Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perekonomian, dapat dikatakan bahwa perdagangan adalah penopang dari


suatu perekonomian yang merupakan faktor penting guna mendorong pertumbuhan
ekonomi. Perdagangan dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara,
meningkatkan output dunia, serta menyediakan akses ke sumber daya yang langka dan
pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai komoditas. Bagi negara yang
tidak mampu memproduksi suatu komoditas atau tidak mampu mencukupi kebutuhan
konsumsi dalam negeri, impor adalah jalan tercepat untuk mengatasi hal tersebut, bagi
negara yang mampu memproduksi suatu komoditas atau output produksi barang dan
jasanya lebih besar dari konsumsi dalam negerinya sendiri, negara tersebut akan
melakukan ekspor ke luar negeri. Ekspor sendiri dilakukan untuk mendapatkan devisa
yang pada akhirnya digunakan untuk membiayai impor negara tersebut. Selain itu, devisa
juga dapat digunakan sebagai jaminan pembayaran impor yang akan datang dan
digunakan juga sebagai sumber dana pembayaran utang luar negeri. Ekspor sendiri juga
memiliki keuntungan lain, semakin baik kinerja dari suatu komoditas ekspor, semakin
besar dan baik pula industri tersebut di dalam negeri. Industri tersebut juga akan semakin
banyak menyerap banyak tenaga kerja, terutama dalam industri padat karya.
Dalam setiap negara, kebijakan mengenai neraca perdagangan pasti berbeda-beda.
Ada negara yang sengaja membuat neraca perdagangan mereka defisit, dan ada juga
yang menginginkan neraca perdagangan mereka selalu surplus. Tetapi, keseimbangan
neraca perdagangan tentu saja menjadi tujuan utama setiap negara. Bagi negara yang
selalu memiliki neraca perdagangan surplus, hal tersebut dapat berakibat pada tingkat
inflasi suatu negara. Sedangkan dampak dari neraca perdagangan yang defisit adalah
terkurasnya cadangan devisa suatu negara. Untuk mengurangi neraca perdagangan yang
defisit, ada beragam cara yang dilakukan, salah satunya adalah mengurangi impor dan
meningkatkan ekspor.
Hubungan kerjasama bilateral Indonesia dengan Jerman dimulai tahun 1952 sejak
diresmikannya hubungan diplomatik untuk pertama kalinya melalui pendirian Kantor
Perwakilan RI di Bonn, Jerman Barat, yang kemudian diresmikan menjadi Kedutaan
Besar RI di Bonn pada tahun 1954. Indonesia juga menjalin hubungan bilateral dengan
1
Jerman Timur melalui pendirian Kedutaan Besar RI di Berlin Timur pada tahun 1976.
Sejak saat itu hubungan kerjasama bilateral Indonesia dengan Jerman Barat dan Jerman
Timur berkembang cukup erat di berbagai bidang kerjasama. Sejalan dengan tuntutan
untuk melakukan Reunifikasi Jerman baik di Jerman Barat maupun di Jerman
Timur, Indonesia merupakan salah satu negara yang selalu mendukung terwujudnya
Reunifikasi Jerman. Reunifikasi Jerman menunjukkan bukti bahwa integrasi bangsa
Jerman telah mempersatukan negara Jerman Barat dan Jerman Timur dalam kesatuan
politik, ekonomi dan sosial. Setelah Reunifikasi Jerman, pada tahun 1999 Kedutaan
Besar RI di Bonn dipindahkan ke Berlin berkaitan dengan penentuan Berlin sebagai
ibukota Jerman. Hubungan Indonesia-Jerman terus ditingkatkan dalam berbagai bidang
kerjasama antara lain: politik, ekonomi, perdagangan, investasi, sosial budaya dan
pendidikan.
Dalam hubungan kerjasama politik, kedua negara melakukan saling dukung dalam
kerjasama di forum internasional. Jerman merupakan negara yang selalu mendukung
integritas. Hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jerman memiliki tradisi yang baik
dan intensif. Jerman memiliki hubungan yang lebih tua dan lebih dalam ke Indonesia
daripada ke negara-negara lainnya di Asia Timur atau Tenggara. Sejak abad ke 16 telah
banyak saudagar, ilmuwan, dokter, misionaris, tentara dan pegawai dari Jerman yang
tinggal di Indonesia.

