Anda di halaman 1dari 23

Kata Pengantar

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan pertolongan-Nya,
raferat yang berjudul “Foto polos pada Pneumonia” dapat selesai disusun. Referat ini disusun
sebagai sarana diskusi dan pembelajaran, serta diajukan guna untuk memenuhi persyaratan
penilaian di kepaniteraan klinik radiologi di rumah sakit Mardi Rahayu, Kudus.

Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada Dr. Bambang Widjanarko,Sp.Rad yang
telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Penyusun
 juga ingin mengucapkan
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan raferat ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam raferat ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai isi,
susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman dari penyusun dalam mengerjakan referat ini. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Kudus, 24 mei 2012

Penyusun.
Daftar isi

Kata pengantar ……………………………………………………………………… 1

Daftar isi ………………………………………………………


……………………………………………………………………....
…………….... 2

Bab I pendahuluan ……………………………………………………………………… 3

Bab II Pembahasan

Bab III penutup

Daftar pustaka
Bab I

I. Pendahuluan

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) masih terus menjadi masalah kesehatan yang utama
meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru ataupun lama sangat pesat,
dan kemampuan obat-obat antimikroba telah banyak ditingkatkan. Selain itu masih banyak 
terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostic dan pilihan pengobatan.

ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa
didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. Dan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan
gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas.

Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain). Secara anatomis pneumonia
dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia segmentalis, dan pneumonia
lobularis yang dikenal sebagai bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah.
Selain itu pneumonia dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia
komunitas dan pneumonia rumah sakit.
Insiden pneumonia

Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran napas
yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas / PK) atau di dalam rumah sakit (pneumonia
nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.

Di AS pneumonia mencapai 13% dari semua penyakit infeksi pada anak dibawah 2 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian insiden pada pneumonia didapat 4 kasus dari 100 anak prasekolah, 2
kasus dari 100 anak umur 5-9 tahun,dan 1 kasus ditemukan dari 100 anak umur 9-15 tahun.

UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena penyakit pneumonia
setiap tahun. Meskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan pada daerah berkembang akan
tetapi di Negara majupun ditemukan kasus yang cukup signifikan.

Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang siapa saja. Meskipun lebih banyak ditemukan
pada anak-anak. Pada berbagai usia penyebabnya cendrung berbeda-beda, dan dapat menjadi
pedoman dalam memberikan terapi.

Epidemiologi pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak di dapatkan dan
sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Inggris pneumonia
menyebabkan kematian 10 kali lebih banyak dari pada penyakit infeksi lain, sedangkan di AS
merupakan penyebab kematian urutan ke 15.

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan;
prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan
(morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi
23,8%, dan Balita 15,5%.

Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada
kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit
dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen
paru bervariasi menurut lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan
masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan letak geografik 
mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.

Pemeriksaan foto polos

Pemeriksaan foto polos thoraks merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dalam
menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan
merubah orientasi relatif tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah
posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.

1. Posteroanterior (PA)

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari thorax
dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran
ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray. Sumber
radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan pancaran X-ray
ditransmisikan ke pasien.

2. Anteroposterior (AP)

Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih sulit
diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana sulit
untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa bangun dari
tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk mendapatkan CXR
 berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.

3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral pasien
berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari X-ray dada adalah :

1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi


(pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis.
Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis.
Nodul juga dapat multiple.

2. Kavitas

Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru,
infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur,
dan wegener’s granulomatosis.

3. Abnormalitas pleura.

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi
pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.

Walaupun X-ray dada ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun ada beberapa
kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil X-ray dada normal misalnya pada
pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran X-ray dada yang normal.
Bab II

Pembahasan

Definisi

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara


dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara -
gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Peneumonia yang disebabkan oleh
 Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk, sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain-lain) lazimnya disebut
pneumonitis.

Etiologi

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia dan hal ini
berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab tersering adalah bakteri
yang jenisnya berbeda antar Negara, anatara satu daerah dengan daerah yang lain dalam satu
Negara, karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman suatu tempat. Di Indonesia belum
4
mempunyai data mengenai pola kuman penyebab secara umum.

