Anda di halaman 1dari 149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN

KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN

KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN

KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005

Yang diajukan oleh:


M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003

telah disetujui oleh

Pembimbing

dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes


tanggal

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengesahan Skripsi
Berjudul

EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN


KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005

Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal :

14 Mei 2007

Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan

Rita Suhadi, M.Si., Apt.

Pembimbing :
dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. .........................................

Panitia Penguji :
1. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. .........................................

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. .........................................

3. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. .........................................

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

There can be miracles when you Believe……….


though hope is frail, it’s hard to kill
Who knows what Miracles you can
Achieve……….
when you believe, somehow you will
you WILL when you BELIEVE……….
(When You Believe ¸ OST The Prince of Egypt)

Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.


(Pengkotbah 3 : 1, 11)

Kupersembahkan karya ini untuk :


Bapak dan Ibu,
yang tercinta
mas Ari, David, dan Ave,
mas Nugroho,
Almamaterku.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2007


Penulis

M. Rianasari Dwi Swastika

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “EVALUASI

PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN

KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005” ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada uluran tangan dari pihak-pihak yang

dengan kesediaan dan kelegaan hati membantu penulis dari awal sampai akhir proses

penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di Unit Rekam Medis.

3. Bapak Siswuryanto selaku Kepala Unit Rekam Medis RS Bethesda Yogyakarta

yang telah membantu peneliti selama pengambilan data.

4. Bapak Darsono dan segenap staf Unit Rekam Medis RS Bethesda Yogyakarta

yang telah membantu peneliti dalam mencari data.

5. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas

bimbingan, kesabaran dan masukan-masukannya selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas

masukan, saran, dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.

7. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas

masukan, saran, dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.

8. Bapak Yoseph dan Ibu Marcia, atas doa, cinta, bimbingan, harapan dan kasih

sayang yang selalu tercurah kepada penulis. Tanpa dukungan bapak-ibu kuliahku

tak akan lancar.

9. Mas Ari, David, Ave, terimakasih untuk keceriaan yang telah dihadirkan dalam

hidup penulis. Tawa kalian membuatku selalu semangat.

10. Mas Yusuf Nugroho Sukarno, untuk semuanya. Terimakasih untuk masukan,

semangat, dukungan, dan bantuannya walau kadang hanya lewat doa. Penulis

tidak akan bisa melewati ini semua tanpa bantuan mas.

11. Teman-teman angkatan 10 VL untuk semua ceritanya dan kenangannya.

12. Teman-teman angkatan 2003, khususnya kelas A, kelompok praktikum A,

senang bisa mengenal dan bekerja sama dengan kalian.

13. Anak-anak kost Banana Home, Eta, Prita, Mekar, Deta, Vita, Dian, Mbak Cicil,

Tika, Ratih, Mbak Purba, terima kasih karena kehadiran kalian membuat hidupku

sedikit lebih berkembang.

14. Nugraheni Angger dan Antonia Ari, atas kebersamaannya di Unit Rekam Medis

RS Bethesda Yogyakarta.

15. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, terimakasih banyak.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula

dengan karya ini. Maka melalui kesempatan ini penulis ingin meminta maaf yang

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedalam-dalamnya apabila ada kesalahan baik dalam tulisan yang terdapat dalam

skripsi ini maupun tingkah laku dan perkataan penulis.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Selain itu besar harapan penulis, semoga karya ini dapat mengisi pembangunan

bangsa ini.

Penulis

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI

Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat,


lemak, dan protein yang ditandai dengan hiperglikemia. Diabetes Melitus dapat
mengakibatkan komplikasi kronis yaitu pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
disertai lesi pada membran basalis. Pasien dengan komplikasi nefropati diabetik
meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit DM.
Terapi pada pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik meliputi kontrol
tekanan darah, pengendalian kadar gula darah, dan pembatasan asupan protein.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta periode tahun 2005. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara
retrospektif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan evaluasi pengobatan
dilakukan berdasarkan Drug Related Problem (DRP).
Hasil penelitian ini adalah kasus DM dengan komplikasi nefropati paling
banyak berjenis kelamin laki-laki, paling banyak berusia 45-64 tahun (80,0%),
diagnosis terbanyak DM dengan nefropati (76,7%), dan paling banyak kerusakan
ginjal tingkat 4 dan 5 (40,0%) . Sebanyak 15 kelas terapi diberikan dan kelas terapi
terbanyak vitamin dan mineral (96,7%) diikuti obat sistem kardiovaskuler (93,3%).
Analisis DRP didapatkan 10 kasus dari 30 kasus mengalami DRP, 8 kasus aktual
DRP butuh obat, 7 kasus aktual DRP tidak perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan
2 kasus potensial DRP ADR. Hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati paling banyak pulang dalam keadaan membaik (67,7%) dan paling banyak
dirawat selama 1-7 hari (56,7%).

Kata kunci : nefropati diabetik, diabetes melitus, Drug Related Problem.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic disorders of fat,


carbohydrate, and protein metabolism that characterized by hyperglycaemia.
Diabetes Mellitus can cause chronic complication at eye, kidney, vein and nerve
accompanied lesion at basalis membrane. Patients DM with diabetic nephropathy
complication mount every year in a row with the height of DM prevalence. Therapy
for patients DM with diabetic nephropathy complication including blood pressure
control, control of blood sugar rate, and protein restriction.
This research is done to evaluate medication DM patient with diabetic
nephropathy complication in Impatience Ward of Bethesda Yogyakarta Hospital
period of year 2005. This research is including non experimental research with
descriptive evaluative device and intake of data done by retrospective. Data analysis
done descriptively and medication evaluation done based on Drug Related Problem
(DRP).
This research results are DM with diabetic nephropathy complication cases
most have men genders (56,7%), most have ages 45-64 year old (80,0%), the most
diagnosed is DM with nephropathy (76,7%) and most have group 4 and 5 for renal
impairment (40,0%). Counted 15 therapy classes given and the most therapy class is
mineral and vitamins (96,7%) followed by cardiovascular system drug (93,3%).
Analysis of DRP got 10 cases experience DRP, 8 cases actual DRP need for
additional drug therapy, 7 cases actual DRP unnecessary drug therapy, 1 case actual
DRP ADR, and 2 cases potential DRP ADR.

Keywords : diabetic nephropathy, diabetes mellitus, Drug Related Problem.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v

PRAKATA.................................................................................................... vi

INTISARI...................................................................................................... ix

ABSTRACT.................................................................................................. x

DAFTAR ISI................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii

BAB I PENGANTAR .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

2. Keaslian Penelitian............................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

a. Manfaat Teoritis .......................................................................... 6

b. Manfaat Praktis ........................................................................... 6

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

1. Tujuan Umum ...................................................................................... 7

2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 7

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 8

A. Diabetes Melitus ..................................................................................... 8

1. Definisi, Gejala, dan Tanda Diabetes Melitus .................................. 8

2. Patofisiologi Diabetes Melitus .......................................................... 9

3. Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................. 9

a. Diabetes Melitus Tipe 1 .............................................................. 9

b. Diabetes Melitus Tipe 2 .............................................................. 10

c. Diabetes Tipe Lain ...................................................................... 11

d. Diabetes Melitus Gestational ...................................................... 12

4. Diagnosis Diabetes Melitus............................................................... 12

B. Komplikasi Nefropati Diabetik ............................................................... 13

1. Definisi Nefropati Diabetik............................................................... 13

2. Patofisiologi dan Gejala Nefropati Diabetik ..................................... 14

3. Diagnosis........................................................................................... 16

4. Tahap Nefropati Diabetik.................................................................. 17

C. Terapi Nefropati Diabetik ....................................................................... 18

1. Tujuan Terapi .................................................................................... 18

2. Strategi Terapi................................................................................... 19

a. Terapi nonfarmakologi................................................................ 19

b. Terapi farmakologi ............................................................................... 20

3. Rekomendasi ADA ........................................................................... 28

D. Farmasi Klinik......................................................................................... 29

E. Drug Related Problem (DRP)................................................................. 30

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 33

A. Jenis Rancangan Penelitian ..................................................................... 33

B. Definisi Operasional ............................................................................... 33

C. Subjek Penelitian..................................................................................... 34

D. Bahan Penelitian...................................................................................... 35

E. Lokasi Penelitian..................................................................................... 35

F. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 39

A. Gambaran Profil Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik .... 39

1. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 40

2. Gambaran Berdasarkan Usia............................................................. 40

3. Gambaran Berdasarkan Diagnosis .................................................... 42

4. Gambaran Berdasarkan Tingkat Kerusakan Ginjal........................... 42

B. Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus DM dengan

Komplikasi Nefropati Diabetik ............................................................... 43

C. Analisis Drug Related Problem (DRP)................................................... 66

D. Hasil Pengobatan Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ... 76

E. Rangkuman Pembahasan ........................................................................ 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

LAMPIRAN.................................................................................................. 86

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 130

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Kategori Diagnosis Penyakit DM ......................................... 13

Tabel II. Kategori Kadar Albumin dalam Urin.................................... 16

Tabel III. Kerusakan Ginjal Berdasarkan Clcr...................................... 17

Tabel IV. Sediaan Insulin dan Waktu Aksinya ..................................... 27

Tabel V. Drug Related Problem dan Kemungkinan Penyebabnya ..... 31

Tabel VI. Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di


Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005 ................... 39

Tabel VII. Distribusi Diagnosis pada Kasus DM dengan Komplikasi


Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005........................................... 42

Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi


Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005........................................... 44

Tabel IX. Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan


Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ........................... 45

Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM


dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 47

Tabel XI. Golongan dan Jenis Vitamin dan Mineral pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 50

Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada


Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode
Tahun 2005 ........................................................................... 53

Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005.. 55

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Antianemia pada Kasus DM


dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 56

Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 59

Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM


dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 60

Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ........................... 61

Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Saluran Urinaria pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 62

Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005.. 62

Tabel XX. Golongan dan Jenis Obat Analgesik pada Kasus DM


dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ............. 63

Tabel XXI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernafasan pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005.. 64

Tabel XXII. Golongan dan Jenis Obat Mata pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ........................... 64

Tabel XXIII. Golongan dan Jenis Obat Hormon pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ........................... 65

Tabel XXIV. Golongan dan Jenis Obat Lain-Lain pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ........................... 65

Tabel XXV. Analisis DRP Kasus 1 ........................................................... 67

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel XXVI. Analisis DRP Kasus 2 ........................................................... 68

Tabel XXVII. Analisis DRP Kasus 3 ........................................................... 69

Tabel XXVIII.Analisis DRP Kasus 5 ........................................................... 70

Tabel XXIX. Analisis DRP Kasus 7 ........................................................... 71

Tabel XXX. Analisis DRP Kasus 15 ......................................................... 72

Tabel XXXI. Analisis DRP Kasus 16 ......................................................... 73

Tabel XXXII. Analisis DRP Kasus 17 ......................................................... 74

Tabel XXXIII.Analisis DRP Kasus 20 ......................................................... 75

Tabel XXXIV.Aktual DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan.................... 79

Tabel XXXV. Aktual DRP Tidak Perlu Obat (Unnecersary drug therapy). 79

Tabel XXXVI.Aktual DRP Butuh Obat (Need for additional drug therapy) 80

Tabel XXXVII. Potensial DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan ............. 80

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus DM dengan


Komplikasi Nefropati di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 ...................................................................................... 40

Gambar 2. Grafik Distribusi Usia pada Kasus DM dengan Komplikasi


Nefropati di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun
2005............................................................................................................... 41

Gambar 3. Distribusi Tingkat Kerusakan Ginjal pada Kasus DM dengan


Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005................................................................... 43

Gambar 4. Grafik Keadaan Keluar pada Kasus DM dengan Komplikasi


Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 ...................................................................................... 76

Gambar 5. Grafik Lama Tinggal pada Kasus DM dengan Komplikasi


Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 ...................................................................................... 77

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Rekam Medis Kasus Diabetes Melitus dengan


Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 ........................................... 86

Lampiran 2. Daftar Nama Obat .................................................................... 100

Lampiran 3. Data Laboratorium dan Non Laboratorium.............................. 106

Lampiran 4. Distribusi 10 Besar Penyakit, Komplikasi Penyakit Diabetes


Melitus, dan Jumlah Pasien DM dari Tahun 2002 sampai
September 2006........................................................................ 126

Lampiran 5. Daftar Nilai Clearance Creatinin (Clcr) pada Kasus DM


dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ................................... 127

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit diabetes melitus (DM), yang dikenal masyarakat sebagai penyakit

gula atau kencing manis terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar

gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak

berfungsi baik. Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme

yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia, disertai dengan abnormalitas

karbohidrat, lemak, dan protein, serta dapat mengakibatkan komplikasi kronis

termasuk mikrovaskular dan makrovaskular (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).

Diabetes Melitus dibagi menjadi dua kelompok besar. Diabetes yang timbul akibat

kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM). Diabetes oleh karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2

atau Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) prevalensi diabetes di seluruh

dunia mencapai sekitar 2,8% pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat

menjadi 4,4% pada tahun 2030. Total penderita diabetes meningkat dari 171 juta

jiwa pada 2000 menjadi 366 juta jiwa pada 2030. Kini jumlah penderita DM di

seluruh dunia diperkirakan mencapai 200 juta orang dan dari angka tersebut

diperkirakan sekitar 150 juta orang merupakan penderita DM tipe 2 (Anonim,

2005a).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indonesia, dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa, yang menderita DM

sekitar 10 juta jiwa. Hal tersebut membuat Indonesia menempati urutan keempat

negara dengan penderita DM terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.

Peningkatan jumlah penderita DM tersebut terjadi akibat pertumbuhan populasi,

penuaan, urbanisasi, peningkatan prevalensi obesitas, berkurangnya aktivitas fisik,

dan perubahan gaya hidup akibat dari perbaikan kemakmuran (Anonim, 2005c).

Komplikasi diabetes sangat luas, hingga mencakup hampir semua organ

tubuh. Salah satu komplikasi tersebut adalah nefropati diabetik. Nefropati diabetik

adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah (Anonim,

2003a). Kebocoran selaput penyaring darah tersebut dapat menyebabkan lolosnya

protein albumin ke dalam urin. Adanya albumin dalam urin (albuminuria) merupakan

indikasi terjadinya nefropati diabetik (albuminuria persisten pada kisaran

30-299 mg/24 jam/mikroalbuminuria) (Anonim, 2005a).

Apabila kadar albumin sudah diketahui meningkat sejak dini maka dapat

segera dilakukan terapi. Pengobatan sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan

laju penyakit. Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap

paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Selain itu dilakukan pengendalian

kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (Anonim, 2003a).

Rumah sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di mana pasien

DM dan juga pasien DM yang telah diketahui memiliki albumin dalam urinnya

(indikasi dari terjadinya nefropati diabetik) bisa mendapatkan pengobatan yang tepat

untuk mencegah perkembangan penyakit tersebut ke arah yang semakin buruk.

Dalam pelayanannya seringkali kurang memperhitungkan bahaya atau resiko yang

melekat pada setiap tindakan medik dan pengobatan (Yusmainita, 2001).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Peran farmasis di rumah sakit sangat diperlukan untuk menghindarkan dan

meminimalkan bahaya atau resiko yang mungkin saja dapat muncul pada tindakan

medis dan pengobatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan adanya

paradigma Asuhan Kefarmasian, yaitu farmasis bertanggung jawab untuk

memastikan penderita memperoleh terapi obat yang aman, tepat, dan biaya terapi

yang efektif, serta memastikan terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh

penderita. Di samping itu, Asuhan Kefarmasian juga merupakan tanggung jawab

farmasis dalam pemberian terapi obat yang bertujuan untuk mencapai hasil yang

dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Kunci utamanya adalah pemantauan

terapi obat yang bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek

obat yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan sasaran utama

mengidentifikasi problem aktual dan potensial yang berkaitan dengan obat (actual

and potential DRP), penyelesaian problem aktual yang berkaitan dengan obat (actual

DRP), pencegahan problem potensial yang berkaitan dengan obat (potential DRP)

pada penatalaksanaan suatu penyakit (Seto, 2004).

Melihat bahaya kelanjutan dan bertambahnya penderita penyakit DM

beserta komplikasinya terutama nefropati diabetik maka perlu diadakan penelitian

ini. Penulis melakukan penelitian ini guna mengevaluasi pengobatan dan

kemungkinan terjadinya DRP pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda (RS Bethesda). Pengobatan yang

sesuai dapat menghambat laju perkembangan penyakit dan menghindarkan dari

komplikasi lain yang mungkin terjadi. Selain itu pengobatan yang sesuai juga

diperlukan untuk memperpanjang usia hidup pasien.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

beberapa permasalahan mengenai evaluasi pengobatan pada kasus DM dengan

komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta periode tahun 2005 seperti di bawah ini.

a. Seperti apakah gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik

di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005 yang

meliputi jumlah kasus komplikasi nefropati, jenis kelamin, usia, diagnosis, dan

tingkat kerusakan ginjal?

b. Seperti apakah pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005

yang meliputi golongan dan jenis obat?

c. Apakah jenis DRP yang timbul dalam pengobatan pada kasus DM dengan

komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun

2005 yang meliputi : butuh obat (need for additional drug therapy), tidak perlu

obat (unnecessary drug therapy), obat tidak tepat (wrong drug), dosis terlalu

rendah (dosage too low), dosis terlalu tinggi (dosage too high), Adverse Drug

Reaction (ADR), serta ketidaktaatan pasien (uncomplience)?

d. Seperti apakah hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005 yang meliputi

lama tinggal pasien, izin kepulangan pasien, dan keadaan pasien saat keluar dari

rumah sakit?

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan DM

diantaranya : “Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien Rawat Jalan di RS


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember 1998)” oleh Nadeak (1995).

Penelitian ini berisi tentang pola penggunaan antidiabetika oral (ADO) yang meliputi

jenis ADO yang diberikan, cara pemberiannya, golongan ADO dan dosis pemakaian

ADO.

Suryawanti (1999) menulis “Pola Peresepan Obat Hipoglikemik Oral

(OHO) dan Studi Literatur Interaksi Obat pada Pasien DM di RS Bethesda

Yogyakarta periode Januari-Maret 2002”. Penelitian ini berisi tentang pola peresepan

obat hipoglikemi dan interaksi obat yang potensial terjadi.

De Paullin (2000) meneliti pola peresepan pada penderita gagal ginjal

kronis, yang tertulis dalam penelitian “Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal

Ginjal Kronis Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping, dan Kontraindikasi

Obat”.