Perekonomian Republik Federal Jerman terintegrasi secara internasional, tidak


seperti perekonomian dari sebagian besar negara lainnya yang tidak begitu terintegrasi ke
dunia internasional. Pada saat ini perusahaan-perusahaan Jerman menghasilkan kira-kira
sepertiga omset mereka melalui perdagangan dengan luar negeri tendensinya naik. Masa
depan lokasi bisnis Jerman dan banyak pabrik tergantung dari perdagangan luar negeri
yang dinamis. Oleh karenanya persaingan bebas, pasar terbuka dan persyaratan yang
mendukung perdagangan dan investasi sangat menentukan.
Demi tujuan tersebut Bagian Ekonomi Kedutaan dan Perkumpulan Ekonomi
Indonesia-Jerman EKONID berusaha menjadi kontak person yang terpenting di Indonesia
bagi para pelaku bisnis dari Jerman. Mereka juga mendapatkan dukungan dari
koresponden Kantor Federal Ekonomi Luar Negeri (BFAI) yang juga berkedudukan di
Jakarta, seperti halnya Lembaga Kredit untuk Pembangunan Kembali.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Komoditas jenis apakah sajakah yang diekspor Indonesia ke Jerman?
2. Komoditas jenis apa sajakah yang di Impor Indonesia dari Jerman?
3. Negara mana saja yang menjadi penyumbang defisit terbesar di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan perdagangan bilateral antara Indonesia dan Jerman?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan :
1. Untuk memberi pengetahuan tentang komoditas jenis apakah sajakah yang diekspor
Indonesia ke Jerman.
2. Untuk memberi pengetahuan tentang komoditas jenis apa sajakah yang di Impor
Indonesia dari Jerman.
3. Untuk memberi pengetahuan negara mana saja yang menjadi penyumbang defisit
terbesar di Indonesia.
4. Untuk memberi pemahaman tentang perkembangan perdagangan bilateral antara
Indonesia dan Jerman.

Manfaat :
1. Agar pembaca mengetahui tentang komoditas jenis apakah sajakah yang diekspor
Indonesia ke Jerman.
2. Agar pembaca mengetahui tentang komoditas jenis apa sajakah yang di Impor
Indonesia dari Jerman.
3. Agar pembaca mengetahui negara mana saja yang menjadi penyumbang defisit
terbesar di Indonesia.
4. Agar pembaca memahami tentang perkembangan perdagangan bilateral antara
Indonesia dan Jerman.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Indonesia bersama Jerman memperkuat hubungan dagang, dengan dijadikannya


Indonesia sebagai negara targeted counterparts import promotion desk (IPD). Kerja sama
tersebut memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk promosi perdagangan menuju
Jerman. Cakupan kerja sama antara Indonesia dan Jerman tersebut fokus pada tiga kelompok
produk ekspor Indonesia ke pasar Jerman, yaitu bahan makanan, obat-obatan dan kosmetik,
buah segar dan sayur-mayur, serta kayu. Tiga kategori produk tersebut merupakan produk
ekspor utama dan prospektif Indonesia, namun nilai ekspornya ke Jerman masih relatif kecil
karena Jerman lebih banyak mengimpor dari negara lain. Kerja sama ini dapat menjadi salah
satu instrumen efektif bagi eksportir Indonesia yang memiliki keinginan membangun bisnis
dengan Buyers di Jerman secara berkesinambungan. IPD akan menjadi penghubung yang
mempertemukan eksportir Indonesia dengan importir Jerman sehingga bisa menghasilkan
kontrak dagang yang menguntungkan kedua belah pihak dalam jangka panjang.

Perdagangan Bilateral Indonesia-Jerman berdasarkan data statistik, Jerman


merupakan pasar tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-11. Selama periode 2009-2013, total
perdagangan Indonesia-Jerman tumbuh dengan tren sebesar 11,36% per tahun dan mencapai
US$ 7,3 miliar. Pada tahun 2013 ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 2,88 miliar,
sedangkan pada periode Januari-Juli 2014 tercatat sebesar US$ 1,65 miliar. Produk yang
paling banyak diekspor ke Jerman dari Indonesia adalah produk turunan minyak, lemak
nabati dan hewani, alas kaki, peralatan elektronik, karet, pakaian jadi dan aksesori, mesin-
mesin, kopi, teh, rempah-rempah, peralatan optik, foto, medis, serta kayu dan olahan kayu.

Dalam kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan oleh negara Jerman dan Indonesia
terdapat penurunan dan peningkatan terhadap barang komoditi terutama pada barang
komoditi lima terbesar dari ekspor dan impor yang dilakukan oleh kedua negara tersebut. Hal
ini dikarenakan oleh berbagai faktor-faktor ekonomi maupun non-ekonomi. Berikut
pembahsan dari kegiatan ekspor dan impor pada periode 2005-2014.