3
Tabel 1. Penyebab paling sering Pneumonia yang di dapat di masyarakat dan nosokomial.
Lokasi Sumber Penyebab
Strepcoccus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus influenza
Masyarakat Legionella pneumophila
Chlamydia pneumoniae
Anaerob oral (aspirasi)
Adenovirus
Rumah Sakit Basil usus gram negative (missal
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae)
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
Anaerob oral (aspirasi)

Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dunia II. Mikoplasma adalah
agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka
kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.

Pneumonia juga dapat disebabkan oleh protozoa parasit. Pneumocystis carinii adalah
penyebab darp PCP (pneumonia p. carinii). PCP yang berulang menyerang lebih dari separuh
penderita AIDS dan sering menjadi penyebab kematian kelompok ini. PCP merupakan infeksi
opportunistic dan dapat juga terjadi pada pejamu dengan gangguan imunitas seperti pasien
mendapat terapi imunosupresif untuk pengobatan kanker atau transplantasi organ.

Patogenesa

Dalam keadaan sehat pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk,
berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Risiko terjadinya infeksi pada paru sangat
tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan epitel
saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan
saluran nafas : Inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol,
kolonisasi pada permukaan mukosa. Terbanyak adalah kolonisasi.
Predisposisi: influenza, alkoholisme, gizi kurang, debiliti.
Komorbid: DM, gagal ginjal menahun, gangguan imuniti, PPOK, pneumokoniosis.
Patologi Anatomi
Terdapat empat stadium anatomi dari pneumonia lobaris, yaitu:
1. Stadium kongesti, terdiri dari proliferasi cepat dari bakteri dengan peningkatan
vaskularisasi dan eksudasi yang serius. Sehingga lobus yang terkena akan berat, merah
penuh dengan cairan. Rongga alveolar mengandung cairan edema yang berprotein,
neutrofil yang menyebar dan banyak bakteri. Susunan alveolar masih tampak.
2. Stadium hepatisasi merah terjadi oleh karena rongga udara di penuhi dengan eksudat
fibrinosupuratif yang berakibat konsolidasi kongestif yang menyerupai hepar pada
 jaringan paru. Benang-benang fibrin dapat mengalir dari suatu alveolus melalui pori-pori
yang berdekatan.
3. Stadium hepatisasi kelabu (konsulidasi) melibatkan desintegrasi progresif dari leukosit
dan eritrosit bersamaan dengan penumpukan terus-menerus dari fibrin diantara alveoli.
4. Stadium akhir yaitu resolusi, mengikuti kasus-kasus tanpa komplikasi. Eksudat yang
mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara enzimatis yang diserap
kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan
cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan normal.

