Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan pernyataan dari
ide-ide yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat pulau Semau desa Uiasa
merasa semakin hari semakin dipanggil terus untuk mendekatkan diri dengan penanaman
nilai yang tersirat dalam masyarakat desa Uiasa. Tingginya rasa tanggung jawab orang tua
terhadap budaya telah menjadi motivasi utama untuk tetap menjaga budaya warisan leluhur
kepada semua anak cucu. Salah satu contoh penilaian nilai yang selalu dilakukan adalah
melalui pementasan tarian daerah yang berakhir dengan pemberian makan yang tersirat
didalam tarian itu. Kesadaran para tetua adat menjaga kelestarian budaya yang dipulau
Semau khususnya desa Uiasa. Kecamatan Semau desa Uiasa adalah desa yang mempercayai
atau meyakini bahwa budaya yang diwariskan leluhur mempunyai nilai pikat yang kuat
dalam kehidupan nyata.
B. Tujuan
 Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai perkembangan kesenian Tarian Bonet
dan tarian Li Ngae di kecamatan Semau desa Uiasa.
 Untuk menambah wawasan mahasiswa terhadap perkembangan kesenian tarian Bonet
dan Tarian Li Ngae di kecamatan Semau desa Uiasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan studi lapangan di kecamatan Semau desa Uiasa kami menemukan
dua kesenian yang terdapat dan yang masih bertahan sampai saat ini dari hasil wawancara
yang kami lakukan adalah Tarian Bonet dan Tarian Li Ngae.

A. Tarian Bonet

Tarian Bonet adalah salah satu tarian yang berasal dari desa Uiasa. Dulunya tarian bonet
digelar pada saat masyarakat pulau Semau meminta pelindungan kepada Tuhan agar menjaga
keseluruhan dan kesuburan jagung, makanan pokoknya, tarian bonet yang menggunakan alat
bantu pertunjukkan berupa lesung dan alu digelar dalam situasi apapun mulai dari pernikahan
sampai musim panen. Sekarang seiring dengan perkembangan zaman tarian ini
melambangkan semangat serta kebersamaan. Tarian ini dilakukan oleh banyak orang, mereka
saling berpegangan tangan membentuk lingkaran dan mengikuti syair dalam bahasa lokal
masyarakat Uiasa. Setelah beberapa kali mengucapkan syair mereka menggerakkan kaki
kedepan, belakang, kiri dan kanan, alu berputar sambil terus bernyanyi. Terkadang ada orang
yang kemudian mau bergabung untuk ikut menari tetapi hal tersebut tidak akan merubah
irama tariannya. Tanpa iringan musik mereka berpegangan tangan sambil bernyanyi dan
menari. Keriangan dalam tarian bonet ini menunjukkan semangat masyarakat desa Uiasa.
Tarian bonet biasanya ditampilkan saat masyarakat bersukacita antara lain dalam pesta
pernikahan atau ulang tahun. Tarian ini sering juga dijadikan ajang pencarian jodoh untuk
kaum muda selain menari mereka juga saling berbalas antun. Tarian bonet merupakan tarian
khas NTT. Adapun makna dan fungsi dari tarian bonet antara lain adalah (pujian kepada
arwah, pujian dalam susana ceria, penyambutan tamu, dan syukuran atas hasil panen).
Disamping itu, bonet juga merupakan wadah pancaran pujaan bagi yang diagungkan
yang senantiasa memberi cahaya terang dan bimbingan didalam perjalanan hidup. Para penari
yang bergandengan tangan secara ketat juga mengandung makna pula bahwa didalam
lingkaran kehidupan terdapat rasa cinta, kasih, hidup dalam kegotong royongan, saling
menolong dalam suka dan duka. Apabila tidak bergandengan tangan, maka masing-masing
akan berdiri sendiri tidak bersatu, artinya manusia yang mempunyai sifat sosial akan hilang
dan tidak akan bertahan dalam mengahadapi sekian tantangan yang menghadang. Tarian
bonet dapat diikuti oleh semua orang, tua, dan muda, baik laki-laki dan perempuan, tanpa
membedakan status sosial dan golongan dalam masyarakat. Dalam kesatuan dan keutuhan
para penari memiliki kesatuan dalam berpikir, berkata dan berbuat. Segala keberhasilan dan
kemenangan yang dicapai dalam perjuangan merupakan bukti adanya kebulatan hati dan
pikiran bertindak dengan segala kemampuan dalam kekuatan yang ada secara bersama-sama.
Melalui tarian bonet ini pandangan terhadap sesama adalah sama dan sederajat bahkan dalam
penghayatan lebih dalam “saya tidak akan hidup dan berguna tanpa engkau dan sebaliknya”
hal ini merupakan dasar kehidupan sebuah masyarakat yang mungkin dapat dibuka lebih
dalam lagi.
Bergandengan tangan juga tidak hanya sebatas berpegangan pada pergelangan tangan
namun kedua tangan dikaitkan satu sama lain dan berdiri saling mengapiti. Namun sesuai
dengan pengalaman saat kami turun langsung ke lapangan, kami menemukan dan melihat
bahkan merasakan sendiri masyarakat Uiasa dalam memperagakan tarian bonet
menggunakan cara lain yaitu memegang pundak orang yang berada dibagian samping kiri
dan kanan orang yang berada didekat mereka. Pantun-pantun yang diungkapkan oleh para
dalangnya bersifat nasehat, jenaka, ejekan, teka-teki. Ungkapan pantun biasanya disesauikan
dengan maksud diadakan acara yang penuh kegembiraan itu.

B. Tarian Li Ngae
Tarian Li Ngae bukan sekedar tarian tradisional yang dipentaskan untuk memeriahakn
setiap seremonial adat helong. Lebih dari itu Li Ngae ternyata jadi wahana mencari jodoh
bagi kaum muda suku Helong. Tarian Li Ngae dipentaskan pada seremonial adat Helong
maupun pada saat musim panen jagung. Tarian Li Ngae biasanya dipentaskan oleh
orang-orang yang hasil panen jagungnya melimpah. Orang Helong yang hasil panennya
melimpah cenderung akan merasa khawatir jagungnya rusak diserang kutu jagung. Itu
sebabnya Li Ngae selalu jadi solusi dimana orang helong akan bersama-sama menari Li
Ngae denga menginjak butiran-butiran jagung yang telah dicampurkan abu bakar kayu
kesambi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tarian bonet merupakan tarian yang melambangkan semangat serta kebersamaan
didesa Uiasa. Adapun makna dan fungsi tarian Bonet yaitu pujian kepada arwah, pujian
dalam susana ceria, penyambutan tamu, dan syukuran atas hasil panen. Disamping itu,
bonet juga merupakan wadah pancaran pujaan bagi yang diagungkan yang senantiasa
memberi cahaya terang dan bimbingan didalam perjalanan hidup. Tarian Li Ngae
memiliki makna khawatir jagungnya rusak diserang kutu jagung. Itu sebabnya Li Ngae
selalu jadi solusi dimana orang Helong akan bersama-sama menari Li Ngae denga
menginjak butiran-butiran jagung yang telah dicampurkan abu bakar kayu kesambi.
LAMPIRAN

Pada tanggal 14 April 2018, di desa Uiasa kecamatan Semau.


Bersamaan dengan proses wawancara mata kuliah metode ilmiah.
LAPORAN STUDI LAPANGAN
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
KESENIAN PULAU SEMAU DESA UIASA

KELOMPOK III

NAMA

PETRONELA KURNIATI
SUHARTO ROBERT KENEDI
YUSUF LASBOY

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
KUPANG
2018

Anda mungkin juga menyukai