1.1. Pendahuluan
Materi dasar dasar-dasar teknik mesin dan gambar teknik merupakan materi
dasar yang melandasi bagi penguasaan kompetensi bidang teknik mesin yang
lainnya. Materi yang ada dalam buku ini bersifat ringkas dan merupakan
bahan pendalaman. Bagian penugasan pendalaman materi dan
praktik/praktikum akan membimbing peserta untuk mendalami materi secara
komprehensif. Oleh karenanya diharapkan peserta dapat mengikuti semua
aktifitas yang dirancang dalam buku ini dengan sungguh-sungguh.
1.1.2. Relevansi
Materi dasar-dasar teknik mesin dan gambar mesin merupakan materi yang
melandasi bagi penguasaan kompetensi utuh guru profesional di bidang
teknik mesin. Dengan demikian penguasaan terhadap materi dasar-dasar
teknik mesin dan gambar mesin merupakan materi esensial yang mutlak harus
dimiliki oleh guru profesional sebelum menguasai kompetensi lainnya seperti
melakukan pekerjaan dengan mesin konvensional dan CNC, fabrikasi,
pengelasan, pembentukan, dan pengecoran.
1.1.3. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan ini secara umum adalah
menganalisis penerapan dasar-dasar teknik mesin dan gambar mesin. Secara
1.1
rinci capaian pembelajaran dan capaian pembelajaran matakegiatan diuraikan
sebagai berikut.
CP CPMK
1.2
8.2 Menterjemahkan spesifikasi, komponen,
atau perakitan
Gaya yang bekerja pada benda di atas antara lain: Gaya berat (W) yang
selalu berpusat pada titik beratnya dan arahnya selalu ke pusat gravitasi bumi.
Gaya (F) dapat sejajar dengan permukaan benda atau membentuk sudut α dengan
permukaan tumpuan. Gaya F dapat menyebabkan masa (m) dari diam menjadi
2
bergerak hingga memiliki percepatan sebesar a (m/s ), dapat dituliskan:
2 2
F = m (Kg) · a (m/s ) = Kg · m/s = Newton (N)
Bila gaya F dihilangkan benda (m) akan mengalami perlambatan hingga
setelah waktu t detik benda akan berhenti (kecepatan v = 0). Hal ini karena benda
melewati permukaan kasar yang memiliki gaya gesek (f) yang arahnya selalu
berlawanan dengan arah gerak benda. Besarnya f tergantung pada harga koefisien
geseknya (µ). Semakin kasar permukaan benda maka koefisien geseknya (µ) akan
semakin besar.
Bila gaya gesek lebih besar dari gaya tarik (F), maka benda akan berhenti
(v = 0). Gaya gesek (f) berbanding lurus dengan gaya normal (N) benda atau dapat
1.3
dituliskan:
f = u · N Newton
N = gaya normal yang selalu tegak lurus permukaan benda (Newton)
µ = koefisien gesek permukaan benda (tanpa satuan).
benda/titik A dapat diwakili oleh Resultane gaya (F) yang besarnya dapat
ditentukan sebagai berikut.
2 2
F= F1 + F2 + 2 F F 2Cos α
1.4
2 2
FR3 = FR1,2 + F3 + 2 FR1,2 F Cos β
2 2
FR1,2 = F1 + F2 F2Cos α
Penyelesaian di atas disebut dengan penyelesaian secara grafis, namun ada juga
penyelesaian secara Poligon (segi banyak) dan secara analitis, yaitu setiap gaya
diuraikan ke dalam sumbu X dan Y.
tersebut besar dan arahnya harus sama. Pemindahan dilakukan berurutan dan
dapat berputar ke kanan atau ke kiri. Resultan gaya diperoleh dengan menarik
garis dari titik A sampai ke ujung gaya yang terakhir, dan arahnya dari A menuju
titik ujung gaya terakhir.
6) Menguraikan gaya
Menguraikan gaya dapat dilakukan dengan menguraikan pada arah
vertikal dan horizontal yang saling tegak lurus, atau masing-masing komponen
1.5
sebagai sisi-sisi dari jajar genjang dengan sudut lancip tertentu yang mudah
dihitung. Pada gambar di bawah ini diberikan contoh sebuah gaya F yang
diuraikan menjadi F1 dan F2 yang membentuk sudut lancip α. Jika dua buah gaya
dapat digantikan dengan sebuah gaya pengganti atau resultan, maka sebaliknya,
sebuah gaya dapat diuraikan menjadi dua buah gaya yang masing-masing disebut
dengan komponen gaya menurut garis kerja yang sudah ditentukan.
2) Kopel.
Sebuah kopel terjadi jika dua gaya dengan ukuran yang sama dan garis
kerjanya sejajar tetapi arahnya berlawanan, yang keduanya cenderung
menimbulkan perputaran. (lihat gambar di bawah ini)
1.7
Hasil dari tegangan dan regangan jika dibagikan akan menghasilkan
sebuah Modulus Young (E). Mudulus Young ini hanya berlaku pada daerah
elastis dari sifat bahan.
Tegangan / Regangan = T / e = Modulus Young E atau E = PL / A
d. Rasio Poison
V = Kekuatan beban langsung / Kekuatan beban pada sudut yang benar
Satu hal yang perlu diketahui yaitu akibat dari gaya tarik yang terjadi adalah
pengurangan diameter seperti terlihat dalam Gambar 1.2 di bawah ini :
e. Tegangan Geser
Dalam bidang permesinan tidak lepas dari pergeseran. Pergeseran terjadi
akibat adanya gaya yang menggeser benda sehingga terjadi tegangan dan
regangan geser. Tegangan dan regangan geser dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan di bawah ini:
Tegangan geser = P / A
Regangan geser = Tegangan geser / Modulus geser
Regangan geser = X / L
Modulus geser = P.L / A.X
f. Tegangan Bending
1.8
Suatu kontruksi dari bahan tidak lepas dari beban atau gaya yang menekan
tidak pada titik pusat sehingga terjadi bending. Akibat dari gaya ini terjadi tegagan
bending yang dapat dihitung seperti di bawah ini:
Tegangan Bending = M.y / I
Dengan M = Momen bending
I = momen kedua dari area
Y = jarak titik pusat dengan titik beban
g. Tegangan Maksimum
Tegangan maximum = M.y m / I
dengan ym = harga maksimum y untuk tarik dan tegangan tekan
h. Torsi
Batang yang digunakan sebagai penghubung yang berputar akan terjadi
momen puntir yang juga disebut Torsi. Untuk batang ini ada yang menggunakan
batang pejal dan batang berlubang, keduanya mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing.
Pada batang pejal perhitungan kapasitas daya yang diterima dapat
dihitung sebagai berikut:
Batang pejal mempunyai kelemahan beban lenturnya yang lebih kecil. Untuk
mengatasinya dapat dipakai batang berlubang. Batang berlubang ini dapat
1.9
memakai bahan yang lebih sedikit, tetapi kelemahan dari batang ini adalah lebih
kaku dari batang pejal, sehingga lebih mudah patah. Untuk itu perlu
diperhitungkan dengan baik sebelum memakainya.
i. Tumpuan
Terdapat tiga jenis tumpuan yang biasa digunakan dalam suatu konstruksi
yaitu tumpuan sendi, tumpuan roll, dan tumpuan jepit.
j. Beban (muatan)
Beban (muatan) merupakan aksi / gaya /beban yang mengenai struktur.
Beban dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan cara bekerja dari
beban tersebut.
1.10
Beban yang mengenai struktur hanya pada satu titik tertentu secara terpusat.
3) Beban momen.
