
apabila staf melakukan kesalahan atau pelaksanaan tidak sesuai SOP
maka bentuk punishmen yang dilakukan adalah dengan bentuk teguran.
Bentuk punishmen yang dilakukan diruangan adalah dengan bentuk
konstruktif atau membangun.
b. Komunikasi
Komunikasi proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian social yang besar (Simamora,2012).
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP :
1) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore, dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas
sore di pimpin oleh kepala ruang, sedangkan operan dari dinas sore ke
dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore
Menurut hasil wawancara pada tgl 20 November 2017 dengan
katim 2, bahwa operan tidak dilakukan secara formal, namun setiap hari
tetap dilakukan .dari masing-masing tim. Katim mengatakan tidak
dilakukannya operan karena kondisi pasien tidak mengalami
perkembangan
Dari hasil wawancara pada tanggal 23 November 2017dengan
Karu, karu mengatakan bahwa diruangan sudah pernah dilakukan operan
atau timbang terima sebelumnya.
Menurut hasil observasi, operan tidak dilakukan secara optimal
karena kedatangan karu tidak tepat waktu. Dikarenakan Karu terlambat
atau memiliki kepentingan yang lain.Karu tidak mendelegasikan kepada
Katim untuk melakukan operan. Tidak adanya kesepakatan antara Karu,
Kati, dan PA untuk melakukan operan, tidak adanya SOP operan/
timbang terima di ruangan.
2) Pre conference yaitu komunikasi Ketua tim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh Ketua tim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya satu orang, maka pre conference di tiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
Ketua tim atau PJ tim.
3) Post conference yaitu komunikasi Ketua tim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelumnya operan pada shift
berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh Ketua tim atau PJ tim.
1. Strategi komunikasi
a) Operan(timbang trima)
Berdasarkan wawancara tgl 20 November 2017 yang dilakukan
dengan katim 2 bahwa operan tidak dilakukan dengan cara formal,
namun setiap hari masih dilakukan secara tim. Katim mengatakan
tidak dilakukan operan karena kondisi pasien tidak mengalami
perubahan atau perkembangan
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama empat hari
kegiatan operan menunjukkan bahwa tidak adanya operan .
Pelaksanaan operan dilakukan berdasarkan
b) Pre dan Post Konfrence
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan ketua tim
kegiatan pre dan post konfrence blm bisa optimal di lakukan di
ruangan, karena keterbatasan waktu. Kegiatan pre dan post confrence
berdasarkan metode MPKP yang sebenarnya belum pernah
dilaksanakan. Berdasarkan wawancara alasan belum pernah
dilakukan pre dan post confrrence adalah karena keterbatasan waktu
dan perbandingan antara jumlah perawat dan pasien yang kadang
tidak seimbang. Biasanya Katim merekap planning Asuhan
keperawatan dan di setor ke PA yang bertugas jaga sesuai pembagian
shift. Pre dan post conference dilakukan berbarengan saat operan
adalah untuk mengefisienkan waktu karena saat pagi hari, kesibukan
perawat meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan 1 katim ruangan bahwa alasan
tidak dilakukannya kegiatan pre dan post konfrence dikarenakan
bahwa kegiatan tersebut tidak ada bedanya dan merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi
pasien.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama tiga hari kegiatan
Pre dan Post confrence belum pernah dilakukan.
c) Case Konfrence
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ketua tim
kegiatan case confrence atau (DRK) diskusi refleksi kasus, termasuk
kegiatan interdisiplin belum pernah dilakukan karena terkendala
dibutuhkan tim medis lain yang seharusnya diikutkan dalam kegiatan
tersebut, namun karena tim medis lain tidak bisa hadir jadi belum
pernah dilakukan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim kegiatan
case confrence terkait masalah asuhan keperawatan sering dilakukan
namun tanpa terencana secara terstruktur sebelumnya, kegiatan case
confrence asuhan keperawatan pasien biasa dilakukan dalam kegiatan
operan, namun balum pernah di dokumentasikan.