Retnari (2002) menulis “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi

Nefropati pada Kasus DM di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta

Periode 2005”. Penelitian ini berisi tentang evaluasi terhadap penatalaksanaan terapi

pada pasien DM dengan komplikasi nefropati.

Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu pada

penelitian terdahulu hanya melihat pola pengobatannya saja sedangkan pada

penelitian ini juga dilakukan evaluasi pengobatannya yaitu dengan menggunakan

DRP. Sama seperti penelitian ini yang akan mengevaluasi (salah satunya) tentang

interaksi obat, interaksi obat yang potensial terjadi juga pernah diteliti. Perbedaannya

adalah pada penelitian ini tidak hanya melihat antidiabetika oral saja melainkan

seluruh obat yang digunakan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di

Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta. Selain itu pada penelitian terdahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

subyeknya yaitu pasien DM sedangkan penelitian ini kasus DM dengan komplikasi

nefropati diabetik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Retnari (2002) adalah tempat dilakukannya penelitian. Pada penelitian Retnari

(2002) penelitian dilakukan di RS Panti Rapih Yogyakarta sedangkan penelitian ini

dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta. Dengan demikian penelitian mengenai

Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati

Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Periode Tahun 2005 belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut ini.

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan wacana

dalam evaluasi pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik

dan juga dalam mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik di Instalasi

Rawat Inap RS Bethesda.

b. Manfaat Praktis

1). Bagi RS Bethesda Yogyakarta hasil penelitian ini dapat memberikan

gambaran tentang pola peresepan yang dilakukan dalam pengobatan pada

kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS

Bethesda Yogyakarta.

2). Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan pada

kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik.

3). Dengan dilakukannya penelitian ini akan mendukung pelaksanaan konsep

farmasi klinik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Tujuan Penelitian

1. Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengobatan

yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi

Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.

2. Khusus

Tujuan khusus dari penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada kasus

DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda

Yogyakarta periode tahun 2005 ini adalah :

a. mengetahui gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di

Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005 yang meliputi

jumlah kasus komplikasi nefropati, jenis kelamin, usia, diagnosis, dan tingkat

kerusakan ginjal

b. mengetahui pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005

yang meliputi golongan dan jenis obat

c. menggambarkan Drug Related Problem (DRP) yang timbul dalam pengobatan

pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS

Bethesda periode tahun 2005

d. mengetahui hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi, Gejala, dan Tanda Diabetes Melitus

Secara umum diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono,

2002). Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein yang ditandai dengan hiperglikemia serta dapat mengakibatkan komplikasi

kronis termasuk mikrovaskular dan makrovaskular (Triplitt dkk, 2005). Penyakit DM

merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan

serius. Jika tidak ditangani, penyakit tersebut akan membawa ke berbagai komplikasi

penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal

ginjal, dan kerusakan syaraf (Octa, 2003).

Gejala klasik dari penyakit DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering

buang air kecil, terutama pada malam hari, penurunan berat badan. Selain itu terdapat

pula keluhan lain seperti rasa lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, merasa

cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, gairah seks menurun, luka yang

sukar sembuh (Suyono, 2002).

Diabetes melitus sendiri ditandai dengan hiperglikemia, perubahan

metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein serta meningkatnya resiko komplikasi

penyakit vaskular (Anonim, 2000).

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin

relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam

sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50%

glukosa yang dimakan diubah menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen,

dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut

terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi utama diperoleh

dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia relatif tidak

berbahaya, kecuali bila kadar gula dalam darah tinggi sekali hingga darah menjadi

hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Glukosuria yang timbul lebih berbahaya

dibandingkan dengan hiperglikemia. Hal ini dikarenakan glukosa bersifat diuretik

osmotik, dengan adanya glukosa dalam urin maka diuresis akan sangat meningkat

disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena

adanya dehidrasi maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum

(polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi.

Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh

kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Handoko dan Suharto, 1995).

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 lebih dulu dikenal dengan sebutan Diabetes Melitus Tergantung

Insulin (DMTI) atau IDDM. Diabetes ini terjadi ketika sistem imun tubuh

merusak sel beta pankreas, yaitu sel yang menghasilkan hormon insulin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

berguna sebagai pengatur glukosa darah. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita

membutuhkan insulin dari luar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui

suntikan atau pompa. Terhitung 5% sampai 10% dari keseluruhan kasus diabetes

termasuk dalam diabetes tipe 1. Sampai saat ini belum diketahui cara mencegah

diabetes tipe ini (Anonim, 2003b)

Diabetes Melitus tipe ini merupakan hasil dari kerusakan autoimun sel β

pankreas. Tanda kerusakan imun sel β ditampakkan 90% pada waktu diagnosis,

termasuk antibodi sel islet, antibodi asam glutamat dekarboksilase, dan antibodi

untuk insulin. Diabetes Melitus tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak dan anak

muda, tetapi bisa juga terjadi pada berbagai usia (Triplitt dkk, 2005).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes tipe 2 lebih dulu disebut Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin

(DMTTI) atau NIDDM. Sekitar 90% sampai 95% dari seluruh penderita DM

termasuk dalam diabetes tipe ini. Biasanya, tipe ini dimulai dengan resistensi

insulin, suatu gangguan ketika sel tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana

mestinya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan insulin, pankreas akan

kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan insulin secara bertahap.

Diabetes tipe ini berhubungan dengan usia tua, obesitas, riwayat DM dalam

keluarga, riwayat DM Gestasional, kerusakan metabolisme glukosa, dan ras atau

etnik (Anonim, 2003b).

Diabetes Melitus tipe ini dikarakteristikan dengan resistensi insulin dan

sedikitnya sekresi insulin. Kebanyakan individu dengan DM tipe 2 menunjukkan

obesitas abdominal yang juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Hipertensi,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dislipidemia (level trigliserida yang tinggi dan level HDL-kolesterol yang

rendah) dan kenaikan level inhibitor plasminogen activator 1 (PA1) sering

muncul atau tampak pada penderita DM tipe ini (Triplitt dkk, 2005).

c. Diabetes tipe lain

1). Kerusakan genetik fungsi sel β pankreas

Kromosom 20q, HNF-4α (dulu Maturity Onset Diabetes of The Youth /

MODY1); kromosom 7p, glukokinase (dulu MODY2); kromosom 12q, HNF-

1β (dulu MODY3); kromosom 13q, faktor promoter insulin (dulu MODY4);

kromosom 17q, HNF-1β (dulu MODY5); Kromosom 2q (dulu MODY6);

mitokondria DNA.

MODY dikarakteristikan sebagai terganggunya sekresi insulin dengan

resistensi insulin yang kecil atau tidak resisten sama sekali. Ketidakmampuan

secara genetik untuk mengubah proinsulin menjadi insulin mengakibatkan

hiperglikemia ringan pada usia dini dan hal tersebut akan diwariskan pada

pola autosomal yang dominan (Triplitt dkk, 2005).

2). Kerusakan genetik dalam aksi atau kerja insulin

Resistensi insulin tipe 1, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall.

3). Penyakit pada eksokrin pankreas

Pankreatitis, pancreatectomy, neoplasia, cystic fibrosis, hemokromatosis.

4). Endokrinopati

Acromegaly, sindrom Cushing, glukagonoma, pheochromocytoma,

hipertiroidism, somatostatinoma, aldosteronoma.

5). Infeksi

Congenital rubella, cytomegalovirus.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

6). Sindrom genetik lainnya yang kadang-kadang menyertai diabetes

Sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram,

Friedreich’s ataxia, Huntington’s chorea, sindrom Laurence-Moon-Bieldel,

distropi miotonik (Triplitt dkk, 2005).

d. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan intoleransi glukosa yang

pertama kali diketahui selama kehamilan. Komplikasi DMG terjadi sekitar 7%

dari semua kehamilan. Deteksi klinis penting agar terapi dapat dilakukan

sehingga cacat dan kematian perinatal dapat diturunkan (Triplitt dkk, 2005).

Selama kehamilan, diabetes gestasional memerlukan terapi untuk menormalkan

kadar gula darah ibu untuk mencegah komplikasi pada janin. Setelah melahirkan,

5% sampai 10% wanita dengan DMG mengalami diabetes tipe 2 (Anonim,

2003b).

4. Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis dari penyakit ini dapat menggunakan 3 kriteria yaitu :

a. kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl

b. tes toleransi kadar gula dalam darah setelah 2 jam ingesti glukosa secara oral ≥

200 mg/dl atau

c. kadar glukosa dalam plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes

(Triplitt dkk, 2005).

World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association

(ADA) menetapkan kategori diagnosis penyakit DM seperti yang tercantum pada

tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Tabel I. Kategori Diagnosis Penyakit DM (Triplitt dkk, 2005)


a b
Gula Darah Puasa Gula Darah 2h ppg Gula Darah Sewaktu
Kategori
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Normal <100 <140 -
Impaired Fasting
Glucose (IFG) 100-125 140-199 -
atau Prediabetes
Diabetes Melitus ≥126 ≥200 ≥200
Keterangan :
a
Puasa didefinisikan tidak ada masukan makanan sedikitnya dalam waktu 8 jam terakhir
b
2h ppg=2 hour postload glucose (pengukuran gula darah setelah 2 jam pemberian glukosa)
dengan Oral Glucose Tolerance Test (OGTT).

B. Komplikasi Nefropati Diabetik

1. Definisi Nefropati Diabetik

Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput

penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring

(glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran atau selaput penyaring.

Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula

yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur

dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein

rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk

pada ginjal (Anonim, 2003a).

Nefropati diabetik adalah suatu komplikasi penyakit DM yang tidak

terkendali dengan baik (Astuti, 2000). Soman (2006) menuliskan nefropati diabetik

adalah sindrom klinis dengan karakteristik albuminuria (>300 mg/hari) yang

ditetapkan sedikitnya pada 2 kali pemeriksaan dengan selang waktu 3 sampai 6

bulan, penurunan tajam Glomerular Filtration Rate (GFR), dan peningkatan tekanan

darah. Nefropati diabetik merupakan komplikasi yang menyertai DM dengan angka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

kematian paling tinggi (Genuth, 2003). Sekitar 30% pasien DM tipe 1 dan kira-kira

20% pada pasien DM tipe 2 mengalami nefropati diabetik. Akan tetapi, kebanyakan

pasien DM dengan end-stage renal disease (ESRD) merupakan pasien DM tipe 2

karena prevalensi penyakit DM tipe 2 lebih besar daripada penyakit DM tipe 1 di

dunia (90% dari seluruh pasien DM) (O’Meara, Brady, dan Brenner, 2001).

2. Patofisiologi dan Gejala Nefropati Diabetik

Diabetik nefropati timbul utamanya karena kerusakan fungsi glomerulus.

Perubahan histologi glomerulus pada DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dapat dibedakan dan

terjadi pada mayoritas pasien (McPhee, Lingappa, Ganong, dan Lange, 1995).

Secara histologi, menebalnya membran dasar kapiler merupakan perubahan

paling awal. Kemudian terjadi akumulasi materi mesangial yang berdifusi sepanjang

glomerulus. Ekskresi sedikit albumin dalam level abnormal (30-300 mg/hari) dalam

urin merupakan penanda fase awal nefropati. Seiring dengan meningkatnya materi

mesangial yang mengisi glomerulus, albuminuria meningkat dan kadang-kadang

terjadi proteinuria dalam jumlah besar (Genuth, 2003). Proteinuria terjadi selama 5

sampai 10 tahun sebelum gejala lain muncul dan akan mencapai tahap ESRD dalam

kurun waktu 2 sampai 6 tahun setelah terjadi proteinuria (Anonim, 2004a). Setelah

proteinuria (ekskresi protein total lebih dari 0,5 gram/hari) meningkat atau

berkembang, kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) akan menurun hampir mencapai

level ESRD. Insiden puncak nefropati kira-kira 15-17 tahun dan sedikit menurun

setelahnya. Jika hasil pemeriksaan tidak segera menunjukkan proteinuria dalam

kurun waktu 25-30 tahun durasi diabetes, resiko ESRD akan menurun. Bersamaan

dengan atau sesaat setelah perkembangan mikroalbuminuria, hipertensi sering


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

terjadi. Hipertensi ini akan memperburuk nefropati diabetik dan merupakan

komponen penting dalam perkembangan gagal ginjal (Genuth, 2003).

Di saat pembuluh darah halus ginjal mengalami kerusakan akibat keracunan

gula, akan terjadi kebocoran protein dari dalam darah ke dalam urin. Dengan

kehilangan protein cukup banyak (melampaui 3500 mg sehari) maka kadar protein

dalam darah menjadi rendah. Cairan dalam pembuluh darah tidak dapat

dipertahankan dan akan merembes ke jaringan. Penimbunan cairan di dalam jaringan

akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan di wajah, tangan, perut, dan tungkai

bawah (Astuti, 2000).

Gangguan ginjal menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal

terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun

tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul resiko kematian (Anonim,

2003a).

Tidak ada gejala awal dalam tahap mula nefropati diabetik. Sejumlah kecil

protein di dalam urin (mikroalbuminuria) merupakan tanda pertama kerusakan ginjal.

Seiring dengan perkembangan kerusakan ginjal, jumlah protein yang masuk ke

dalam urin semakin banyak (makroalbuminuria) dan tekanan darah meningkat.

Kadar kolesterol dan trigliserid akan meningkat juga. Sebagai penurunan fungsi

ginjal, tubuh akan membengkak dan terjadi pertama kali pada kaki dan betis

(Anonim, 2004b). Gejala nefropati diabetik baru terasa saat kerusakan ginjal telah

parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,

sering cegukan, mengalami penurunan berat badan (Anonim, 2003a). Gejala

berkembang pada tahap akhir dan mungkin disebabkan oleh ekskresi protein dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

jumlah besar atau dikarenakan gagal ginjal. Gejala tersebut berupa pembengkakan

(biasanya di sekitar mata pada pagi hari dan kemudian tubuh akan membengkak

juga), urin yang berbuih, berat badan bertambah dengan tidak sengaja (karena

akumulasi cairan), pembengkakan pada kaki, nafsu makan yang berkurang, mual dan

muntah, merasa sakit, capai atau lelah, sakit kepala, sering cegukan (Anonim,

2004a).

3. Diagnosis

Pasien DM dinyatakan mengalami tahap awal nefropati diabetik jika pada 2

dari 3 kali pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan ditemukan albumin di dalam urin 24

jam ≥ 30 mg, dengan catatan tidak ditemukan penyebab albuminuria lain.

Tabel II. Kategori Kadar Albumin dalam Urin (Anonim, 2002b).


Urin dalam waktu Urin sewaktu
Urin 24 jam
Kategori tertentu (mg/mg
(mg/24 jam)
(mg/menit) kreatinin)
Normal < 30 <20 <30
Mikroalbuminuria 30-299 20-199 30-299
Makroalbuminuria ≥ 300 ≥ 200 ≥ 300

Mikroalbuminuria berarti ditemukan sejumlah kecil protein albumin di

dalam urin sesuai dengan kategori di atas. Mikroalbuminuria merupakan indikasi

adanya gangguan glomerulus pada stadium dini, dimana gangguan dapat diperbaiki

atau diobati sementara. Bila telah terjadi gagal ginjal maka pengobatan sulit

dilakukan (Anonim, 2002b).

Mikroalbuminuria dapat dilihat dengan 3 metode, yaitu :

a. pengukuran rasio albumin-kreatinin pada pengumpulan urin acak

b. pengumpulan urin 24 jam dengan kreatinin

c. pengumpulan urin selama waktu tertentu, misalnya 4 jam atau urin semalam

(Molitch, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

4. Tahap Nefropati Diabetik

Perkembangan nefropati diabetik dapat digambarkan dengan prediksi 5

tahap berikut :

a. Tahap 1, kerusakan ginjal diindikasikan dengan GFR di atas normal.

b. Tahap 2, GFR tetap meningkat atau telah kembali ke angka normal tetapi

kerusakan glomerulus telah berkembang menjadi mikroalbuminuria. Pasien pada

tahap 2 mengekskresi lebih dari 30 mg albumin dalam urinnya.

c. Tahap 3 (overt nephropathy), kerusakan glomerulus telah berkembang menjadi

albuminuria klinik dimana di dalam urin terdapat lebih dari 300 mg albumin.

d. Tahap 4, kerusakan glomerulus berlanjut dengan peningkatan jumlah albumin

dalam urin. Kemampuan menyaring dari ginjal mulai menurun, dan blood urea

nitrogen (BUN) dan creatinin (Cr) mulai meningkat.

e. Tahap 5 (end stage renal disease, ESRD), GFR turun kira-kira 10 mL/menit.

Pada tahap ini diperlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, peritoneal

dialisis, transplantasi ginjal (Anonim, 2002a).

Gambaran pasien dengan berbagai tingkat kerusakan ginjal berdasarkan

clearance creatinin (Clcr) dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Kerusakan Ginjal Berdasarkan Clcr (Shargel, Wu-Pong, dan Yu, 2005).
Tingkat Gambaran Perkiraan Clcr (mL/menit)
1 Fungsi ginjal normal >80
2 Kerusakan ginjal ringan 50-80
3 Kerusakan ginjal sedang 30-50
4 Kerusakan ginjal berat 10-30
<10
5 ESRD
Membutuhkan dialisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

C. Terapi Nefropati Diabetik

1. Tujuan Terapi

Tujuan terapi adalah untuk memperlambat laju kerusakan ginjal dan

mengontrol komplikasi terkait (Anonim, 2004a). Di samping itu, untuk mencegah

berkembangnya mikroalbuminuria menjadi makroalbuminuria, menghambat

turunnya fungsi ginjal pada pasien makroalbuminuria (Gross dkk, 2005). Terapi

untuk DM tipe 1 dan tipe 2 mengarah pada normoglikemia, mengurangi atau

menghambat laju komplikasi (retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati

diabetik). Semakin awal terapi dimulai akan semakin besar manfaatnya (Genuth,

2003).