Beban momen dapat berupa adanya beban titik pada konstruksi menimbulkan
momen atau momen yang memang diterima oleh konstruksi seperti momen
puntir (torsi) pada poros transmisi.
k. Kesetimbangan
Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya yang
bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang
sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah berlawanan, maka resultan
gaya tersebut adalah nol. Hal tersebut menunjukkan partikel dalam keseimbangan.
Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya–gaya yang bereaksi
pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.
1.11
Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan suatu benda tegar secara
analitis adalah :
o jumlah gaya arah x = 0 ( ∑Fx = 0 )
o jumlah gaya arah y = 0 ( ∑Fy = 0 )
o jumlah momen = 0 ( ∑M = 0 )
1.12
antara lain berkaitan dengan sistem gaya, tegangan dan regangan, pengetahuan
bahan, gambar teknik, dan proses produksi.
Elemen mesin secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri
atas komponen, unit, dan rakitan. Komponen adalah bagian terkecil dari suatu unit
mesin yang merupakan satu kesatuan, sperti torak, blok silinder, katup, pasak, dan
poros. Unit adalah kumpulan dari beberapa komponen mesin yang tersusun
sehingga menjadi suatu bagian mesin, seperti kopling, presneling, dan rem.
Sedangkan rakitan adalah kumpulan dari beberapa komponen dan unit mesin
sehingga terbentuk suatu alat pakai/mesin seperti mesin mobil, sepeda motor, dan
mesin perkakas
Fungsi elemen mesin antara lain:
a. menyambung: mengantarkan dan meneruskan gaya yang tidak disertai
gerakan. Contoh : sambungan keling, dan sambungan las
b. merangkai: mengantarkan atau memindahkan gaya disertai gerakan.
Contoh: kpling-poros, roda gigi, sabuk, dan rantai
c. mendukung: meneruskan gaya tanpa disertai gerakan. Contoh: kerangka,
dan pondasi
d. menuntun: meneruskan gaya disertai gerakan.Contoh: bantalan
luncur/gelinding
e. melumas: berupa bahan pelumas padat, cair, dan gas
f. melindungi: lapisan cat dan lapisan tahan aus
1.13
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya
ditransmisikan pada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau
sprocket, rantai dan lainnya.
2) Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
beban utamanya berupa puntiran disebut spindel. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
3) Gandar
Gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang,
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar.
Gandar hanya mendapat beban lentur kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula yang mengalami beban puntir juga.
b. Pasak
Pasak (Key Pin) adalah salah satu elemen mesin yang dapat dipakai
menempatkan barang bagian-bagian mesin seperti roda gila, sproket, puli, kopling
dan lain-lain. Selain itu penggunaannya juga sebagai pengaman posisi, pengaturan
kekuatan putar atau kekuatan luncur dari naf terhadap poros, perletakan kuat dari
gandar, untuk sambungan flexible atau bantalan, penghenti pegas, pembatas gaya,
pengaman sekrup dan lain-lain.
c. Bantalan
Bantalan (bearings) adalah elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu
beban dari poros dan mereduksi adanya gesekan yang ada sehingga dapat
mengurangi kerugian daya penggerak. Secara umum bantalan dapat dibedakan
atas dua bentuk.
1) Bantalan luncur (journal bearings)
Pada bantalan luncur terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara
lapisan pelumas. Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi
dengan beban besar. Bantalan ini sederhana konstruksinya dan dapat dibuat
serta dipasang dengan mudah. Karena gesekannya yang besar pada waktu
1.14
mulai jalan, bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan
pada bantalan ini tidak begitu sederhana. Panas yang timbul dari gesekan
yang besar, terutama pada beban besar, memerlukan pendinginan khusus.
Sekalipun demikian, karena adanya lapisan pelumas, bantalan ini dapat
meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak bersuara. Tingkat
ketelitian yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding sehingga dapat
lebih murah.
2) Bantalan gelinding (rolling bearings)
Bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol
jarum, dan rol bulat. Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk
beban kecil dari pada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen
gelindingnya. Putaran pada bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang
timbul pada elemen gelinding tersebut. Keunggulan bantalan ini adalah pada
gesekannya yang sangat rendah. Pelumasannya pun sangat sederhana, cukup
dengan gemuk, bahkan pada yang memakai sil sendiri tidak perlu pelumasan
lagi. Meskipun ketelitianya sangat tinggi, namun karena adanya gerakan
elemen gelinding dan sangkar, pada putaran tinggi bantalan ini agak gaduh
dibandingkan dengan bantalan luncur.
1.15
Banyak didapatkan beberapa keuntungan dari bantalan gelinding terhadap
bantalan luncur :
a) Gesekan mula yang jauh lebih kecil dan pengaruh yang lebih kecil dari
jumlah putaran terhadap gesekan.
b) Gesekan kerja lebih kecil sehingga penimbulan panas lebih kecil pada
pembebanan yang sama.
c) Penurunan waktu pemasukan dan pengaruh dari bahan poros.
d) Pelumasan terus menerus yang sederhana dan hamper bebas pemeliharaan
pada jumlah bahan pelumas yang jauh lebih sedikit.
e) Kemampuan dukung yang lebih besar setiap lebar bantalan.
f) Normalisasi dari pengukuran luar, ketelitian (presisi), pembebanan yang
diijinkan dan perhitungan dari umur kerja, berhubungan dengan pembuatan
yang bermutu tinggi dalam pabrik khusus dan dari sini memberikan
keuntungan untuk penggunaan suku cadang.
1.16
c) Panas yang disebabkan oleh gesekan harus dapat disalurkan melalui bantalan,
maka bahan bantalan harus mempunyai kemampuan untuk menterap dan
menyalurkan panas tanpa perubahan sifat suhu yang tinggi.
d) Untuk menghindari kemacetan, maka bahan bantalan harus mempunyai
koefisien memuai yang kecil.
d. Puli-Sabuk
Puli-Sabuk mempunyai prinsip yang sama dengan sproket rantai.
Pemakaian puli-sabuk ini dengan pertimbangan bahwa bila terjadi mekanisme
kerja yang tidak diharapkan pada mesin, maka tidak akan mengakibatkan
kerusakan pada elemen yang lain mengingat sifat-sifat pilu-sabuk yang dapat slip.
Elemen ini fungsinya sama dengan roda gigi, dan digunakan pada konstruksi
tertentu pada mesin penghancur ini digunakan untuk mentransmisikan daya dari
motor listrik ke poros pisau.
Sabuk V Terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium.
Tenunan teteron dan semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk
membawa tarikan yang besar
1.17
Sabuk – V dibelitkan pada alur puli yang berbentuk – V pula. Bagian
sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena
pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya besar pada
tegangan yang relatif rendah.
1.18
(3) Baut Tekan : Merupakan baut tanpa kepala dan berulur pada kedua
ujungnya. Untuk dapat menjepit bagian baut ditanam pada salah satu
bagian yang mempunyai lubang bentuk, dan jepitan diletakkan
dengan mur.
Baut Penjepit
Macam-macam Sekrup
(c) Mur
Pada umumnya mur mempunyai bentuk segi enam. Tetapi untuk
pemakaian khusus dapat dipakai mur sebagai berikut :
1.19
Macam-macam Mur
1.20
Paku keling
Paku keling digunakan untuk membuat sambungan permanen antara
pelat-pelat, mulai dari konstruksi ringan sampai konstruksi berat. Biasanya
terbuat dari bahan baja, kuningan, alumunium atau tembaga sesuai dengan
bahan benda yang disambung.
1.21
Ujung yang akan disambung dari kedua pelat, saling didempetkan
pada kedudukan segaris lurus satu sama lainnya. Baru kemudian
dipasangkan pelat pengikatnya, menutupi kedua ujung pelat tersebut,
pada lebar tertentu sesuai jumlah baris kedudukan paku keling yang
dibutuhkan. Baik pada satu sisi saja (single strap) maupun pada
kedua sisi (double strap), tergantung kekuatan yang diperlukan.