Klasifikasi
Pneumonia diklasifikasin dalam beberapa kelompok; menurut penyakit bawaan; menurut tempat
asal terjadinya infeksi; menurut hasil rontgen, dan menurut gambaran klinis.
1. Menurut penyakit bawaan, yatu:
 Pneumonia primer, yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak mempunya
faktor resiko tertentu. Kuman penyebab utama yaitu Staphylococcus pneumoniae (
pneumokokus),  Hemophilus influenzae, juga Virus penyebab infeksi pernapasan(
Influenza, Parainfluenza, RSV). Selain itu juga bakteri pneumonia yang tidak khas(
“atypical”) yaitu mykoplasma, chlamydia, dan legionella.
 Pneumonia sekunder, yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi, selain penderita
penyakit paru lainnnya seperti COPD, terutama juga bagi mereka yang mempunyai
penyakit menahun seperti diabetes mellitus, HIV, dan kanker,dll.
2. Menurut tempat asal terjadinya infeksi, yaitu:
 Community acquired pneumonia (CAP; pneumonia yang terjadi di “lingkungan rumah”),
 juga termasuk Pneumonia yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48
 jam. Kuman penyebab sama seperti pada pneumonia primer( liat atas).
 Nosokomial pneumonia atau hospital acquired pneumonia (HAP, pneumonia yang terjadi
di “rumah sakit”), infeksi terjadi setelah 48 jam berada di rumah sakit. Kuman penyebab
sangat beragam, yang sering di temukan yaitu Staphylococcus aureus atau bakteri dengan
gramm negatif lainnya seperti  E.coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeroginosa,
Proteus, dll. Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP.
3. Menurut gambaran klinis, yaitu:
 Typical pneumonia, infeksi radang paru dengan gejala yang khas. Gejala yang khas
(typical) dari pneumonia yaitu munculnya secara tiba-tiba di ikuti dengan batuk 
berdahak, demam dalam waktu singkat dan menggigil, dan sesak napas(dyspnea). Sekitar
30% hanya merasakan sakit dada yang hebat (pleura) sebagai gejala utama tanpa di ikuti
simptom khas pneumonia. Selain itu penderita cepat lelah, tidak nafsu makan, berkeringat
dan rasa mual.
  Atypical pneumonia sebagai kebalikannya
4. Menurut predileksi infeksi
 Pneumonia lobaris. Pneumonia focal yang melibatkan satu / beberapa lobus paru.
Bronkus besar umumnya tetap berisi udara sehingga memberikan gambaran air-
bronchogram. Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema yang
menyebar melalui pori-pori Kohn. Penyebab terbanyak pneumonia lobaris adalah
Streptococcus pneumoniae. Jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada
satu lobus atau segmen. Kemungkinan sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi
bronkus seperti aspirasi benda asing, atau adanya proses keganasan.
 Bronkopneumonia. Ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate multifocal pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Sering pada bayi dan orang
tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
 Pneumonia interstitial. Dapat dikatakan sebagai pneumonia fokal/difus, di mana terjadi
infiltrasi edema dan sel-sel radang terhadap jaringan interstisial paru. Septum alveolus
berisi infiltrat limfosit, histiosit, sel plasma dan neutrofil. Dapat timbul pleuritis apabila
peradangan mengenai pleura viseral.
Tanda dan gejalan klinis :

Gambaran Klinis

Beberapa manifestasi klinis pneumonia yakni demam dengan suhu tubuh kadang-kadang
0
melebihi 40 C, sesak nafas, sakit tenggorokan, nyeri otot, batuk produktif dengan sputum
purulen, mialgia, menggigil. Demam yang tinggi kadang dapat membuat bibir menjadi kebiruan.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan berupa tanda-tanda konsolidasi paru seperti perkusi
paru yang pekak, ronkhi nyaring, suara pernapasan bronchial.

Pneumonia oleh virus kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada
anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis
ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan
virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang
menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.

Pneumonia Mikoplasma berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan


dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus
yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical
Penumonia ).

Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan
menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah
baru hilang dalam waktu lama.

Diagnosis pneumonia :

Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:


Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala meliputi:

1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan


2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa
hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 400C,
sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen,
kadang-kadang berdarah.

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu bernafas dengan suara
napas bronchial kadang-kadang melemah. Didapatkan ronkhi halus, yang kemudian menjadi
ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.

Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:

 Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara
anantomis.
 Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
 Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak tampak 
deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.

sumber : / http://www.scribd.com/doc/52672686/PNEUMONIA-yanthi
 Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
 jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan.
 Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
 Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
 Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
 Pada masa resolusi sering tampak  Air Bronchogram Sign.

Pola Pneumonia

Pneumonia adalah konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar terisi dengan

eksudat inflamatorik yang disebabkan infeksi. Pneumonia dapat diklasifikasikan baik secara

anatomis maupun etiologi. Klasifikasi pneumonia secara anatomis bermanfaat karena pola

tertentu memiliki penyebab yang spesifik, misalnya pneumonia lobaris seringkalo disebabkan

oleh pneumonia streptokokus. Usia juga penting dipertimbangkan karena pneumonia pada anak 

mempunyai gambaran yang khas dan disebabkan oleh infeksi dari orang dewasa. Di banyak 

Negara berkembang, pola penyakit ini dipersulit dengan adanya imunosupresi akibat infeksi

human immunodeficiency virus (HIV). Untuk mempelajari konsolidasi paru, baik menyangkut

2
perluasan dan lokasi kelainan dibuat foto thoraks proyeksi lateral, oblique dan frontal.