Tujuan untuk perlindungan ginjal dan jantung pada terapi DM dengan

komplikasi nefropati mencakup :

a. kadar albumin

Tujuan terapi pada pasien dengan mikroalbuminuria adalah menurunkan kadar

albumin menjadi normoalbuminuria sedangkan tujuan terapi pasien yang

mengalami makroalbuminuria adalah menurunkan kadar protein sekecil

mungkin.

b. glomerular filtration rate (GFR)

GFR pasien dengan mikroalbuminuria harus dijaga agar tetap stabil sedangkan

pasien dengan keadaan makroalbuminuria penurunan GFR harus dijaga

<2ml/menit pertahun.

c. tekanan darah

Pada pasien DM secara umum tekanan darah dijaga tetap stabil dengan target

130/80 mmHg atau 125/75 mmHg pada pasien dengan proteinuria <1,0g/24 jam

dan mengalami kenaikan kadar kreatinin serum.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

d. kadar glycated hemoglobin (Hb A1c)

Uji klinis menunjukkan menjaga kadar Hb A1c <7% akan membantu mencegah

perkembangan mikroalbuminuria menjadi makroalbuminuria karena kadar Hb

A1c <7% berhubungan dengan penurunan resiko manifestasi nefropati secara

struktural dan klinis.

e. kadar LDL

Pada pasien DM umum kadar LDL kolesterol dijaga <100 mg/dl dan <70 mg/dl

untuk pasien dengan CVD

(Gross dkk, 2005).

Terapi pengganti ginjal berupa dialisis akan dilakukan bila Clcr mengalami

penurunan <30mL/menit/1,73m2. kriteria untuk memulai dialisis adalah status klinis

pasien yang berupa anorexia, mual, dan muntah, yang utamanya bila disertai dengan

penurunan berat badan, fatigue, dan penurunan albumin dalam serum, hipertensi

yang tidak terkontrol dan congestive heart failure (Elwell dan Foote, 2005).

2. Strategi Terapi

a. Terapi nonfarmakologi

1). Diet

Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua orang yang menderita DM.

Tujuan utamanya adalah mencapai keluaran metabolik yang optimal dan

sebagai pencegahan dan terapi untuk komplikasi (Triplitt dkk, 2005).

Mengganti daging merah dengan daging ayam dalam diet akan menurunkan

ekskresi albumin dalam urin sebesar 46% dan menurunkan kolesterol total,

kolesterol LDL, dan apoliprotein B pada pasien DM tipe 2 dengan

mikroalbuminuria (Gross dkk, 2005).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

2). Olahraga

Olahraga aerobik dapat memperbaiki resistensi insulin dan mengontrol kadar

gula darah pada kebanyakan individu, menurunkan faktor resiko

kardiovaskular, berperan dalam menurunkan atau menjaga berat badan, dan

meningkatkan kesehatan (Triplitt dkk, 2005).

b. Terapi farmakologi

Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling

penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim

pengonversi angiotensin (ACEI atau Angiotensin Converting Enzym Inhibitor) dan

atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs) (Anonim, 2003a). Penghambat ACE

menurunkan level protein dalam urin dan memperlambat laju nefropati diabetik.

Banyak studi menunjukan Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) memiliki

keuntungan yang sama dengan penghambat ACE. Faktanya, kombinasi keduanya

mungkin yang terbaik (Anonim, 2004b). Selain itu dilakukan pengendalian kadar

gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan

per hari) (Anonim, 2003a).

Pencegahan yang paling baik untuk nefropati diabetik pada DM tipe 1 dan

tipe 2 adalah mempertahankan tekanan darah tetap normal. Pada pasien DM tipe 1

dan tipe 2 normotensif yang memiliki mikroalbuminuria (30-300 mg/hari), uji klinik

menunjukkan bahwa terapi dengan ACE inhibitor menurunkan laju perkembangan

mikroalbuminuria menuju insufisiensi ginjal. Selain itu, mempertahankan glukosa

darah mendekati normal dengan terapi secara intensif juga dapat menurunkan resiko

nefropati diabetik secara signifikan. Jika end-stage renal disease (ESRD)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

berkembang, transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang lebih ditawarkan

(Genuth, 2003). Tindakan pencegahan yaitu dengan mengontrol kadar gula darah

(HbA1c <7%), mengontrol tekanan darah (tekanan darah <120/70 mmHg),

menghindari zat-zat yang potensial memperparah kerusakan ginjal seperti

antiinflamasi nonsteroid dan aminoglikosida (Soman, 2006).

1). Obat-obat untuk mengontrol tekanan darah dan untuk albuminuria

a). Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor bekerja dengan cara

menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II

dapat diblok. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat dan juga

menstimulasi sekresi aldosteron. Degradasi bradikinin juga diblok oleh ACEI.

Selain itu ACEI menstimulasi sintesis vasodilator lainnya seperti prostaglandin

E2 dan prostasiklin (Saseen dan Carter, 2005).

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor dapat menyebabkan

penurunan tekanan darah yang cepat terutama pada pasien dengan gagal ginjal

atau pasien yang mendapat terapi diuretik. ACEI harus diberikan dalam dosis

awal yang rendah dan bila mungkin terapi diuretik dihentikan selama beberapa

hari sebelum terapi dengan ACEI dimulai (Anonim, 2000).

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor ditoleransi dengan baik oleh

sebagian besar pasien tetapi bukan berarti tidak memiliki efek samping. ACEI

menurunkan aldosteron dan dapat menaikkan konsentrasi kalium dalam serum

(Saseen dan Carter, 2005). Efek samping ACEI antara lain hipotensi, pusing,

sakit kepala, letih, mual (terkadang muntah), diare (terkadang konstipasi), kram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

otot, batuk kering yang persisten, gangguan kerongkongan. Captopril, enalapril,

lisinopril, perindropil, dan ramipril termasuk dalam ACEI (Anonim, 2000).

b). Angiotensin Receptor Blokers (ARBs)

Angiotensin Receptor Blokers bekerja dengan memblok secara langsung

reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) yang memperantarai efek angiotensin II pada

manusia seperti vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, pelepasan hormon

antidiuretik, dan konstriksi arteriola eferen glomerulus. ARBs tidak memblok

reseptor angiotensin tipe 2 (AT2). Oleh karena itu, efek menguntungkan dari

stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan

pertumbuhan sel) tidak terganggu ketika ARBs digunakan (Saseen dan Carter,

2005).

Losartan, valsartan, kandesartan, dan irbesartan termasuk ARBs yang

spesifik, sifatnya mirip dengan ACEI. Berbeda dengan ACEI, obat-obat golongan

ini tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainnya, sehingga

tampaknya tidak menimbulkan batuk kering persisten yang biasanya

mengganggu terapi dengan ACEI. Karena itu, obat-obat golongan ini merupakan

alternatif yang berguna untuk pasien yang harus menghentikan ACEI akibat

batuk yang persisten. Efek samping ARBs biasanya ringan. Hipotensi simtomatik

dapat terjadi, terutama pada pasien dengan deplesi cairan (misal yang mendapat

diuretik dosis tinggi). Hiperkalemia kadang-kadang terjadi; angiodema juga dapat

terjadi (Anonim, 2000).

2). Obat-obat untuk mengontrol kadar gula darah

Beberapa antidiabetik yang biasa digunakan untuk mengontrol kadar gula

darah dalam terapi DM dapat dituliskan sebagai berikut ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

a). Sulfonilurea

Sulfonilurea merupakan terapi farmakologi garis pertama untuk pasien

DM tipe 2 yang kadar gula darahnya gagal dikendalikan dengan diet dan

olahraga, sampai metformin dan antidiabetik lainnya tersedia di Amerika Serikat

(Carlisle, Kroon, dan Koda-Kimble, 2005). Beberapa derivat sulfonilurea telah

dipakai dalam terapi, semua pada dasarnya mempunyai mekanisme kerja yang

sama. Obat ini hanya berbeda dalam hal potensi serta farmakokinetik yang

mendasari perbedaan masa kerja (Handoko dan Suharto, 1995).

Sulfonilurea menstimulasi pelepasan insulin dan sel-sel β pankreas.

Sulfonilurea dipercaya menghambat gerbang ion kalium dan menurunkan

potensial membran yang menyebabkan depolarisasi. Kemudian gerbang kalsium

akan terbuka, meningkatkan konsentrasi Ca2+ intraselular. Kenaikan konsentrasi

Ca2+ intraselular akhirnya akan menstimulasi sekresi insulin (Carlisle, Kroon, dan

Koda-Kimble, 2005). Obat ini membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi dari

sel beta pankreas dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap

rangsang glukosa fisiologik. Ini berarti bahwa obat ini hanya berkhasiat jika

produksi insulin tubuh sendiri paling kurang sebagian masih bertahan, atau

dengan kata lain obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin

(Mutschler, 1991).

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau

menyusui, dan pasien yang alergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping

utama obat ini adalah kenaikan berat badan dan retensi air (Ana, 2006). Efek

samping lain umumnya ringan dan frekuensinya rendah (Anonim, 2000).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Penggunaan sulfonilurea menunjukkan penurunan komplikasi

mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 dalam UK Prospective Diabetes Study

Group (UKPDS) (Triplitt dkk, 2005).

b). Metformin (Biguanida)

Turunan biguanida telah digunakan sebagai antidiabetika oral. Dari

senyawa ini hanya metformin yang masih tersedia. Senyawa-senyawa lain dari

golongan ini harus ditarik dari perdagangan karena cukup sering menimbulkan

laktasidosis dengan sebagian menyebabkan kematian setelah pemberian sediaan-

sediaan ini, khususnya pada penderita insufisiensi ginjal. Metformin pun masih

boleh ditulis hanya dengan tindakan yang sangat hati-hati (Mutschler, 1991).

Metformin bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan

glukosa di jaringan. Jadi, obat ini hanya efektif bila terdapat insulin endogen.

Karena kerjanya yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat

dipertukarkan. Biguanida dapat digunakan sendiri atau bersama dengan golongan

sulfonilurea (Anonim, 2000). Metformin menurunkan gula darah plasma puasa

dan kadar insulin, memperbaiki profil lipid, dan tidak menaikan berat badan

(Powers, 2001).

Secara umum metformin dapat ditoleransi oleh pasien DM. Namun,

pada beberapa individu mengalami efek samping di gastrointestinal seperti diare,

anoreksia, dan mual. Efek samping ini dapat diminimalkan dengan menaikkan

dosis perlahan-lahan (Powers, 2001).

Sediaan biguanida tidak boleh diberikan pada penderita dengan penyakit

hati berat, penyakit ginjal dengan uremia, dan penyakit jantung kongestif. Pada

keadaan gawat sebaiknya juga tidak diberikan biguanida (Handoko dan Suharto,

1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

c). Penghambat α-Glukosidase

Penghambat α-Glukosidase menurunkan hiperglikemia setelah makan

dengan menunda absorpsi glukosa. Golongan ini tidak tergantung penggunaan

glukosa atau sekresi insulin (Powers, 2001). Penghambat α-Glukosidase bekerja

dengan menghambat glukosidase di mukosa usus halus. Enzim glukosidase

bertanggungjawab dalam pemecahan polisakarida dan disakarida menjadi

glukosa yang dapat diabsorbsi dan monosakarida lainnya. Hasil yang didapat dari

penghambatan enzim glukosidase adalah penundaan absorbsi glukosa sehingga

konsentrasi gula darah setelah makan dapat diturunkan (Carlisle, Kroon, dan

Koda-Kimble, 2005).

Efek samping penggunaan penghambat α-glukosidase yang paling sering

dilaporkan adalah produksi gas dalam perut, diare, dan nyeri abdominal. Efek

samping ini terjadi karena fermentasi dari karbohidrat yang tidak diabsorbsi

dalam usus halus (Carlisle, Kroon, dan Koda-Kimble, 2005).

d). Tiazolidindion

Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh

terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferator

activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan

resistensi insulin. Senyawa-senyawa tiazolidindion juga menurunkan kecepatan

glikoneogenesis (Anonim, 2005b).

Pioglitazone mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan

meningkatkan jumlah protein transporter glukosa sehingga meningkatkan

pengambilan glukosa di sel-sel jaringan perifer. Obat ini dimetabolisme di hati.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Rosiglitazone bekerja dengan cara yang sama dengan pioglitazone. Obat ini

diekskresi melalui urin dan feses (Anonim, 2005b).

Tiazolidindion dikontraindikasikan untuk penderita DM tipe 1 karena

insulin dibutuhkan untuk kerja obat ini. Obat ini tidak boleh diberikan pada

pasien gagal jantung karena dapat memperberat edema (Carlisle, Kroon, dan

Koda-Kimble, 2005).

e). Meglitinida dan turunan fenilalanin

Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat

hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya

senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

(Anonim, 2005b).

Repaglinida merupakan turunan asam benzoat dan mempunyai efek

hipoglikemik ringan sampai sedang. Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah

pemberian per oral dan diekskresi secara cepat melalui ginjal. Efek samping yang

mungkin terjadi adalah keluhan saluran cerna (Anonim, 2005b).

Nateglinida merupakan turunan fenilalanin dan memiliki cara kerja yang

mirip dengan repaglinida. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian per oral

dan diekskresi terutama melalui ginjal. Efek samping yang dapat terjadi pada

penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi saluran nafas atas (Anonim, 2005b).

f). Insulin

Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari

pankreas babi maupun sapi, tetapi kini dapat disintesis dengan teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

rekombinan DNA menggunakan E. coli (Anonim, 2000). Insulin merupakan

hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini mempengaruhi baik

metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Insulin

menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan,

menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan

glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan mencegah penguraian glikogen,

menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa (Mutschler, 1991).

Ada beberapa bentuk insulin yang tersedia atau tengah dalam penelitian

yang ditunjukan pada tabel IV berikut.

Tabel IV. Sediaan Insulin dan Waktu Aksinya (Powers, 2001).


Waktu Aksi
No. Sediaan Insulin Onset Puncak Durasi Durasi
(jam) (jam) Efektif Maksimum
(jam) (jam)
1. Short-acting
Lispro <0,25 0,5-1,5 3-4 4-6
Regular 0,5-1,0 2-3 3-6 6-8
2. Intermediate-acting
NPH 2-4 6-10 10-16 14-18
Lente 3-4 6-12 12-18 16-20
3. Long-acting
Ultralente 6-10 10-16 18-20 20-24
Glargine 4 * 24 >24
4. Kombinasi
75% NPH, 25% regular 0,5-1 Rangkap 10-16 14-18
70% NPH, 30% regular 0,5-1 Rangkap 10-16 14-18
50% NPH, 50% regular 0,5-1 Rangkap 10-16 14-18
Keterangan : * Glargine memiliki aktifitas puncak minimal.

Kebutuhan insulin pada penderita diabetes pada umumnya berkisar

antara 5-150 unit sehari tergantung dari keadaan penderita (Handoko dan

Suharto, 1995). Pada setiap pengobatan insulin terdapat bahaya hipoglikemik

akibat kelebihan dosis. Seorang penderita diabetes yang berpengalaman, yang

mengenali secara dini gejala pertama penurunan kadar gula darah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

berlebihan, dapat mengimbangi kelebihan dosis insulin dengan mengkonsumsi

makanan yang kaya akan karbohidrat. Pada kasus yang parah dilakukan

pengobatan dengan pemberian glukosa secara parenteral (Mutschler, 1991).

Efek samping dari insulin adalah reaksi alergi. Reaksi ini dapat terjadi

secara sistemik atau lokal. Reaksi lokal terjadi 10 kali lebih sering daripada

reaksi sistemik terutama pada penggunaan yang kurang murni. Reaksi lokal

berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberapa menit

atau jam dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi

beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau

infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik

yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan

hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit,

angioudem, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), dan gangguan

pernafasan (sesak nafas, asma) (Handoko dan Suharto, 1995).

3. Rekomendasi ADA

Rekomendasi perawatan nefropati diabetes menurut ADA :

a. Level A

1) Dalam terapi albuminuria atau nefropati ACEI dan ARBs dapat digunakan :

pada pasien DM tipe 1 dengan mikroalbuminuria, ACEI merupakan pilihan

pertama. Pada pasien DM tipe 2 dengan mikroalbuminuria, ARBs merupakan

pilihan pertama.

2) Pada pasien DM tipe 2, hipertensi, makroalbuminuria, dan insufisiensi renal,

kreatinin serum >1,5mg/dl, ARBs menunjukkan penundaan laju nefropati.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

b. Level B

1) Pembatasan protein menjadi ≤0,8 g kg-1 perhari (~10% kalori harian) pada

pasien nefropati. Pembatasan lebih lanjut mungkin berguna dalam

memperlambat laju penurunan GFR pada pasien tertentu.

2) Kombinasi ACEI dan ARBs akan lebih banyak menurunkan albuminuria

daripada hanya menggunakan satu golongan obat saja.

c. Konsensus Ahli

1) Jika ACEI dan ARBs digunakan kadar kalium dalam serum dimonitor untuk

mencegah terjadinya hiperkalemia

(Molitch, 2004).

D. Farmasi Klinik

Farmasi klinik didefinisikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan oleh

seorang farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman,

tepat, dan cost effective. Kunci utamanya adalah pemantauan terapi obat yang

bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat yang tidak

diinginkan (Seto, Nita, dan Triana, 2004).

Praktek farmasi klinik yang didasarkan pada paradigma Asuhan

Kefarmasian tersebut tidak hanya dapat dipraktekkan di rumah sakit tetapi dapat juga

diterapkan pada area praktek kefarmasian lainnya, seperti di apotek, klinik, dan lain

sebagainya. Pada umumnya, praktek farmasi klinik lebih diterapkan di rumah sakit di

mana terdapat hubungan dan interaksi yang dekat antara farmasis, dokter, perawat,

dan tenaga kesehatan lainnya. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa sebagian obat

digunakan di luar rumah sakit, baik itu berupa obat yang dibeli di apotek dengan

menggunakan resep dokter ataupun sebagai obat bebas (Seto dkk, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Praktek farmasi klinik yang dilakukan oleh farmasis rumah sakit dapat

berbeda dengan yang dilakukan oleh farmasis komunitas tetapi perlu diingat bahwa

tujuannya selalu sama. Tujuan praktek farmasi klinik yaitu menyelesaikan problem

yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problem atau DRP), serta menjamin

penggunaan obat yang aman dan tepat bagi tiap penderita (Seto dkk, 2004).

Fungsi utama dari seorang farmasis klinik adalah pengumpulan data

penderita, identifikasi problem, menyusun outcome yang diinginkan, mengevaluasi

pilihan terapi, individualisasi terapi obat, dan pemantauan outcome (Seto dkk, 2004).