Berdasarkan observasi kegiatan diskusi mengenai masalah dan


asuhan keperawatan pasien sering dilakukan namun dilakukan disela-
sela visit dokter.
2. Model komunikasi
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim dan perawat pelaksana
bahwa model komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assasement,
Recommendation) dan TBUK (Tulis, Baca, Ulangi, Kembali).
Komunikasi yang dilakukan secara lisan atau via telephone.
Berdasarkan observasi komunikasi tidak dilakukan dengan model
komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR tidak diterapkan di
pendokumentasian Asuhan keperawatan. Komunikasi SBAR
diterapkan setiap hari, diluar jam kerja atau jam jaga shift.
Komunikasi SBAr dilakukan untuk berkonsultasi dengan DPJP
mengenai kondisi terkini dan planning implementasi yang dapat
dilakukan selanjutnya.
c. Sistem Supervisi terhadap asuhan keperawatan.
1. Supervisi kelengkapan atribut.
Berdasarkan wawancara dengan katim supervisi
kelengkapan atribut belum dilakukan oleh kepala ruang.
2. Supervisi rencana harian
Berdasarkan observasi pelaksana saat shift pagi bahwa
kegiatan supervisi rencana harian belum optimal dilakukan oleh
kepala ruang.
3. Supervisi asuhan keperawatan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim
supervisi dilakukan secara berjenjang yaitu kepala ruang
mensupervisi ketua tim kemudian ketua tim mensupervisi
perawat pelaksana. Kegiatan supervisi secara insidentil belum
dilakukan. Dalam kegiatan supervisi terdapat beberapa kendala
yaitu pemahaman dan kesiapan yang akan disupervisi, sehingga
menyebabkan supervisi sulit untuk dilaksanakan.
Kegiatan yang sering dilakukan ketua tim adalah
mengobservasi kegiatan asuhan keperawatan secara tidak
langsung, dan kadang ikut dan menemani dalam melaksanakan
asuhan keperawatan
d. Pendelegasian
1. Jenis pendelegasian
Jenis pendelegasian yang dilakukan di ruang Arjuna
adalah pendelegasiaan atau pelimpahan wewenang berdasarkan
tingat jabatan. Baik dalam mengambil keputusan, asuhan
keperawatan.
2. Mekanisme pendelegasian
Mekanisme pendelegasian dilakukan secara terstruktur
atau berjenjang dan penerapannya dibagi menjadi dua yaitu
pendelegasian terencana dan insidentil biasanya di delegasikan
ke ketua tim oleh kepala ruang. Dimana pendelegasian secara
terencana diterapkan sebagai konsekuensi sistem penugasan yang
diterapkan di ruang berdasarkan metode MPKP yang diterapkan.
Sedangkan pendelegasian secara insidentil adalah dimana ketika
salah satu personel/staff tidak bisa hadir maka pendelegasian
tugas ahrus dilakukan, dalam hal ini yang mengatur
pendelegasian adalah kepala ruang dan kepala ruang bisa
berperan sebagai personel yang tidak dapat hadir.
3. Prinsip pendelegasian
Prinsip pendelegasian yang dilakukan di ruang Arjuna
adalah dengan memperhitungkan siapa yang bisa hadir untuk bisa
didelegasikan dan tidak berperspektif pada pengalaman dan
tingkat intelegensi.
4. Penetapan tugas yang akan didelegasikan
Penetapan tugas pendelegasian telah di dasarkan oleh
SOP (Standar Operasional Prosedur), tugas dan wewenang yang
dilimpahkan telah ditetapkan.Proses pendelegasian dilakukan
berdasarkan SOP.