2)
1.23
3)
4)
5)
1.24
d. Lakukan pengamatan di bengkel atau laboratorium terhadap berbagai
elemen mesin dan catatlah hasil pengamatan tersebut, minimal meliputi
aspek seperti dalam tabel berikut.
1.25
Arah arus listrik dan arah gerakan elektron.
I = Q/t (ampere)
Keterangan:
Q=Ixt
c. Rapat Arus
Rapat arus ialah besarnya arus listrik tiap-tiap mm² luas penampang kawat”.
1.26
Kerapatan arus listrik.
Arus listrik mengalir dalam kawat penghantar secara merata menurut luas
penampangnya. Arus listrik 12 A mengalir dalam kawat berpenampang 4mm²,
maka kerapatan arusnya 3A/mm² (12A/4 mm²), ketika penampang penghantar
mengecil 1,5mm², maka kerapatan arusnya menjadi 8A/mm² (12A/1,5 mm²).
Besarnya rapat arus dapat diketahui dengan formula sebagai berikut.
J = I/A
Keterangan:
“1 Ω (satu Ohm) adalah tahanan satu kolom air raksa yang panjangnya 1063
mm dengan penampang 1 mm² pada temperatur 0° C"
1.27
Daya hantar didefinisikan sebagai berikut:
“Kemampuan penghantar arus atau daya hantar arus sedangkan penyekat atau
isolasi adalah suatu bahan yang mempunyai tahanan yang besar sekali sehingga
tidak mempunyai daya hantar atau daya hantarnya kecil yang berarti sangat
sulit dialiri arus listrik”.
Rumus untuk menghitung besarnya tahanan listrik terhadap daya hantar arus:
R = 1/G
Keterangan: :
R = Tahanan/resistansi [Ω/ohm]
G = Daya hantar arus /konduktivitas [Y/mho]
Tahanan penghantar besarnya berbanding terbalik terhadap luas penampangnya
dan juga besarnya tahanan konduktor sesuai hukum Ohm.
Bila suatu penghantar dengan panjang l , dan diameter penampang q
serta tahanan jenis ρ (rho), maka tahanan penghantar tersebut adalah:
R = ρ x l/q
Keterangan:
R = tahanan kawat [ Ω/ohm] l = panjang kawat [meter/m] l ρ = tahanan
jenis kawat [Ωmm²/meter] q = penampang kawat [mm²]
e. Potensial atau Tegangan
Potensial listrik adalah fenomena berpindahnya arus listrik akibat lokasi
yang berbeda potensialnya. Satu Volt adalah beda potensial antara dua titik saat
melakukan usaha satu joule untuk memindahkan muatan listrik satu coulomb.
Formulasi beda potensial atau tegangan adalah:
V = W/Q [volt]
Keterangan:
V = beda potensial atau tegangan, dalam volt
f. Rangkaian Listrik
Pada suatu rangkaian listrik akan mengalir arus apabila dipenuhi syarat-
syarat: adanya sumber tegangan , adanya alat penghubung, dan adanya beban.
Rangkaian Listrik.
Pada kondisi sakelar S terbuka maka arus tidak akan mengalir melalui
tahanan. Apabila sakelar S ditutup maka akan mengalir arus ke tahanan R dan
Ampere meter akan menunjuk. Dengan kata lain syarat mengalir arus pada suatu
rangkaian harus tertutup.
g. Hukum Ohm
Pada suatu rangkaian tertutup, besarnya arus I berubah sebanding dengan
tegangan V dan berbanding terbalik dengan beban tahanan R, atau dinyatakan
dengan Rumus :
I = V/R
V=RxI
R = V/I
1.29
Keterangan:
V = tegangan, volt
P=IxV
P=IxIxR
P = I² x R
h. Hukum Kirchoff
Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu
di satu titik adalah nol (ΣI=0).
Jadi:
I1 + I4 = I2 + I3 + I5
1.30
i. Motor Listrik
Motor listrik termasuk kedalam kategori mesin listrik dinamis dan
merupakan sebuah perangkat elektromagnetik yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk memutar impeller
pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll di
industri dan digunakan juga pada peralatan listrik rumah tangga (seperti: mixer,
bor listrik,kipas angin). Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor listrik secara
umum yaitu:
1) Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya.
2) Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah
lingkaran/loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan
magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.
3) Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torsi untuk memutar kumparan.
1.31
.
1.32
Motor DC.
1.34
kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni
persentase gulungan medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula
torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini. Contoh,
penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat
hoist dan derek, sedangkan motor kompon yang standar (12%) tidak cocok.
1.35
1) Motor sinkron. Motor sinkron adalah motor AC yang bekerja pada
kecepatan tetap pada sistim frekwensi tertentu. Motor ini memerlukan arus
searah (DC) untuk pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang
rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal
dengan beban rendah, seperti kompresor udara, perubahan frekwensi dan
generator motor. Motor sinkron mampu untuk memperbaiki faktor daya
sistim, sehingga sering digunakan pada sistim yang menggunakan banyak
listrik.
2) Motor induksi. Motor induksi merupakan motor yang paling umum
digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena
rancangannya yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat
langsung disambungkan ke sumber daya AC. Motor induksi dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama:
• Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan
stator, beroperasi dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah
rotor kandang tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk
menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis
motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumah tangga,
seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk
penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.
• Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan
oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki
kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau
gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai); dan
penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri
menggunakan jenis ini, sebagai contoh, pompa, kompresor, belt
conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3
hingga ratusan Hp.
1.36
tersebut untuk melakukan kerja mekanik. Jika ditinjau dari cara memperoleh
energi termal ini (proses pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu: motor pembakaran luar dan motor pembakaran
dalam.
Motor pembakaran luar yaitu motor yang proses pembakaran bahan bakar
terjadi di luar motor, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan
mekanisme tersendiri. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung
diubah menjadi tenaga gerak, tetapi melalui media penghantar, kemudian diubah
menjadi tenaga mekanik misalnya mesin uap dan turbin uap.
Motor pembakaran dalam yaitu motor yang proses pembakaran bahan
bakar terjadi di dalam motor, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung
diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya: turbin gas, motor bakar torak dan
mesin propulsi pancar gas.
a. Prinsip Kerja Motor Bensin
Pada motor bensin, bensin dibakar untuk memperoleh energi termal.
Energi ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik. Prinsip
kerja motor bensin, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: campuran
udara dan bensin dari karburator diisap masuk ke dalam silinder, dimampatkan
oleh gerak naik torak, dibakar untuk memperoleh tenaga panas, dan dengan
terbakarnya gas-gas akan mempertinggi suhu dan tekanan dalam silinder motor.
Bila torak bergerak turun naik di dalam silinder dan menerima tekanan tinggi
akibat pembakaran, memungkinkan torak terdorong ke bawah. Bila batang torak
dan poros engkol dilengkapi untuk merubah gerakan turun naik menjadi gerakan
putar, torak akan menggerakkan batang torak dan akan memutarkan poros
engkol. Torak juga diperlukan untuk membuang gas-gas sisa pembakaran dan
penyediaan campuran udara bensin pada saat-saat yang tepat untuk menjaga agar
torak dapat bergerak secara periodik dan melakukan kerja tetap.
Kerja periodik di dalam silinder dimulai dari pemasukan campuran udara
dan bensin ke dalam silinder, kompresi, pembakaran dan pengeluaran gas-gas
sisa pembakaran dari dalam silinder inilah yang disebut dengan “siklus motor”.
Pada motor bensin terdapat dua macam tipe yaitu: motor bakar 4 tak (4
langkah atau 4 gerakan) dan motor bakar 2 tak ( 2 langkah atau 2 gerakan).
1.37
Pada motor 4 tak, untuk melakukan satu siklus kerja memerlukan 4
gerakan torak atau dua kali putaran poros engkol.
Motor 2 tak, untuk melakukan satu siklus kerja memerlukan 2 gerakan
torak atau satu putaran poros engkol.
Keterangan
1. Pena torak 7. Poros kam
2. Roda gigi poros kam 8. Tuas Katup
3. Roda gigi poros engkol 9. Batang penggerak
4. Panci oli 10. Poros engkol
5. Busi 11. Batang penekan katup
6. Katup isap 12. Karburator
c. Mekanisme Katup
1.38
Katup (valve) ádalah suatu mekanisme pada motor empat langkah yang berfungsi
untuk mengatur membuka dan menutupnya saluran isap dan buang.
2) Langkah kompresi
1.39
melakukan dua gerakan atau satu putaran, dan poros engkol berputar satu
putaran.
3) Langkah kerja
4) Langkah buang
1.40
penuh, hisapkompresi-kerja-buang. Poros engkol berputar 2 putaran, dan
telah menghasilkan satu tenaga. Di dalam motor sebenarnya, membuka
dan menutupnya katup tidak terjadi tepat pada TMA dan TMB, tetapi
akan berlaku lebih cepat atau lambat, ini dimaksudkan untuk lebih efektif
untuk aliran gas.
1.41
Langkah kerja motor 2 tak dapat dirumuskan sebagai berikut:
Torak bergerak dari TMB o Akhir pembilasan Campuran bahan bakar dan
ke TMA diikuti pemampatan udara baru masuk ke ruang
bahan bakar udara engkol melalui saluran
o Setelah dekat TMA masuk
pembakaran dimulai.
Torak bergerak dari TMA o Akibat pembakaran, Campuran bahan bakar dan
ke TMB ( II ) tekanan mendorong udara di ruang engkol
torak ke TMB.
o Saluran buang terbuka, tertekan dan akan naik
gas bekas terbuang dan keruang atas torak lewat
didorong gas baru saluran bilas
(pembilasan)
1.42
penyalaan busi (spark ignition engine) karena penyalaan bahan bakar
diakibatkan oleh percikan bunga api listrik dari busi.
Cara pembakaran dan pengatomisasian (atomizing) bahan bakar pada
motor diesel tidak sama dengan motor bensin. Pada motor bensin campuran
bahan bakar dan udara melelui karburator dimasukkan ke dalam silinder dan
dibakar oleh nyala listrik dari busi. Pada motor diesel yang dihisap oleh torak dan
dimasukkan ke dalam ruang bakar hanya udara, yang selanjutnya udara tersebut
dikompresikan sampai mencapai suhu dan tekanan yang tinggi.
Beberapa saat sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA) bahan bakar
solar diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Dengan suhu dan tekanan udara dalam
silinder yang cukup tinggi maka partikel-partikel bahan bakar akan menyala
dengan sendirinya sehingga membentuk proses pembakaran. Agar bahan bakar
solar dapat terbakar sendiri, maka diperlukan rasio kompresi 15-22 dan suhu
udara kompresi kira-kira 600ºC.
Meskipun untuk motor diesel tidak diperlukan sistem pengapian seperti
halnya pada motor bensin, namun dalam motor diesel diperlukan sistem injeksi
bahan bakar yang berupa pompa injeksi (injection pump) dan pengabut (injector)
serta perlengkapan bantu lain. Bahan bakar yang disemprotkan harus mempunyai
sifat dapat terbakar sendiri (self ignition).
Secara singkat prinsip kerja motor diesel 4 tak adalah sebagai berikut:
1) Langkah isap, yaitu waktu torak bergerak dari TMA ke TMB. Udara diisap
melalui katup isap sedangkan katup buang tertutup.
1.43
2) Langkah kompresi, yaitu ketika torak bergerak dari TMB ke TMA dengan
memampatkan udara yang diisap, karena kedua katup isap dan katup buang
tertutup, sehingga tekanan dan suhu udara dalam silinder tersebut akan naik.
3) Langkah usaha, ketika katup isap dan katup buang masih tertutup, partikel
bahan bakar yang disemprotkan oleh pengabut bercampur dengan udara
bertekanan dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran. Pada langkah ini
torak mulai bergerak dari TMA ke TMB karena pembakaran berlangsung
bertahap,
4) Langkah buang, ketika torak bergerak terus dari TMA ke TMB dengan katup
isap tertutup dan katup buang terbuka, sehingga gas bekas pembakaran
terdorong keluar.
1.44
3) Periode 3: Pembakaran langsung (C-D)
Akibat nyala api dalam silinder, maka bahan bakar yang diinjeksikan
langsung terbakar. Pembakaran langsung ini dapat dikontrol dari jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan, sehingga periode ini sering disebut periode
pembakaran dikontrol.
4) Periode 4: Pembakaran lanjut (D-E)
Injeksi berakhir di titik D, tetapi bahan bakar belum terbakar semua. Jadi
walaupun injeksi telah berakhir, pembakaran masih tetap berlangsung. Bila
pembakaran lanjut terlalu lama, temperatur gas buang akan tinggi
menyebabkan efisiensi panas turun.
1.45
b. Sebuah mesin grinda dengan daya 3,6dk digerakan dengan motor listrik
menggunakan listrik PLN dengan tegangan 220Volt digunakan selama 3
jam.
1) Berapa watt motorlistrik yang dibutuhkan?
2) Berapa ampere arus yang mengalir pada penghantar?
3) Hitung besarnya tahananpada penghantarnya?
4) Hitung usahanya?
5) Berapa kkal panas selama digunakan?
1.46
d. Lakukan pengamatan langsung terhadap berbagai macam motor listrik
yang ada di Laboratorium/bengkel. Catat spesifikasinya dan analisislah
cara kerja dan kondisi motor listrik tersebut.
e. Bandingkan karakteristik berbagai macam jenis motor listrik. Analissilah
keunggulan dan kekurangan masing-masing.
f. Analisislah karakteristik dari masing-masing jenis motor bensin.
Bandingkan prinsip kerja masing-masing dan keunggulan serta
kekurangan masing-masing.
g. Deskripsikan karakteristik motor diesel dan bandingkan keunggulan dan
kekurangannya dibandingkan dengan motor bensin.
Besi/ Ferrous
Baja Karbon
1.47 Baja Paduan
Baja Tuang
Baja spesial, dll.
Logam
Non Besi/Non Ferrous
Alumunium dan paduannya
Klasifikasi Bahan dalam Industri
a. Logam
Logam besi (ferrous) adalah logam dan paduan yang mengandung besi
(Fe) sebagai unsur utama. Contoh: besi dan baja . sedangkan logam non-besi
(non-ferrous) adalah logam yang mengandung sedikit atau sama sekali tanpa
kadar besi. Contoh: Al, Cu, Zn, Ni, dan lain-lain. Logam terutama logam ferrous
merupakan bahan yang paling banyak dipakai dalam dunia teknik mesin, karena
pada umumnya kuat, ulet, dan mudah dibuat dalam berbagai bentuk praktis.
b. Keramik
Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound)
antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau
lebih unsur-unsur anorganik bukan logam. Contoh keramik: silikon oksida,
1.48
aluminium oksida, kalsiumoksida, magnesium oksida, kalium oksida dan natrium
oksida.
c. Polimer
Polimer merupakan bahan yang memiliki berat molekul > 10.000 ,
tersusun dari monomer yang saling berikatan kovalen. Contoh polimer: polietilen,
polipropilen, polivinilklorid dan lain-lain. Polimer yang dapat dibentuk kembali
dengan pemanasan disebut termoplastik, sedangkan yang tidak dapat dibentuk
kembali disebut termoset.
d. Komposit
Komposit merupakan campuran bahan yang tersusun dari dua/lebih bahan
dasar dalam skala makroskopis yang sifatnya sangat berbeda dengan sifat masing-
masing bahan pembentuknya, contohnya : fiberglass, tripleks, semen-pasir, dan
lain-lain. Bahan komposit alam contohnya : kayu, terdiri dari serat selulose yang
berada dalam matriks lignin.
e. Baja Karbon
Baja Karbon adalah material yang unsur utamanya adalah Fe (besi )
dengan kadar C (karbon) di bawah 1,4 %. Baja karbon merupakan material yang
paling banyak digunakan atau dipakai sebagai bahan industri karena sifatnya yang
berfariasi, yaitu dari yang paling lunak dan mudah dibuat sampai yang paling
keras dan sulit dibentuk.