E. Drug Related Problem (DRP)

Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian obat.

Drug Related Problem (DRP) atau sering diistilahkan dengan Drug Therapy

Problem (DTP) adalah kejadian atau efek tidak diharapkan yang dialami pasien

dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial bersamaan dengan

outcome yang diharapkan (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998). Menurut Seto dkk

(2004) DRP adalah sebuah kejadian atau problem yang melibatkan terapi obat

penderita yang mempengaruhi pencapaian outcome. Drug Related Problem terdiri

dari aktual DRP dan potensial DRP. Aktual DRP adalah problem yang sedang terjadi

berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan pada penderita. Sedangkan

potensial DRP adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan

terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita (Seto dkk, 2004).

Penelitian terhadap masalah-masalah dalam terapi merupakan kajian yang

menarik sekaligus menantang. Masalah-masalah dalam kajian DRP dirumuskan

dalam Pharmaceutical Care Practice oleh Cipolle dkk (h 82;1998). Masalah-

masalah dalam kajian DRP dapat ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRP

disajikan dalam tabel V.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Tabel V. Drug Related Problem dan Kemungkinan Penyebabnya (Cipolle dkk, 1998).
Drug Related Problem Kemungkinan Penyebab DRP
1. Butuh obat (Need for a. Pasien dengan kondisi baru yang membutuhkan obat
additional drug b. Pasien kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat
therapy) c. Pasien dengan kondisi yang membutuhkan kombinasi
obat
d. Pasien dengan kondisi yang beresiko dan membutuhkan
obat untuk mencegahnya
2. Tidak perlu obat a. Tidak ada indikasi pada saat itu
(Unnecersary drug b. Pasien mendapat obat dalam dosis toksik
Therapy) c. Kondisi pasien akibat drug abuse
d. Pasien lebih baik disembuhkan dengan non drug terapi
e. Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup hanya
dengan single drug terapi saja
f. Pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat
lain yang seharusnya dapat dihindarkan
3. Obat tidak tepat (Wrong a. Kondisi pasien yang menyebabkan obat bekerja tidak
drug) efektif (kurang sesuai dengan indikasinya)
b. Pasien mempunyai alergi terhadap obat-obat tertentu
c. Obat yang diberikan memiliki faktor resiko
kontraindikasi dengan obat lain yang juga dibutuhkan
d. Efektif namun bukan yang paling murah
e. Efektif namun bukan yang paling aman
f. Penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap
infeksi pasien
g. Adanya kombinasi obat yang tidak perlu
4. Dosis kurang (Dosage a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan
too low) respon
b. Konsentrasi obat di bawah therapeutic range
c. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak cukup
d. Dosis dan interval obat tidak cukup
e. Pemberian obat terlalu awal
5. Dosis berlebih (Dosage a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi untuk
too high) memberikan respon
b. Konsentrasi obat di atas therapeutic range
c. Dosis obat terlalu cepat dinaikkan
d. Akumulasi obat karena penyakit kronis
e. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak sesuai
6. Efek obat yang tidak a. Obat yang diberikan kepada pasien terlalu cepat
diinginkan (Adverse b. Adanya reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu
Drug reaction / ADR) c. Ada faktor resiko yang membahayakan bagi pasien
d. Interaksi dengan obat-obatan atau makanan
e. Hasil laboratorium pasien berubah akibat obat
7. Ketidaktaatan pasien a. Pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena
(Uncomplience) medication error
b. Pasien tidak taat instruksi
c. Pasien tidak mengambil obat karena harga obat mahal
d. Pasien tidak mengambil obat karena tidak memahami
e. Pasien tidak mengambil obat karena keyakinan kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Ketika sebuah DRP terdeteksi, maka sangat penting untuk merencanakan

bagaimana cara mengatasinya. Kita harus memberikan skala prioritas untuk DRP

tersebut, yang manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas problem

tersebut didasarkan pada resiko yang mungkin timbul pada penderita (Seto dkk,

2004).

Sebagai farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRP kemudian

membuat solusi terhadap DRP tersebut sehingga tercapai terapi obat yang diharapkan

yaitu : tepat indikasi, efektif, aman, dan nyaman (Cipolle dkk, 1998).

KETERANGAN EMPIRIS

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran evaluasi pengobatan

pada kasus DM dengan komplikasi nefropati di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta pada tahun 2005.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada kasus diabetes melitus (DM)

dengan komplikasi nefropati diabetik merupakan jenis penelitian non eksperimental

dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara

retrospektif.

B. Definisi Operasional

1. Kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik adalah seluruh kasus dengan

diagnosis masuk DM dan komplikasi gangguan pada ginjal yang terdapat di

Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005. Bila seorang

pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap sebanyak dua kali maka dihitung sebanyak

2 kasus.

2. Pasien rawat inap adalah pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang

menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005.

3. Nefropati diabetik adalah salah satu komplikasi dari penyakit DM yang tercatat

dalam diagnosis masuk setiap kasus dengan kode rekam medis E 14.2.

4. Pengobatan adalah salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk

menangani suatu penyakit dengan menggunakan obat.

5. Golongan obat adalah kelompok obat yang dikelompokkan berdasarkan efek

terapi dari setiap kelas terapi yang diberikan kepada pasien DM dengan

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

komplikasi nefropati diabetik, misalnya golongan insulin, golongan Antidiabetik

Oral (ADO), golongan antihipertensi.

6. Jenis obat adalah nama obat yang diresepkan kepada pasien DM dengan

komplikasi nefropati dalam bentuk generik, misalnya glibenklamid, metformin,

kaptopril.

7. Drug Related Problem (DRP) adalah permasalahan yang muncul dalam farmasi

klinis yang meliputi: indikasi tidak mendapat obat, pilihan obat tidak tepat, dosis

terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, obat tanpa indikasi, efek obat yang tidak

diinginkan.

8. Evaluasi DRP adalah melihat kembali serta mengumpulkan tindakan pengobatan

dengan obat (drug therapy) kemudian menyesuaikan dengan prosedur yang ada.

9. Rekam medis adalah catatan yang berisi data klinis pasien di RS yang meliputi

nomor rekam medis, nomor pendaftaran, nama pasien, umur pasien, jenis

kelamin pasien, diagnosis, pengobatan yang diterima,dan sebagainya.

10. Hasil pengobatan adalah hasil dari pengobatan yang telah diberikan dilihat dari

keadaan pasien saat keluar dari RS, terbagi menjadi lama tinggal pasien, alasan

kepulangan pasien, dan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di

Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005. Berdasarkan data

dari unit rekam medis RS Bethesda Yogyakarta diperoleh 48 kasus DM yang

didiagnosis mengalami komplikasi nefropati diabetik. Dari 48 kasus tersebut jumlah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

kasus yang diteliti hanya sebanyak 30 kasus karena dokumen 18 kasus lainnya telah

disimpan dalam tempat penyimpanan. Hal ini dikarenakan pasien sudah meninggal

sehingga dokumennya tidak dikeluarkan lagi.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian berupa data dari rekam medis pasien DM dengan

komplikasi nefropati diabetik rawat inap di RS Bethesda Yogyakarta pada periode

tahun 2005.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Pengobatan pada Kasus DM dengan

Komplikasi Nefropati Diabetik dilakukan di unit rekam medis RS Bethesda

Yogyakarta Jalan Jendral Sudirman no.70 Yogyakarta.

F. Tata Cara Penelitian

Tata cara atau jalannya penelitian dilakukan secara bertahap dengan alur

sebagai berikut ini.

1. Perencanaan

Pada tahap ini melakukan analisis situasi, penentuan masalah serta

pencarian informasi standar penatalaksanaan, terutama mengenai pengobatan

untuk menangani penyakit nefropati diabetik di RS Bethesda Yogyakarta.

Analisis situasi dilakukan dengan mencari informasi mengenai distribusi penyakit

DM beserta komplikasinya di RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005

melalui unit rekam medisnya. Pada tahap ini diketahui data rekam medis kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

DM di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda sebesar 400 kasus dan dari 400 kasus

tersebut sebanyak 48 kasus merupakan DM dengan komplikasi nefropati

diabetik. Laporan tersebut digunakan sebagai acuan penentuan masalah.

2. Pengambilan data

Tahap pengambilan data meliputi proses-proses berikut ini.

a. Proses penelusuran data

Proses penelusuran data dilakukan dengan melihat data dari unit rekam medis

RS Bethesda. Dari data tersebut diketahui jumlah kasus dan nomor rekam

medis kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Selanjutnya nomor

rekam medis digunakan untuk menelusuri lembar catatan rekam medis secara

keseluruhan. Dari 48 kasus DM dengan komplikasi nefropati yang terdapat di

RS Bethesda, sebanyak 18 kasus tidak terdapat dokumen rekam medisnya

karena pasien sudah meninggal dan dokumen tersebut tidak dikeluarkan lagi.

Dengan demikian total kasus pada penelitian ini menjadi 30 kasus.

b. Proses pengambilan data

Proses pengambilan data ini dilakukan pada kasus DM dengan komplikasi

nefropati diabetik melalui dokumen rekam medisnya. Kemudian dokumen

rekam medis tiap kasus ditelusuri dengan menggunakan nomor rekam medis

yang sudah didapat pada proses penelusuran data dan data-data tiap kasus

tersebut dicatat.

c. Proses pencatatan data

Proses ini dilakukan dengan mencatat data yang ada di dokumen rekam medis

tiap kasus. Data yang dicatat meliputi : nomor rekam medis, usia, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

kelamin, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, diagnosis masuk dan

diagnosis keluar, keluhan, tindakan yang telah dilakukan, riwayat penyakit,

jenis obat, jumlah obat, dosis, cara pemberian, waktu pemberian, bentuk

sediaan, serta data laboratorium.

3. Pengolahan data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan atau grafik dengan beberapa

keterangan. Data identifikasi kasus DRP juga disajikan dalam bentuk tabel.

4. Analisis hasil

Analisis hasil dilakukan dengan menganalisis data yang telah

dikumpulkan dan dicatat yaitu dengan memberikan gambaran profil kasus dan

gambaran umum pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik serta identifikasi DRP. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel beserta

uraian penjelasan. Analisis hasil tersebut diuraikan dalam penjelasan di bawah

ini.

a. Gambaran profil kasus

Gambaran profil kasus meliputi jenis kelamin dan usia dalam kasus

DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Presentase jenis kelamin dihitung

berdasarkan banyaknya kasus dengan jenis kelamin tertentu dibagi jumlah

total kasus dikali 100%.

Berdasarkan usia, kasus dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu

kelompok usia 25 tahun sampai usia 44 tahun, kelompok usia 45 tahun

sampai usia 64 tahun, dan kelompok usia 65 tahun dan 65 tahun ke atas.

Presentase kelompok usia dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

termasuk ke dalam kelompok umur tertentu dibagi dengan jumlah total kasus

dikalikan 100%.

b. Gambaran pola pengobatan

Gambaran pola pengobatan dilakukan dengan menghitung kelas

terapi obat, golongan obat, dan jenis obat yang diberikan dalam kasus DM

dengan komplikasi nefropati diabetik. Kemudian dihitung presentasenya.

Presentase kelas terapi obat dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang

menerima kelas terapi tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dikali dengan

100%. Presentase golongan obat dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang

menerima golongan obat dari kelas terapi tertentu dibagi dengan jumlah total

kasus dikali dengan 100%. Sedangkan presentase jenis obat dihitung

berdasarkan banyaknya kasus yang menerima jenis obat dari golongan obat

tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dikali dengan 100%.

c. Evaluasi per kasus DRP

Evaluasi dilakukan dengan melihat pengobatan dan hasil

laboratorium setiap kasus kemudian dibandingkan dengan standar dan diberi

rekomendasi yang tepat. Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000, rekomendasi dari

ADA, dan MIMS Indonesia 2005.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Profil Kasus Diabetes Melitus (DM) dengan Komplikasi


Nefropati Diabetik

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang bisa diderita oleh siapa

saja tanpa memandang usia, jenis kelamin bahkan status sosial. Hasil yang diperoleh

dari data rekam medis jumlah kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dan

menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda sebanyak 48 kasus.

Berikut daftar distribusi macam-macam komplikasi penyakit DM di

Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun 2005.

Tabel VI. Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat


Inap RS. Bethesda Tahun 2005
No. Diagnosa Jumlah
1. DM unspecified 203
2. DM dengan Ulcer 89
3. DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik 48
4. DM dengan Koma 36
5. DM dengan Ketoasidosis 7
6. DM dengan Arthropathy 6
7. DM dengan Komplikasi Mata 2

Dari tabel VI dapat dilihat bahwa kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik menempati urutan ketiga di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun

2005 dengan jumlah 48 kasus. Namun, sebanyak 18 kasus dari 48 kasus tersebut

tidak ditemukan lembar rekam medisnya karena pasien sudah meninggal sehingga

jumlah kasus yang diteliti menjadi 30 kasus. Dari jumlah tersebut kemudian

diperoleh gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik berupa

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

jenis kelamin, usia, dan diagnosis. Pengelompokan tersebut akan lebih dijelaskan

pada uraian di bawah ini.

1. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin

Pengelompokan kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik

berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Perempuan
43.3%
Laki-laki,
56.7%

Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati


Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun
2005

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada kasus DM dengan komplikasi

nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap di RS Bethesda Yogyakarta periode tahun

2005 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 56,7% dari jumlah

kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang ditemukan dalam penelitian

ini. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan ukuran bahwa prevalensi DM lebih banyak

terjadi pada laki-laki. Diabetes Melitus dapat diderita oleh siapa saja baik laki-laki

maupun perempuan.

2. Gambaran Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik

dikelompokkan dalam 3 kelompok usia. Pada penelitian ini pengelompokan dimulai

dari usia 25 tahun sampai 44 tahun, usia 44 tahun sampai 64 tahun, dan usia 65 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dan lebih dari 65 tahun (usia lanjut). Gambaran distribusi usia pada kasus DM

dengan komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada gambar 2.

3.3%
16.7%

25-44 tahun
45-64 tahun
≥ 65 tahun

80.0%

Gambar 2. Distribusi Usia pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di


Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005

Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada kasus DM dengan komplikasi

nefropati diabetik paling banyak masuk ke dalam kelompok usia 45-64 tahun yaitu

sebesar 80,0% dari jumlah kasus yang ada. Kelompok usia ≥ 65 hanya berjumlah 1

kasus atau sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 kasus DM

dengan komplikasi nefropati diabetik yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS

Bethesda lebih banyak berusia 45-64 tahun. Diabetes Melitus bisa mulai diderita

pada saat usia pasien di bawah 40 tahun atau bisa saja pada saat pasien masih dalam

dalam usia remaja. Hanya saja gejalanya baru dirasakan setelah beberapa tahun

kemudian atau bahkan saat pasien sudah mengalami gangguan pada organnya. Hal

inilah yang mendorong pasien untuk memeriksakan kesehatannya sehingga DM baru

terdeteksi. Usia di atas 40 tahun merupakan usia di mana seseorang mulai rentan

dengan berbagai penyakit karena kemampuan organ-organ tubuh mulai menurun dan

dapat diperparah dengan pola hidup yang tidak baik. Apabila orang tersebut

menderita DM dan tidak segera diketahui maka terlambatnya pengontrolan kadar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

gula di dalam darah segera mengembangkan penyakit DM ke arah komplikasi.

Kesadaran seseorang dalam memeriksakan kesehatannya diperlukan untuk

mengetahui adanya penyakit DM sehingga perkembangannya ke arah komplikasi

dapat segera dicegah dan dihambat.

3. Gambaran Berdasarkan Diagnosis

Diagnosis yang ditulis dalam rekam medis pada kasus DM dengan

komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tidak hanya

nefropati saja melainkan ada beberapa penyakit lain yang juga menyertai saat pasien

datang ke RS Bethesda. Gambaran diagnosis pada kasus DM dengan komplikasi

nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Distribusi Diagnosis pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Jumlah Kasus Presentase
No. Diagnosis
(n=30) (%)
1. DM + Nefropati (tanpa penyakit lain) 23 76,7
2. DM + Nefropati + Ulkus 2 6,7
3. DM + Nefropati + CRF 2 6,7
4. DM + Nefropati + Udem 1 3,3
5. DM + Nefropati + Retinopati + Hipertermi 1 3,3
6. DM + Nefropati + Jantung Iskemi 1 3,3

4. Gambaran Berdasarkan Tingkat Kerusakan Ginjal

Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa presentase kerusakan ginjal terbesar

adalah pada tingkat 4 dan 5. Hal ini dapat terjadi karena pada tingkat awal penyakit

DM dengan komplikasi nefropati diabetik kerusakan ginjal belum dapat dirasakan

oleh penderita. Kemudian ketika penderita mulai merasakan gejala-gejala yang

ditimbulkan oleh penyakit ini, kerusakan ginjal sudah memasuki tingkat selanjutnya

dan bila tidak segera diobati akan dapat memperburuk keadaan. Pada tingkat 4

penderita belum mendapatkan terapi penggantian ginjal. Namun, bila nefropati


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

diabetik ini terus berkembang maka penderita akan sampai pada tingkat akhir yaitu

ESRD. Pada tingkat 5 diperlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis.

50.0%

40.0% 40.0%
40.0%
Presentase Kasus

30.0%

16.7%
20.0%

10.0%
3.3%
0.0% 0.0%
0.0%
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 #

Tingkat Kerusakan Ginjal

Keterangan # : tidak dilakukan pemeriksaan kreatinin


Gambar 3. Distribusi Tingkat Kerusakan Ginjal pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005

B. Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan


Komplikasi Nefropati Diabetik

Pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dilakukan

terutama pada pengontrolan kadar gula darah pasien. Pengontrolan tekanan darah

juga penting dilakukan untuk melindungi fungsi ginjal. Selain itu pada kasus DM

dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tidak

hanya didiagnosis penyakit DM saja, tetapi juga penyakit lain seperti ulkus,

hipertensi, gangguan pernafasan, dan lain sebagainya yang terjadi sebelum atau

mungkin saja terjadi selama menjalani masa perawatan sehingga diperlukan

pengobatan untuk mengatasi penyakit tersebut. Dengan demikian, pengobatan yang

diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Inap RS Bethesda tidak hanya 1 atau 2 kelas terapi saja tetapi terdiri dari beberapa

kelas terapi. Distribusi kelas terapi yang diberikan pada kasus DM dengan

komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik
No. Kelas Terapi Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Vitamin dan Mineral 29 96,7
2. Obat Sistem Kardiovaskuler 28 93,3
3. Obat Antidiabetik 22 73,3
4. Obat Sistem Saraf Pusat 22 73,3
5. Antianemia 22 73,3
6. Obat Saluran Cerna (Gastrointestinal) 19 63,3
7. Antiinfeksi 16 53,3
8. Nutrisi 11 36,7
9. Obat Sistem Genital - Urinaria 10 33,3
10. Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi 8 26,7
11. Analgesik 7 23,3
12. Obat Sistem Saluran Pernafasan 5 16,7
13. Obat lain-lain 3 10,0
14. Obat Mata 2 6,7
15. Obat Hormon 1 3,3

Dari tabel VIII dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak diberikan

dalam kasus DM dengan komplikasi nefropati adalah kelas terapi vitamin dan

mineral dengan presentase 96,7% dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler

dan dengan presentase sebesar 93,3%.

