Anda di halaman 1dari 6

1.

Judul : Peningkatan Kompetensi Guru dalam menyusun RPP Melalui Kegiatan

Workshop di SMK Negeri 5 Bantaeng

2. Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan

siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam

peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru

dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan

berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar.

Proses belajar-mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada

pengertian mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang

tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. antara kedua kegiatan ini

terjalin interaksi yang saling menunjang.

Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar, juga sangat di dukung bagaimana kemampuan

seorang guru dalam merancang dan menyusun sebuah perencanaan yang tertuang dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang implementatif memerlukan

kemampuan yang komprehensif. Kemampuan itulah yang dapat mengantarkan guru menjadi

tenaga yang professional. Guru yang professional harus memiliki 5 (lima) kompetensi yang salah

satunya adalah kompetensi penyusunan rencana pembelajaran. Namun dalam kenyataannya

masih banyak guru yang belum mampu menyusun rencana pembelajaran sehingga hal ini secara

otomatis berimbas pada kualitas out put yang dihasilkan dalam proses pembelajaran.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian khusus untuk

melakukankegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-

bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat

khusus, apalabi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan

melalui masa pendiikan tertentu.

Mengajar prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau

mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan

dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator

kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di

kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang

mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat

membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang

disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

pelajaran tersebut, dan akhirnya apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat

tercapai. Hal tersebut akan dapat tercapai jika guru mampu mempu membuat perencanaan

pembelajaran yang baik sekaligus mampu mengimplementasikan perencanaan itu pada suatu

proses belajar mengajar yang sesungguhnya dengan efektif.

Dari hasil pengamatan awal peneliti menduga bahwa para guru di SMK Negeri 5 Bantaeng

belum seluruhnya kompeten dalam menyusun RPP sesuai dengan pedoman yang ada. Bahkan
ada guru yang melaksanakan pembelajaran tidak berpedoman kepada RPP. Diketahui pula

bahwa para guru belum terbiasa menyusun RPP secara mandiri. RPP yang ada sebagian

merupakan hasil fotokopi dari guru lain dan dari sekolah lain.

Untuk mewujudkan adanya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rencana

pembelajaran (RPP), salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah mengadakan

kegiatan pelatihan dan pembimbingan guru dalam bentuk kegiatan workshop.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk

mengetahui peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP melalui kegiatan workshop di

SMK Negeri 5 Bantaeng.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan


sebagai berikut:

“Apakah workshop penyusunan RPP dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun
RPP di SMK Negeri 5 Bantaeng”?

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

a) Untuk mengetahui bagaimana kepala sekolah melaksanakan kegiatan workshop di


sekolah

b) Untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP melalui


kegiatan workshop.

5. Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini, dengan memilih lokasi di SMK Negeri 5 Bantaeng,

diharapkan bermanfaat kepada :


1. Guru, yaitu dapat memberi sumbangan informasi dan masukan pengetahuan bagi guru

tentang efektivitas kegiatan workshop penyusunan RPP dalam meningkatkan kompetensi

guru dalam menyusun RPP.

2. Kepala Sekolah, yaitu dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan pengalaman tentang

upaya meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan workshop .

3. Peneliti lain, yaitu dapat dijadikan inspirasi untuk mengadakan penelitian yang sejenis

sehingga dunia pembelajaran semakin kaya dengan jenis-jenis upaya peningkatan

kompetensi guru.

6. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Action Research). Carr dan Kemmis dalam

Mc Niff (1992) sebagaimana dikutip dari Faizus Sa’bani (2017) mengemukakan bahwa

penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi alamiah yang dilakukan oleh para partisipan,

guru, dan peserta didik untuk meningkatkan aspek-aspek praktis. Gay (1996) mengemukakan

bahwa tujuan penelitian tindakan adalah untuk memecahkan masalah praktis melalui aplikasi

metode ilmiah. (The purpose of action research is to solve practical problems through the

application of scientific method). Salah satu ciri penelitian tindakan adalah peneliti itu sendiri

yang bertindak sebagai aktivis (the researcher becomes an activist). Desain penelitian mengacu

pada model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (McNiff, 1992), yakni: adanya perencanaan

(planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) yang dilakukan

secara bersiklus.

