LAPORAN PRAKTIKUM
ALAT DAN MESIN PERTANIAN II
Oleh :
2.2 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman pangan
terpenting ketiga dunia setelah beras dan gandum untuk dikonsumsi manusia.
Kentang berasal dari daerah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan. International
Potato Centre (CIP) menyebutkan bahwa daerah tersebut merupakan pusat
konservasi keanekaragaman hayati kentang (Ma’rufatin, 2011). Tanaman kentang
dapat dibudidayakan di beberapa negara beriklim sedang, tropis dan subtropis
(Otroshy, 2006). Di Indonesia, kentang dibudidayakan oleh petani di daerah dataran
tinggi antara 800-1800 m (Ma’rufatin, 2011)
Kentang merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur
pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki batang
berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau kemerahan atau
berwarna ungu. Umbinya berawal dari cabang samping yang masuk ke dalam
tanah, yang berfungsi sebagai tempat menyimpan karbohidrat sehingga bentuknya
membengkak. Umbi ini dapat mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk
cabang yang baru. (Setyo, 2015)
2.3 Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging
giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan
tepung berbumbu (battered dan braded) (Maghfiroh, 2000). Nugget dikonsumsi
setelah proses penggorengan rendam (deep fat frying) (Saleh et al, 2002). Nugget
dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian
dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung
(batter) dan diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang
dan dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan . Nugget
merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu produk yang
telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian
dibekukan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan
selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya.
Standarisasi kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia dan
organoleptik. Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menurut Badan
Standarisasi Nasional (2002) menggunakan uji kualitas kimia meliputi kadar lemak,
air, abu, protein dan karbohidrat. Uji kualitas organoleptik meliputi aroma, rasa,
dan tekstur. Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada SNI.01-6638-2002
mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak,
dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau
tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
diizinkan. Sebagai pedoman standar karakteristik nugget keong, mengacu pada
SNI. 01–6638–2002 (BSN, 2002) yang membahas tentang standar kualitas nugget
ayam. (Rudi, 2015)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Deep Fat Fryer atau panci penggoreng rendam yang digunakan untuk
menggoreng bahan praktikum;
2. Kertas Tisu untuk alas bahan praktikum.
3. Penetrometer kerucut sebagai alat untuk mengukur kekerasan kentang
goreng dan nugget.
4. Piring sterefoam sebagai wadah untuk kentang goreng dan nugget.
5. Pisau digunakan untuk memotong bahan praktikum.
6. Thermokopel untuk memonitor suhu selama penggorengan deep frying.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Kentang French Fries.
2. Minyak Goreng
3. Nugget
3.2 Prosedur
3.2.1 Pengukuran perubahan kekerasan sampel selama perebusan
a. Menyiapkan sampel bahan pangan berupa kentang sebanyak 2 (ulangan
suhu) x 7 (waktu) x 14 sampel (setiap menggoreng). 12 sampel digoreng
dan 2 sampel tidak digoreng sebagai t sama dengan nol.
b. Menyiapkan penggorengan berisi minyak dan memanaskannya hingga
mencapai suhu konstan (180˚C). Mengukur suhu pemanas dengan
thermometer. Suhu cairan pemanas harus selalu dimonitor.
c. Menyiapkan 12 sampel dalam saringan kawat dan kemudian
mencelupkannya dalam minyak yang telah panas secukupnya. Variasi lama
pemanasan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 menit.
d. Mengambil 1 buah sampel untuk mengukur kekerasan dengan
penetrometer. Sisa sampel yang lain digunakan untuk uji kematangan.
Menyiapkan sampel dari setiap lama penggorengan untuk uji kematangan
dalam kertas yang disediakan. Memberi masing-masing kertas tanda sesuai
dengan lama penggorengan.
3.2.2 Pengukuran pengaruh suhu pada laju perubahan
a. Mengerjakan cara A dengan minyak pada suhu 180 dan 160˚C .
b. Melakukan pengamatan seperti A dengan lama penggorengan yang sama.