1. Obat Antidiabetik

Penyakit DM merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah

yang tinggi. Pengontrolan kadar gula di dalam darah sangat penting dilakukan karena

kadar gula darah yang tinggi tersebut bila tidak segera dikontrol akan dapat

mempengaruhi sistem organ. Bila seseorang memiliki kadar gula darah yang tinggi

dalam waktu yang lama dan tidak segera diketahui dan dikontrol maka komplikasi

akan terjadi. Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan mengatur pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

makan, mengatur aktifitas fisik, dan pemberian obat antidiabetik. Obat antidiabetik

dapat diberikan apabila terapi non farmakologis seperti pengaturan pola makan dan

aktifitas fisik tidak dapat mengontrol kadar gula darah, khususnya pada DM tipe 2.

Selain itu pemberian obat antidiabetik yaitu golongan insulin diperlukan bagi pasien

yang benar-benar membutuhkan insulin karena ada gangguan dalam sekresi

insulinnya. Terdapat 2 golongan obat dari kelas terapi obat hipoglikemik yang

diberikan kepada pasien DM dengan komplikasi nefropati yaitu golongan obat

insulin dan obat antidiabetik oral (ADO). Gambaran golongan obat antidiabetik dapat

dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik
No. Golongan Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Insulin 12 40,0
2. Obat Antidiabetika Oral 26 86,7

Pada penelitian ini terdapat 8 kasus yang tidak diberikan obat antidiabetik.

Pasien dari kedelapan kasus tersebut menjalani terapi hemodialisis sehingga dapat

diartikan pasien-pasien dari kedelapan kasus tersebut sudah mengalami penurunan

fungsi ginjal yang cukup parah atau bahkan sudah mengalami gagal ginjal. Pasien

tidak diberikan obat antidiabetik untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang

semakin parah. Pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal perlu mendapat

perhatian dalam menggunakan ADO karena ADO diekskresi di ginjal, sedangkan

golongan insulin dieliminasi oleh ginjal dan hati. Gangguan fungsi ginjal yang berat

lebih berpengaruh terhadap eliminasi insulin daripada gangguan fungsi hati karena

hati telah berfungsi maksimal sehingga tidak dapat meningkatkan eliminasi. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

insulin yang terdapat di dalam tubuh tidak dieliminasi maka kemungkinan akan

terjadi hipoglikemia.

Seharusnya obat antidiabetik tetap diberikan untuk mengontrol kadar gula

darah pasien, apabila dalam pemeriksaan kadar gula darah suatu kasus melebihi batas

normal. Namun, pemberian obat antidiabetik tersebut perlu ditinjau kembali yaitu

dengan melihat kemungkinan apakah terjadinya resiko kerusakan ginjal lebih besar

daripada manfaat yang diberikan dari obat antidiabetik tersebut ataukah sebaliknya.

Apabila resiko kerusakan ginjal lebih besar daripada manfaat yang diberikan obat

antidiabetik maka pada kasus tersebut tidak diberikan obat antidiabetik terlebih

dahulu.

Dari tabel IX terlihat bahwa pemberian ADO lebih besar daripada

pemberian insulin. Presentase penggunaan obat antidiabetik melebihi 100% karena

pada beberapa kasus menggunakan kombinasi antara insulin dengan 1 jenis ADO

sebanyak 2 kasus, kombinasi antara insulin dengan 2 jenis ADO sebanyak 3 kasus,

kombinasi antara insulin dengan 3 jenis ADO sebanyak 1 kasus, kombinasi insulin

dengan insulin sebanyak 2 kasus, dan kombinasi ADO dengan ADO sebanyak 2

kasus. Kombinasi tersebut digunakan untuk mengoptimalkan pengontrolan kadar

gula darah pasien. Obat Antidiabetik Oral diindikasikan untuk DM tipe 2 ringan

sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan

karbohidrat serta olahraga.

Insulin diindikasikan untuk DM tipe 1 dan juga untuk DM tipe 2 yang kadar

gula darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan ADO. Pada penelitian ini

DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dibedakan dalam diagnosisnya. Penggunaan insulin


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

membantu pasien DM dalam proses penyerapan gula dalam tubuh. Pada pasien DM

tipe 1, pemberian insulin sangat diperlukan karena sel beta pankreasnya sudah tidak

dapat menghasilkan insulin. Pada DM tipe 2, penggunaan insulin diperlukan

berkaitan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan reseptor insulin

menjadi kurang peka terhadap insulin endogen sehingga diperlukan insulin eksogen.

Di samping DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang tidak dapat dikendalikan dengan

diet dan ADO, indikasi penggunaan insulin yaitu DM dengan berat badan yang

menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM pasca bedah pankreas, pasien DM

yang memiliki kontraindikasi dengan ADO, ketoasidosis, dan DM dengan

kehamilan.

Pasien yang mendapat pengobatan baik dengan ADO, insulin ataupun

kombinasinya perlu diwaspadai resiko terjadinya hipoglikemia. Oleh karena itu,

penggunaannya perlu diperhatikan baik dosis maupun waktu obat tersebut harus

digunakan (sebelum, bersama, atau sesudah makan). Jumlah golongan dan jenis obat

antidiabetik dapat dilihat pada tabel X.

Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Insulin kerja singkat Insulin 6 20,0
2. Insulin kerja sedang mula Insulin 2 6,7
kerja singkat Insulin 1 3,3
3. Insulin sediaan campuran Insulin 1 3,3
Insulin 2 6,7
4. Sulfonilurea Glikazid 3 10,0
Glibenklamid 1 3,3
Glikuidon 7 23,3
Glimepiride 6 20,0
5. Biguanida Metformin 2 6,7
6. Penghambat α glukosidase Akarbosa 7 23,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Terdapat 3 golongan ADO yang diberikan yaitu sulfonilurea, biguanida, dan

penghambat α glukosidase. Golongan sulfonilurea merupakan golongan yang paling

banyak diberikan. Golongan sulfonilurea bekerja dengan cara merangsang pankreas

untuk memproduksi insulin lebih banyak. Oleh karena itu, obat ini efektif apabila sel

beta pankreas masih dapat berproduksi. Jenis obat dari golongan sulfonilurea yang

diberikan adalah Glikazid, Glibenklamid, Glikuidon, dan Glimepirid. Glikuidon

merupakan jenis obat dari golongan sulfonilurea yang paling banyak diberikan

kepada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Glikuidon memiliki onset

(mula kerja) kurang dari 1 jam dan memiliki durasi yang relatif singkat (8 sampai 10

jam) dibandingkan dengan sulfonilurea yang lain. Pasien DM dengan komplikasi

nefropati yang dirawat di RS Bethesda tidak hanya menderita penyakit DM saja

tetapi juga penyakit lainnya yang juga membutuhkan pengobatan. Obat antidiabetik

yang diberikan diharapkan memiliki mula kerja yang singkat agar penyerapan

glukosa dapat segera terjadi pada saat pasien makan dan setelah makan. Selain itu

juga diperlukan durasi yang singkat agar pasien dapat diberikan obat untuk

mengatasi penyakit atau gejala lain yang dialami oleh pasien DM sehingga interaksi

obat yang mungkin dapat terjadi antara ADO dengan obat lain dapat dihindari. Oleh

karena itu, Glikuidon paling banyak diberikan dari golongan sulfonilurea.

Dari tabel X dapat dilihat juga bahwa jenis obat yang memiliki angka

pemberian sama banyaknya dengan Glikuidon adalah Akarbosa. Obat tersebut

termasuk ke dalam golongan penghambat α glukosidase. Cara kerjanya yaitu dengan

menghambat enzim α glukosidase. Penghambatan tersebut akan menurunkan

absorpsi sari pati, dekstrin dan disakarida setelah makan sehingga kenaikan kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

gula darah setelah makan dapat diturunkan. Golongan ini tidak tergantung

penggunaan glukosa maupun sekresi insulin. Jadi, obat ini dapat dipakai untuk semua

pasien DM. Sama halnya dengan kelompok glikuidon dari golongan sulfonilurea,

Akarbosa juga memiliki onzet yang cepat yaitu 30 menit dan durasi yang singkat

yaitu 4 jam.

Metformin bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan

meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini efektif jika terdapat insulin

endogen. Metformin termasuk ke dalam golongan biguanida.

Dari golongan insulin, insulin dengan kerja singkat paling banyak diberikan,

diikuti dengan insulin kerja sedang mula kerja singkat dan insulin sediaan campuran.

Sama seperti ADO, penggunaan insulin juga diharapkan memiliki kerja atau durasi

yang singkat agar pasien yang harus diberikan obat dari kelas terapi lain yang

mungkin dapat menimbulkan interaksi dapat dihindarkan.

2. Vitamin dan Mineral

Kelas terapi vitamin dan mineral terdiri dari golongan elektrolit dan mineral,

kalsium / dengan vitamin, vitamin B / dengan vitamin C, dan vitamin K. Kasus DM

dengan komplikasi nefropati diabetik di RS Bethesda menerima kelas terapi vitamin

dan mineral yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi pasien karena kehilangan

cairan atau dehidrasi dan kehilangan elektrolit yang dapat terjadi melalui saluran

kemih atau saluran cerna. Kehilangan melalui saluran cerna dapat terjadi akibat

muntah dan diare. Selera makan yang menurun dapat mengakibatkan berkurangnya

asupan vitamin dan mineral dari luar. Pada kondisi ini pasien juga dapat diberikan

vitamin dan mineral.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Elektrolit dan mineral merupakan golongan obat yang paling banyak

diberikan dengan presentase 90,0%. Elektrolit dan mineral dapat diberikan jika diet

diketahui tidak memadai atau asupan gizi tidak mencukupi. Jenis obat yang paling

banyak diberikan dari golongan obat ini adalah Asering dengan presentase sebesar

46,7% diikuti dengan Maltosa dengan presentase sebesar 43,3%. Asering

diindikasikan untuk terapi cairan pengganti yang hilang secara akut. Sedangkan

Maltosa diberikan dengan tujuan mensuplai penambahan air dan karbohidrat pada

pasien DM. NaCl kombinasi digunakan untuk mengganti air dan elektrolit pasien

DM dengan komplikasi nefropati yang mungkin hilang karena pasien mengalami

dehidrasi akibat terlalu banyaknya cairan yang dikeluarkan.

Tabel XI. Golongan dan Jenis Vitamin dan Mineral pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
Jumlah Jumlah
Presentase Presentase
No. Golongan Obat Kasus Jenis Obat Kasus
(%) (%)
(n=30) (n=30)
1. Elektrolit dan 27 90,0 Asering 14 46,7
Mineral Tutofusin Ops 1 3,3
Maltosa 13 43,3
NaCl 7 23,3
NaCl 11
36,7
kombinasi
Kalium L- 4
13,3
aspartat
Dextrose 5% 4 13,3
Dextrose 10% 3 10,0
Dextrose 40% 3 10,0
2. Kalsium / 24 80,0 Kalsium 19 63,3
dengan Vitamin Karbonat
Kalsium 6 20,0
Garam 1 3,3
kalsium
3. Vitamin B / 4 13,3 Vitamin B1 3 10,0
dengan Vitamin Vitamin B1, 3 10,0
C B6, B12
4. Vitamin K 1 3,3 Vitamin K 1 3,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Golongan terbanyak kedua setelah elektrolit dan mineral yang diberikan

kepada pasien DM dengan nefropati adalah golongan kalsium / dengan vitamin. Jenis

obat kalsium / dengan vitamin yang paling banyak diberikan adalah Kalsium

Karbonat dengan presentase 63,3%. Pasien DM dengan komplikasi nefropati

membutuhkan suplemen kalsium untuk mencegah terjadinya kekurangan kalsium

akibat penggunaan diuretik atau akibat banyaknya urin yang dikeluarkan oleh pasien.

Vitamin diberikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi spesifik.

3. Obat Sistem Kardiovaskuler

Pada pengobatan DM dengan komplikasi nefropati memberikan obat sistem

kardiovaskuler juga penting dilakukan karena pada beberapa pasien memiliki

tekanan darah yang melebihi normal dan gangguan lain di sistem kardiovaskuler.

Obat sistem kardiovaskuler yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi

nefropati terdiri dari beberapa golongan. Golongan obat sistem kardiovaskuler dapat

dilihat pada tabel XII.

Diuretik kuat merupakan kelas terapi dari obat kardiovaskuler yang paling

banyak diberikan dengan presentase sebesar 86,7%. Diuretik menambah kecepatan

pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan udem yaitu

dengan mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel

kembali menjadi normal. Pada beberapa pasien terjadi udem pada kaki atau organ

lainnya. Udem yang terjadi ini merupakan akibat dari penurunan fungsi ginjal.

Diuretik kuat digunakan untuk menghambat proses reabsorpsi elektrolit dari

lengkung Henle asending.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Jenis obat dari golongan diuretik kuat yang paling banyak diberikan adalah

Furosemid dengan presentase sebesar 76,7% seperti yang dapat dilihat dalam tabel

XII. Hal ini dikarenakan banyak kasus yang datang ke RS Bethesda mengeluhkan

bengkak-bengkak yang terjadi pada kaki dan anggota tubuh yang lain. Diuretik

hemat kalium menyebabkan retensi kalium sehingga dapat digunakan sebagai

alternatif yang lebih efektif daripada memberikan suplemen kalium pada penggunaan

diuretik kuat atau diuretik tiazid.

Obat sistem kardiovaskuler digunakan untuk mengontrol tekanan darah

pasien, mengobati penyakit jantung yang dialami oleh beberapa pasien dan juga

untuk melindungi fungsi ginjal terutama obat-obat antihipertensi seperti yang telah

disebutkan sebelumnya. Obat antihipertensi yang banyak diberikan pada kasus DM

dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda adalah

antihipertensi penghambat ACE. Antihipertensi penghambat ACE dianjurkan untuk

penderita DM yang mengalami komplikasi nefropati. Antihipertensi penghambat

ACE bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin

II. Dengan demikian pembentukan angiotensin II akan berkurang. Angiotensin II

menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah dan paling kuat terjadi pada

pembuluh darah ginjal. Pembentukan angiotensin II yang berkurang karena adanya

penghambat ACE menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal. Dilatasi ini

diperkirakan akan mengurangi perbedaan tekanan hidraulik pada pembuluh darah

kapiler glomerulus sehingga dapat mengurangi kebocoran albumin. Dengan

demikian, ginjal dapat terlindungi karena kerusakan membran dasar glomerulus

dikurangi. Dari tabel XII, Kaptopril merupakan penghambat ACE yang paling

banyak digunakan dengan presentase sebesar 33,3%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
Jumlah Jumlah
Presentase Presentase
No. Golongan Obat Kasus Jenis Obat Kasus
(%) (%)
(n=30) (n=30)
1. Glikosida 1 3,3 Digoksin 1 3,3
Jantung
2. Antihipertensi 13 43,3 Kaptopril 10 33,3
Penghambat Perindopril 2 6,7
ACE Lisinopril 1 3,3
3. Antihipertensi 2 6,7 Klonidin 2 6,7
yang Bekerja
Sentral
4. Antihipertensi 14 46,7 Kalium 1 3,3
Antagonis losartan
Reseptor Telmisartan 1 3,3
Angiotensin II Irbesartan 12 40,0
5. Antiangina 13 43,3 Amlodipin 10 33,3
Antagonis besilat
Kalsium Nifedipin 3 10,0
6. Antiangina Nitrat 2 6,7 Isosorbid 2 6,7
dinitrat
7. Antiaritmia 1 3,3 Amiodarone 1 3,3
8. Diuretika Kuat 26 86,7 Furosemid 23 76,7
Torasemid 3 10,0
9. Diuretika Hemat 4 13,3 4 13,3
Spironolakton
Kalium
10. Diuretika 2 6,7 Indapamid 1 3,3
Golongan Tiazid Hidroklortiazid 1 3,3
11. Antikoagulan, 12 40,0 Asetosal 10 33,3
Antiplatelet, Enoksaparin 1 3,3
Fibrinolitik Heparin 1 3,3
12. Hemostatik 2 6,7 Asam 1 3,3
Traneksamat
Karbazokrom 1 3,3
Na.sulfonat
13. Vasodilator 3 10,0 Pentoksifilin 2 6,7
Perifer Sitikolina 1 3,3
14. Obat 3 10,0 Fenofibrat 2 6,7
Hipolipidemik Simvastatin 1 3,3

Selain golongan antihipertensi penghambat ACE, golongan antihipertensi

antagonis reseptor angiotensin II juga banyak diberikan pada kasus DM dengan

komplikasi nefropati diabetik. Sifat obat golongan ini mirip dengan golongan

antihipertensi penghambat ACE. Namun, obat ini tidak menghambat pemecahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

bradikinin sehingga tidak menimbulkan batuk kering yang biasanya timbul pada

pengobatan dengan penghambat ACE. Sehingga golongan obat ini digunakan

sebagai alternatif untuk pasien yang harus menghentikan obat penghambat ACE

karena batuk yang timbul. Irbesartan merupakan jenis obat dari golongan

antihipertensi antagonis reseptor angiotensin II yang paling banyak ditemukan dalam

penelitian ini.

Pada penelitian ini juga diberikan antiangina pada kasus dengan riwayat

hipertensi dan profilaksis angina. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi

platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri.

Obat hipolipidemik yang diberikan terdiri dari jenis obat fenofibrat dan simvastatin.