Subjek penelitian adalah 14 guru SMK Negeri 5 Bantaeng yang mengajar dengan kurikulum

2006. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Bantaeng . Penelitian berlangsung selama 3

hari, dari tanggal 7–9 Maret 2017. Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh
Kemis dan Taggart. Setiap tindakan atau siklus selalu terdiri dari empat kegiatan: 1)rencana

tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi atau pengamatan, dan 4)refleksi.

Untuk mendapatkan data yang akurat, selain menggunakan instrumenpenjajagan awal,

juga menggunakna instrumen penyusunan RPP sesuai dengan standar proses, yaitu

Permendikbud Nomor: 7 tahun 2007.

Untuk memberikan penilaian tentang keberhasilan tindakan pada masing-masing siklus

penelitian, peneliti memerlukan kriteria keberhasilan. Kriteria untuk mengambil keputusan dapat

dikembangkan sendiri atau atas kesepakatan bersama sesuai dengan teori-teori yang mendukung.

Berdasarkan hasil kesepakatan dengan peserta penelitian, kriteria keberhasilan ditetapkan sesuai

dengan kriteria penilaian perencanaan pembelajaran sesuai dengan Standar Proses, yaitu:

a. Nilai 86 sampai dengan 100 disebut amat baik;

b. Nilai 71 sampai dengan 85 disebut baik;

c. Nilai 55 sampai dengan 70 disebut cukup;

d. Nilai lebih kecil 55 disebut kurang;

Penjelasan kedua siklus dari PTS ini dari tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan pengkajian dapat dilihat dalam rincian berikut :

Siklus Pertama

1. Persiapan, meliputi penetapan masalah, penetapan model pemecahan masalah, penyiapan

intrumen pemahaman awal peserta, penyiapan instrumen analisis RPP, Penyiapan instrumen

pengumpulan data, penyiapan

Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPT) ke-1.

2. Perencanaan, meliputi penetapan mitra peneliti, penetapan subyek penelitian, dan penetapan

waktu dan tempat pelaksanaan penelitian.


3. Pelaksanakan, meliputi pelaksanakan serangkaian kegiatan pembinaan kompetensi profesional

guru SMK Negeri 5 Bantaeng dalam penyusunan RPP melalui pendekatan Kegiatan workshop,

yang pelaksanaannya mengikuti strategi pelaksanaan tindakan yang dirumuskan pada RPT ke-1,

sebagaimana yang telah disiapkan pada tahap persiapan, dandisertai daftar hadir peserta .

4. Penelitian, meliputi penelitian terhadap semua kegiatan yang berlangsung pada tahap

pelaksanaan di atas dan penelitian terhadap kegiatan workshop para guru SMK Negeri 5

Bantaeng dalam penyusunan RPP.

5. Pengkajian, meliputi melakukan pengkajian terhadap tindakan yang telah dilakukan pada

tahapan sebelumnya, melakukan pengkajian terhadap data hasil Penelitian, menyimpulkan, dan

menyusun rencana tindak lanjut.

Siklus Kedua

1. Persiapan, Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPT) ke-2,

2. Perencanaan, penetapan waktu dan tempat pelaksanaan penelitian.

3. Pelaksanaan, kegiatan pembinaan kompetensi profesional guru SMK Negeri 5 Bantaeng

dalam penyusunan RPP melalui pendekatan Kegiatan workshop, yang pelaksanaannya mengikuti

strategi pelaksanaan tindakan yang dirumuskan pada RPT ke-2, sebagaimana yang telah

disiapkan pada tahap persiapan. Daftar hadir para peserta pembinaan kompetensi profesional

guru dalam penyusunan RPP melalui pendekatan Kegiatan Workshop.

4. Penelitian, meliputi Penelitian terhadap semua kegiatan yang berlangsung pada tahap

pelaksanaan di atas. Penelitian terhadap kegiatan workshop para guru SMK Negeri 5 Bantaeng

dalam penyusunan RPP dengan menggunakan instrumen penelitian.

5. Pengkajian, terhadap tindakan yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya; melakukan

pengkajian terhadap data hasil Penelitian, dan membuat kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai