MANAJEMEN KEPERAWATAN
PADA FUNGSI PENGARAHAN: KOMUNIKASI
TIDAK TERLAKSANANYA OPERAN (TIMBANG TERIMA)
DI RUANG GATOTKACA RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
Oleh :
SILFI RUSDIANA
(070117A034)
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Hal ini bekaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.
B. Tujuan
1. Umum
Setelah proses manajemen keperawatan selama 4 minggu tentang pelaksanaan
operan pre dan post conferens dilaksanakan diharapkan proses dapat berjalan
sesuai berdasarkan SOP.
2. Khusus
a. Mampu membuat format SOP tugas tentang pelaksanaan operan pre dan
post conferens.
b. Mampu melaksanakan operan pre dan post conference bersama Karu di
ruangan.
C. Metode
Problem solving sickle :
1. Pengkajian–pengkajian aspek–aspek manajemen keperawatan di unit rawat inap.
2. Perumusan masalah manajemen keperawatan di ruang rawat inap bersama
perawat ruangan.
3. Memprioritaskan masalah manajemen keperawatan yang ditemukan.
4. Mengembangkan alternatif penyelesaian masalah berdasarkan penyebabnya
untuk masalah yang menjadi prioritas masalah utama
5. Memilih alternative penyelsaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
6. Melaksanakan alternative penyelsaian masalah yang dipilih dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Mengevaluasi hasil penyelsaian masalah yang dilakukan.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat menganalisis masalah manajemen dan menyusun
rencana strategi.
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam mengidentifikasi
pentingnya komunikasi
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah
yang ada di RSJ Dr Arif Zainudin Surakarta.yang berkaitan dengan strategi
komunikasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Konsep Pengarahan
Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah
pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja
sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efisien untuk
mencapai objektif organisasi. Pada pengarahan yang harus dipertimbangkan
adalah komunikasi dalam hubungan interpersonal. Pengarahan itu dapat terjadi
apabila seorang pemimpin mendapatkan masukan yang optimum dari
bawahannya untuk kepentingan semua masalah oleh karena itu seorang
pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya.
Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan
adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal
dimana personil keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg,
2000). Sebagai seorang pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus
mempunyai kemampuan untuk membujuk bawahan bersama-sama bekerja
keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelayanan
keperawatan.untuk mencapai hal tersebut pimpinan keperawatan seharusnya
telah dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan,
program-program baru dan rencana untuk perubahan. Selain itu pimpinan
keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang dapat diterima secara sosial,
kualitas personal yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam
memimpin, serta kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua
ini ada pada seorang pimpinan keperawatan maka pengarahan yang efektif
dapat dilaksanakan sehingga dukungan bawahan untuk mencapai tujuan
manajemen keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan pengarahan
dapat dilihat dari kesamaan komando dan terciptanya tanggung jawab bawahan
secara penuh kepada satu pimpinan.
Fungsi aktuasi memusatkan perhatian pada sumber daya manusia,
sehingga ilmu tentang perilaku manusia harus mampu dikuasai oleh pimpinan.
Sikap kerja sama, motivasi, objektifitas dan peka terhadap lingkungan harus
dimiliki. Selain itu peranan kepemimpinan (leadership) serta aspek komunikasi
dalam organisasi perlu mendapat perhatian para manajer organisasi.Agar
nantinya mampu untuk actuating (memberi bimbingan), motivating
(membangkitkan motivasi), directing (memberikan arah), influencing
(mempengaruhi) dan commanding (memberikan perintah atau komando)
kepada anggota dan staf organisasi.
Tujuan fungsi aktuasi adalah;
a. Menciptakan kerja sama yang efektif dan efisien.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai pekerjaan.
d. Menciptakan suasana lingkungan yang meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja.
e. Membuat organisasi berkembang secara praktis.
Proses pengarahan dan implementasi program agar dapat dijalankan oleh
seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan
produktifitas yang tinggi.
a. Pengarahan :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungnan
dengan askep pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksankan tugasnya
7. Meningktakan kolaborasi dengan anggota tim lain
b. Pengawasan :
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan,
dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan esudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas
c) Evaluasi
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
e) Audit keperawatan
1. Fungsi Pengarahan
a. Motivasi
1. Strategi memotivasi individu dan kelompok
Berdasarkan wawancara dengan Ketua Tim, dan perawat pelaksana
strategi komunikasi yang dilakukan di ruang Arjuna adalah dengan iklim
motivasi yang sudah menjadi budaya dalam berkomunikasi di ruang Arjuna
yang bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan
semangat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan
reinforcement positif. Iklim motivasi dibangun dengan menggunakan
komunikasi yang biasa dilakukan dengan menyertakan kalimat motivasi
dalam setiap melakukan komunikasi, baik dengan sesama ataupun dengan
kelompok dalam kegiatan. Contoh iklim motivasi yang sering dilakukan
adalah “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik”.