Baja banyak digunakan pada bidang konstruksi dan tata kota, kekuatan
baja yang dapat menyangga beban berat digunakan untuk kerangka bangunan
pencakar langit sampai ketinggian 450 meter, seperti Petronas Twin Towers di
Malaysia. Baja juga tahan terhadap perpatahan sehingga dapat melindungi dari
gangguan gempa. Ratusan ton baja juga digunakan untuk pembangunan jembatan
antarpulau sampai berjarak lebih dari satu kilometer, seperti jembatan Suramadu
yang menghubungkan Surabaya dan Madura.
Baja karbon dibagi menjadi 3 menurut kadar karbonnya, yaitu:
1.49
1) LCS (Low Carbon Steel), atau baja karbon rendah yaitu baja karbon
dengan kadar C (karbon) kurang dari 0,25 %. Baja ini memiliki sifat
lunak, ulet, mudah dideformasi, mampulas dan mampu mesinya baik.
Dalam dunia industri atau dalam pasaran sering dikenal dengan nama
Mild Steel ( MS ) atau baja karbon lunak.
2) MCS (Medium Carbon Steel), atau baja karbon menengah yaitu baja
karbon dengan kadar C (karbon) antara 0,25 % sampai dengan 0,6 %.
Baja ini memiliki sifat mekanis menengah. Dalam dunia industri atau di
pasaran dikenal dengan nama baja konstruksi.
3) HCS (High Carbon Steel), atau baja karbon tinggi yaitu baja karbon
dengan kadar C (karbon) antara 0,6 % sampai dengan 1,4 %. Baja ini
memiliki kekuatan dan kekerasan yang tinggi, tetapi lebih getas. Dalam
dunia industri atau dalam pasaran sering dikenal dengan nama baja alat.
Pada umumnya sifat baja karbon sangat dipengaruhi oleh kadar karbonnya.
Semakin tinggi kadar karbon akan memiliki sifat semakin keras, kuat tapi getas.
Hal tersebut dikarenakan dengan banyaknya kadar karbon akan membentuk
struktur sementit yang lebih banyak. Sementit sifatnya keras dang etas. Dengan
semakn banyak proporsi sementit dalam bahan baja maka akan bertambah kuat,
keras tapi semakin getas.
f. Baja Paduan
Baja memperlihatkan berbagai sifat yang unggul dibanding dengan logam
lainnya (nonferro) seperti sifat mampu las (weldability). Kendati demikian tidak
kurang pula kelemahan-kelemahannya, misalnya logam ferro sangat mudah
teroxidasi sehingga bersifat corrosive. Oleh karena itulah sistem paduan menjadi
sangat penting, dimana persenyawaan dari suatu unsur dengan unsur lainnya akan
menghasilkan sifat yang berbeda dari sifat asalnya. Dengan demikian proses ini
merupakan suatu metoda yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
memperbaiki sifat logam atau bahan-bahan pada umumnya. Alasan mengapa baja
dipadu, diantaranya yaitu:
1) Untuk memperoleh sifat mekanis yang lebih baik.
2) Untuk mendapatkan bahan yang tahan korosi terhadap lingkungan sekitar.
1.50
3) Untuk mendapatkan bahan yang tahan terhadap temperatur tinggi tanpa harus
mengurangi kekuatan dari baja
4) Memperluas penggunaan dari bahan atau material baja itu sendiri.
Unsur-unsur lain yang biasa atau umum dipadu dengan baja adalah: Mn
(Mangan), Ni (Nikel), Cr (Crom), Mo (Molibdenum), Va (Vanadium), Al
Alumunium), Si (Silikon), S (Sulfur/belerang), Sn (Timah), N (Nitrogen ), B
(Boron). Adapun macam baja paduan adalah sebagai berikut.
1) Baja Mn (Manganese steels)
2) Baja Ni (Nickel steels)
3) Baja Ni- Cr (Nickel-chromium steels)
4) Baja Mo (Molybdenum steels)
5) Baja Mo-Cr (Chromium-molybdenum steels)
6) Baja Ni-Cr-Mo (Nickel-chromium-molybdenum steels)
7) Baja Ni-MO (Nickel-molybdenum steels)
8) Baja Cr (Chromium steels)
9) Baja Cr-Va (Chromium-vanadium steels)
10) Baja (W-Cr) Tungsten-chromium steels
11) Baja (Si-Mn) Silicon-manganese steels
12) Baja HSLA (High-strength low-alloy steels)
13) Baja Br (Boron steels)
1.51
Diagram Fasa Fe-C
1.52
h. Standarisasi Bahan Baja
Dikalangan dunia teknik ada beberapa standar yang berlaku tentang material
logam. Standar ini lahir dari Negara-negara yang memiliki industry kuat seperti
Amerika, Inggris, Jerman, Belanda dan Jepang. Berikut beberapa standar yang
berlaku untuk material logam.
ASTM (American Sytem for Testing Material)
AISI (American Iron and Steel Institute)
UNS (Unifield Numbering System)
EN (Europe Norm)
SAE (Society Automotive Engineering)
DIN (Deutsches Institut fur Normung)
JIS (Japanese Industrial Standard)
1.54
dan regangan sama dengan yang dipakai pada uji tarik, hanya tanda beban
negative (tekan). Hasil uji akan memberikan harga negative.
tegangan geser di rumuskan
F
Ao
b. Pengujian Tarik (Tensile test)
Adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan untuk mengetahui
kekuatan bahan terhadap gaya tarik. Dalam pengujiannya, bahan dibentuk menjadi
spesimen tarik seperti terlihat pada Gambar 2 kemudian ditarik sampai putus.
Bentuk patahan dari sasil pengujian tarik menunjukkan sifat keuletan seperti
terlihat pada Gambar 3.
Regangan Teknik
li - lo l
lo lo
1.55
Brittle fracture
with necking
Ductile fracture
Ductile fracture with necking
with uniform elongation
Tegangan Teknik
F
Ao
Pemaknaan hasil uji tarik tidak terlepas dari sifat-sifat tarik yang meliputi:
1) Luluh dan Kekuatan Luluh
Titik luluh terjadi pada daerah dimana deformasi plastis mudah terjadi pada
logam grafik σ-ε berbelok secara bertahap sehingga titik luluh ditentukan dari
awal perubahan kurva σ-ε dari linier ke lengkung. Titik ini di sebut batas
proporsional ( titik p pada gambar). Pada kenyataannya titik p ini tidak bisa
ditentukan secara pasti. Kesepakatan di buat dimana di tarik garis lurus
paralel, dengan kurva σ-ε dengan harga ε = 0.002. Perpotongan garis ini
dengan kurva σ-ε didefinisikan sebagai kekuatan luluh τy.
1.56
2) Kekuatan Tarik
Setelah titik luluh, tegangan terus naik dengan berlanjutnya deformasi plastis
sampai titik maksimum dan kemudian menurun sampai akhirnya patah.
