LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
(Sortasi dan Grading pada Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
2.1. Kakao
B. Jenis Forastero
1. Merupakan jenis kakao dengan mutu kakao sedang atau bulk cocoa atau
lebih dikenal dengan ordinary cocoa.
2. Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau.
3. Biji kakaonya berbentuk tipis (gepeng) dengan kotiledon berwarna unggu
pada saat basah.
4. Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk
yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika
C. Jenis Trinitario
1. Merupakan hybrida dari jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami
sehingga jenis kakao ini sangat heterogen.
2. Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang
termasuk dalam bulk cocoa.
3. Bentuknya bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah.
4. Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu
muda sampai unggu tua pada saat basah
(Santi, 2011)
AA Maks 85
A Maks 100
B Maks 110
C Maks 120
S >120
(Wibowo, 2016)
2.4 Sortasi
Sortasi merupakan pemisahan bahan hasil pertanian ke dalam kategori
berdasarkan fisik yang didapat, diukur properti atau proses pengklasifikasian bahan
berdasarkan sifat fisiknya. Tujuan utama sortasi adalah untuk mengoptimalkan
kegunaannya untuk tugas-tugas tertentu. Hampir semua bahan hasil pertanian
melewati tahap penyortiran. Terdapat beberapa manfaat, termasuk kebutuhan
penyortiran unit berdasarkan operasi berat dan pengisian dan keuntungan estetika
dan berbagai keuntungan pemasaran yang menyediakan berbagai jenis ataupun
warna yang berbeda.
Contohnya seperti membersihkan dan menyortir harus digunakan sebaik
mungkin untuk memastikan suatu produk pengolahan pangan. Keempat sifat fisik
yang terdapat dalam pemisahan makanan atau sortasi adalah berat, ukuran, bentuk
dan, warna.
A. Sortasi berdasarkan berat
Berat adalah metode yang paling tepat dari penyortiran karena tidak tergantung
pada geometri produk. Telur, buah, atau sayuran dapat dipisahkan menjadi kategori
berat dengan menggunakan pegas atau alat elektronik pengukur berat. Kerugian
dari sortasi berdasarkan berat adalah dibutuhkannya banyak waktu untuk
menyortasi suatu unit dan metode yang lain lebih tepat dengan item lebih kecil
seperti sereal ataupun polong.
B. Sortasi berdasarkan ukuran
Sortasi berdasarkan ukuran kurang tepat daripada sortasi berdasarkan berat tapi
biayanya jauh lebih murah. Ukuran dan bentuk unit makanan sulit untuk ditentukan
secara pasti. Bentuk dan ukuran menyortir ukuran partikel ukuran partikel distribusi
bahan yang dinyatakan sebagai salah satu fraksi massa materi yang dipertahankan
pada setiap saringan atau presentase kumulatif bahan.Sortasi berdasarkan bentuk
Sortasi bentuk berguna dalam kasus dimana unit makanan terkontaminasi
dengan partikel dengan ukuran hampir sama ukuran dan beratnya. Hal ini berlaku
untuk gabah yang mungkin berisi biji lainnya.
2.5. Grading
Grading adalah proses pengelompokkan tingkat mutu yang diberikan pada
sekelompok produk yang memiliki keseragaman tertentu. Tujuan grading adalah
untuk meminimalkan praktek-praktek kotor seperti penjualan komoditi dengan
kualitas yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyederhanakan dan
mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui saluran
pemasaran. Grading adalah proses pengelompokan tingkatan mutu yang diberikan
pada sekelompok produk yang memiliki keseragaman tertentu. Standardisasi
adalah justifikasi kualitas yang seragam antara pembeli dan penjual, antar tempat
dan antar waktu. (Prassojo, 2012)
Faktor–faktor kualitas yang umumnya digunakan berbagai komoditi untuk
mengelompokkan ke berbagai spesifikasi kualitas (grade) adalah:
1. Ukuran
2. Berat
3. Warna
4. Aroma
5. Panjang
6. Kekuatan/kepadatan
7. Tekstur
8. Keseragaman
9. Kandungan berbagai elemen seperti uap dan bahan asing
10. Kerusakan fisik.
Pengeraman buah
Pemecahan buah
Fermentasi biji
Pencucian
Pengeringan
Sortasi biji
Pengemasan
Penyimpanan
3.2 Prosedur
1. Buah kakao yang sudah masak dipenen terlebih dahulu.
2. Pemeraman biji kakao
3. Pemecahan buah kakao menjadi bij.
4. Fermentasi biji dilakukan untuk meluruhkan lendir (pulp) yang terdapat pada
kulit biji sehingga setelah disangrai biji kakao menjadi lebih beraroma.