4
5
6
7
Tabel 1.3 Ekspor Impor Indonesia Jerman 2008-2013

Secara keseluruhan nilai ekspor Indonesia Jerman pada tahun 2008-2009 cukup
stabil. Rata-rata nilai ekspor pada tahun 2008-2013 adalah sebesar 2,765,080,338 dengan
rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 2.9%. Sayangnya, kestabilan nilai ekspor Indonesia
ke jerman tidak diikuti oleh nilai impornya. Nilai impor dari jerman ke Indonesia selalu
lebih besar daripada nilai ekspornya yang mengakibatkan Indonesia lebih banyak
mengalami deficit, bahkan sejak tahun 2011 sampai 2013 nilai impor berkembang terlalu
jauh dibandingkan dengan nilai ekspor dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar
14.2%.
Selain itu, terjadi ketidak cocokan antara teori dan transaksi perdagangan yang
dilakukan oleh Indonesia. Terlihat pada gambar 1, terjadi flukstuasi nilai tukar Rupiah
terhadap Euro, sejak tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2010 rupiah mengalami
apresiasi terhadap Euro. Pada periode tersebut Indonesia menaikan kemampuan ekspornya
dan menaikkan kemampuan impornya. Meskipun impor yang dilakukan Indonesia tetap
lebih besar dibandingkan dengan ekspor.

8
Sedangkan pada tahun 2012 sampai pada tahun 2013 dimana rupiah mengalami
depresiasi, Indonesia lebih banyak melakukan impor dari pada ekspor. Padahal
berdasarkan teori, seharusnya nilai ekspor terus meningkat untuk meraih keuntungan yang
lebih besar dan mengurangi impor untuk meminimalisir pengeluaran. Pada tahun 2013
Rupiah mengalami depresiasi terhadap Euro sebesar 23,84% jika dibangkan dengan tahun
sebelumnnya, ekspor Indonesia malah menurun sebesar 6,6% dan impor meningkat
sebesar 5,4%. Dimana seharusnya secara teori pertumbuhan nilai ekspor akan meningkat
dan pertumbuhan nilai impor sebaliknya akan menurun.

Neraca Perdagangan Indonesia dengan Berbagai Negara Periode Tahun 2005 – 2014
(dalam Juta Dollar AS)

Grafik Impor dari Jerman ke Indonesia tahun 2000-2012

IMPORT
4,000,000,000
3,500,000,000
3,000,000,000
CIF Value US$

2,500,000,000
2,000,000,000
1,500,000,000
1,000,000,000
500,000,000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Axis Title

(Source: Statisitik perdagangan luar negeri impor Indonesia Jerman)

9
Grafik Ekspor Indonesia ke Jerman tahun 2000-2012

EXPORT
3,500,000,000
3,000,000,000
2,500,000,000
CIF Value US$

2,000,000,000
1,500,000,000
1,000,000,000
500,000,000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Axis Title

Tabel 1.4 neraca perdagangan ekspor impor indonesia jerman

pecentage
Tahun EXPORT IMPORT TRADE BALANCE
(%)
2000 1.443.127.393 1.244.670.324 198.457.069
2001 1.257.944.576 1.300.528.994 -42.584.418 -121,4577481
2002 1.269.876.335 1.437.567.845 -167.691.510 293,7860792
2003 1.416.768.086 1.501.753.244 -84.985.158 -49,32053626
2004 1.654.587.084 1.734.025.698 -79.438.614 -6,526485484
2005 1.781.580.476 1.750.826.860 30.753.616 -138,7136865
2006 2.025.698.161 1.756.575.092 269.123.069 775,094067
2007 2.316.013.330 2.218.944.374 97.068.956 -63,93138784
2008 2.465.155.806 2.868.793.273 -403.637.467 -515,8254952
2009 2.605.669.686 2.373.528.170 232.141.516 -157,5123805
2010 2.984.670.615 2.875.353.275 109.317.340 -52,90918148
2011 3.304.651.447 3.393.814.360 -89.162.913 -181,5633759
2012 3.145.785.765 3.244.201.309 -98.415.544 10,37721928
(Source: Statisitik perdagangan luar negeri impor Indonesia Jerman)

Melihat kondisi yang seperti sekarang, perlu dilakukan perbaikan kinerja ekspor,
terutama komoditas-komoditas dimana Indonesia mengalami defisit yang sangat besar.
Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan kinerja dari sisi ekspor komoditas unggulan
Indonesia atau dari sisi komoditas yang mengalami defisit.

10
Neraca perdagangan Indonesia belakangan ini selalu mengalami defisit. Indonesia
banyak melakukan impor dibanding ekspor, mulai dari pangan seperti gandum hingga
barang teknologi tinggi seperti pesawat.
Direktur Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Imam
Pambagyo mengakui, selama ini banyak keluhan masyarakat tentang membanjirnya
barang impor. Dia juga mempertanyakan kenapa orang Indonesia suka memesan barang
impor dan tidak membeli produk dalam negeri. Pesanan dari masyarakat tersebut yang
kemudian berdampak pada tingginya angka impor. Menurutnya, tingginya impor saat ini
karena kurangnya sisi suplai dari dalam negeri. Bukan hanya itu, Indonesia sebagai negera
berkembang juga membutuhkan konsumsi yang tinggi untuk tetap bertahan

2.2 Defisit yang terjadi pada Indonesia


Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia selalu mengalami defisit
dalam perdagangan bebas adalah karena pemerintah Indonesia melakukan persiapan yang
menyeluruh. Hal ini dikarenakan Indonesia merasa bahwa pasar Indonesia lebih
dimanfaatkan oleh negara asing dibanding kita yang memanfaatkan pasar mereka, jadi
Indonesia merasa hebat dengan ekonomi yang ada.
Selain itu, Indonesia lebih banyak mengalami kerugian dalam perdagangan bebas
seperti di ACFTA karena lebih banyak sumber daya alam (bahan metah) dibandingkan
manufaktur. Hal ini membuat Indonesia tidak mendapat nilai lebih dalam perdagangan
bebas.
Selama ini besaran yang paling sering dijadikan sebahai penyebab utama yang
yang menyebabkan terjadinya defisit transaksi adalah pertama, penurunan surplus neraca
perdagangan sebagai akibat menurunnya ekspor dan meningkatnya impor barang. Kondisi
ini memang terlihat dalam tahun 2008, dimana indonesia mengalami defisit yang lebih
besar daripada tahun 2007. Impor dari jerman meningkat sebesar 30% daripada tahun
sebelumnya dan mengakibatkan defisit naik 5 kali lipat dari tahun 2007. Selain itu, impor
pada tahun 2007-2012 naik dari tahun sebelumnya ini dikarenakan meningkatkan
komoditas impor pesawat terbang dari jerman yang masuk dalam jumlah besar. Oleh
karena itulah penyebab dari defisit yang terjadi di Indonesia.

2.3 Ketergantungan Indonesia terhadap komoditas impor Jerman


Ketergantungan indonesia terhadap komoditas impor Jerman dapat dilihat pada
tabel 1.4 secara keseluruhan impor menjadi dominasi dari grafik tersebut setiap tahunnya.
11
Ketergantungan ini mempengaruhi konsumen terhadap produk impor, ketimbang produk
dalam negeri dan sebagian konsumen di Indonesia masih impor minded, menganggap
bahwa produk impor dalam negeri rendah kualitasnya ketimbang produk luar negeri.
Kebijakan impor telah menjadi komoditas politik dan keuntungan personal. Tidak sedikit
masuknya barang impor akibat permainan di kalangan elit. Padahal kondisi tersebut
merugikan industri dalam negeri serta konsumen Indonesia.

2.4 Komoditas Impor Jerman ke Indonesia Tahun 2000-2006


Tabel 1.5

(Source: Statisitik perdagangan luar negeri impor Indonesia Jerman)


` Dari tabel 1.5 di atas dapat dilihat komoditas peralatan telekomunikasi barada pada
urutan pertama dari kegiatan impor tahun 2000-2005. Komoditas peralatan telekomunikasi
menjadi penyumbang terbesar untuk indonesia daripada barang lainnya. Hal ini karena
jerman merupakan negara maju dalam penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan
dapat ditunjukkan dengan adanya perusahaan-perusahaan telekomunikasi jerman yang berada
di Indonesia seperti perusahaan siemens, T-mobile dan lain-lain. Komoditas peralat mesin
juga merupakan komoditas yang terbesar yang diimpor oleh indonesia dari jerman.
Jerman sebagai negara yang memiliki potensial yang sangat besar dalam
memproduksi manufaktur daripada indonesia menjadi alasan mengapa komoditas ini sangat
besar impornya. Keterbatasan indonesia dalam memproduksi mesin dan barang manufaktur
ini lah yangmenjadi penyebab indonesia mengimpor komoditas tersebut dari jerman, selain
itu kualitas produk yang dimiliki jerman lebih baik daripada negara lain.

12
Selain faktor tersebut, banyak pabrik-pabrik industri jerman yang berada di Indonesia
yang memberikan keuntungan bagi kedua negara indonesia dan jerman. Pabrik tersebut
membuka lapangan kerja bagi warga setempat. Tetapi pabrik tersebut juga mendapat
keuntungan dengan mengirimkan barang manufaktur seperti mesin-mesin untuk industri.
Komoditas Impor Jerman ke Indonesia
Tahun 2007-2012
Tabel 1.6

(Source: Statisitik perdagangan luar negeri impor Indonesia Jerman)


Dari tabel 1.6 di atas menunjukkan lima komoditas impor terbesar dari jerman ke
Indonesia. Dapat dilihat bahwa yang menempati posisi pertama pada periode 2007-2012
adalah komoditas pesawat terbang dan komponen lainnya yang digunakan untuk
perlengkapan senjata di bidang militer seperti tank, senjata, dan pesawat jet. Hal ini dikaitkan
dengan hubungan bilateral di bidang non-ekonomi yaitu bidang militer yang mendukung
stabilitas, integrasi wilayah, dan kesatuan negara Indonesia. Jerman mengirimkan 104 tank
tempur dan 50 pengangkut personel lapis baja kepada indonesia. Tujuan dikirimkannya tank
ini untuk konflik dalam negeri bukan untuk kejahatan HAM.

2.5 Negara Rekan Dagang Penyumbang Defisit Terbesar


Dalam suatu perdagangan, hampir pasti ada satu pihak yang dirugikan dari
transaksi perdagangan tersebut. Begitu juga dengan perdagangan Indonesia, tidak semua
negara rekan dagang memberi keuntungan bagi neraca perdagangan Indonesia, ada

13
beberapa negara yang menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia.
Beberapa negara yang menyumbang defisit terbesar bagi neraca perdagangan Indonesia
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.7 Negara Penyumbang Defisit Terbesar Neraca Perdagangan Indonesia


Periode Tahun 2009 – 2013 (dalam Juta Dollar AS)

Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa dalam lima tahun terakhir kontributor
penyumbang defisit terbesar bagi Indonesia di dominasi oleh Tiongkok dan Thailand.
Kenaikan jumlah defisit tersebut melonjak tajam pada tahun 2012, dimana Tiongkok
menjadi penyumbang defisit terbesar dengan nilai -7.726.291,80 US$, meningkat tajam dari
tahun 2011 dengan nilai defisit -3.271.182,40 US$.

2.6 Perkembangan perdagangan bilateral Jerman dengan Indonesia


1. Pada periode Januari-April 2015, total perdagangan Jerman dengan Indonesia tercatat
senilai € 1.909,84 juta, naik sebesar 5,18% dibandingkan dengan total perdagangan
periode yang sama tahun 2014, dengan nilai € 1.815,73 juta. Realisasi total
perdagangan tersebut terdiri dari ekspor senilai € 860,18 juta, dan impor sebesar
€ 1.049,66 juta. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, ekspor
turun sebesar 0,27%. Namun, impor naik sebesar 10,12%. Sehingga, neraca
perdagangan antara Jerman dengan Indonesia pada periode Januari-April 2015 tercatat
surplus bagi Indonesia sebesar € 189,48 juta, atau meningkat sebesar 109,06%
dibanding periode Januari-April 2014 dengan surplus sebesar € 90,63 juta.
2. Ekspor Jerman ke Indonesia pada periode Januari-April 2015 terdiri dari :
 Electronic Integrated Circuits; Parts Thereof (HS 8542) meningkat sebesar
58,54%, dari € 24,76 juta menjadi € 39,26 juta;

14
 Electric Generating Sets & Rotary Converters (HS 8502) meningkat
fantastis yaitu sebesar 1.060,15%, dari € 3,00 juta menjadi € 34,75 juta;
 Machinery For Working Rubber Or Plastics Or For The Manuf (HS 8477) naik
signifikan yaitu sebesar 95,34%, dari € 16,39 juta menjadi € 32,03 juta.
3. Impor Jerman dari Indonesia pada periode Januari-April 2015 terdiri dari :
 Coconut "Copra", Palm Kernel Or Babassu Oil & Fractions Thereof (HS 1513)
meningkat sebesar 9,61%, dari € 96,45 juta menjadi € 105,71 juta;
 Footwear With Outer Soles Of Rubb, Plast, Leath Or Comp Leath (HS 6403)
meningkat sebesar 27,11%, dari € 39,30 juta menjadi € 49,95 juta;
 Palm Oil & Its Fractions, Whether Or Not Refined (HS 1511) meningkat sebesar
14,81%, dari € 42,02 juta menjadi € 48,24 juta;
 Footwear With Outer Soles Of Rubb, Plast, Lea Or Comp Lea & Uppers Of Text
(HS 6404) meningkat sebesar 25,46%, dari € 31,99 juta menjadi € 40,13 juta .