3.2.3 Uji sensori kematangan sampel
a. Menyiapkan meja terbuka. Kemudian menyiapkan sampel hasil
penggorengan dari setiap lama penggorengan. Mengambil satu sampel
oleh salah satu praktikan dari salah satu perlakuan, kemudian mencicipi
sampel untuk menentukan kematangannya, cukup dikunyah tidak perlu
ditelan. Dari pengalaman mencicipi masakan, menentukan warna sampel,
tingkat kematangan dan kekerasan sampel berdasarkan skor berikut:
Tabel 1. Skor Tingkat Kematangan dan Kekerasan Sampel
Perubahan Warna: Tingkat Kematangan: Kekerasan:
1. Putih 1. Mentah 1. Sangat keras
2. Putih agak kuning 2. Agak mentah 2. Agak keras
3. Kuning 3. Sedang 3. Sedang
4. Cokelat muda 4. Agak matang 4. Agak lunak
5. Cokelat tua 5. Matang 5. Lunak
b. Tingkat skor kematangan dan kekerasan hasil cicip dengan hasil
pengukuran penetrometer kerucut dihubungkan.
BAB IV
HASIL
4.1 Tabel
Tabel 2. Uji Sensori Dengan Suhu 160o Bahan Kentang (Kelompok 1)
Uji Sensori Uji
Waktu
Kekerasan
(menit) Warna Kematangan Kekerasan Σ (kg)
0 Putih Mentah Sangat keras 1 2,35
1 Putih Sedikit matang Sedikit keras 1,67 1,7
Putih sedikit
2 Sedang Sedang 2,67 1,3
kuning
3 Kuning Sedikit lunak Sedikit lunak 3,67 1,8
4 Kuning Lunak Lunak 4,33 1,35
5 Coklat muda Lunak Lunak 4,67 1,25
6 Coklat muda Lunak Lunak 4,67 1,1
2 4
Uji Sensoris
Uji Tekan
1.5 3
1 2 Uji Tekan
Uji Sensori
0.5 1
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 1. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Kentang pada Suhu 160˚C
(Kelompok 1)
2 4
Uji Sensoris
Uji Tekan
1.5 3
1 2 Uji Tekan
Uji Sensoris
0.5 1
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 2. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Kentang pada Suhu 180˚C
(Kelompok 1)
Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Kentang
Suhu 160˚C
3.5 3.5
3 3
2.5 2.5
Uji Sensoris
Uji Tekan
2 2
1.5 1.5 Uji Tekan
1 1 Uji Sensori
0.5 0.5
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 3. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Kentang pada Suhu 160˚C
(Kelompok 2)
3
Uji Tekan
2.5 2
2 1.5 Uji Tekan
1.5
1 Uji Sensoris
1
0.5 0.5
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar4. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Kentang pada Suhu 180˚C
(Kelompok 2)
Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Kentang
Suhu 160˚C
1.4 6
1.2 5
1
4
Uji Sensoris
Uji Tekan
0.8
3
0.6 Uji Tekan
2
0.4 Uji Sensori
0.2 1
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 5. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Nugget pada Suhu 160˚C
(Kelompok 3)
1.2
2.5
Uji Tekan
1
2
0.8 Uji Tekan
1.5
0.6
1 Uji Sensoris
0.4
0.2 0.5
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 6. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Nugget pada Suhu 180˚C
(Kelompok 3)
Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Nugget
Suhu 160˚C
1.6 4.5
1.4 4
1.2 3.5
3
Uji Sensoris
1
Uji Tekan
2.5
0.8
2 Uji Tekan
0.6
1.5
0.4 Uji Sensori
1
0.2 0.5
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 7. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Nugget pada Suhu 160˚C
(Kelompok 4)
1.2 3
Uji Tekan
1 2.5
0.8 2 Uji Tekan
0.6 1.5
Uji Sensoris
0.4 1
0.2 0.5
0 0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Gambar 8. Grafik Uji Tekan dan Uji Sensoris Nugget pada Suhu 180˚C
(Kelompok 4)
4.3 Sketsa Deep Fat Dryer
6.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah
1. Deep-frying adalah metode menggoreng dengan minyak jumlah banyak
sehingga semua bagian makanan yang digoreng terendam di dalam
minyak panas.
2. Proses pemanasan pada suhu tinggi akan membunuh mikroba dan
menginaktivasi enzim yang ada di dalam makanan.
3. Proses uji sensori menggunakan indra perasa manusia dan uji kekerasan
menggunakan alat penetrometer.
6.1 Saran
Adapun saran agar lebih baik untuk praktikum selanjutnya adalah:
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti agar mendapatkan hasil yang sesuai
yang diharapkan.
2. Sebaiknya praktikan memahami dan mempelajari suatu materi sebelum
melaksanakan praktikum.
3. Berhati hati dalam menggunakan alat dalam praktikum dan jagalah
kebersihan laboratorium baik sebelum dan sesudah melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA