Kegiatan dan tindakan serta diagnose yang ada di dalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, manajemen, dan riset bidang kesehatan.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)
bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala, dan factor yang mempengaruhi kesehatan. sejak tahun 1993, WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi 10, International Statistical Clasification of Disease and Related Problems 10 Revision. ICD-10 menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka (alpha numeric). Sedangkan untuk mengklasifikasikan kode prosedur tindakan medis (tindakan atau operasi) menggunakan ICD-9 CM. berbeda dengan ICD-10, ICD-9 CM menggunakan kode angka seluruhnya.
Kecepatan dan ketepatan pemberian kode dari suatu diagnose sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu :
a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnose.
b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode. c. Tenaga kesehatan lainnya
Penetapan diagnose seorang pasien merupakan kewajiban, hak, dan
tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya diagnose yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD-10.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggungjawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnose yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya, untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap sebelum kode ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat diagnose tersebut. Setiap pasien yang telah selesai mendapatkan pelayanan baik rawat jalan, rawat inap, maupun gawat darurat, maka dokter yang memberikan pelayanan harus segera membuat diagnose akhir.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam
medis harus membuat kode sesuai dengan klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus diberi kode sesuai klasifikasi masing – masing :
a. Kode Penyakit (ICD-10)
b. Kode Pembedahan atau Tindakan (ICD-9 CM)
Cara penggunaan ICD-10 :
a. Menggunakan buku ICD-10 Volume I berisi tentang :
1) Introduction (pendahuluan) 2) Kelompok daftar tabulasi 3) Kode kondisi tertentu 4) Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi 5) Kategori karakteristik perintah b. Menggunakan buku ICD-10 Volume III berisi tentang : 1) Penggunaan index alphabetic 2) Susunan 3) Kode angka 4) Tanda perintah yang ada dalam buku ICD-10 Volume I c. Petunjuk dasar koding 1) Identifikasi tipe penyakit atau luka atau kondisi lain di dalam buku ICD-10 Volume I 2) Cari kata dasar (lead term) 3) Baca dan catat petunjuk kata dasar (digaris bawahi) 4) Rujuk di buku ICD-10 Volume III 5) Rujuk di buku ICD-10 Volume I d. Tentukan kode penyakit tersebut
Cara penggunaan ICD-9 CM :
a. Susunan buku ICD-9 CM terdiri dari : 1) Introduction (pendahuluan) 2) Daftar tabulasi prosedur numeric 3) Daftar indek prosedur b. Identifikasi keterangan tindakan atau operasi medis pada daftar indek prosedur. c. Cari kata dasar (lead term) d. Baca dan catat petunjuk kata dasar (digaris bawahi) e. Rujuk ke daftar tabulasi prosedur numeric f. Tentukan kode tindakan atau operasi medis tersebut
Penggunaan ICD-9 CM pada dasarnya sama dengan ICD-10, namun yang
membedakan adalah ICD-9 CM hanya ada satu buah buku, sedangkan ICD-10 ada 3 buah buku.