2.7 Prediksi Perkembangan perekonomian Jerman tahun 2015 dam tahun 2016
Berdasarkan perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru (prognosis musim semi,
„Frühjahrsprognose“) yang diterbitkan salah satu lembaga penelitian ekonomi di Jerman
pada bulan Juni tahun 2015, GDP Jerman diperkirakan meningkat sebesar 1,9 persen pada
tahun 2015, dan meningkat sebesar 1,8 persen pada tahun 2016.
Untuk kawasan Uni Eropa, komisi Uni Eropa memperkirakan pertumbuhan BIP
meningkat sebesar 1,8 persen tahun 2015, dan diharapkan meningkat lagi menjadi 2,1
persen pada tahun 2016. Hal tersebut dikarenakan nilai inflasi Uni Eropa kuartal pertama
tahun 2015 hampir mendekati nilai nol, yang disebabkan penurunan harga energi. Dengan
menurunnya kesenjangan output akibat turunnya harga bahan baku serta menurunnya nilai
Euro, harga konsumen menjadi meningkat dan berdampak pada peningkatan inflasi
sebesar 1,5 persen pada tahun 2016.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari hasil pembahasan neraca perdagangan Indonesia yang
selalu mengalami defisit menunjukkan bahwa Indonesia belum siap untuk mneghadapi
pasar persaingan bebas. Ketidaksiapan ini dapat dilihat dari rendahnya kualitas produk
yang dihasilkan oleh Indonesia. Sehingga barang tersebut belum mampu bersaingan
dengan produk dari luar.
Selain itu, kondisi industri manufaktur di Indonesia belum mendukung secara
kualitas atau belum memenuhi persyaratan perdagangan bebas karena kurang kesiapan
infrastruktur, produktivitas yang rendah, bunga kredit yang tinggi, biaya transportasi
yang tinggi, Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Faktor utamanya,
Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan barang modal, sehingga untuk
memenuhinya Indonesia harus impor barang dari luar termasuk Jerman.

3.2 Saran
Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk mengembangkan industri manufaktur
dalam negeri dan untuk menekan impor barang modal dapat dilakukan dengan berbagai
strategi yang memperkuat industri dan fokuspada pengembangan sektor hulu seperti
indutri manufaktur maka indonesia akan mampu memenuhi permintaan dalam negeri
dengan produk dalam negeri.
Selain mengembangkan industri manufaktur dalam negeri, perlu diadakan peningkatan
kualitas SDM agar produktivitas yang dihasilkan meningkat. Upaya dalam meningkatkan
SDM dapat dilakukan dengan pelatihan tenaga kerja, memperkenalkan tenaga kerja
dengan teknologi baru, dan menghargai orang pintar yang ada di Indonesia agar mau
mengembangkan kemampuannya demi kemajuan negara ini daripada mengembangkan
kemampuannya di negara lain yang akan memajukan negara lain bukan negaranya
sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Laporan ITPC Hanburg, Jerman, Juli 2015


 http://www.kemendag.go.id
 http://www.bps.go
 (http://ekbis.sindonews.com/read/2013/12/10/34/815414/kemendag-banyak-impor-

karena-permintaan-tinggi)
 http://kompasania.com/post/read/598066/3/neraca-perdagangan -indonesia-defisit
 Statisitik perdagangan luar negeri impor Indonesia Jerman 2000-2012
 http://www.academia.edu/1926077/mencegah_politisasi_anggaran_mencegah_defisit
 http://touch.jaringanews.com/index.php/internasional/uni-eropa/25097
 http://id.wikipedia.org/ekonomi_jerman
 http://news.okezone.com/read/2010/06/14/337/342660/large
 http://finance.detik.com/read/2012/06/11/091614/1937676/1036/barang-impor-asal-
jerman-makin-marak-masuk-ri

17

Anda mungkin juga menyukai