Fermentasi dilakukan dengan meletakan biji – biji kakao segar kedalam kotak
kayu yang sudah dilubangi bawahnya. Tumpukan biji kakao diaduk setiap satu
hari sekali. Lama fermentasi biji kakao adalah 6-7 hari.
5. Pencucian biji kakao, setelah difermentasi biji – biji kakao lalu dicuci
menggunakan air bersih . Pencucian dilakukan agar bentuk biji bagus, warna
kulit lebih mengkilap , kadar kulit biji lebih rendah dan biji lebih tahan dari
serangan jamur dan serangga selama penyimpanan.
6. Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air biji yang awalnya 60 %
menjadi sekitar 6 - 7 %. Kadar air yang demikian membuat kualitas biji tidak
akan menurun selama penyimpanan maupun pengangkutan. Pengeringan dapat
dilakukan dengan menjemur biji dibawah terik matahari atau menggunakan alat
pengering (drying) atau menggunakab kombinasi keduanya.
7. Setelah pengeringan selesai dilakukan biji yang diperoleh sebaiknya ditempering
lebih dulu sebelum disortasi dan dikemas. Tempering adalah penyesuaian suhu
biji dengan suhu udara sekitar yang dilakukan dengan meletakan biji selama
minima 5 jam. Lalu setelah itu biji kakao disortasi untuk mengelompokan biji
berdasarkan penampakan fisik dan ukuran bijinya. Biji – biji kakao kualitas
ekspor (standar aa) dipisahkan dari kualitas sedang (standar a dan b ) dan
kualitas rendah (standar c dan d).
8. Setelah disortir biji – biji kakao tersebut dikemas dalam karung goni. Satu karung
goni umumnya hanya menampung tidak lebih dari 60 kg. Setip karung diberi
label yang menunjukan jenis mutu dan identitas produsen (kebun atau koprasi,
perusahaan).
9. Karung – karung tersebut kemudian disimpan atau langsung dapat dijual. Jika
disimpan, karung – karung tersebut harus ditumpuk dalam gudang yang bersih,
memiliki ventilasi udara dan jauh dari benda – benda beraroma tajam seperti
solar , bensin atau sampah organik.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Tabel 2. Syarat Mutu Umum Biji Kakao
No Parameter Uji Persyaratan
1 Serangga hidup Tidak ada
2 Kadar air (bb) Maksimal 7,5 %
3 Biji berbau asap atau abnormal atau berbau asing Tidak ada
4 Kadar benda – benda asing Tidak ada
5 Kadar biji pecah Maksimal 2 %
Tabel 5. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Dengan Ragi T = 550C
No Persyaratan uji Persyaratan Ulangan Ulangan Ulangan Rata –
1 2 3 rata
1 Serangga hidup Tidak ada 0 0 0 0
2 Kadar air Maksimal 5,93 % 6,74 % 6,65 % 6,44 %
7,5 %
3 Biji berbau asap atau Tidak ada 0 0 0 0
abnormal dan atau
berbau asing
4 Kadar benda – benda Tidak ada 0 0 0 0
asing
5 Kadar biji pecah Maksimal 2- 0,65 % 1,81 % 1,23 %
%
Tabel 6. Kadar Biji Cacat Biji Kakao Kering dengan Ragi T =55°C
No. Karakteristik Persyaratan Hasil Uji
Mutu Mutu Mutu Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
1 II III I II III rata
1. Kadar biji
2% 4% 4% 0 0 0 0
berjamur
2. Kadar biji
3% 8% 20% 1,56% 2,84% 2,16% 2,18%
slaty
3. Kadar biji
1% 2% 2% 0 0 0 0
berserangga
4. Kadar
1,5% 2,0% 3,0% 3,06% 0,53% 1,26% 1,62%
kotoran/waste
5. Kadar biji
2% 3% 3% 0 0 0 0
berkecambah