Kekuatan tarik adalah tegangan maksimum pada kurva σ-ε . Hal ini
berhubungan dengan tegangan maksimum yang bisa di tahan struktur pada
kondisi tarik
getas ulet
lF = panjang patah
lO = panjang awal
% AR = % perubahan penampang
% EL = % perpanjangan
A0 = luas penampang mula-mula
Bahan dianggap rapuh jika regangan pada saat patah kira-kira 5%.
4) Resilience
Adalah kapasitas material untuk menyerap energi ketika mengalami
deformasi elastis dan ketika beban dilepaskan, energi ini juga dilepaskan.
5) Modulus resilience
Adalah energi regang persatuan volume yang diperlukan sehingga material
mendapat tegangan dari kondisi tidak berbeban ketitik luluh.
Modulus resilience
1.58
Material yang mempunyai sifat resilience adalah material yang mempunyai
tegangan luluh tinggi (σy ) dan modulus elastisitas rendah. Contoh : alloy
untuk pegas.
6) Ketangguhan ( Toughness ).
Adalah kemampuan bahan untuk menyerap energi sampai patah.
Satuan ketangguhan = satuan resilience
bahan ulet bahan tangguh
bahan getas bahan tidak tangguh
ετ = regangan sebenarnya
li = panjang bahan yang pada saat diberi beban
σT = σ ( 1 + ε )
εT = ln ( 1 + ε )
1.59
Regangan dan teangan sebenarnya
Untuk beberapa logam dan paduan, tegangan sebenarnya pada kurva σ-ε
pada daerah mulai terjadinya deformasi plastis ke kondisi terjadinya necking
(pengecilan penampang) dirumuskan :
1.60
yang lebih besar.
Berdasarkan besar beban minor dan major, uji kekerasan rockwell dibedakan
atas 2 :
- rockwell
- rockwell superficial bahan tipis
Uji kekerasan rockwell : - beban minor : 10 kg
- beban major : 60, 100, 150 kg
Uji kekerasan rockwell superficial : - beban minor : 3 kg
- beban major : 15, 30, 45, kg
Skala kekerasan : - Rockwell
1.61
gunakan skala dibawahnya atau diatasnya.
P = BEBAN
D = diameter indentor
d = diameter bekas penekanan
t = kedalaman penekanan
Dimana :
P = Beban
L = panjang diagonal rata-rata
Ө= Sudut indentor 136 o
1.62
Beban : 1 - 1000 gr
Hasil test berupa lekukan diperiksa dengan mikroskop
HK = hardness numberknoop (KHN)
Dimana :
P = Beban
L = panjang diagonal rata-rata
Ap= proyeksi luasan bekas penekanan
C = Konstanta, tergantung indentor keluaran pabrik yang bersangkutan
Logam C
300
250
200 Logam
150 B
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
1.63
1) Berdasar gambar di atas, lengkapilah tabel di bawah ini!
Teg Maksimum
Teg Luluh
% Perpanjangan
Modulus Elastisitas
Logam A Logam B
1.64
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang
untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personil di tempat kerja agar
tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan
mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja
tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Dalam
beraktifitas tentunya tidak semua kegiatan berjalan sesuai dengan rencana,
bahkan bisa saja terjadi kegagalan siswa dalam melakukan aktifitasnya, misalnya
mengalami kecelakaan, oleh karenanya ada beberapa alasan mengapa program
K3 perlu dilaksanakan. Alasan tersebut adalah: 1) selalu ada resiko kegagalan
dalam proses pekerjaan yang dilakukan oleh civitas akademika di SMK, 2)
kecelakaan sekecil apapun selalu mendatangkan kerugian, oleh karena itu
kecelakaan perlu dieliminasi sekecil mungkin, dan 3) perlu adanya program
terpadu untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan data tahunan, kecelakan kerja menyebabkan kerugian yang
sangat besar, apalagi jika terjadi korban nyawa, pasti kerugiannya tak ternilaikan.
Sehubungan dengan hal itu, kebijakan K3 harus selalu ditingkatkan agar
kecelakaan dapat ditekan seminimal mungkin, dan dapat memberikan rasa
nyaman, sehat, dan selamat, sehingga efisiensi produksi bisa ditingkatkan.
1.65
• Sikap kerja yang tidak benar, seperti berlari‐lari dalam bengkel, bersenda
gurau, mengganggu rekan kerja, tidak mengindahkan aturan‐aturan bengkel.
• Tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja, seperti tidak memakai baju
kerja, tidak menggunakan sarung tangan, tidak memakai kacamata, dan alat
keselamatan kerja lainnya.
Kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh mesin atau alat dapat terjadi
misalnya karena arus listrik, terkena pecahan batu gerinda, tergores gagang kikir
yang rusak, rambut terpintal oleh putaran bor, dan sebagainya. Masing-masing
mesin dan alat memiliki potensi untuk menimbulkan kecelakaan.
Kecelakaan kerja juga dapat diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerja
yang tidak aman, seperti:
• Keadaan tempat kerja yang tidak rapi, misalnya banyak beram dan potongan‐
potongan bahan berserakan di sekitar tempat bekerja, sehingga pekerja
kemungkinan dapat jatuh akibat terpeleset.
• Bekerja dekat dengan bagian‐bagian benda yang berputar atau bagian mesin
yang berputar, dan tanpa pelindung.
1.66
Penerapan K3 harus sesuai dengan prosedur yang benar, sebagai contoh
kegiatan penerapan pemadaman kebakaran dan prosedur kerja dilakukan berdasarkan
SOP (Standard Operation Procedures), peraturan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja,
dan Lingkungan), dan prosedur/ kebijakan perusahaan, yang meliputi: a) Prosedur
perlindungan mesin diikuti pada saat tanda bahaya muncul, b) prosedur
peringatan/evakuasi diikuti di tempat kerja, d) prosedur gawat darurat diikuti secara
profesional dengan tepat untuk melindungi mesin pada saat keadaan tanda bahaya
muncul.
Pelayanan darurat yang profesional dan tepat untuk memanggil pertolongan
dengan segera dilakukan oleh orang yang berwenang untuk melakukan hal tersebut
Kebijakan/prosedur keamanan dijalankan berdasarkan pelatihan perusahaan dan undang-
undang yang berlaku. Seluruh keamanan yang berhubungan dengan kejadian
dicatat/dilaporkan pada formulir yang sesuai. Seluruh staf disarankan menggunakan
prosedur keamanan perusahaan dan metode yang tepat dalam penerapannya Seluruh
kegiatan penerapan pemadaman kebakaran dan prosedur kerja dilakukan berdasarkan
SOP (Standard Operation Procedures), peraturan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja,
dan Lingkungan), dan prosedur/kebijakan perusahaan. Tindakan pengamanan terhadap
limbah, padat, cair, gas, dan kebisingan di tempat kerja dikenali dan dilakukan dengan
tepat. Seluruh kegiatan pengendalian dan pengamanan limbah dan polusi di tempat kerja
dilakukan berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), peraturan K3L
(Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan), dan prosedur/kebijakan perusahaan.
1.67
Tanda harus mengenakan kacamata
Selain tanda di atas, masih banyak tanda keselamatan kerja yang lain seperti:
dilarang merokok, gunakan sepatu, gunakan masker.
1.69
Peralatan‐peralatan keselamatan kerja secara umum meliputi:
1) Peralatan pelindung Kepala
2) Peralatan pelindung kebisingan
3) Pelindung mata
4) Kaca mata las
5) Pelindung muka
6) Pelindung Tangan
7) Pelindung kaki
8) Pelindung tubuh (apron)
9) Baju kerja
1.71
a. Deskripsikan secara rinci berbagai macam alat keselamatan kerja yang
dibutuhkan dalam proses produksi (kerja bangku, pemesinan, fabrikasi, dan
pengelasan)
b. Rumuskan prosedur yang benar dalam pelaksanaan K3
c. Lakukan pengamatan langsung di bengkel tempat bekerja. Catat dan analisis
hal berikut.
