Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLOGI TEKNIK
(Menghitung Curah Hujan Rata-Rata Daerah Aliran (Areal
Rainfall))

Disusun Oleh :
KELOMPOK : 1 / Shift B2
Anggota Kelompok :1. Muhammd Hafaz (240110140038)
2. Maulid Nabil A. (240110140043)
3. Muhammad Fahmi N. (240110140052)
4. Dindaniera D. Putri (240110140053)
5. Vibi Ledianty (24011014010
)
M. Reza Alghifary (240110150056)
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 5 Oktober 2016
Asisten : 1. Musfiq Amrullah
2. Novri Hedryani R.
3. Rafli Amrullah
4. Rosullah Aprilian I.
5. Rusu Fitriyanti P.
6. Yohanes Christian

LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang


Suaru peristiwa yang sangat berpengaruh dalam siklus hidrologi adalah
presipitasi . Hujan merupakan setatu peristiwa jatuhnya air dari atmosfer ke
permukaan bumi yang berbeda tiap wilayah. Hal ini termasuk daerah tropis yang
terdapat di Indonesia. Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali
hujan atau untuk massa tertentu seperti perhari, perbulan, permusim, atau
pertahun. Suatu sistem kerja sejumlah alat penakar hujan yang dipasang bervariasi
sesuai wilayah yang terdapat curah hujan. Curah hujan juga memiliki
intensitasnya yang berbeda distiap tempat. Curah hujan rata-rata suatu wilayah
daerah aliran sungai (DAS) suatu di hitung dengan beberapa metode. Metode
rata-rata, metode theissen, metode isohyet. Metode metode tersebut digunakan
untuk pengaturan irigasi, mengetahui aliran permukaan. Curah hujan di suatu
wilayah diperlukan penakar curah hujan yang jumalahnya banyak untuk
mengetahui secara sepsifik jumlah yang dapat di wakili , semakin banyak penakar
hujan disuatu wilayah tersebut maka semakin tepat juga pengukuran curah hujan
di wilayah tersebut. Ketelitian curah hujan bergantung pada variabelitas curah
hujan mksudnya semakin banyak curah hujan di suatu wilayah yang variasi curah
hujannya besar sehingga kebutuhan penakar hujan yang dibutuhkan banyak.Oleh
karena itu, praktikan melakukan percobaan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan pengukur Curah Hujan


Hujan yang jatuh dalam suatu wilayah sungai merupakan salah satu
komponen penting dalam proses hidrologi. Jumlah kedalaman hujan dapat dialiri
ragamkan menjadi aliran sungai melalui limpasan permukaan, aliran antara dan
aliran dasar. Kedalaman hujan perlu diketahui dengan alat ukur penakar hujan
yang diletakkkan di wilayah sungai yang akan dikembangkan. Untuk
mendapatkan besaran hujan yang dapat dipakai sebagai masukan ke dalam analisi
debit dari wilayah sungai yang ditinjau diperlukan stasiun pengukur yang
memenuhi persaratan baik jumalah maupun penyebarannya. Beberapa metode
untuk menetapkan jaringan stsiun hujan antara lain adalah Narayanan dan
Stephenson. ( Nurrochmad, 1998)

2.1 Pengertian Presipitasi


resipitasi adalah curah hujan atau turunnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis
dan curah hujan serta salju dan di daerah beriklim sedang. Presipitasi
merupakan peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk
dari uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses
kondensasi. Presipitasi merupakan faktor utama yang mengendalikan
berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah (merupakan elemen
utama yang perlu diketahui mendasari pemahaman tentang kelembaban tanah,
proses peresapan air tanah, dan debit aliran). Presipitasi mempunyai banyak
karakteristik yang dapat mempengaruhi produk akhir suatu hasil perncanaan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Besar kecilnya presipitasi, waktu
berlangsungnya hujan, dan ukuran serta intensitas hujan yang terjadi, baik
secara sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi
kegiatan pembangunan wilayah. ( Aya, 2012)

2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)


Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu
titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS – DAS disebelahnya
oleh sutu pembagi (divide), atau punggung bukit/ gunung yang dapat
ditelusuri pada peta tofografi. Semua air permukaan yang berasal dari daerah
yang dikelilingi oleh pembagi tersebut dialirkan melalui titik terendah
pembagi, yaitu tepat yang dilalui oleh sungai utama pada DAS yang
bersangkutan. Pada umumnya dianggap bahwa aliran air tanah sesuai pula
dengan pembagi – pembagi diatas permukaan tanah, tetapi anggapan ini
tidaklah selalu benar dan nyatanya banyak sekali air yang diangkut dari DAS
yang satu ke DAS yang lainnya sebagai air tanah. (Ray, 1994)

