1
Langkah pertama analisis adalah dengan melakukan optimasi panjang
gelombang dilakukan untuk menentukan panjang gelombang maksimum yang
akan digunakan dalam pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis
dengan menggunakan salah satu larutan standar rutin. Dari hasil pengukuran
diperoleh tiga panjang gelombang maksimum khas senyawa rutin, yaitu pada
panjang gelombang 211 nm, 257 nm, dan 357 nm. Pada pengukuran absorbansi
larutan standar dan sampel dipilih pada panjang gelombang 257 nm pada puncak
serapan maksimum medium. Hasil pengukuran absorbansi standar pada panjang
gelombang 257 nm dapat diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Penentuan absorbansi larutan standar rutin
No Konsentrasi, C (mg.L-1) Absorbansi, A
1 0 0
2 10 0,349
3 20 0,629
4 30 0,911
5 40 1,258
6 50 1,547
2
Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan standar pada berbagai
konsentrasi maka kurva kalibrasi larutan standar senyawa flavonoid rutin diperoleh
hubungan yang linear antara absorbansi dengan konsentrasi yang ditunjukkan dengan
pengukuran linearitas sebesar 0,9989. Besarnya linearitas ini mendekati nilai satu
sehingga dapat dikatakan bahwa absorbansi merupakan fungsi yang besarnya
berbanding lurus dengan konsentrasi dan mengikuti persamaan regresi linear sebagai
berikut :
y=A+Bx
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai intersep sebesar 0,0149 dan
slope sebesar 0,0307 sehingga persamaan yang diperoleh dari kurva pada gambar 2
adalah :
y = 0,0149 + 0,0307 x
x : konsentrasi (C) mg.L-1
y : absorbansi (A)
Persamaan di atas pada kurva kalibrasi standar senyawa flavonoid rutin
tersebut digunakan sebagai pembanding dalam analisis kuantitaif pada pengukuran
kandungan senyawa flavonoid rutin ekstrak metanol daging buah mahkiota dewa.
Berdasarkan hasil pengukuran pada sampel daging buah masak dan mentah diperoleh
data yang ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Penentuan absorbansi sampel daging buah mahkota dewa
N Sampel Absorbansi
o
1 Masak R1 0,089
2 Masak R2 0,089
3 Masak R3 0,090
4 Mentah R1 0,214
5 Mentah R2 0,217
6 Mentah R3 0,217
3
dalam ekstrak metanol daging buah mahkota dewa. Hasil perhitungan pengukuran
sampel dapat ditunjukkan oleh tabel 4.
Tabel 4. Kandungan flavonoid pada daging buah mahkota dewa
No Sampel Konsentrasi (mg.L-1) Pengenceran Kadar (mg.L-1)
1 Masak R1 0,017636808 100 kali 1,7637
2 Masak R2 0,017636808 100 kali 1,7637
3 Masak R3 0,017667505 100 kali 1,7667
4 Mentah R1 0,021473950 100 kali 2,1474
5 Mentah R2 0,021566042 100 kali 2,1566
6 Mentah R3 0,021566042 100 kali 2,1566
4
4 mentah R1 2,1474 2,7182 0,00544
5 mentah R2 2,1566 2,7298 0,00546
6 mentah R3 2,1566 2,7298 0,00546
c).
5
pada hot plate selama 3 jam, didinginkan dan disaring. Kemudian didapatkan larutan
sampel.
Pengukuran dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Larutan sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan
aquadest sampai tanda batas. Selanjutnya diambil 2 mL dari larutan tersebut dan
diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL sampai tanda batas.
Selanjutnya diambil 100 mL dari larutan tersebut dan ditambahkan dengan 2 mL
SnCl2 10 %. Setelah itu ukur serapan dengan Spektrofotometer Serapan Atom
pada panjang gelombang 253,7 nm.
6
silica gel F254) dengan tebal 0,25 mm, diberi tanda batas penotolan 1
cm pada batas bawah plat KLT dan 1 cm dari batas atas plat KLT
dengan ukuran 8x10 cm. Diberi jarak 2 cm tiap penotolan pada plat
KLT untuk sampel jamu dan baku parasetamol dengan jarak
pengembangan 8 cm. Dilakukan penotolan dengan alat pipa kapiler
untuk proses penotolannya. Dibiarkan totolan mengering, elusi dengan
fase gerak campuran yaitu Kloroform: Metanol (9:1) pada chamber,
hingga elusi merambat naik pada batas atas plat KLT yang telah diberi
tanda. Angkat lempeng, dan biarkan fase gerak menguap terlebih
dahulu. Setelah itu diamati bercak noda pada masing-masing lempeng
dengan menggunakan lampu sinar ultra violet (UV) 254 nm dan hitung
nilai Rf (Retardation factor). Nilai Rf disesuaikan dengan larutan baku
parasetamol pada saat pengerjaan Kromatografi Lapis Tipis.
7
Dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam pelarut yang sama
dengan pelarut untuk analisis kualitatif dengan KLT. Dengan
menggunakan alat ukur mikropipet ditotolkan secara memanjang sebanyak
volume yang telah diketahui, proses pengembangan dilakukan dan dengan
menggunakan pengembang yang sama dengan KLT pada tahap analisis
kualitatif. Setelah proses pengembangan selesai bercak dengan nilai Rf
yang sama dengan nilai rujukan ditandai dan dikerok seluruh fase diamnya
lalu dikumpulkan untuk dilarutkan senyawa metanil yellow yang ada pada
fase diam tersebut. Kemudian nilai serapan/absorbansi sampel diukur pada
panjang gelombang maksimum dan hasilnya dimasukkan kedalam
persamaan regresi sehingga diperoleh kadar larutan sampel.
Persamaan Regresi : y = bx + a
8
Σ 0,617
1,848
0,616
Sampel 26 0,257 7,515 1002
0,255
Σ 0,257
0,769
0,256
Sampel 32 0,849 24,266 3235,47
0,850
Σ 0,849
2,548
0,849
Tahu 0,802 22,938 3058,4
Simulasi 0,802
0,802
Σ 2,406
0,802