Tabel 8. Kadar Biji Cacat Biji Kakao Kering dengan Ragi T =60°C
No. Karakteristik Persyaratan Hasil Uji
Mutu Mutu Mutu Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
1 II III I II III rata
1. Kadar biji
2% 4% 4% 0 0 0 0
berjamur
2. Kadar biji 2,54
3% 8% 20% 3,12% 1,14% 3,37%
slaty %
3. Kadar biji
1% 2% 2% 0 0 0 0
berserangga
4. Kadar
1,5% 2,0% 3,0% 0,31% 0,80% 1,14% 0,75%
kotoran/waste
5. Kadar biji
2% 3% 3% 0 0 0 0
berkecambah
Tabel 11. Mutu Umum Biji Kakao Kering Tanpa Ragi T =55°C
Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
No. Persyaratan Uji Persyaratan
I II III rata
1. Serangga hidup Tidak ada 0 0 0 0
2. Kadar air Maksimal 7,5% 6,54% 6,77% 6,60% 6,64%
Biji berbau asap
3. atau abnormal dan Tidak ada 0 0 0 0
atau berbau asing
Kadar benda-benda
4. Tidak ada 0 0 0 0
asing
5. Kadar biji pecah Maksimal 2% 0 0 0 0
Tabel 12. Kadar Biji Cacat Biji Kakao Kering Tanpa Ragi T =55°C
No. Karakteristik Persyaratan Hasil Uji
Mutu Mutu Mutu Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
1 II III I II III rata
1. Kadar biji
2% 4% 4% 0 0 0 0
berjamur
2. Kadar biji
3% 8% 20% 0 0 0 0
slaty
3. Kadar biji
1% 2% 2% 0 0 0 0
berserangga
4. Kadar
1,5% 2,0% 3,0% 0 0 0 0
kotoran/waste
5. Kadar biji
2% 3% 3% 0 0 0 0
berkecambah
Tabel 13. Mutu Umum Biji Kakao Kering Tanpa Ragi T =60°C
Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
No. Persyaratan Uji Persyaratan
I II III rata
1. Serangga hidup Tidak ada 0 0 0 0
2. Kadar air Maksimal 7,5% 6,57% 6,51% 6,00% 6,36%
Biji berbau asap
3. atau abnormal dan Tidak ada 0 0 0 0
atau berbau asing
Kadar benda-benda
4. Tidak ada 0 0 0 0
asing
5. Kadar biji pecah Maksimal 2% 0 0 0 0
Tabel 14. Kadar Biji Cacat Biji Kakao Kering Tanpa Ragi T =60°C
No. Karakteristik Persyaratan Hasil Uji
Mutu Mutu Mutu Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
1 II III I II III rata
1. Kadar biji
2% 4% 4% 0 0 0 0
berjamur
2. Kadar biji
3% 8% 20% 0 0 0 0
slaty
3. Kadar biji
1% 2% 2% 0 0 0 0
berserangga
4. Kadar
1,5% 2,0% 3,0% 1,97% 0 0 1,97%
kotoran/waste
5. Kadar biji
2% 3% 3% 0 0 0 0
berkecambah
Tabel 15. Mutu Umum Biji Kakao Kering Tanpa Ragi T =65°C
Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
No. Persyaratan Uji Persyaratan
I II III rata
1. Serangga hidup Tidak ada 0 0 0 0
2. Kadar air Maksimal 7,5% 6,61% 6,53% 6,49% 6,54%
Biji berbau asap
3. atau abnormal dan Tidak ada 0 0 0 0
atau berbau asing
Kadar benda-benda
4. Tidak ada 0 0 0 0
asing
5. Kadar biji pecah Maksimal 2% 0 0 0 0
Tabel 16. Kadar Biji Cacat Biji Kakao Kering Tanpa Ragi T =65°C
No. Karakteristik Persyaratan Hasil Uji
Mutu Mutu Mutu Ulangan Ulangan Ulangan Rata-
1 II III I II III rata
1. Kadar biji
2% 4% 4% 0 0 0 0
berjamur
2. Kadar biji
3% 8% 20% 0 0 0 0
slaty
3. Kadar biji
1% 2% 2% 0 0 0 0
berserangga
4. Kadar
1,5% 2,0% 3,0% 0,64% 1,34% 0 0,99%
kotoran/waste
5. Kadar biji
2% 3% 3% 0 0 0 0
berkecambah
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sortasi dan grading bahan hasil
pertanian.. Bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah biji kakao.
Sedangkan alat yang digunakan adalah alat uji belah. Setiap bagian biji kakao yang
akan diekspor harus memenuhi persyaratan standar mutu yang diawasi oleh
lembaga pengawasan terkait yang ditunjuk. Standar mutu biji kakao Indonesia
diatur dalam Standar Nasional Indonesia Biji Kakao (SNI 01-2323–2008).
Standar SNI ini meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan (labelling), cara pengemasan, dan rekomendasi.
Penambahan ragi tape pada fermentasi biji kakao mempercepat pencapaian
nilai indeks nitrogen, indeks warna, total polifenol, serta nilai kecerahan biji kakao
kering pada fermentasi hari ke-5. Sedangkan indeks gula lebih tinggi pada biji
kakao kering hasil fermentasi 6 hari daripada fermentasi 5 hari kemdian
penambahan ragi tape dapat menjadi alternatif untuk mempersingkat waktu
fermentasi biji kakao dengan dicapainya indeks nitrogen, indeks warna, total
polifenol, dan nilai kecerahan yang setara atau lebih baik pada fermentasi selama 5
hari dengan penambahan daripada fermentasi secara spontan selama 6 hari.
Sebagian besar petani enggan melaksanakan proses fermentasi pada biji kakao yang
dipanen. Salah satu alsannya adalah durasi fermentasi yang dirasa petani terlalu
lama karena memerlukan waktu 5 hingga 7 hari. Sementara itu, lama fermentasi
sangat menentukan keberhasilan fermentasi terkait dengan karakteristik biji kakao
kering yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan adanya proses biokimiawi dan
aktivitas mikrobia yang berlangsung selama fermentasi. Apabila fermentasi
dilakukan dalam waktu yang terlalu singkat maka belum mencapai tujuan
fermentasi, yaitu 3 kematian biji dan pembentukan senyawa prekursor flavor.
Fermentasi juga tidak dapat dilakukan dalam waktu yang berlebihan karena dapat
mengakibatkan kerusakan pada biji kakao kering yang dihasilkan, seperti hambar
dan keasaman yang tinggi. Akibat tidak dilaksanakannya fermentasi oleh petani
maka sebagian besar biji kakao Indonesia tidak terfermentasi dan menyebabkan
citra buruk pada biji kakao kering Indonesia. Selain itu, menurut Literatur yang
praktikan baca bahwa tingkat kontaminasi mikoflora pada biji kakao tanpa
fermentasi lebih tinggi dibandingkan biji kakao fermentasi. Hal tersebut
dikarenakan metabolit yang dihasilkan selama fermentasi seperti asam-asam
organik lemah diantaranya asam asetat, asam sitrat, dan asam laktat memiliki
aktivitas antimikrobia yang menghasilkan efek penghambatan terhadap
pertumbuhan jamur. Hal tersebut merupakan alasanalasan pentingnya pelaksanaan
fermentasi dalam pengolahan pascapanen kakao. Fermentasi merupakan proses
yang penting dalam pengolahan pascapanen kakao. Pada fermentasi, biji kakao
akan mengalami perubahan biokimia dan fisik yang mengarah pada peningkatan
kualitas biji kakao kering
Faktor iklim yang turut mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao antara
lain suhu, curah hujan, kelembaban udara, angin, serta intensitas cahaya matahari.
Perubahan komponen iklim secara langsung akan berpengaruh terhadap aktivitas
enzim pada proses metabolisme tanaman. Proses ini dapat diamati melalui
pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman, termasuk komponen fisik
dan kimia biji kakao. Faktor iklim terpenting dalam budid kakao adalah curah
hujan. Curah hujan ini akan berpengaruh terhadap produksi kakao. Menurut
literatur yang prkatikan baca juga bahwa tanaman kakao menghendaki sebaran
hujan yang relatif merata sepanjang tahun, hal ini karena kekurangan air atau
kekeringan dapat berpengaruh terhadap penurunan laju pertumbuhan dan
perkembangan seperti laju perluasan daun serta penurunan ketersediaan hara di
daerah perakaran sehingga dapat menurunkan produksi buah kakao. Selain itu juga
pada musim kemarau tanaman kakao biasanya akan menggugurkan daunnya
sehingga mengakibatkan kemampuan fotosintesisnya menjadi berkurang. Di lain
pihak menyebutkan bahwa curah hujan yang berlebihan juga akan berdampak
buruk terhadap produksi kakao. Curah hujan yang terlalu banyak akan mengurangi
penyinaran sinar matahari, mengurangi pembungaan serta meningkatkan terjadinya
penyakit busuk buah kakao (BBK) yang secara langsung dapat menurunkan
produksibuahnya. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan beberapa ahli
menunjukkan rata-rata produksi kakao di lokasi bertipe iklim basah lebih tinggi
dibandingkan rata-rata produksi di lokas bertipe iklim kering dan menyatakan
potensi mutu fisik dan kadar lemak biji kakao dapat ditingkatkan dengan cara
menanam kakao pada lokasi-lokasi bertipe iklim basah. Selajutnya suhu yang
terlalu rendah bisa menghambat pembentukan bunga dan perkembangan tanaman
kakao, pada akhirnya berpengaruh terhadap produksinya . Fungsi tanaman yang
dipengaruhi oleh suhu diantaranya adalah pertumbuhan, pembelahan sel.Oleh
karena itu, perbedaan suhu yang terdapat di wilayah pengembangan tanaman kakao
akan berpengaruh terhadap hasil tanaman kakao itu sendiri.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum maka kadar kakao cacat
dengan ragi pada suhu 550C , 60 0C dan 650C yaitu didapatkan kaddar biji slatynya
sebesar 2,18 %; 2,54% dan 1,74%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada suhu 60
untuk kadar biji slaty yang paling tinggi. Dan Kadar kotorannya pada suhu 55 0C ,
60 0C dan 650C yaitu sebesar 1,62% ; 0,75 % dan 1,18 %. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar suhu maka semakin kecil kadar kotorannya.
kadar kakao cacat tanpa ragi pada suhu 550C , 60 0C dan 650C yaitu didapatkan
kadar biji slatynya sebesar 0 ketiganya Maka dapat disimpulkan bahwa pada suhu
tersebut tidak terdapat kadar biji slatynya. Dan Kadar kotorannya pada suhu 550C ,
60 0C dan 650C yaitu sebesar 0 ; 1,97 % dan 0,99 %. Dapat disimpulkan bahwa
suhu 60 merupakam ushu dimana memeiliki kadar kotoran yang banyak dibanding
lainnya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagaifraksi
kualitas berdasarkan karakteristik fisik. Grading adalah proses pemilihan bahan
berdasarkan permintaankonsumen atau berdasarkan nilai komersilnya.
2. Kakao (Theobroma cacao L.) adalah pohon budidaya di perkebunan yang
ditanam diberbagai kawasan tropis.
3. Terdapat tiga jenis kakao diantaraya kako criollo, kakao forastero, dan kakao
trinitario.
4. Kadar biji cacat dengan ragi bahwa Semakin besar suhu maka semakin kecil
kadar kotorannya. Dan pada suhu 60 untuk kadar biji slaty yang paling tinggi.
5. Kadar biji cacat tanpa ragi bahwa idak ada satu pun kadar biji slatynya. suhu 60
merupakam ushu dimana memeiliki kadar kotoran yang banyak dibanding
lainnya.
6.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu :
1. Hendaknya pada saat praktikum di berikan modul agar lebih memudahkan dalam
memahami materi yang di sampaikan.
2. Asisten dosen diharapkan lebih banyak menyediakan waktu untuk berdiskusi
atau tanya jawab.
3. Tidak ribut dan bercanda pada saat kegiatan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Wahyu Adi. 2016. Standar Mutu Biji Kakao. Terdapat pada:
https://multimeter-digital.com/standar-mutu-biji-kakao-cokelat.html
(Diakses pada tanggal 1 Oktober 2017 pukul 20.55 WIB).