5. Tugas pendelegasian dengan jelas


Uraian pendelegasian tugas di ruang Arjuna terkait
pendelegasian asuhan keperawatan sudah tertulis apa yang
dilimpahkan, dan ada buku bukti pendelegasian dan paraf dari
pendelegasi. Bukti pendelgasian wewenang karu sudah ada
formatnya namun pelaksanaan belum pernah dilakukan.
Dokumentasi pendelegasian tugas di runang Arjuna sudah ada.
e. Manajemen konflik
1. Konflik yang sering terjadi
Berdasarkan wawancara dengan katim bahwa konflik
yang sering terjadi di ruang Arjuna adalah masalah dokter
konsulan. Dimana seharusnya yang melakukan konsul ke dokter
spesialis adalah dokter jaga, namun disini yang melakukan konsul
ke dokter spesialis adalah perawat yang jaga sehingga
menyebabkan tumpang tindih terhadap tugas perawat. Masalah
tersebut belum pernah berefek pada pasien karena perawat tidak
menunda proses konsulan.
2. Cara penyelesaian konflik
Cara penyelesaian konflik yang sudah dilakukan adalah
dengan melakukan konsultasi dengan pihak medis/dokter.
f. Kolaborasi dan koordinasi
1. Peran Independen
Kegiatan koordinasi keperawatan independen adalah
kegiatan dalam melakukan asuhan keperawatan secara mandiri
dengan keputusan sendiri sesuai ranah keperawatan seperti
pemenuhan kebutuhan dasar fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, dll) yang biasa dilakukan perawat
tiap jaga shift di ruang Arjuna.
2. Peran Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan
asuhan keperawatan atas perintah atau instruksi dari perawat lain
atau dari perawat spesialis ke perawat general. Hal ini biasanya
dilakukan di ruang Arjuna adalah dari Karu ke Katim atau Katim
ke perawat pelaksana.
3. Peran Interdependen
Kegiatan koordinasi keperawatan interdependen adalah
fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim yang satu dengan yang lainnya.
Dalam hal ini kegiatan yang biasa dilakukan di ruang Arjuna
adalah kegiatan anatara koordinasi Ketua Tim I dan Ketua Tim II.
Berdasarkan observasi dari tanggal 21 November didapatkan
bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam menegakkan
rencana keperawatan belum berdasarkan ONEC (Observation,
Nursing Action, Education, Collaboration) dan kegiatan yang
biasa dilakukan adalah kolaborasi pemberian terapi obat oleh
dokter dan kolaborasi pemberikan makan oleh ahli gizi.
4. Kolaborasi
Kegiatan kolaborasi yang dilakukan adalah dengan
melakukan kolaborasi dengan tim medis seperti dokter, dokter
spesialis, ahli gizi, ahli farmasi, dan lain-lain dalam melakukan
asuhan keperawatan agar tercapainya kesembuhan pasien. Jenis
kegiatan ini di ruang Arjuna adalah kegiatan kolaborasiu apabila
pasien di Unit pelayanan jiwa dan fisik ada yang mengeluh fisik
maka dikolaborasikan tentang terapinya ke pihak dokter spesialis
yang mengurusi fisik begitu juga dengan keluhan psikologi atau
kejiwaan. Proses kolaborasi secara delegatif dijelaskan dalam
Undang-undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014
tentang keperawatan Pasal 32 Ayat (4).
5. Jadwal pertemuan berkala
Kegiatan atau jadwal pertemuan berkala di ruang Arjuna
dilakukan 1 bulan sekali dan direncanakan secara bersama.
Tujuan pertemuan berkala di ruang Arjuna adalah :
a) Berbagi informasi
b) Meningkatkan koordinasi dalam asuhan keperawatan
c) Mengevaluasi kinerja asuhan keperawatan
d) Membuat rencana bulanan
e) Studi kasus keperawatan dengan penyulit.
BAB III
PROSES PENYELESAIAN MASALAH
PADA FUNGSI PENGARAHAN: KOMUNIKASI
TIDAK TERLAKSANANYA OPERAN (TIMBANG TERIMA)