1) Potensi bahaya yang mungkin terjadi dilihat dari potensi sumber
kecelakaan kerja (manusia, alat/mesin, dan lingkungan)
2) Analisislah kesesuaian manajemen K3 yang ada di Laboratorium/bengkel
dengan standar atau SOP yang seharusnya
1.72
Keterangan:
1. Rahang tetap dan geser berfungsi sebagai sensor untuk mengukur
ketebalan maupun diameter suatu objek
2. Rahang tanduk yang tetap dan geser berfungsi untuk mengukur
diameter lubang maupun lebar alur atau celah objek
3. Lidah ekor berfungsi untuk mengukur kedalaman/ketinggian suatu
objek
4. Skala Utama dengan satuan mm
5. Skala Utama dengan satuan inchi
6. Skala nonius dengan satuan mm
7. Skala nonius dengan skala inchi
8. Kunci peluncur
1.73
Contoh : Hasil Pengukuran/pembacaan :
a. X = 1.36 + 0,1.4 = 36,40
a. X = 31,76
b. X = 95,30
1.75
d) Skala Nonius Kecermatan 1/64 inchi
Dalam 1 inchi skala utama dibagi menjadi 8 bagian sehingga setiap
bagian skala utama u sama dengan 1/ 8 inchi . 7 bagian skala utama= 7/8
inchi dibagi 8 bagian skala nonius sehingga setiap bagian skala nonius n
sama dengan 7/64 inchi. Selisih nilai setiap bagian skala utama dan
nonius disebut kecermatan/ketelitian k :
Jadi - Keetelitian k = u – n = 1/8 – 7/64 = 1/64 inchi
- Hasil X = ux + k.nx
6 1 53
b. X = 6 8 + . 5 = 6 64
64
5 22 40
c. Gambarkan nilai X = 4 8 , 664 , 732
1.76
memerlukaan landasan yang betul rata sebagai acuan atau biasa digunakan meja
rata.
1.6.3 Mikrometer
Mikrometer sekrup diciptakan pertama kali oleh William Gascoigne pada
sekitar abad ke-17. Penciptaan mikrometer sekrup dilatar belakangi oleh kurang
telitinya jangka sorong dalam mengukur benda-benda berukuran kecil.
Pengembangan prinsip kerja jangka sorong tersebut menghasilkan alat ukur baru
dengan tingkat ketelitian mencapai 0,01 mm. Menurut fungsinya, mikrometer
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
o Mikrometer Luar: dipakai untuk mengukur bagian luar benda seperti
diameter kawat, ketebalan blok-blok serta batang-batang.
1.77
o Mikrometer dalam: dipakai untuk mengukur diameter lubang, lebar alur.
Mikrometer kedalaman: dipakai untuk mengukur kedalaman dan ketinggian
dari sebuah benda.
Keterangan
1) Poros Tetap. Terletak di ujung lengkung frame dan tidak bisa bergerak.
2) Poros Geser. Terletak di ujung lengkung frame lainnya dan bisa
digerakan dengan memutar pemutarnya.
3) Skala utama. Terletak sejajar poros geser dan menujukan skala dalam
satuan mm.
4) Skala Nonius atau Skala Putar. Terletak di samping skala utama dan
memutari skala utama. Ketelitian skala nonius adalah 0,01 mm.
5) Pemutar. Terletak di samping skala nonius dan dapat diputar untuk
menggerakkan poros geser.
6) Pengunci. Untuk mengunci poros geser agar tidak bergerak.
7) Rachet. Tidak memiliki fungsi selain untuk membantu pergerakan poros
geser. Jika poros geser bergera, rachet juga ikut bergerak.
8) Frame. Berbentuk U sebagai rangka poros.
1.78
b. Cara membaca Hasil Pengukuran pada Mikrometer Skrup
Seperti kita tahu, mikrometer sekrup terdiri dari 2 skala, yaitu skala utama
(terletak pada poros geser) dan skala nonius atau skala putar (terletak pada
pemutar). Masing-masing skala ini memiliki fungsi berbeda.
1.79
Contoh lain dapat dilihat gambar berikut ini :
a. X = 13,67 mm b. X = 2,12 mm.
c. X = ........? d. X = ..........?
1.80
Kegunaan/Fungsi :
a. Memeriksa kerataan permukaan bidang datar.
b. Memeriksa kelurusan dan kebulatan sebuah poros.
c. Mengukur kesejajaran dua permukaan benda
d. Memeriksa eksentrisitas benda
e. Leveling dan lainnya
1.81
3) Skala jarum panjang terdiri dari 100 bagian dan jarum pendek 10
bagian
4) Jika jarum panjang berputar 10x danjarum pendek berputar 1x, berarti
kapasitas nya 1 cm dengan ketelitian 0,01 mm
5) Pasang dial indicator pada standnya.
.
6) Tempelkan contact point pada benda kerja yang akan diukur.
7) Kendorkan screw pengikat pada skala dan posisikan angka nol sejajar
dengan jarum penunjuk. lalu kencangkan lagi screw pengikat.
8) Gerakkan benda kerja sesuai kebutuhan.
9) Baca nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala +6 strip/bagian
10) Berarti ada penyimpangan (lebih tebal) 0,01 . 6 = 0,06 mm
11) Gerakkan lagi benda kerja ke posisi berikutnya dan jarum panjang
bergerak ke arah minus 2 strip/bagian.
12) Berarti ada penyimpangan (lebih tipis) 0,01 .- 2 = - 0,02 mm
1.82
b. Deskripsikan bagaimana cara mengkalibrasi alat ukur mekanik
presisi
c. Tentukan ketelitian alat ukur berikut
1)
2)
2)
1.83
3)
4)
5)
1
3
2
1
2
1 Paking E lastis 3 R ubber Ø30 x 8
1 Baut Mur 2 S t. 42 M12 x 63
2 F lens 1 S t. 37 Ø152 x 28
J UMLAH NAMA KOMPONE N No.BAG MATE R IAL UKUR AN KE TE R ANGAN
Perubahan :
3
III II I S kala
KOPLING F LE NS
Digambar Mhs/i 8.9.'16
1.85
Bentuk sisi melintang kikir dibagi menjadi :
1) Hand file, berbentuk persegi panjang dan lebarnya paralel, digunakan untuk
proses pengasaran dan finishing. Sisi potong ada pada tiga sisi.
2) Flat file, bentuk penampang persegi panjang tetapi lebarnya menyudut pada
ujungnya. Sisi potong ada pada tiga sisi.
3) Kikir setengah bulat (half- round file)
4) Kikir bulat (round file)
5) Kikir segi tiga (three square file)
6) Kikir persegi (square file)
7) Kikir jarum (needles file)
Grade dari kikir dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Bastard cut
2) Second cut
3) Smooth cut
Pola sisi potong (cut pattern) dari kikir dibagi menjadi tiga:
1) Single cut
2) Double cut
3) Rasp.
b. Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong logam dengan gerakan maju mundur
dengan kecepatan tertentu. Bilah gergaji terbuat dari baja karbon tinggi, baja
paduan, atau HSS. Bilah gergaji dapat diidentifikasi dari: kekerasan, bahan, kisar
gigi, dan panjang.
1.86
Kekerasan bilah gergaji dibagi menjadi dua, yaitu bilah gergaji yang
keseluruhannya keras, dan bilah gergadi yang kekerasannya hanya pada
sisi potongnya (gigi-gigi) saja.
Kisar gigi yaitu jumlah gigi per inchi. Kisar gigi kasar apabila terdapat 18
T, medium 24 T, halus 32T.
