Anda di halaman 1dari 4

Bell’s Palsy

Kelemahan saraf fasialis bisa disebabkan oleh


 Kongenital
 Neoplastik
 Infeksi
 Trauma
 Toksik
 Iatrogenik
Penyebab terbanyak paralisis unilateral n. fasialis adalah bell’s palsy. (60-70%)

Charles Bell berpendapat bahwa n. fasialis mempunyai fungsi motoris sedangkan n.


trigeminus mempunyai fungsi sensoris
N. fasialis terdiri dari :
 Nucleus motoris
 Nucleus solitorius
 Nucleus salivatorius
Fungsi N. fasialis
 Otot motoris wajah
 Mengatur produksi air mata & saliva
 Mengatur saraf perasa
 Memelihara tulang kecil ditelinga bagian tengah

Karena menyempitnya kanalis fasialis pada segmen labirin sering terjadi penekanan
n. fasialis pada segmen ini. Sehingga terjadi Bell’s Palsy.
Muskulus yang dipersarafi oleh n. fasialis adalah :
 M. stapedius
 M. stelohyoid
 M. Frontalis
 M. orbicularis okuli
 M. orbicularis oris
 M. buceinatar
 Platisma
 Posterior belly of digastric
 M. auricular Post

Karakterisik Bell’s Palsy :


1. Bell’s Palsy biasanya satu sisi jarang terjadi pada kedua sisi.
2. Bell’s Palsy dapat mengenai setiap individu tetapi jarang pada penderita usia
<15 tahun dan lebih 60 tahun.
3. Pada kebanyakan kasus gejala Bell’s Palsy terjadi tiba – tiba dan mencapai
gejala puncak dalam 48 jam. Dapat berlangsung dalam beberapa minggu dan
mengalami penyembuhan sempurna dalam 3 sampai 6 bulan.
4. 10% penderita dapat mengalami kekambuhan pada sisi yang sama dan sisi
yang lain.
5. Sebagian kecil penderita dapat mengalami gejala Bell’s Palsy sepanjang
hidupnya.

Letak lesi :
1. Proksimal ganglion genikulatom
 Paralisis motoris
 Gangguan otonomik
2. Antara ganglion genikulatom & corda timpani
 Paralisis motoris
 Gangguan otonomik kelenjar lakrimasi
3. Foramen stilomastoideus
 Paralisis motoris

Etiologi :
 Infeksi herpes simplex virus
 Cold exposure. Sebagai pencetus

Faktor resiko Bell’s Palsy lebih sering terjadi pada :


 Ibu hamil terutama trimester 3 dan minggu pertama setelah melahirkan
 Penderita DM
 Infeksi saluran napas atas dan influenza

Patofisiologi :
 Karena kompresi n. fasialis pada kanalis fasialis sehingga terjadi edema dan
iskemia

Gejala dan Tanda :


 Onset akut (dalam 48 jam memberat)
 Unilateral paralisis bagian atas dan bawah wajah
 Nyeri dibelakang telinga
 Menurunnya produksi air mata
 Hiperakusis
 Gangguan perasa
 Pasien sulit menutup mata dan sulit tersenyum
 Meningkatnya produksi ludah pada sisi yang sakit
 Terasa tebal  karena jeleknya mobilitas

Pemeriksaan :
 Sudut mulut mendatar
 Celah mata lebih lebar
 Tanda khas : phenomena Bell (bola mata berputar keatas saat disuruh
menutup mata)
 Pemeriksaan rasa
 EMG
 Stetoskop loudness test
 Tes skrimer

Terapi
1. Prednison : 1 mg/kg atau 60 mg/hari ditapering dalam waktu 10 hari
2. Obat anti viral
3. Untuk menjaga mata bisa diberikan air mata buatan terutama malam hari
4. Terapi fisik (fisioterapi)  diperlukan untuk kelemahan otot dapat
menyebabkan pemendekan otot sehingga terjadi kontraktur yang permanen
5. Operasi  operasi dekompresi masih kontroversi dan jarang
direkomendasikan
6. Terapi lain yang secara penelitian masih kurang terbukti
 Teknik relaksasi  yoga dapat mengurangi ketegangan otot dan nyeri
kronis
 Akupuntur  menstimulasi saraf dan otot
 Terapi multivitamin B12, B6, Zink untuk membantu pertumbuhan
saraf

No Nama obat Dosis kontraindikasi Efek samping


1 Prednisone 1 mg/kg atau 60 -Infeksi virus -
mg/hari selama 7 hari -peptic ulser hiperglikemia,
ditapering s/d 10 hari -GI bleeding edema
-TBC dan
-myopati,
jamur peptic ulser
-hipokalemi
-osteoporosis
2 Acyclovir 800 mg 5x/hari selama hipersensitivitas nefrotoxic
(zovirac) 10 hari
3 Valacyclovir 2 gr PO (2x) selama 1 hipersensitivitas -nefrotoxic
(Valtrex) hari -hemolitic
uremik
sindrom

Komplikasi :
 30% terdapat gejala sisa
 Gejala motoris  epiphora
 Gejala sensoris  dysgeusia (gangguan perasa)
 Parasimpatis  gangguan kelenjar lakrimasi crocodile tears (keluar air
mata saat makan)
 Sinkenesis (pertumbuhan saraf yang salah atau saat tersenyum mata pada
sisi yang sama menutup
 Kebutaan parsial atau komplit karena mata tidak bisa menutup sempurna
mengakibatkan mata kering dan kornea rusak

Prognosis :
 Paralisis menetap dan sinkenesis
 1/3 pasien sembuh total
 1/3 pasien sembuh total untuk motorisnya tetapi terdapat gangguan
abnormalitas yang lain
 abnormalitas secara kosmetik

Edukasi :
 pasien diingatkan untuk mencegah terjadinya abrasi kornea (tetes mata untuk
mengurangi mata kering dan menjaga kelembapan mata)
 latihan otot wajah passive range of motion dari menutup mata dan tersenyum
 memakai kacamata sepanjang hari untukl melindungi mata dari kotoran
 kompres hangat  untuk mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman
 terapi pemijatan sesuai petunjuk fisik terapi untuk membantu merelaksasikan
otot wajah.

Anda mungkin juga menyukai