Gambaran radiologi pada pneumonia berdasarkan letak lesi :

1. Pneumonia Lobaris

Pneumonia adalah bayangan opak rongga udara pada suatu lobus paru. Rongga udara alveolar

terisi dengan eksudat inflamatorik sementara bronkus dan bronkolus tetap terbuka. Seringkali

disebabkan oleh Strepcoccus pneumonia. Pola yang harus dikenali adalah bayangan opak lobus

paru dengan adanya air bronchogram yang tampak seperti cabang pohon yang tidak berdaun.  Air 
bronchogram adalah udara yang terdapat pada percabangan bronkus yang dikelilingi oleh

bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostic

untuk pneumonia lobaris. Diagnosis banding yang penting adalah atelektasis lobaris; pada kasus

ini, tidak terlihat adanya air bronchogram karena bronkus biasanya menglamai obstruksi dan

2
udara di bagian distal bronkus di reabsorbsi. Gambaran yang paling umum ditemukan adalah

konsolidasi di lobus atau di segmen pulmonal. Contohnya ialah infeksi oleh bakteri klebsiella

pneumonia, abses dan kavitas dapat terjadi dalam dua sampai tiga hari

Untuk melokalisasi suatu pneumonia lobaris secara anatomis dapat digunakan tanda

hilangnya siluet. Pneumonia lobus tengah paru kanan akan menyebabkan batas jantung kanan

menghilang dan pneumonia lingual lobus atas paru kiri akan menyebabkan menghilangnya batas

2
 jantung kiri. Pada pneumonia lobus bawah, hemidiafragma tidak akan terlihat.

RIGHT UPPER LOBE CONSOLIDATION(LOBAR P.)

Sumber : / http://www.scribd.com/doc/65640653/Refarat-Pneumonia#download
Gambaran PA dan lateral pneumonia lobaris pada lobus kanan bawah (RLL)

Sumber : / http://www.scribd.com/doc/52672686/PNEUMONIA-yanthi

Lobar pneumonia lobus kanan bawah (LLL) AP lateral

Sumber : / http://www.scribd.com/doc/52672686/PNEUMONIA-yanthi
2. Bronkopenumonia

Gambaran pneumonia pada foto thoraks sama seperti gambaran konsolidasi radang. Jika

udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak 

putih pada foto Roentgen. Kelainan ini dapat melibatkan sebagian atau seluruh lobus

(pneumonia lobaris) atau berupa bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar

(bronkopneumonia). Pada pola ini terdapat bayangan opak peribronkial multifocal bilateral. Pola

ini sering ditemukan pada infeksi masa kanak-kanak. Penyebab infeksi yang sering adalah virus

atau infeksi mikoplasma.

Bronchopneumonia

Sumber : / http://www.scribd.com/doc/65640653/Refarat-Pneumonia#download
Bronkopneumonia kanan (RML) PA Bronkopneumonia bilateral PA

Sumber : / http://www.scribd.com/doc/52672686/PNEUMONIA-yanthi

3. Atypikal pneumonia / Pneumonia interstitial

Tempat terjadinya infeksi terutama di intertitium, karena itu disebut interstitial pneumonia.
Infiltrasi sel dan edema yang terjadi menyebabkan semakin jauhnya jarak alveoli dengan
pembuluh darah kapiler paru sehingga pertukaran udara atau oksigen terhambat, akibatnya
pasien merasa sesak nafas. Didalam alveoli hampir tidak berisi cairan, karena itu pasien tidak 
batuk berdahak. Kuman penyebab terutama yang hidup didalam sel seperti virus; Chlamydia
pneumonia, mikoplasma pneumoniae; serta coxiella burnetti & chlamidia trachomatis ( jarang).
Gejala klinis utama adalah sesak nafas dan batuk tidak berdahak. Juga tidak terjadi demam,
kenikan suhu badan hanya minimal.

Pneumonia interstitial ditandai dengan


pola linear atau retikuler pada
parenkim paru. Pada tahap akhir,
dijumpai penebalan jaringan
interstitial sebagai densitas noduler
yang kecil.