Macam Macam Metode pengukuran


Metode rata- rata – hitung
Metode ini merupakan cara mencari rata – rata curah hujan di dalam
suatu daerah aliran dengan cara menjumlahkan tinggi hujan dari semua
stasiun dan membaginya dengan jumlah stasiun tersebut, metode ini
digunakan pada daerah datar, pos hujan banyak dan sifat hujannya merata,
dengan rumus sebagai berikut :

𝑅1 +𝑅2 +𝑅3 +𝑅4 . . . . . . . . . . . + 𝑅𝑁


𝑅= 𝑁

Keterangan :
Ri : Besarnya curah hujan (mm).
N : Jumlah pos pengamatan.

2.3 Metode Thiessen Poligon


Rata-rata terbobot (weighted average),masing-masing stasiun hujan
ditentukan luas daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk
(menggambarkan garis-garissumbu pada garis-garis penghubung antara dua
stasion hujan yang berdekatan).
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
padatengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap
stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An/A,
dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah
luas seluruh areal yang dicari tinggi curah hujannya. Curah hujan rata-
rata diperoleh dengan cara menjumlahkan padamasing-masing penakar yang
mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-
garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
A = Luas areal (km2) ,
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal ,
d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n
A1, A2, A3,...An= Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n .
.

1. Metode Isohyet
Metode Isohyet ditentukan dengna cara menggunakan peta grafis
kontur kedalam hujan suatu daerah dan kedalaman hujan rata – rata antara
garis isohyet dengan luas antara kedua garis isohyet tersebut, dibagi luas
DAS. Metode ini cocok untuk daerah pegunungan dan berbukit – bukit.
Peta Isohyet (tempat kedudukan yang mempunyai kedalam hujan
sama) digambar pada peta fotografi berdasarkan data curah hujan pada
titik – titik pengamatan yang dimaksud. Luas bagian daerah antara 2 garis
isohyet yang berdekatan diukur dengan planimeteri. Curah hujan daerah
itu dapat dihitung menurut persamaan sebagai berkut :
𝐴 𝑅 +𝐴 𝑅 +𝐴 𝑅 . . . . . . . . . . . + 𝐴 𝑅
𝑅̅ = 1 1𝐴 +2𝐴 2+ 𝐴 3+.3. . . . . . . . . . + 𝐴 𝑁 𝑁
1 2 3 𝑁

Keterangan :
𝑅̅ : Curah hujan rata – rata regional.
𝑅𝑖 : Curah hujan rata – rata pada bagian – bagian Ai.
𝐴𝑖 : Luas bagian antara garis isohyet.

Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis – garis isohyet
dapat digambar secara teliti. Gambar di bawah ini menggambarkan tentang
hujan wilayah cara isohyet
BAB IV
Hasil

Ciherang
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 187 894 673 591 753 667 535 234 568 695 633 428
1999 97 252 321 38 32 2 0 0 72 51 50 89
2000 345 365 547 1024 1351 275 185 26 0 306 898 354
2001 714 404 789 720 297 584 41 0 24 13 306 294
2002 634 227 113 76 43 38 29 49 0 0 274 503
2003 97 252 321 0 32 2 0 0 72 51 50 89
2004 147 165 173 348 186 44 56 0 0 113 329 248
2005 366 428 670 258 186 148 279 20 152 286 133 442
2006 526 478 301 525 354 18 88 0 0 0 139 404
2007 290 431 231 579 75 50 16 30 42 47 582 325
2008 321 242 502 319 109 53 0 52 230 10 81 333
2009 321 242 502 319 109 53 0 52 230 10 81 333
2010 345 365 547 245 413 266 96 164 620 615 664 354
2011 380 131 165 233 198 149 33 69 58 219 474 374
2012 247 307 252 349 82 6 0 0 0 46 392 504