Golongan obat ini digunakan untuk menurunkan kadar lipid pada pasien yang

mengalami hiperlipidemia. Hemostatik diberikan untuk menghentikan perdarahan.

Pentoksilfilin sebagai vasodilator perifer bekerja mempengaruhi sifat aliran darah

dengan cara menurunkan viskositas darah dan memperbaiki fluiditas eritrosit.

4. Obat Sistem Saraf Pusat

Obat sistem saraf pusat yang diberikan di sini adalah obat untuk mual dan

vertigo, nootropik dan neurotonik, ansiolitik, antipsikotik, dan antiparkinson. Tabel

XIII menunjukkan golongan obat sistem saraf pusat yang diberikan.

Obat nootropik dan neurotonik merupakan obat yang paling banyak

diberikan dengan presentase 66,7%. Mekobalamin merupakan obat yang paling

banyak diberikan dari golongan ini. Obat ini diindikasikan untuk neuropati perifer.

Pasien DM dengan komplikasi nefropati juga mengalami mual yang

mungkin saja terjadi karena efek samping obat atau mual biasa yang menyertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

vertigo. Mual yang dialami pasien juga merupakan salah satu gejala dari nefropati

diabetik.

Haloperidol merupakan obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi

pasien yang gelisah, berontak, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, dan

mengalami halusinasi. Haloperidol bekerja dengan menghambat reseptor dopamin di

otak sehingga menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal seperti parkinson.

Untuk itu haloperidol diberikan bersama dengan obat triheksifenidil. Triheksifenidil

merupakan obat antiparkinson yang dasar kerjanya mengurangi efektifitas kolinergik

yang berlebihan di ganglia basal. Obat ini digunakan untuk mengatasi parkinson

akibat obat.

Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Ansiolitik 9 30,0 Klobazam 2 6,7
Diazepam 4 13,3
Alprazolam 3 10,0
2. Obat untuk Mual 5 16,7 Ondansetron 3 10,0
dan Vertigo Dimenhidrinat 1 3,3
Betahistamin 1 3,3
3. Antipsikotik 5 16,7 Klorpromasin 1 3,3
Haloperidol 3 10,0
Aripripazol 1 3,3
4. Antiparkinson 2 6,7 Triheksifenidil 2 6,7
5. Nootropik dan 20 66,7 Pirasetam 6 20,0
Neurotonik Mekobalamin 14 46,7

5. Antianemia

Pada kelas terapi antianemia diberikan golongan antianemia untuk anemia

defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia karena gagal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

ginjal. Distribusi pemberian golongan obat antianemia pada kasus DM dengan

komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel XIV berikut ini.

Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Antianemia pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Anemia 3 10,0 Ferofumarat 1 3,3
defisiensi besi FeOH3 2 6,7
2. Anemia 21 70,0 Asam Folat 21 70,0
megaloblastik
3. Anemia 7 56,7 Epoetin β 2 6,7
hipoplastik, Epoetin α 5 16,7
hemolitik, dan dan epoetin β
renal

Golongan obat antianemia yang paling banyak diberikan adalah antianemia

untuk anemia megaloblastik. Anemia megaloblastik disebabkan karena kekurangan

vitamin B12 atau asam folat. Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang akan

terganggu apabila terjadi kekurangan salah satu atau kedua faktor tersebut. Anemia

akan terjadi disertai dengan dilepasnya eritrosit berinti dan berukuran lebih besar

daripada ukuran normalnya. Pada penelitian ini jenis obat dari golongan obat

antianemia megaloblastik adalah asam folat dengan presentase sebesar 70,0%. Asam

folat memiliki indikasi memelihara kesehatan, untuk kasus yang mengalami

defisiensi asam folat, dan sebagai suplemen pada masa hamil dan menyusui. Kasus

DM dengan komplikasi nefropati yang menerima asam folat belum tentu menderita

anemia karena pada beberapa kasus memiliki angka hemoglobin dan hematokrit

yang normal sehingga asam folat yang diberikan digunakan untuk menjaga

kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Antianemia lain yang diberikan adalah antianemia karena hipoplastik,

hemolitik, dan renal. Anemia jenis ini dapat terjadi karena pasien mengalami

defisiensi eritropoietin terkait dengan gangguan pada ginjalnya. Kerusakan pada

ginjal akan menyebabkan penurunan sekresi eritropoietin. Eritropoietin merupakan

hormon pengontrol eritropoiesis yang disekresi oleh ginjal. Produksi eritropoietin

yang menurun akan menyebabkan gangguan pada eritropoiesis sehingga produksi

eritrosit akan menurun juga.

Antianemia untuk anemia defisiensi besi diberikan pada kasus yang

mengalami defisiensi besi. Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),

sehingga defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih

kecil dengan kandungan Hb yang rendah.

6. Obat Saluran Cerna

Obat saluran cerna yang diberikan meliputi antitukak antagonis reseptor H2,

antitukak penghambat pompa proton, antitukak antasida, antitukak kelator dan

senyawa kompleks, pengatur saluran gastrointestinal, antispasmodik, antidiare,

pencahar pelunak tinja, pencahar stimulan, dan enzim pencernaan. Obat-obat tersebut

digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan yang dialami dalam kasus DM

dengan komplikasi nefropati. Distribusi penggunaan golongan obat saluran cerna

dapat dilihat pada tabel XV.

Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah pengatur saluran cerna

dan antiflatulen. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan tersebut adalah

metoklopramid dan domperidon. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi mual dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

muntah pasien DM dengan komplikasi nefropati. Muntah yang terjadi bisa

diakibatkan oleh komplikasi yang dialami pasien atau bisa juga akibat efek samping

obat.

Selama menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda, jumlah

pasokan makanan pasien DM dengan komplikasi nefropati telah diatur oleh pihak

Rumah Sakit melalui diet. Selain itu kebanyakan pasien juga menerima nutrisi

melalui infus selama perawatan. Aktifitas asam lambung dalam mencerna makanan

menjadi berkurang karena makanan yang diberikan terbatas dan ada yang langsung

melalui aliran darah. Padahal sekresi asam lambung terus berlangsung dan asam

lambung akan dapat mengiritasi lapisan lambung karena tidak ada makanan yang

dicerna dalam lambung. Hal ini akan membuat perut terasa perih sehingga untuk

mengatasinya dan mencegah nyeri akibat asam lambung dibutuhkan antitukak.

Antitukak antagonis reseptor H2 merupakan golongan yang banyak diberikan kepada

pasien DM dengan komplikasi nefropati. Antitukak ini bekerja dengan cara

menghambat reseptor H2. Akibatnya sekresi asam lambung berkurang dan nyeri

akibat asam lambung dapat berkurang. Dari tabel XV, dapat dilihat bahwa Ranitidin

merupakan jenis obat dari golongan antitukak antagonis reseptor H2 yang paling

banyak diberikan dengan presentase 40,0%.

Antispasmodik digunakan untuk mengurangi spasme usus. Pemberian

antidiare untuk mengatasi diare sedangkan pencahar diberikan untuk membantu

pasien yang mengalami konstipasi. Enzim pencernaan digunakan untuk mengatasi

gangguan pencernaan yaitu berupa perasaan kembung, flatulen, dan perasaan tidak

nyaman di perut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Obat Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Antitukak 11 36,7 Lansoprazol 5 16,7
Penghambat Omeprazol 6 20,0
Pompa Proton
2. Antitukak 12 40,0 Ranitidin 12 40,0
Antagonis
Reseptor H2
3. Antitukak 1 3,3 Na.Rabeprazol 1 3,3
Antasida
4. Antitukak 1 3,3 Sukralfat 1 3,3
Kelator dan
Senyawa
Kompleks
5. Pengatur 17 56,7 Metoklopramid 9 30,0
Saluran Cerna Domperidon 8 26,7
dan
Antiflatulen
6. Antispasmodik 3 10,0 Fenilpropiletilamin 1 3,3
Klordizepokzepoksida 1 3,3
Hiosin hidrobromida 1 3,3
7. Antidiare 1 3,3 Attalpulgit 1 3,3
8. Pencahar 1 3,3 Parafin cair 2 6,7
Pelunak Tinja
9. Pencahar 2 6,7 Bisakodil 2 6,7
Stimulan
10. Enzim 2 6,7 Amilase, protease 2 6,7
Pencernaan

7. Antiinfeksi

Pemakaian antiinfeksi bertujuan untuk mengobati infeksi yang dapat

disebabkan oleh bakteri atau jamur. Antibiotik sefalosporin dan antibiotik betalaktam

lainnya merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dengan presentase

46,7% seperti yang terlihat pada tabel XVI. Antibiotik sefalosporin termasuk dalam

antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel

mikroba. Sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh ke urin.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Beberapa pasien mengalami ulkus pada saat datang ke RS Bethesda.

Antibiotik digunakan untuk mengatasi ulkus tersebut, sesuai dengan jenis

mikrobanya yang didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium dan dilihat dari

sensitif tidaknya mikroba yang ditemukan terhadap suatu antibiotik.

Dari tabel XVI dapat dilihat bahwa antibiotik Seftriakson merupakan

antibiotik yang paling banyak diberikan dengan presentase sebesar 26,7%. Hal ini

dikarenakan Seftriakson termasuk ke dalam antibiotik sefalosporin generasi ketiga

sehingga mikroba masih menunjukkan sensitifitasnya terhadap antibiotik tersebut.

Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Antibiotik 4 13,3 Amoksisilin 1 3,3
Penisilin Co-amoksiklav 1 3,3
Sultamisilin 2 6,7
2. Antibiotik 14 46,7 Seftriakson 8 26,7
sefalosporin dan Sefadroksil 1 3,3
antibiotik Seftazidim 1 3,3
betalaktam Sefotiam 3 10,0
lainnya Sefradin 1 3,3
3. Antibiotik 4 13,3 Ofloksasin 1 3,3
Kuinolon Ciprofloksasin 2 6,7
Levofloksasin 1 3,3
4. Antijamur 1 3,3 Itrakonazol 1 3,3

8. Nutrisi

Kasus DM dengan komplikasi nefropati juga mendapat tambahan nutrisi

selama dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda. Kelas terapi ini dibagi menjadi

2 golongan yaitu suplemen dan terapi tambahan dan golongan nutrisi parenteral.

Pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap

diberikan nutrisi agar kekebalan tubuhnya tidak berkurang. Jika kekebalan tubuh

menurun maka akan mempermudah terjadinya infeksi dan juga dapat mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

proses kesembuhan pasien. Oleh karena itu pasien membutuhkan tambahan nutrisi

dari luar. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Tabel XVII

menunjukan golongan dan jenis obat nutrisi pada kasus DM dengan komplikasi

nefropati.

Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Suplemen dan 3 10,0 Leucoselect 1 3,3
Terapi phytosome
Tambahan Curcuma 2 6,7
2. Nutrisi 9 30,0 Asam amino 9 30,0
Parenteral

Dari tabel XVII dapat dilihat bahwa nutrisi yang paling banyak digunakan

adalah Asam amino. Asam amino digunakan untuk pasien dengan hipoproteinemia

yang terjadi akibat gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis, malnutrisi, trauma atau

pembedahan. Leucoselect phytosome berfungsi sebagai antioksidan.

9. Obat Sistem Genital-Urinaria

Obat saluran genital-urinaria yang diberikan digunakan untuk mengatasi

masalah yang berhubungan dengan saluran urinaria. Ketoacid essensial diindikasikan

untuk pasien yang mengalami insufisiensi ginjal kronik. Pasien DM dengan

komplikasi nefropati mengalami gangguan pada fungsi ginjalnya sehingga aktifitas

pengeluaran urin juga tidak lancar. Untuk itu diberikan obat-obat tersebut untuk

memperlancar pengeluaran urin. Ketoacid essensial merupakan tablet yang

mengandung asam amino esensial seperti L-lisina, L-treonin, L-triptofan, L-histidin,

dan L-tirosin. Nimorazol kombinasi (nimorazol, nistatin, dan kloramfenikol)

digunakan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas, bakteri,

atau jamur. Golongan dan jenis obat saluran urinaria dapat dilihat pada tabel XVIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Saluran Urinaria pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Obat lain yang beraksi di Ketoacid essensial 9 30,0
sistem genital-urinaria
2. Antiinfeksi pada vagina Nimorazol, nistatin, 1 3,3
kloramfenikol

10. Obat Otot Skelet dan Sendi

Obat otot skelet dan sendi yang digunakan meliputi Anti Inflamasi

Nonsteroid (AINS) dan obat untuk mengatasi gout. Presentase golongan dan jenis

obat dapat dilihat pada tabel XIX. Golongan obat yang paling banyak digunakan

adalah obat untuk mengatasi gout. Allopurinol merupakan obat yang paling banyak

digunakan dengan presentase 16,7%. Allopurinol diindikasikan untuk mencegah gout

dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal.

Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. AINS Ketoprofen 2 6,7
Naproksen Na. 1 3,3
2. Obat untuk Mengatasi Allopurinol 5 16,7
Gout

Penggunaan AINS dibutuhkan perhatian pada pasien yang memiliki

gangguan pada ginjalnya karena obat-obat ini diekskresikan melalui urin sehingga

bila tidak dipantau penggunaannya dapat memperburuk fungsi ginjal.

11. Analgesik

Pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik juga diberikan obat

analgesik selama masa perawatannya di RS Bethesda. Obat analgesik yang diberikan

terdiri dari 2 golongan obat yaitu analgesik non opioid dan analgesik opioid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Tabel XX menunjukkan bahwa analgesik non opioid lebih besar daripada

analgesik opioid dengan presentase masing-masing sebesar 23,3% dan 3,3%.

Analgesik non opioid yang diberikan meliputi Parasetamol, Ketorolak trometamin,

dan Metampiron. Analgesik tersebut diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan

menurunkan panas yang menjadi keluhan pada beberapa pasien. Ketorolak

trometamin digunakan untuk penanganan jangka pendek nyeri akut pasca bedah yang

sedang hingga berat karena pasien yang diberikan obat tersebut mengeluh nyeri

setelah menjalani operasi.

Tramadol merupakan satu-satunya obat analgesik opioid yang diberikan

pada pasien DM dengan komplikasi nefropati di RS Bethesda. Hal ini dikarenakan

pada pasien tersebut mengalami nyeri perut dan tidak bisa teratasi dengan analgesik

non-opioid.

Tabel XX. Golongan dan Jenis Obat Analgesik pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Obat Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Analgesik 7 23,3 Parasetamol 4 13,3
Non-opioid Metampiron 2 6,7
Ketorolak 3 10,0
trometamin
2. Analgesik 1 3,3 Tramadol 1 3,3
Opioid

12. Obat Sistem Pernafasan

Obat saluran pernafasan yang digunakan meliputi bronkodilator

antimuskarinik, mukolitik, dan antitusif. Presentase golongan obat sistem saluran

pernafasan dapat dilihat pada tabel XXI.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Mukolitik digunakan untuk mengurangi viskositas sputum. Pemberian

antitusif ditujukan untuk mengatasi keluhan batuk yang dialami pasien baik selama

pasien menjalani perawatan. Obat bronkodilator antimuskarinik diberikan untuk

mengatasi sesak yang dialami oleh pasien.

Tabel XXI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernafasan pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase Jenis Obat Jumlah Presentase
Kasus (%) Kasus (%)
(n=30) (n=30)
1. Bronkodilator 1 3,3 Ipratropium 1 3,3
antimuskarinik bromida
2. Mukolitik 2 6,7 Bromheksina 1 3,3
Ambroxol 1 3,3
3. Antitusif 2 6,7 Dekstrometorfan 2 6,7

13. Obat Mata

Pemberian obat mata ditujukan untuk mengatasi keluhan pasien pada

matanya. Pasien DM dengan komplikasi nefropati juga dapat mengalami gangguan

pada penglihatannya terkait dengan penyakit DM yang dideritanya. Tabel XXII

memperlihatkan golongan dan jenis obat yang diberikan pada pasien.

Tabel XXII. Golongan dan Jenis Obat Mata pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Kortikosteroid Hidrokortison asetat 1 3,3
2. Obat mata lain Kalium iodida 2 6,7

14. Obat Hormon

Obat hormon yang digunakan di sini adalah obat hormon seksual.

Etilestrenol merupakan satu-satunya jenis obat hormon seksual yang ditemukan pada

penelitian ini. Etilestrenol diindikasikan untuk pasien yang memiliki penyakit


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

melemahkan kronis khususnya pada pasien lanjut usia dan juga setelah operasi.

Pemakaiannya diperlukan pemantauan pada pasien dengan disfungsi renal.

Tabel XXIII. Golongan dan Jenis Obat Hormon pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Obat Hormon Seksual Etilestrenol 1 3,3

15. Obat lain-lain

Obat lain-lain merupakan kelompok obat yang digunakan pada pengobatan

pasien DM dengan komplikasi nefropati. Obat-obat tersebut tidak masuk ke dalam

kelas terapi manapun. Jenis obat lain-lain dapat dilihat pada tabel XXIV.

Curcuma merupakan suplemen untuk melindungi hati (hepatoprotektif).

Kalsium polistirena sulfonat diindikasikan untuk pasien yang mengalami

hiperkalemia karena gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.

Tabel XXIV. Golongan dan Jenis Obat Lain-Lain pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus Presentase
(n=30) (%)
1. Hepatoprotektif Curcuma 1 3,3
2. Hiperkalemia Kalsium polistirena 2 6,7
sulfonat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

C. Analisis Drug Related Problem (DRP)

Pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang menjalani rawat inap

di RS Bethesda mendapatkan obat-obat antidiabetik dan antihipertensi untuk

mengatasi gula darah dan tekanan darah yang tinggi. Selain itu, pasien DM dengan

komplikasi nefropati juga diberikan obat-obat lain yang digunakan untuk mengatasi

tanda dan gejala penyakit lain yang menyertai. Dengan demikian pasien tidak hanya

menerima satu atau dua obat saja, melainkan lebih dari dua obat. Hal ini dapat

menimbulkan suatu masalah yang berkaitan dengan obat-obat tersebut yang disebut

dengan Drug Related Problem (DRP). Maka diperlukan analisis untuk mengetahui

masalah apa saja yang muncul atau mungkin muncul dalam proses pengobatan

pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap di RS Bethesda

pada tahun 2005.

Analisis dilakukan dengan melihat satu per satu kasus yang ada dalam

penelitian ini. Pengobatan yang diberikan kepada pasien dilihat kemudian

dibandingkan dengan IONI atau MIMS.