A. Pengkajian Aspek Manajerial


1. Fungsi Pengarahan
a. Motivasi
1) Strategi memotivasi individu dan kelompok
Berdasarkan wawancara dengan Ketua Tim, dan perawat pelaksana
strategi komunikasi yang dilakukan di ruang Arjuna adalah dengan iklim
motivasi yang sudah menjadi budaya dalam berkomunikasi di ruang Arjuna
yang bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan
semangat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan
reinforcement positif. Iklim motivasi dibangun dengan menggunakan
komunikasi yang biasa dilakukan dengan menyertakan kalimat motivasi
dalam setiap melakukan komunikasi, baik dengan sesama ataupun dengan
kelompok dalam kegiatan. Contoh iklim motivasi yang sering dilakukan
adalah “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik”.
Berdasarkan observasi bahwa kepala ruang kurang melakukan motivasi
terhadap semua staf keperawatan yang ada, motivasi kurang saat melakukan
operan jaga dan tiap selsesai melakukan tindakan. Bentuk motivasi yang
dilakukan adalah dengan berdo’a sebelum memulai kegiatan, mengucapkan
kalimat motivasi “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik” dan
memberikan usapan jempol serta senyuman.
Motivasi dalam melaksanakan opran pre confrence dan pos confrence
masih kurang, Dari hasil wawancara dengan ketua tim bahwa memang
belum optimal dalam menerapkan pre confrence dan pos confrence.
2) Sistem reward/punishmen
a.) Reward
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim bahwa kegiatan reward
yang dilakukan di ruang Arjuna adalah apabila staf keperawatan
melakukan hal dengan baik, berdasarkan peraturan atau regulasi serta
SOP yang ada maka reward yang diberikan adalah dengan mengucapkan
“terimakasih”. Bentuk non-verbal dengan memberikan senyuman.
b.) unishmen
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang
bahwa kegiatan punishmen yang dilakukan di ruang Arjuna adalah
apabila staf melakukan kesalahan atau pelaksanaan tidak sesuai SOP
maka bentuk punishmen yang dilakukan adalah dengan bentuk teguran.
Bentuk punishmen yang dilakukan diruangan adalah dengan bentuk
konstruktif atau membangun.
b. Komunikasi
Komunikasi proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian social yang besar (Simamora,2012).
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP :
1.) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore, dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas
sore di pimpin oleh kepala ruang, sedangkan operan dari dinas sore ke
dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore
2.) Pre conference yaitu komunikasi Ketua tim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh Ketua tim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya satu orang, maka pre conference di tiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
Ketua tim atau PJ tim.
3.) Post conference yaitu komunikasi Ketua tim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelumnya operan pada shift
berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh Ketua tim atau PJ tim.
3. Strategi komunikasi
a.) Operan(timbang trima)
Menurut hasil wawancara pada tgl 20 November 2017 dengan katim 2,
bahwa operan tidak dilakukan secara formal, namun setiap hari tetap
dilakukan dari masing-masing tim. Katim mengatakan tidak dilakukannya
operan karena kondisi pasien tidak mengalami perkembangan
Dari hasil wawancara pada tanggal 23 November 2017dengan Karu, karu
mengatakan bahwa diruangan sudah pernah dilakukan operan atau timbang
terima sebelumnya.
Menurut hasil observasi, operan tidak dilakukan secara optimal karena
kedatangan karu tidak tepat waktu. Dikarenakan Karu terlambat atau memiliki
kepentingan yang lain.Karu tidak mendelegasikan kepada Katim untuk
melakukan operan. Tidak adanya kesepakatan antara Karu, Kati, dan PA
untuk melakukan operan.
b.) Pre dan Post Konfrence
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan ketua tim kegiatan pre
dan post konfrence blm bisa optimal di lakukan di ruangan, karena
keterbatasan waktu. Kegiatan pre dan post confrence berdasarkan metode
MPKP yang sebenarnya belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan wawancara
alasan belum pernah dilakukan pre dan post confrrence adalah karena
keterbatasan waktu dan perbandingan antara jumlah perawat dan pasien yang
kadang tidak seimbang. Biasanya Katim merekap planning Asuhan
keperawatan dan di setor ke PA yang bertugas jaga sesuai pembagian shift.
Pre dan post conference dilakukan berbarengan saat operan adalah untuk
mengefisienkan waktu karena saat pagi hari, kesibukan perawat meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan 1 katim ruangan bahwa alasan tidak
dilakukannya kegiatan pre dan post konfrence dikarenakan bahwa kegiatan
tersebut tidak ada bedanya dan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi mengenai kondisi pasien.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama tiga hari kegiatan Pre dan
Post confrence belum pernah dilakukan.
c.) Case Konfrence
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ketua tim kegiatan case
confrence atau (DRK) diskusi refleksi kasus, termasuk kegiatan interdisiplin
belum pernah dilakukan karena terkendala dibutuhkan tim medis lain yang
seharusnya diikutkan dalam kegiatan tersebut, namun karena tim medis lain
tidak bisa hadir jadi belum pernah dilakukan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim kegiatan case
confrence terkait masalah asuhan keperawatan sering dilakukan namun tanpa
terencana secara terstruktur sebelumnya, kegiatan case confrence asuhan
keperawatan pasien biasa dilakukan dalam kegiatan operan, namun balum
pernah di dokumentasikan.
Berdasarkan observasi kegiatan diskusi mengenai masalah dan asuhan
keperawatan pasien sering dilakukan namun dilakukan disela-sela visit dokter.
4. Model komunikasi
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim dan perawat pelaksana bahwa
model komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assasement, Recommendation) dan TBUK (Tulis, Baca,
Ulangi, Kembali). Komunikasi yang dilakukan secara lisan atau via telephone.
Berdasarkan observasi komunikasi tidak dilakukan dengan model
komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR tidak diterapkan di pendokumentasian
Asuhan keperawatan. Komunikasi SBAR diterapkan setiap hari, diluar jam kerja
atau jam jaga shift. Komunikasi SBAr dilakukan untuk berkonsultasi dengan
DPJP mengenai kondisi terkini dan planning implementasi yang dapat dilakukan
selanjutnya.