Cisomang
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 238 644 469 452 463 460 290 229 377 476 558 425
1999 336 296 423 399 278 196 44 9 25 138 286 181
2000 332 255 201 692 703 162 147 74 29 293 693 159
2001 473 142 310 224 131 0 142 105 267 357 582 183
2002 584 234 403 284 223 102 80 47 28 39 403 447
2003 270 260 139 166 229 19 0 5 254 306 194 358
2004 231 252 307 312 288 36 67 74 55 50 282 357
2005 341 435 372 233 86 151 67 174 113 224 423 259
2006 341 435 372 233 86 151 67 174 113 224 423 259
2007 125 353 0 575 135 131 34 19 5 210 531 418
2008 246 130 472 239 102 68 0 257 56 165 583 229
2009 332 255 201 397 270 202 63 15 260 502 565 505
2010 144 336 641 106 302 299 372 175 553 703 754 193
2011 508 563 735 279 481 568 251 216 528 767 648 314
2012 183 567 262 818 184 138 166 15 37 322 856 666

Cibeureum
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 268 346 399 254 208 105 189 185 117 228 473 426
1999 433 209 332 323 127 128 65 0 0 596 244 223
2000 230 385 291 111 0 26 0 0 38 246 387 204
2001 682 286 607 501 520 436 236 81 395 624 271 578
2002 178 350 213 272 203 50 19 0 7 0 341 657
2003 372 31 76 445 0 0 11 25 107 203 270 387
2004 372 41 76 1 17 8 0 0 1 3 28 421
2005 192 169 202 16 16 351 20 22 16 39 287 443
2006 318 380 71 311 314 0 13 0 0 0 90 465
2007 241 183 307 749 77 184 0 0 3 273 459 823
2008 290 354 487 456 53 0 0 0 28 106 576 204
2009 726 375 417 373 629 107 24 10 0 545 423 406
2010 881 467 335 137 416 153 42 270 323 386 433 86
2011 167 120 207 595 241 63 0 0 0 138 72 330
2012 345 161 93 194 148 7 0 0 0 252 395 299
Cicalengka
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 214 322 429 106 152 105 105 14 90 151 206 287
1999 213 197 174 108 96 9 36 0 2 77 220 203
2000 264 150 153 200 117 36 14 32 7 230 339 132
2001 319 153 174 212 54 80 36 1 29 370 560 122
2002 383 108 297 130 7 0 17 0 0 0 243 444
2003 311 442 247 116 33 0 17 0 0 150 393 289
2004 536 321 416 150 251 44 3 0 46 0 259 293
2005 359 438 248 230 113 66 26 13 61 120 154 185
2006 420 484 152 264 147 17 17 0 1 20 87 341
2007 257 331 126 301 64 80 3 0 0 36 318 346
2008 165 103 451 146 25 5 0 18 0 105 557 352
2009 165 269 235 158 191 108 6 5 8 140 221 253
2010 493 433 523 298 467 89 133 127 284 275 290 359
2011 31 76 249 137 134 73 33 0 0 72 288 399
2012 149 288 205 166 99 40 0 0 25 49 243 598

Tempat Luas Persen luas


Ciherang 70,5 0,45
Cisomang 53,5 0,34
Cibeureum 18,5 0,12
Cicalengka 14 0,09
Total 156,5

CH Wilayah Metode Theissen


Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 216 693 549 460 535 480 372 207 406 516 550 414
1999 229 257 344 201 133 84 26 3 41 148 169 146
2000 320 310 363 729 859 186 135 40 15 288 717 250
2001 593 278 549 479 245 322 98 46 151 235 419 274
2002 541 233 240 175 120 58 44 38 10 13 324 497
2003 207 245 223 120 96 7 3 5 132 165 156 234
2004 237 194 229 277 207 37 49 25 23 68 271 310
2005 336 401 475 219 125 166 153 72 114 221 252 356
2006 429 452 285 377 239 61 66 59 39 78 226 356
2007 225 366 152 573 95 96 19 20 21 128 526 418
2008 278 204 485 292 92 48 0 113 126 83 354 284
2009 359 264 365 338 233 115 25 30 193 253 300 393
2010 353 373 552 189 380 248 187 177 532 588 634 268
2011 367 272 372 283 294 275 103 105 207 384 469 351
2012 228 377 232 474 126 54 57 5 15 165 537 543
Rata-Rata 328 328 361 346 252 149 89 63 135 222 394 340