Analisis DRP dari kasus-kasus tersebut dapat dilihat pada tabel yang

disajikan berikut ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Tabel XXV. Analisis DRP Kasus 1


Subjektif
Tn.B, laki-laki, berusia 50 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 06/02/2005 sampai
tanggal 08/02/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati dan ulkus. Pasien mengeluh
panas selama 3 hari, mual, sakit pada ulu hati, dan ada luka di kaki kanan. Pasien ini memiliki
riwayat DM nefropati selama 1 tahun.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Nilai Normal
06/02/05
Hb 5,3 13,5-17,5 g %
Hct 15,9 41-53 %
Ureum 69 10-50 mg / dl
Kreatinin 2,2 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 12,27 4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit 2,11 4,5-5,9 juta / mmk
Glukosa puasa - 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat 262 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp - 70-140 mg / dl
Natrium 120 130-160 mmol/L
Kalium 5,0 3,5-5,5 mmol/L
Klorida 88 94-111 mmol/L
Kalsium 2,11 2,02-2,60 mmol/L
TD (mmHg) : 06/02 : 150/100; 07/02 : 150/80
Suhu (oC) : 06/02 : 39o; 07/02 : 38o
Respirasi (x / menit) : 06/02 : 24
Nadi (x / menit) : 06/02 : 126; 07/02 : 110
Pengobatan
ƒ CaCO3 3x2, 250mg ƒ Zumadiac (Glikazid) ƒ Ceftriaxon (Seftriakson)
ƒ Cipro (Siprofloksasin) ½--0--½, 80mg 2x1
2x1, 500mg ƒ Pamol (Parasetamol) bila ƒ Vomidex
ƒ Captopril (Kaptopril) 2x1, perlu (Metoklopramid) 2x1
25mg ƒ Rantin (Ranitidin) 2x1 ampul
ƒ Vometa (Domperidon) ampul
3x1
Assessment
Kadar ureum dan kreatinin pasien B di atas normal. Hal ini berarti terdapat gangguan pada
fungsi ginjalnya.
ƒ Tn.B memiliki nilai Hb di bawah normal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami
anemia. Namun pasien tidak diberi obat untuk mengatasi anemianya. Kasus ini termasuk
aktual DRP butuh obat. Anemia dapat terjadi karena eritropoietin yang dihasilkan ginjal
berkurang jumlahnya. Eritropoietin digunakan untuk proses pematangan sel darah
merah.*
ƒ Potensial DRP ADR mungkin terjadi antara Kaptopril dengan Glikazid, efek
hipoglikemik dari Glikazid mungkin ditingkatkan oleh Kaptopril. Pada pemeriksaan
laboratorium kadar gula darah hanya diperiksa 1x saja sehingga diperlukan pemantauan
terus agar terhindar dari efek yang tidak diinginkan.
Rekomendasi
ƒ Perlu diberikan obat antianemia seperti eritropoietin untuk mengatasi anemia Tn.B
ƒ Terus pantau fungsi ginjal pasien.
ƒ Periksa kadar gula darah rutin agar efek hipoglikemik dapat terhindarkan.
* Kasus ini sama dengan kasus 1, 16, 17, 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Tabel XXVI. Analisis DRP Kasus 2


Subjektif
Tn.P, laki-laki, berusia 43 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 20/08/2005
sampai tanggal 22/08/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh
sudah 1 minggu kedua tungkai kaki bengkak, badan lemes, mual, tak muntah, BAB/BAK
lancar, tidak nafsu makan.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter 20/08/05 Nilai Normal
20/08/05 21/08/05
post HD
Hb 5,9 17,6 9,2 13,5-17,5 g %
Hct 17,7 51,8 28,5 41-53 %
Ureum 268 136 - 10-50 mg / dl
Kreatinin 18,4 10,3 - 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 6,66 - - 4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit 2,05 - - 4,5-5,9 juta / mmk
MCV 86,3 - - 92-121 fl
MCH 28,8 - - 31-37 pg
Glukosa puasa - - 137 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat 226 - - 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp - - - 70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 20/08 : 150/100
Suhu (oC) : 20/08 : 37o
Respirasi (x / menit) : 20/08 : 18
Nadi (x / menit) : 20/08 : 80
Pengobatan
ƒ CaCO3 2x2, 250mg ƒ Hemapo (eritropoeitin) ƒ Methycobal
ƒ Lasix (Furosemid) 1 300 uL (mekobalamin) 2x1
ampul ƒ Folavit (asam folat) 2x1 ampul
Assessment
ƒ Tn.P memiliki nilai Hb di bawah normal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami anemia dan untuk mengatasinya diberikan asam folat dan eritropoeitin.
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien P.
ƒ Tn.P memiliki tekanan darah yang tinggi. Menurut ADA, pasien DM komplikasi
nefropati diabetik dengan hipertensi direkomendasikan mendapatkan obat golongan
ACEI atau ARB. Namun, Tn.P mendapatkan Furosemid untuk mengatasi tekanan
darah dan udem dan belum mendapatkan obat golongan ACEI atau ARB. Namun,
Tn.P sudah mendapatkan terapi hemodialisis sehingga dapat dikatakan ginjal Tn.P
sudah rusak. Dengan demikian terapi dengan ACEI atau ARB sudah terlambat jika
untuk menghambat laju nefropati diabetik.
ƒ Kadar glukosa darah pasien P melebihi batas normal. Namun pasien P tidak
mendapat obat antidiabetik untuk mengontrol gula darahnya. Pasien perlu mendapat
obat antidiabetik agar kadar gula dalam darah tidak menjadi semakin tidak terkontrol.
Jadi kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.
Rekomendasi
ƒ Berikan obat antidiabetik seperti misalnya glikuidon yang memiliki kerja yang
singkat, dapat diberikan dengan dosis awal 15mg sebelum sarapan. Periksa kadar
gula darah rutin.
ƒ Pantau terus fungsi ginjal pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Tabel XXVII. Analisis DRP Kasus 3


Subjektif
Ny.A, perempuan, berusia 42 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 07/04/2005 sampai
tanggal 08/04/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh pusing,
badan lemas, Hb=5.9, makan-minum mau, bengkak.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Nilai Normal
01/04/05 07/04/05
Hb 5,9 9,6 12-18 g %
Hct - 29,3 36-46 %
Ureum 71,7 64 10-50 mg / dl
Kreatinin 2,2 2,1 0,80-1,50 mg / dl
Protein total - 5,7 6,6-8,7 g / dl
Eritrosit - 3,26 4,5-5,9 juta / mmk
MCV - 89,9 92-121 fl
MCH - 29,4 31-37 pg
Glukosa puasa 74,9 - 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat - 71,0 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp 156,4 - 70-140 mg / dl
Kalium - 4,9 3,5-5,5 mmol / L
Kolesterol 260 - 0-200 mg / dl
HDL Kolesterol 42,9 - 35-65 mg / dl
LDL Kolesterol 177,1 - 100-159 mg / dl
Trigliserida 201 - 0-200 mg / dl
TD (mmHg) : 07/04 : 200/110; 08/04 : 160/100
Suhu (oC) : 07/04 : 36,2o; 08/04 : 36,4o
Respirasi (x / menit) : 07/04 : 20
Nadi (x / menit) : 07/04 : 72; 08/04 : 80
Pengobatan
ƒ CaCO3 3x2 ƒ Glurenorm (Gliquidon) ƒ Lasix (Furosemid) 1x1
ƒ Aspar K (Kalium L 1x1 ƒ Captopril (Kaptopril) 2x½,
aspartat) 1x1 ƒ Folavit (Asam folat) 3x1 25mg
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien A.
ƒ Pasien A mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia (yang
dapat terjadi pada pasien yang menggunakan furosemid) dan gangguan metabolisme
kalium. Namun pasien A memiliki kadar kalium yang masih berada dalam kadar normal.
Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.*
ƒ Kadar kolesterol dan LDL kolesterol pasien A melebihi batas normal. Hal ini berarti
pasien A mengalami hiperkolesterolemia. Namun, dalam pengobatannya tidak diberikan
obat untuk menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat digolongkan aktual DRP butuh
obat.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Kalium L Aspartat tidak diberikan, tetap pantau kadar elektrolit pasien terutama kalium
untuk menghindari efek hipokalemia akibat penggunaan furosemid jangka panjang. Jika
terjadi hipokalemia baru berikan Kalium L Aspartat.
ƒ Berikan obat golongan statin untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
*Kasus ini sama dengan kasus 7, 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Tabel XXVIII. Analisis DRP Kasus 5


Subjektif
Tn.C, laki-laki, usia 45 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 30/11/2005 sampai tanggal
02/12/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh kaki terasa nyeri,
bengkak-bengkak, mual-mual, kadang seseg.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Nilai Normal
21/11/05 30/11/05 02/12/05
Hb - 14,40 - 13,5-17,5 g %
Hct - 42,3 - 41-53 %
Ureum - 182 228,8 10-50 mg / dl
Kreatinin - 4,3 4,5 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit - 17,9 - 4,1-10,9 ribu / mmk
AST - 54,7 - 0-37 u / L
ALT - 73,4 - 0-41 u / L
Asam urat - 9,4 9,2 3,3-7,7 mg / dl
HbA1c - 6,5 - 5-8 %
Glukosa puasa 95 - 86 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat - - - 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp 185 - - 70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 30/11 : 160/110; 01/12 : 120/70
Suhu (oC) : 30/11 : 36o; 01/12 : 37o
Respirasi (x / menit) : 30/11 : 22; 01/12 : 20
Nadi (x / menit) : 30/11 : 88; 01/12 : 88
Pengobatan
ƒ Folavit (Asam folat) 3x1 ƒ Epocaldi (Kalsium ƒ Amaryl (Glimepiride) 1-0-
ƒ Ketosteril (L-lisina, L- karbonat, vitamin D3) 0, 3 mg
treonin, L-triptofan, L- 1-0-0 ƒ Ceradolan (Sefotiam) 2x1
histidin, L-tirosin) 3x1 ƒ Methycobal (Mekobalamin) tab
ƒ Alopurinol 3x1,100mg 2x1 ampul ƒ Ascardia (Asetosal) 2x1,
80mg
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien C.
ƒ Pasien C mendapat obat Epocaldi yang diindikasikan untuk mengurangi resiko osteoporosis
pada wanita yang mengalami menopouse sedangkan pasien C berjenis kelamin laki-laki. Jadi,
termasuk golongan aktual DRP tidak perlu obat.*
ƒ Pasien C mengeluh mual-mual pada saat datang ke RS. Namun, selama perawatan pasian C
belum mendapat obat untuk mengatasi rasa mualnya. Jadi kasus ini termasuk ke dalam aktual
DRP butuh obat.
ƒ Asetosal digunakan sebagai anti agregasi trombosit untuk pencegahan penyakit
kardiovaskuler trombotik atau gangguan pada jantung. Pada kasus ini ditandai dengan kadar
AST yang meningkat dalam darah. AST merupakan enzim yang lebih banyak terdapat dalam
jantung dibandingkan dalam hati sehingga peningkatan kadar AST dalam darah menandai
adanya gangguan dalam jantung.
ƒ Hasil lab lekosit yang melebihi normal menunjukkan adanya infeksi. Hal tersebut diatasi
dengan pemberian antibiotik.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Epocaldi tidak diberikan.
ƒ Berikan obat untuk mengatasi rasa mual pasien seperti Vometa dengan dosis 1 tablet (10mg)
sehari.
*Kasus ini sama dengan kasus 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Tabel XXIX. Analisis DRP Kasus 7


Subjektif
Ny.E, perempuan, usia 57 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 04/06/2005
sampai tanggal 11/06/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh
tiga hari seseg nafas, batuk. Riwayat DM dan darah tinggi.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Juni-05)
Parameter Nilai Normal
4 5 6 7 10
Hb 9,8 - - - - 12-18 g %
Hct 29,4 - - - - 36-46 %
Ureum 123 - - - 210 10-50 mg / dl
Kreatinin 6,2 - - - 7,8 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 20,91 - - - - 4,10-10,9 ribu / mmk
Eritrosit 3,3 - - - - 4,5-5,9
Glukosa puasa - - - 353 120 70-100
Glukosa sesaat - 50-58 51 - - 70-140
Glukosa 2 jam pp - - - 432 245 70-140
TD (mmHg) : 04/06 : 195/93; 05/06 : 140-180/80-120; 06/06 : 150-220/76-140
Suhu (oC) : 04/06 : 36o; 05/06 : 36-37; 06/06 : 36o-36,5o;
Respirasi (x / menit) : 04/06 : 32; 05/06 : 20-34; 06/06 : 20-36; 07/06 : 28
Nadi (x / menit) : 04/06 : 110; 05/06 : 84-108; 06/06 : 84-130
Pengobatan
ƒ Cordarone (Amiodarone) ƒ Laxadin Syr (Parafin ƒ Tensifask (Amlodipin
3x ½ tab cair) 2x2 cth besilat) 1x1
ƒ Captensin (Kaptopril) ƒ Polycrol Syr ƒ Romilar
2x12,5 mg (Metilpolisiloxane) 3x1 (Dekstrometorfan) 3x1
ƒ Aspar K (Kalium L cth ƒ Zumadiac (Glikazid)
aspartat) 1x1 ƒ Folavit (Asam folat) 3x1 1-0-0
ƒ Lasix (Furosemid) 1x1 ƒ Tonar (Ketoacid
tab essensial) 3x1
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada Ny.E.
ƒ Ny.E mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan
gangguan metabolisme kalium. Namun pada data lab Ny.E kadar kalium tidak
diperiksa sehingga tidak ada indikasi saat itu. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu
obat.
ƒ Ny.E mendapat kaptopril untuk mengatasi tekanan darah dan untuk menghambat laju
nefropati, penggunaan obat tersebut dihentikan pada tanggal 07/06/05 karena efek
samping kaptopril adalah menimbulkan batuk sedangkan Ny.E saat itu sedang batuk.
Menurut ADA untuk pasien DM nefropati dengan hipertensi dapat diberikan
golongan ACEI atau ARB sehingga kaptopril dapat diganti dengan irbesartan (ARB)
untuk menghambat laju nefropati. Hal ini termasuk aktual DRP butuh kelanjutan
terapi.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Kalium L aspartat tidak diberikan. Periksa kadar kalium jika kurang dari normal baru
berikan Kalium L aspartat.
ƒ Ganti kaptopril dengan obat golongan ARB seperti irbesartan dengan dosis awal
150mg, sehari satu kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Tabel XXX. Analisis DRP Kasus 15


Subjektif
Ny.J, perempuan, usia 37 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 15/08/2005 sampai
tanggal 23/08/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati, retinopati, dan hipertermia.
Pasien mengeluh sudah 3 hari kepala pusing, mual muntah, nafsu makan kurang, otot-otot
pegel, pandangan kabur.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Agustus)
Parameter Nilai Normal
15 17 20 22 23
Hb 8,7 7,9 8,3 - - 12-18 g %
Hct 26 22 24,5 - - 36-46 %
Ureum 71 75 64 - - 10-50 mg / dl
Kreatinin 4,6 4,4 5,3 - - 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 21,8 - 9,2 - - 4,1-10,9 ribu / mmk
AST 22 - - - - 0-37 u / L
ALT 16 - - - - 0-41 u / L
Glukosa puasa - - - 160 117 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat - - - - - 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp - - - 242 - 70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 15/08 : 200/110; 16/08 : 130-170/100; 17/08 : 180/110; 18/08 : 150/80; 19-
23/08 : 160-190/ 90-110
Suhu ( C) : 15/08 : 37; 16-23/08 : 36-36,6o
o

Respirasi (x / menit) : 15/08 : 20


Nadi (x / menit) : 15/08 : 96; 16-23/08 : 72-88
Pengobatan
ƒ Noperten (Lisinopril) 1x1 ƒ Lasix (Furosemid) 2x1 ƒ Epotrex (Epoetin) 1x1
ƒ Vometa (Domperidon) ƒ Ranitidin 150 mg, 2x1 ampul
3x1 ƒ Norvask (Amlodipin ƒ Methycobal
ƒ Clonidin (Klonidin) 150 besilat) 1x1 (Mekobalamin) 2x1 ampul
mg, 2x1 ƒ Irvel (Irbesartan) 1-0-0 ƒ Insulatard (Insulin) 6 μi
ƒ Glurenorm (Gliquidone) ƒ Sporacid (Itrakonasol) 2x2 ƒ Gynoxa ovule
½-0-0 ƒ Rantin (Ranitidin) 2x1 (Nimorazol) 1x1
ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 ampul ƒ Cetalgin (Metampiron)
ƒ Mentalium (Diazepam) ƒ Ceftriaxon (Seftriakson) 3x1
2x1 2x1 gr
ƒ Glucobay (Akarbosa) 50
mg, 3x1
Assessment
ƒ Pada kasus ini potensial DRP ADR mungkin terjadi yaitu antara Noperten dan
Glurenorm, dapat menambah efek hipoglikemia dari Glurenorm.
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien J.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Hal ini diatasi dengan pemberian
epoetin.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Lisinopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Pantau kadar glukosa darah pasien secara rutin untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Tabel XXXI. Analisis DRP Kasus 16


Subjektif
Tn.K, laki-laki, usia 48 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 19/03/2005 sampai
tanggal 25/03/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati febris. Pasien mengeluh
sudah ± 2 hari mual, muntah, tak nafsu makan, badan lemes, ada luka di kaki kanan, kaki
kiri luka kering, riwayat hipertensi dan DM.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Maret)
Parameter Nilai Normal
19 20 21 22 24
Hb 12,6 - - - - 13,5-17,5 g %
Hct 37,4 - - - - 41-53 %
Ureum - 99 - - 66 10-50 mg / dl
Kreatinin - 2,1 - - 1,9 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 8,94 - - - - 4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit 4,65 - - - - 4,5-5,9 juta / mmk
MCV 80,4 - - - - 92-121 fl
MCH 27,1 - - - - 31-37 pg
Glukosa puasa - 313 - 237 215 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat 335 314 242 - - 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp - 340 - - - 70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 19/03 : 150/90; 20/03 : 160-200/100-120; 21/03 : 160-200/90-110; 22/03 :
140-160/90-100; 23/03 : 150/100
Suhu ( C) : 19/03 : 36,5o; 20/03 : 38-38,4o; 21-22/03 : 36-38,5o
o