5. Sistem Supervisi terhadap asuhan keperawatan.


a.) Supervisi kelengkapan atribut.
Berdasarkan wawancara dengan katim supervisi kelengkapan atribut
belum dilakukan oleh kepala ruang.
b.) Supervisi rencana harian
Berdasarkan observasi pelaksana saat shift pagi bahwa kegiatan supervisi
rencana harian belum optimal dilakukan oleh kepala ruang.
c.) Supervisi asuhan keperawatan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim supervisi dilakukan
secara berjenjang yaitu kepala ruang mensupervisi ketua tim kemudian ketua
tim mensupervisi perawat pelaksana. Kegiatan supervisi secara insidentil
belum dilakukan. Dalam kegiatan supervisi terdapat beberapa kendala yaitu
pemahaman dan kesiapan yang akan disupervisi, sehingga menyebabkan
supervisi sulit untuk dilaksanakan.
Kegiatan yang sering dilakukan ketua tim adalah mengobservasi kegiatan
asuhan keperawatan secara tidak langsung, dan kadang ikut dan menemani
dalam melaksanakan asuhan keperawatan
6. Pendelegasian
1.) Jenis pendelegasian
Jenis pendelegasian yang dilakukan di ruang Arjuna adalah
pendelegasiaan atau pelimpahan wewenang berdasarkan tingat jabatan. Baik
dalam mengambil keputusan, asuhan keperawatan.
2.) Mekanisme pendelegasian
Mekanisme pendelegasian dilakukan secara terstruktur atau berjenjang
dan penerapannya dibagi menjadi dua yaitu pendelegasian terencana dan
insidentil biasanya di delegasikan ke ketua tim oleh kepala ruang. Dimana
pendelegasian secara terencana diterapkan sebagai konsekuensi sistem
penugasan yang diterapkan di ruang berdasarkan metode MPKP yang
diterapkan. Sedangkan pendelegasian secara insidentil adalah dimana ketika
salah satu personel/staff tidak bisa hadir maka pendelegasian tugas ahrus
dilakukan, dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala ruang
dan kepala ruang bisa berperan sebagai personel yang tidak dapat hadir.
3.) Prinsip pendelegasian
Prinsip pendelegasian yang dilakukan di ruang Arjuna adalah dengan
memperhitungkan siapa yang bisa hadir untuk bisa didelegasikan dan tidak
berperspektif pada pengalaman dan tingkat intelegensi.