Pemilihan kisar gigi terhadap tebal benda kerja perlu direncanakan dengan baik.
Berbagai alat perkakas tangan yang dapat digunakan pada kerja bangku antara
lain:
1) Mal radius
2) Mal ulir
3) Penggores
4) Penitik
5) Penyiku
6) Jangka tusuk
7) Jangka bengkok
8) Jangka tingkat, jangka garis, jangka kaki
9) Balok gores
10) Vee-block
11) Pahat
12) Stempel
13) Tap dan sney
14) Sekrap
15) Ragum
1.87
b. Mesin gerinda portabel
Toleransi geometri pada gambar kerja harus ditempatkan pada ruangan yang
berbentuk empat persegi panjang. Ruangan ini dibagi dalam beberapa bagian,
misalnya dua bagian, tiga bagian atau lebih, ditunjukan pada gambar di
bawah ini. Bentuk segi empat ini digambar dengan garis tipis.
1.90
a) Tanpa bidang basis b) Satu bidang basis c) Dua bidang basis
Gb. 1.1 Lambang toleransi geometrik
Kotak-kotak atau ruangan-ruangan dalam segi empat ini sudah tertentu dalam
pemakaiannya. Kotak pertama atau yang di sebelah kiri adalah untuk
tempat meletakkan simbul toleransi, sedang kotak kedua berikutnya adalah
tempat meletakkan besarnya harga toleransi geometri (Gb. 1.1). Bila segi empat
itu mempunyai tiga buah ruangan maka untuk kotak ketiga adalah untuk
meletakkan tanda basisnya. Demikian pula bila kotak segi empat mempunyai
empat kotak adalah tempat penunjukan basis pula.
Penunjukan tanda basis ditunjukkan dengan menggunakan huruf besar yang
diawali dari huruf A sesuai dengan urutan huruf abjad.
Untuk mengecek toleransi ini dihubungkan dengan sebuah garis tipis kerangka
toleransi, salah satu ujung garis tersebut diberi anak panah yang menunjuk ke
objek, yang dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1) Dapat ditunjukan pada garis benda, atau pada garis bantu penunjukan
ukuran, tetapi tidak boleh ditempatkan pada garis ukuran lihat Gb. 1.2 (a).
2) Dapat ditunjukkan pada tempat segaris dengan garis penunjukan ukuran,
lihat Gb.1.2(b) dan Gb.1.2(c).
3) Dapat ditempatkan pada garis sumbu atau garis pertengahan dalam
bidang, atau sumbu mendatar lihat Gb.1.3
1.91
Gb. 1. 3 Penunjukan pada garis sumbu lubang
Penunjukan sistem basis untuk toleransi geometri sangat penting, karena dengan
adanya basis ini orang lain akan lebih mudah mengerti maksud dari perencana
atau pemesan. Penunjukan ini diberikan dari kotak segi empat dengan garis tipis,
pada ujungnya diberi tanda segi tiga yang dihitamkan ( Δ ) sebagai dasar yang
harus diikuti.
Tanda-tanda basis ini dapat ditempatkan sebagai berikut :
1. Ditempatkan pada garis permukaan dari suatu bidang.
2. Ditempatkan pada garis bantu penunjukkan ukuran.
3. Ditempatkan pada garis sumbu, garis yang membagi dua suatu benda sama
besar.
1.92
Jika kotak toleransi geometri tidak dapat dihubungkan ke basis, hal ini
dapat ditunjukkan dengan cara yang lain, yaitu dengan menentukan salah
satu
bidang sebagai basisnya yang di tetapkan sebagai basisnya dengan diberi huruf
abjad besar. Misalnya A, B, C dan seterusnya lihat gambar.
Adakalanya kotak toleransi geometri terdiri lebih dari 3 kotak, maka perlu
dimengerti bahwa kotak yang ke 3 ke 4, dan seterusnya, dihitung dari kiri ke
kanan adalah tempat penunjukan basisnya.
1.94
Apabila pengerjaan pada permukaan menggunakan mesin, symbol dasarnya
ditambah garis sehingga membentuk segitiga sama sisi (Gb. 1.5(b)). Sementara
itu, simbol menurut Gb. 1.5(c) digunakan untuk menunjukkan bahwa kekasaran
permukaan dicapai tanpa membuang bahan.
1.95
Penunjukan kekasaran
1.96
Contoh penggunaan pada gambar:
1.97
Gambar susunan merupakan gambar pengulangan yang biasanya digambar
dengan skala lebih kecil. Untuk membuat gambar susunan ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
a. Gambar harus mengikuti aturan penampang
b. Harus dipilih tampang utama yang baik dengan memperlihatkan hampir
semua elemen masing-masing dan lokasinya. Tampang tambahan diberikan
bila akan menambah imformasi yang diperlukan.
c. Sedapat mungkin menghindarai garis terhalang (tidak tampak) karena garis
ini akan dapat membingungkan.
d. Ukuran diberikan untuk ukuran luar, misal ukuran jarak dari sumbu ke
sumbu atau ukuran untuk keperluan pengemasan.
e. Dapat diberikan identifikasi elemen dengan cara memberikan nomer dalam
gambar detail dan nomer pada kolom nama.
1.98
Gambar 3.1: Gambar Susunan Kerja
1.99
Gambar 3.2: Gambar Susunan Katalog
1.100
Gambar 3.Gambar Susunan Eksplodid
1.103
f. Gambarkan benda berikut ini pada kertas A3 dalam gambar kerja dengan
skala 1 : 1, dan informasi tektur permukaan sebagai berikut :
Alur slot mempunyai kekasaran antara 3,2 m dan kelonggaran
permesinan 2 mm.
Pendukung poros mempunyai kekasaran antara 1, 6 sampai dengan 0, 8
µ m.
Lubang poros dengan toleransi H8.
1.104
.
Daftar Pustaka
1.105
1. Beer, Ferdinand P. E. Russell Johnston, Jr. Mechanics of Materials. Second
Edition. McGraw-Hill Book Co. Singapore. 1985.
2. Khurmi, R.S. J.K. Gupta. A Textbook of Machine Design. S.I. Units. Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd. New Delhi. 2004.
3. Khurmi, R.S. Strenght Of Materials. S. Chand & Company Ltd. New Delhi.
2001.
4. Popov, E.P. Mekanika Teknik. Terjemahan Zainul Astamar. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1984.
5. Shigly, Joseph Edward. Mechanical Engineering Design. Fifth Edition. McGraw-
Hill Book Co. Singapore. 1989.
6. Singer, Ferdinand L. Kekuatan Bahan. Terjemahan Darwin Sebayang. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 1995.
7. Spiegel, Leonard, George F. Limbrunner, Applied Statics And Strength Of
Materials. 2nd edition. Merrill Publishing Company. New York. 1994.
8. Timoshenko, S.,D.H. Young. Mekanika Teknik. Terjemahan, edisi ke-4, Penerbit
Erlangga. Jakarta. 1996.
9. Spoots, MF. 1986. Design of Machine Elements, Prentice-Hall,
Marubeni,.
10. Nieman, G (1984) Machine Element, Design and Calculation,
vol.I/II, Springer Verlaag.
11. Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar-dasar Perencanaan Elemen
Mesin, ITB Bandung.
12. Suharno, dkk (2013). Modul PLPG Teknik Mesin. Malang: Panitia
Serifikasi Guru Rayon 115.
13. Widarto. Teknik Pemesinan. Jakarta: DirPSMK. 2008
14. Wirawan Sumbodo. Teknik Produksi Mesin Industri. 2008.
15. Tiwan dan Arianto Leman. Ilmu Bahan. Yogyakarta: UNY. 2012
16. Riswan Dwi Djatmiko. Materi Pelatihan Teknisi Fabrikasi.
Yogyakarta: UNY. 2012
1.106