Berdasarkan observasi bahwa kepala ruang kurang melakukan motivasi
terhadap semua staf keperawatan yang ada, motivasi kurang saat melakukan
operan jaga dan tiap selsesai melakukan tindakan. Bentuk motivasi yang
dilakukan adalah dengan berdo’a sebelum memulai kegiatan, mengucapkan
kalimat motivasi “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik” dan
memberikan usapan jempol serta senyuman.
Motivasi dalam melaksanakan opran pre confrence dan pos confrence
masih kurang, Dari hasil wawancara dengan ketua tim bahwa memang
belum optimal dalam menerapkan pre confrence dan pos confrence.
2. Sistem reward/punishmen
1) Reward
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim bahwa kegiatan reward
yang dilakukan di ruang Arjuna adalah apabila staf keperawatan
melakukan hal dengan baik, berdasarkan peraturan atau regulasi serta
SOP yang ada maka reward yang diberikan adalah dengan mengucapkan
“terimakasih”. Bentuk non-verbal dengan memberikan senyuman.
2) Punishmen
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang
bahwa kegiatan punishmen yang dilakukan di ruang Arjuna adalah
apabila staf melakukan kesalahan atau pelaksanaan tidak sesuai SOP
maka bentuk punishmen yang dilakukan adalah dengan bentuk teguran.
Bentuk punishmen yang dilakukan diruangan adalah dengan bentuk
konstruktif atau membangun.
b. Komunikasi
Komunikasi proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian social yang besar (Simamora,2012).
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP :
1) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore, dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas
sore di pimpin oleh kepala ruang, sedangkan operan dari dinas sore ke
dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore
Menurut hasil wawancara pada tgl 20 November 2017 dengan
katim 2, bahwa operan tidak dilakukan secara formal, namun setiap hari
tetap dilakukan .dari masing-masing tim. Katim mengatakan tidak
dilakukannya operan karena kondisi pasien tidak mengalami
perkembangan
Dari hasil wawancara pada tanggal 23 November 2017dengan
Karu, karu mengatakan bahwa diruangan sudah pernah dilakukan operan
atau timbang terima sebelumnya.
Menurut hasil observasi, operan tidak dilakukan secara optimal
karena kedatangan karu tidak tepat waktu. Dikarenakan Karu terlambat
atau memiliki kepentingan yang lain.Karu tidak mendelegasikan kepada
Katim untuk melakukan operan. Tidak adanya kesepakatan antara Karu,
Kati, dan PA untuk melakukan operan, tidak adanya SOP operan/
timbang terima di ruangan.
2) Pre conference yaitu komunikasi Ketua tim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh Ketua tim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya satu orang, maka pre conference di tiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
Ketua tim atau PJ tim.
3) Post conference yaitu komunikasi Ketua tim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelumnya operan pada shift
berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh Ketua tim atau PJ tim.
1. Strategi komunikasi
a) Operan(timbang trima)
Berdasarkan wawancara tgl 20 November 2017 yang dilakukan
dengan katim 2 bahwa operan tidak dilakukan dengan cara formal,
namun setiap hari masih dilakukan secara tim. Katim mengatakan
tidak dilakukan operan karena kondisi pasien tidak mengalami
perubahan atau perkembangan
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama empat hari
kegiatan operan menunjukkan bahwa tidak adanya operan .
Pelaksanaan operan dilakukan berdasarkan
b) Pre dan Post Konfrence
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan ketua tim
kegiatan pre dan post konfrence blm bisa optimal di lakukan di
ruangan, karena keterbatasan waktu. Kegiatan pre dan post confrence
berdasarkan metode MPKP yang sebenarnya belum pernah
dilaksanakan. Berdasarkan wawancara alasan belum pernah
dilakukan pre dan post confrrence adalah karena keterbatasan waktu
dan perbandingan antara jumlah perawat dan pasien yang kadang
tidak seimbang. Biasanya Katim merekap planning Asuhan
keperawatan dan di setor ke PA yang bertugas jaga sesuai pembagian
shift. Pre dan post conference dilakukan berbarengan saat operan
adalah untuk mengefisienkan waktu karena saat pagi hari, kesibukan
perawat meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan 1 katim ruangan bahwa alasan
tidak dilakukannya kegiatan pre dan post konfrence dikarenakan
bahwa kegiatan tersebut tidak ada bedanya dan merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi
pasien.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama tiga hari kegiatan
Pre dan Post confrence belum pernah dilakukan.
c) Case Konfrence
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ketua tim
kegiatan case confrence atau (DRK) diskusi refleksi kasus, termasuk
kegiatan interdisiplin belum pernah dilakukan karena terkendala
dibutuhkan tim medis lain yang seharusnya diikutkan dalam kegiatan
tersebut, namun karena tim medis lain tidak bisa hadir jadi belum
pernah dilakukan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim kegiatan
case confrence terkait masalah asuhan keperawatan sering dilakukan
namun tanpa terencana secara terstruktur sebelumnya, kegiatan case
confrence asuhan keperawatan pasien biasa dilakukan dalam kegiatan
operan, namun balum pernah di dokumentasikan.