Metode Thiessen
Metode Thiessen

500

400

300

200

100

0
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Muhammad Hafaz

240110150038

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan akan membahas tentang tiga metode
untuk menganalisis curah hujan suatu wilayah yaitu dengan metode rata-rata
Aritmatik, metode Polygon Thiessen dan metode Isohyet. Tetapi untuk praktikum
ini akan menggunakan metode Polygon Theissen. Metode ini yaitu
menghubungkan titik-titik tengah jarak stasiun suatu daerah aliran menjadi luas
daerah yang dipakai untuk menghitung dengan rumus. Menggambar peta
wilayah suatu daerah di plastik mika dengan drawing pen . Terdapat beberapa
kesulitan praktikan dalam menghitung jumlah kotak dalam milimeter blok untuk
mencari luasan suatu wilayah yang sudah di tarik garisnya yang membentuk
polygon. Metode Polygon ini sangat baik untuk mengukur curah hujan suatu
wilayah daerah aliran sungai dengan menarik garis antar titik dan bentuk garis
yang tegak lurus dengan garis hubung yang akan membentuk poligon-poligon
yang mengelilingi masing-masing stasiun. Sisi tiap poligon merupakan batas
daerah pengamat hujan yang bersangkutan setelah itu hapus garis yang tidak
dibutuhkan.. Pada praktikum kali ini mengambil contoh stasiun hujan, yaitu
stasiun Ciherang, stasiun Cisomang, stasiun Cibeureum, dan stasiun Cicalenngka.
.Menghitung luasan masing-masing polygon dengna memasukan perhitungan
kotak yang masing-masing kotaknya 100 cm2. Kemudian praktikan mendapatkan
hasil perhitungan dengan memasukan rumus persentase masing-masing luas
dengan membagi luas suatu wilayah dibagi dengan jumlah luasan seluruh
wilayah, maka didapatkan persentase luas di Ciherang, Cisomang, Cibeureum
adalah 0,45; 0,34; 0,12; 0,09. Setelah dilihat pada grafik metode Theissen maka
terlihat rata-rata curah hujan yang tinggi yatu pada bulan November terdapat dari
tahun 1998 samapi tahun 2012 memiliki curah hujan yang besar sebesar 446 mm
sedangkan untuk bulan yang memiliki curah hujan terkecil adalah rata-rata pada
bulan Agustus dari tahun 1998 sampai 2012 yaitu sebesar 72 mm. Stelah praktika
membaca beberapa literatur yang terdapat di berbagai media internet maka
perbedaan yang didapat dari ketiga metode tersebut adalah curah hujan arotmatik
cukup mudah yaitu menjumlahkan beberapa stasiun dan lebih tepat menghitung
daerah yang memiliki topografinya datar dan distribusi hujannya merata, metode
Theissen digunakan untuk titik yang tidak merata hujannya dan lebih sulit dalam
perhitungannya karena butuh ketelitian dalam menghitungnya. Dan metode
isohyet dapat digambarkan dengan teliti tapi jika titik pengamatan yang sangat
banyak akan membuat peta isohyet akan mendapatkan benyak kesalahan tetapi
metode ini adalah metode yang cukup rasional karena memungkinkan
dipertimbakannya bentuk bentang dan tipe hujan yang terjadi sehingga dapat
menunjukkan besar hujan total secara realistis.
Muhammad Hafaz
240110150038

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Theissen adalah metode untuk mengukur rata-rata curah hujan di daerah
aliran sungai (DAS).
2. Metode Theissen menggunakan topografi titik pengematan tersebut dalam
mengukur curah hujan.
3. Terdapat rata-rata curah hujan yang terbesar adalah pada bulan November dan yang
terkecil adalah bulan Agustus.

5.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah :
1. Praktikan yang harus lebih teliti dalam menentukan daerah untuk menjadi daerah
aliran sungai (DAS).
2. Sebelum praktikan seharusnya praktikan membaca tentang Metode Theissen ini
agar mempermudah dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sophia Dwiratna NP., 2016. Penuntun Praktikum Hidrologi. Jatinangor: FTIP


UNPAD
Aya, 2012. Presipitasi. Terdapat pada : http://enenkq.blogspot.co.id/2012/12/v-
behaviorurldefaultvmlo.html (Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016 pukul
11.34 WIB )
Nurrocmad, Fatchan dan Ery Setiawan. Analisis Keraraptan Jaringan Pengukur
Curah Hujan. Forum Teknik Jilid 22 No 2

Anda mungkin juga menyukai