4.) Penetapan tugas yang akan didelegasikan


Penetapan tugas pendelegasian telah di dasarkan oleh SOP (Standar
Operasional Prosedur), tugas dan wewenang yang dilimpahkan telah
ditetapkan.Proses pendelegasian dilakukan berdasarkan SOP.
5.) Tugas pendelegasian dengan jelas
Uraian pendelegasian tugas di ruang Arjuna terkait pendelegasian asuhan
keperawatan sudah tertulis apa yang dilimpahkan, dan ada buku bukti
pendelegasian dan paraf dari pendelegasi. Bukti pendelgasian wewenang karu
sudah ada formatnya namun pelaksanaan belum pernah dilakukan.
Dokumentasi pendelegasian tugas di runang Arjuna sudah ada.
7. Manajemen konflik
1.) Konflik yang sering terjadi
Berdasarkan wawancara dengan katim bahwa konflik yang sering terjadi
di ruang Arjuna adalah masalah dokter konsulan. Dimana seharusnya yang
melakukan konsul ke dokter spesialis adalah dokter jaga, namun disini yang
melakukan konsul ke dokter spesialis adalah perawat yang jaga sehingga
menyebabkan tumpang tindih terhadap tugas perawat. Masalah tersebut
belum pernah berefek pada pasien karena perawat tidak menunda proses
konsulan.
2.) Cara penyelesaian konflik
Cara penyelesaian konflik yang sudah dilakukan adalah dengan
melakukan konsultasi dengan pihak medis/dokter.
8. Kolaborasi dan koordinasi
1.) Kolaborasi
Kegiatan kolaborasi yang dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi
dengan tim medis seperti dokter, dokter spesialis, ahli gizi, ahli farmasi, dan
lain-lain dalam melakukan asuhan keperawatan agar tercapainya kesembuhan
pasien. Jenis kegiatan ini di ruang Arjuna adalah kegiatan kolaborasiu apabila
pasien di Unit pelayanan jiwa dan fisik ada yang mengeluh fisik maka
dikolaborasikan tentang terapinya ke pihak dokter spesialis yang mengurusi
fisik begitu juga dengan keluhan psikologi atau kejiwaan. Proses kolaborasi
secara delegatif dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor
38 tahun 2014 tentang keperawatan Pasal 32 Ayat (4).
2.) Jadwal pertemuan berkala
Kegiatan atau jadwal pertemuan berkala di ruang Arjuna dilakukan 1
bulan sekali dan direncanakan secara bersama.
Tujuan pertemuan berkala di ruang Arjuna adalah :
f) Berbagi informasi
g) Meningkatkan koordinasi dalam asuhan keperawatan
h) Mengevaluasi kinerja asuhan keperawatan
i) Membuat rencana bulanan
j) Studi kasus keperawatan dengan penyulit

3.) Peran Independen


Kegiatan koordinasi keperawatan independen adalah kegiatan dalam
melakukan asuhan keperawatan secara mandiri dengan keputusan sendiri
sesuai ranah keperawatan seperti pemenuhan kebutuhan dasar fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, dll) yang biasa dilakukan perawat
tiap jaga shift di ruang Arjuna.

4.) Peran Dependen


Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan asuhan
keperawatan atas perintah atau instruksi dari perawat lain atau dari perawat
spesialis ke perawat general. Hal ini biasanya dilakukan di ruang Arjuna
adalah dari Karu ke Katim atau Katim ke perawat pelaksana.
5.) Peran Interdependen
Kegiatan koordinasi keperawatan interdependen adalah fungsi ini
dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara
tim yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kegiatan yang biasa
dilakukan di ruang Arjuna adalah kegiatan anatara koordinasi Ketua Tim I
dan Ketua Tim II. Berdasarkan observasi dari tanggal 21 November
didapatkan bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam menegakkan
rencana keperawatan belum berdasarkan ONEC (Observation, Nursing
Action, Education, Collaboration) dan kegiatan yang biasa dilakukan adalah
kolaborasi pemberian terapi obat oleh dokter dan kolaborasi pemberikan
makan oleh ahli gizi.

Anda mungkin juga menyukai