Infiltrat interstitial, ditandai dengan


peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi

Sumber : / http://www.scribd.com/doc/52672686/PNEUMONIA-yanthi

Bentuk lain gambaran radiologi pada pneumonia :

4. Pneumonia “Ground Glass”

Pola ini sering sulit diketahui secara dini, namun petunjuknya adalah pembuluh darah paru yang

tampak tidak berbatas tegas atau “kabur” dan paru tampak sedikit opak. Pola ini bermula di

sekitar hilus dan menyebar ke arah luar. Tidak ditemukan adanya air bronchogram. Pola ini
ditemukan pada infeksi pneumonia Pneumocystis Carinii diderita oleh pasien dengan

imunosupresi terutama akibat AIDS, infeksi mikoplasma dan infeksi virus. PCP biasanya

menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak 

kasus. Bisa saja penyakit ini muncul

lagi beberapa bulan kemudian, namun

pengobatan yang baik akan mencegah

2
atau menundah kekambuhan.

Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP).


Chest radiograph shows symmetric bilateral
hazy increased opacity (ground-glass
opacity). The patient was a 42-year-old
woman with newly diagnosed acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) and
6
PCP.
5. Round Pneumonia

Pneumonia ini sering terlihat pada infeksi di masa kanak-kanak dan dapat menyerupai suatu

massa dalam paru. Petunjuk untuk pola ini adalah adanya air bronchogram di dalam bayangan

opak. Round Pneumonia terjadi karena infeksi mudah menyebar melalui foramen interalveolar.

 Anteroposterior radiograph of a child with a round pneumonia. 5


Round pneumonia in right lower lobe PA Round pneumonia pada paru kanan (RML)

PA

6. Pneumonia Stafilokokus

Pneumonia ini merupakan pneumonia yang cukup serius pada masa kanak-kanak. Terdapat

gambaran bronkopneumonia dengan kista atau kavitas multiple. Pola ini penting untuk dikenali

karena bila tidak diobati atau diterapi dengan antibiotic yang tidak tepat akan menyebabkan

komplikasi yang sangat serius seperti pneumothoraks dan emfiema.

Chest radiograph in an 8-year-old girl who prese nted with staphylococcal pneumonia.
Terapi

Terapi pneumonia dilandaskan pada diagnosis empiric berupa Antibiotik (AB) untuk 

mengeradikasi Mikroorganisme yang diduga sebagai kausalnya. Dalam pemakaian AB harus

dengan diagnosis tepat, pilihan AB tepat, dan dosis yang tepat, dalam jangka waktu yang tepat

dan pengertian patogenesis penderita secara tepat. AB yang bermanfaat untuk mengobati kuman

intraseluler seperti halnya PA oleh kelompok M. pneumoniae adalah obat yang bias

berakumulasi intraseluler di samping ekstra seluler, seperti halnya obat golongan makrolid.
Bab III

Penutup

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung

udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan

menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa

bekerja. Istilah awam dari pneumonia adalah radang paru-paru. Pneumonia adalah penyakit

umum yang terjadi di seluruh kelompok umur dan dapat terjadi pada orang normal tanpa

kelaianan imnuitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita

pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.

Pneumonia sering dijumpai pada golongan lanjut usia, pasien dengan panyakit menahun

serta pada penderita PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik). Juga dapat terjadi pada pasien

dengan penyakit lain seperti DM, payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi

renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik, kebiasaan merokok, pasca infeksi virus,

keadaan imunodefisiensi, kelemahan atau kelainan struktur organ dada dan penurunan kesadaran.

Juga adanya tindakan invasive seperti infuse, intubasi, trakeostomi atau pemasangan ventilator.

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia dan hal ini

berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab tersering adalah bakteri

S. Pneumoniae.

Gambaran Radiologi pneumonia adalah konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar
terisi dengan eksudat inflamatorik yang disebabkan infeksi sehingga akan menyebabkan
peningkatan densitas paru dan tampak berwarna putih atau tampak sebagai bayangan opak fokal.
Daftar pustaka

1. Pendahuluan / http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-Cause-
%28Indonesian%29.aspx
2. Bacterial pneumonia imaging /  http://emedicine.medscape.com/article/360090-overview#a19
3. Gambaran radiologi / http://www.scribd.com/doc/52672686/PNEUMONIA-yanthi
4. Referat pneumonia / http://www.scribd.com/doc/65640653/Refarat-Pneumonia#download

Anda mungkin juga menyukai