Respirasi (x / menit) : 19/03 : 20


Nadi (x / menit) : 19/03 : 96; 20-22/03 : 92-96
Pengobatan
ƒ Vometa (Domperidon) ƒ Norvask (Amlodipin ƒ Rantin (Ranitidin) 2x1
3x1 besilat) 1x1 ƒ Narfoz (Ondansetron) 8
ƒ Metrix (Glimepiride) 2 ƒ Glucobay (Akarbosa) 50 mg, 1x1 ampul
mg, 1x1 mg, 3x1 ƒ Insulatard (Insulin) 1x10
ƒ Captensin (Kaptopril) 25 ƒ Pamol (Parasetamol) b/p μi
mg, 2x1 ƒ Cravit (Levofloksasin) ƒ Frisium (Klobazam) 2x1
ƒ Simvastatin 10 mg, 1x1 500 mg, 1x1
ƒ Primperan
(Metoklopramid) 2x1
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien K.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien K belum
mendapat obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP
butuh obat.
ƒ Pada kasus ini digunakan Simvastatin. Padahal dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda
memerlukan statin atau tidak adak tanda hiperlipidemia. Jadi masuk dalam aktual
DRP tidak butuh obat.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Berikan obat antianemia.
ƒ Simvastatin tidak perlu diberikan.
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Tabel XXXII. Analisis DRP Kasus 17


Subjektif
Ny.L, perempuan, usia 63 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 10/06/2005 sampai tanggal
19/06/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh sesak sudah dari
seminggu, kedua kaki bengkak tidak bisa jalan, mulai tadi siang tidak bisa kencing, nafsu makan
kurang.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Juni)
Parameter Nilai Normal
10 11 15 17 18
Hb 10,2 - 11,1 - - 12-18 g %
Hct 31,9 - 33 - - 36-46 %
Ureum 71 - - 87 - 10-50 mg / dl
Kreatinin 2,5 - - 2,5 - 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 7,35 - - - - 4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit 3,33 - - - - 4,5-5,9 juta / mmk
MCV 95,8 - - - - 92-121 fl
MCH 30,6 - - - - 31-37 pg
Glukosa puasa - 159 78 - 63 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat 193 - - - 42 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp - 240 93 - - 70-140 mg / dl
Kalium 4,8 - - - - 3,5-5,5 mmol / L
TD (mmHg) : 10/06 : 170/100; 11/06 : 140-180/100-110; 12/06 : 160-170/90-100; 13/06 : 150-
180/100-110; 17/06 : 210/120; 18/06 : 170-180/90-110
Suhu (oC) : 10/06 : 36; 12-18/06 : 36
Respirasi (x / menit) : 10/06 : 26; 17/06 : 14
Nadi (x / menit) : 10/06 : 80; 12-18/06 : 80-98
Pengobatan
ƒ Aspar K (Kalium L ƒ Zumadiac (Glikazid)1x½ ƒ Rantin (Ranitidin) 150 mg,
aspartat) 1x1 ƒ Letonal (Spironolakton) 3x 2x1
ƒ Captensin (Kaptopril) 12,5 ½, 100 mg ƒ Vometa (Domperidon) 3x1
mg, 2x1 ƒ Digoxin (Digoksin) 2x ½ ƒ Lasix (Furosemid) 2x2
ƒ Farmasal (Asetosal) 100 ƒ Tarivid (Ofloksasin) 400, ampul
mg, 1x1 2x200 ƒ Dex 40% 1x1
ƒ Cedocard (Isosorbid ƒ Diabex (Metformin) 500, ƒ Lasix (Furosemid) 1x1
dinitrat) 5 mg, 3x1 2x1
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien L.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien L belum mendapat
obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.*
ƒ Pasien L mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan
gangguan metabolisme kalium. Namun pasien L memiliki kadar kalium yang masih berada
dalam kadar normal. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.
ƒ Pasien L mendapat kombinasi obat antidiabetik yaitu Metformin dan Glikazid. Hal ini
membuat kadar glukosa darahnya turun melewati batas normal. Jadi, kasus ini termasuk
aktual DRP ADR karena hasil lab pasien berubah akibat kombinasi obat tersebut.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Berikan obat antianemia.
ƒ Kalium L aspartat tidak perlu diberikan.
ƒ Obat antidiabetik diberikan satu obat saja tidak dikombinasikan
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
*Kasus ini sama dengan kasus 1,16,17,20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Tabel XXXIII. Analisis DRP Kasus 20


Subjektif
Tn.M, laki-laki, usia 67 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 16/02/2005 sampai
tanggal 24/02/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati dan ulkus. Pasien
mengeluh sudah 8 hari tidak bisa BAB, badan lemes, seseg, kaki udem, ada luka di kaki,
pusing.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Nilai Normal
16/02 17/02 21/02 22/02
Hb 9,1 - 8,7 9 13,5-17,5 g %
Hct 28,1 - 28,8 26,6 41-53 %
Ureum 161 - 177 91 10-50 mg / dl
Kreatinin 7,4 - 7,8 4 0,80-1,50 mg / dl
Lekosit 3,86 - - - 4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit 3,11 - - - 4,5-5,9 juta / mmk
AST 39,8 - - - 0-37 u / L
ALT 17,9 - - - 0-41 u / L
Glukosa puasa - 116 - - 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat 170 - - - 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp - 124 - - 70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 16/02 : 160/110; 17/02 : 130-190/100-130; 18/02 : 140-190/100-110; 21/02
: 170/90-110; 24/02 : 130/80
Suhu ( C) : 16/02 : 36,8o; 17-21/02 : 36-36,7o
o

Respirasi (x / menit) : 16/02 : 24


Nadi (x / menit) : 16/02 : 70; 17-21/02 : 82-92
Pengobatan
ƒ Captensin (Kaptopril) ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 ƒ Furosemide 2x1
12,5 mg, 2x1 ƒ Ranitidin 2x1 ƒ Vometa (Domperidon)
ƒ Farmasal (Asetosal) ƒ Cendomycos 3x1
1x100 (Hidrokortison) 4x1 tetes ƒ Adalat Oros (Nifedipin)
ƒ ISDN (Isosorbid dinitrat) pada mata 30 mg, 0-0-1
3x1, 5 mg ƒ Catarlent (Kalium ƒ Bactesyn HP
ƒ Velocef (Sefradin) 500 iodida) 4x1 tetes pada (Sulbaktam) 2x1
mg, 3x1 mata ƒ Lasix (Furosemid) 1
ƒ Clonidin (Klonidin) 150 ƒ Laxadine (Parafin cair) ampul
mg, 2x ½ 1x2 cth
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien M.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien M belum
mendapat obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP
butuh obat.
ƒ Pada kasus ini digunakan Vometa untuk mengatasi mual muntah. Akan tetapi pasien
dalam kasus ini tidak mengalaminya. Jadi masuk dalam DRP tidak perlu obat.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Berikan obat antianemia.
ƒ Vometa tidak usah diberikan.
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

D. Hasil Pengobatan pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik

Hasil pengobatan dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda

Periode Tahun 2005” dapat dilihat dari keadaan keluar dari RS Bethesda, izin

kepulangan, dan lama tinggal. Keadaan saat keluar dari RS Bethesda meliputi

keadaan membaik (perbaikan) dan belum sembuh sedangkan izin kepulangan

meliputi atas permintaan sendiri (APS) dan atas persetujuan dokter. Keadaan keluar

pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat dalam gambar 4.

20.0% 13.3%
Belum sembuh

Perbaikan

Tidak ada keterangan

66.7%

Gambar 4. Keadaan Keluar pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di


Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005

Gambar 4 menunjukkan sebanyak 67,7% pulang dalam keadaan membaik.

Hal ini berarti pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati yang

dilakukan di RS Bethesda sudah cukup baik. Keluhan-keluhan yang tedapat dalam

kasus saat datang ke RS Bethesda sudah ditangani sehingga saat keluar dari rumah

sakit keluhan tersebut berkurang atau bahkan sudah tidak dirasakan lagi oleh pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Dari 30 kasus yang diteliti sebanyak 56,7% dirawat di RS Bethesda selama

1-7 hari, 36,7% tinggal atau dirawat selama 8-14 hari, dan 6,7% dirawat selama 15-

21 hari. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa berdasarkan lama rawat di rumah

sakit pengobatan yang dilakukan di RS Bethesda baik. Semakin pasien cepat keluar

dari rumah sakit maka pengobatan yang diberikan efektif. Dengan demikian biaya

yang dikeluarkan pasien menjadi lebih sedikit. Kasus rawat inap selama 1-7 hari

akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang

dirawat lebih lama di rumah sakit.

1-7 hari
8-14 hari
6.7%
15-21 hari

36.7%
56.7%

Gambar 5. Grafik Lama Tinggal pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati


Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode tahun
2005

Sebanyak 11 kasus yang dirawat 1-7 hari di RS Bethesda pulang dalam

keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam keadaan belum

sembuh dan pulang APS, dan sebanyak 4 kasus tidak ada keterangan keadaan pulang

pasien dalam rekam medisnya. Kasus yang dirawat selama 8-14 hari, sebanyak 7

kasus pulang dalam keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang

dalam keadaan belum sembuh dengan permintaan sendiri, dan 2 kasus tidak ada

keterangan mengenai keadaan pulang. Kasus yang dirawat selama 15-21 hari

mengalami perbaikan dan pulang atas persetujuan dokter. Kasus yang pulang APS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

mungkin dikarenakan pasien pada kasus tersebut sudah sering dirawat di rumah sakit

dan ada yang sudah menjalani program hemodialisis sehingga pasien merasa bosan

tinggal di rumah sakit meskipun baru dirawat selama 1-7 hari.

E. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan yang diberikan

pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS

Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005. Kasus DM dengan komplikasi nefropati

diabetik menempati urutan ketiga di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun

2005 dengan jumlah 48 kasus dan sebanyak 30 kasus dianalisis dalam penelitian ini.

Presentase distribusi kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi

Rawat Inap RS Bethesda berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : laki-laki

56,7% dan perempuan 43,3%.

Presentase usia pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik adalah

kelompok usia 25-44 tahun 16,7%, kelompok usia 45-64 tahun 80,0%, dan kelompok

usia ≥ 65 tahun 3,3%.

Dari 30 kasus yang diteliti, ditemukan kasus yang didiagnosis DM dengan

komplikasi nefropati tanpa penyakit lain sebesar 76,7%, diagnosis DM, nefropati,

dan ulkus 6,7%, diagnosis DM, nefropati, dan CRF 6,7%, diagnosis DM, nefropati,

dan udem 3,3%, diagnosis DM, nefropati, retinopati, dan hipertermi 3,3%, dan

diagnosis DM, nefropati, dan jantung iskemi 3,3%. Tingkat kerusakan ginjal pada

kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik paling banyak berada pada tingkat 4

dan 5 dengan presentase masing-masing sebesar 40,0%.

Presentase distribusi kelas terapi obat pasien adalah vitamin dan mineral

96,7%, obat sistem kardiovaskuler 93,3%, antidiabetik 73,3%, obat sistem saraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

pusat 73,3%, obat antianemia 73,3%, obat untuk saluran cerna 63,3%, antiinfeksi

53,3%, nutrisi 36,7%, obat sistem genital dan urinaria 33,3%, obat penyakit otot dan

sendi 26,7%, analgesik 23,3%, obat sistem saluran pernafasan 16,7%, obat lain-lain

10,0%, obat mata 6,7%, dan obat hormon 3,3%.

Dari 30 kasus yang dianalisis, hasil evaluasi DRP ditemukan sebanyak 8

kasus termasuk aktual DRP butuh obat, 7 kasus termasuk dalam aktual DRP tidak

perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan sebanyak 2 kasus termasuk ke dalam

potensial DRP ADR. Hasil evaluasi DRP dapat dirangkum sebagai berikut :

Tabel XXXIV. Aktual DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan (Adverse Drug Reaction)
Kasus Obat Assessment Rekomendasi
17 Metformin dan Pasien mendapat kombinasi Obat antidiabetik diberikan
Glikazid. obat antidiabetik yaitu satu obat saja, tidak
Metformin dan Glikazid. Hal dikombinasikan.
ini membuat kadar glukosa
darahnya turun melewati
batas normal.

Tabel XXXV. Aktual DRP Tidak Perlu Obat (Unnecersary drug therapy)
Kasus Obat Assessment Rekomendasi
3, 7, Kalium L Kalium L aspartat yang dindikasikan Kalium L Aspartat
17 aspartat untuk hipokalemia dan gangguan tidak diberikan.
metabolisme kalium. Namun pasien
memiliki kadar kalium yang masih
berada dalam kadar normal.
5, 30 Epocaldi Epocaldi yang diindikasikan untuk Epocaldi tidak
mengurangi resiko osteoporosis pada diberikan.
wanita yang mengalami menopouse
sedangkan pasien berjenis kelamin
laki-laki.
16 Simvastatin Dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda Simvastatin tidak
memerlukan statin atau tidak ada perlu diberikan.
tanda hiperlipidemia.
20 Vometa Vometa digunakan untuk mengatasi Vometa tidak perlu
mual muntah. Akan tetapi pasien diberikan.
dalam kasus ini tidak mengalaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Tabel XXXVI. Aktual DRP Butuh Obat (Need for additional drug therapy)
Kasus Obat-Problem Assessment Rekomendasi
3 Statin- Pada kasus ini ada indikasi Berikan obat golongan
hiperkolesterolemia hiperkolesterolemia. Namun, statin untuk mengatasi
dalam pengobatannya tidak hiperkolesterolemia.
diberikan obat untuk
menurunkan kadar kolesterol.
1, 16, Antianemia – kadar Pada kasus ini ada indikasi Perlu diberikan obat
17, 20 Hb di bawah terjadi anemia. Namun pasien antianemia seperti
normal (anemia) tidak diberi obat untuk eritropoietin.
mengatasi anemianya.
5 Antimual – pasien Pasien mengeluh mual-mual Berikan obat untuk
mual pada saat datang ke RS. mengatasi rasa mual
Namun, selama perawatan pasien seperti vometa
pasien belum mendapat obat
untuk mengatasi rasa
mualnya.
2 Antidiabetik – Kadar glukosa darah pasien Berikan obat antidiabetik
kadar glukosa melebihi batas normal. misalnya glikuidon yang
darah Namun pasien tidak mendapat memiliki kerja yang
obat antidiabetik untuk singkat.
mengontrol gula darahnya.
7 ACEI Pasien dalam kasus ini Ganti kaptopril dengan
hipertensi dan mendapat irbesartan (ARB) untuk
kaptopril. Namun, pada kasus mengurangi batuk yang
ini pasien mengalami batuk dialami pasien dalam
dan efek samping obat ACEI kasus ini.
adalah batuk. Sehingga kasus
ini memerlukan kelanjutan
terapi dengan ARB.

Tabel XXXVII. Potensial DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan (Adverse Drug
reaction)
Kasus Obat Assessment Rekomendasi
1 Kaptopril Potensial DRP ADR mungkin terjadi Periksa kadar gula
dengan antara Kaptopril dengan Glikazid, darah rutin untuk
Glikazid. efek hipoglikemik dari Glikazid menghindari kadar
mungkin ditingkatkan oleh Kaptopril. gula darah turun di
15 Noperten dan Pada kasus ini potensial DRP ADR bawah normal.
Glurenorm mungkin terjadi yaitu antara
Noperten dan Glurenorm, dapat
menambah efek hipoglikemik dari
Glurenorm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Hasil pengobatan dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda

Periode Tahun 2005” dapat dilihat dari keadaan keluar dari RS Bethesda, izin

kepulangan, dan lama tinggal. Keadaan keluar : pulang dalam keadaan membaik

(67,67%), pulang dalam keadaan belum sembuh (13,33%), dan tidak ada keterangan

(20,00%).

Dari 30 kasus yang diteliti sebanyak 56,7% dirawat di RS Bethesda selama

1-7 hari, 36,7% tinggal atau dirawat selama 8-14 hari, dan 6,7% dirawat selama 15-

21 hari.

Sebanyak 11 kasus yang dirawat 1-7 hari di RS Bethesda pulang dalam

keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam keadaan belum

sembuh dan pulang APS, dan sebanyak 4 kasus tidak ada keterangan keadaan pulang

dalam rekam medisnya. Kasus yang dirawat selama 8-14 hari, sebanyak 7 kasus

pulang dalam keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam

keadaan belum sembuh dengan permintaan sendiri, dan 2 kasus tidak ada keterangan

mengenai keadaan pulang. Kasus yang dirawat selama 15-21 hari mengalami

perbaikan dan pulang atas persetujuan dokter.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Dalam penelitian ini 30 kasus dianalisis dari 48 kasus DM dengan komplikasi

nefropati diabetik dengan kasus nefropati paling banyak dijumpai pada laki-laki

(56,7%), paling banyak dijumpai kelompok usia 45-64 tahun (80,0%), paling

banyak didiagnosis DM dengan nefropati (76,7%), kerusakan ginjal paling

banyak berada pada tingkat 4 dan 5 (40,0%).

b. Sebanyak 15 kelas terapi diberikan dalam kasus DM komplikasi nefropati dengan

kelas terapi yang terbanyak ditemukan pada kelas terapi vitamin dan mineral

(96,7%) dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler (93,3%).

c. Sebanyak 10 kasus dari 30 kasus mengalami DRP, 8 kasus aktual DRP butuh

obat, 7 kasus dalam aktual DRP tidak perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan

sebanyak 2 kasus potensial DRP ADR.

d. Hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati paling banyak

pulang dalam keadaan membaik (67,7%) dan paling banyak dirawat selama 1-7

hari (56,7%).

B. Saran

a. Diperlukan suatu standar pengobatan pasien DM dengan komplikasi nefropati di

RS Bethesda agar proses penyembuhan pasien dapat berjalan optimal,

perkembangan penyakit dapat dihambat, dan komplikasi lain yang mungkin

terjadi dapat dicegah.

b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hasil terapi pengobatan DM

dengan komplikasi nefropati dilihat dari parameter fungsi ginjal.

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Infomatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 263-264, 266, 268,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2002a, Diabetic Nephropathy, http//www.nephrologychannel.com


/diabeticnephropathy/overview.shtml. Diakses pada tanggal 20 Maret 2007.

Anonim, 2002b, Pengelolaan Diabetes Melitus secara Tepat,


http//www.prodia.co.id. Diakses pada 10 Januari 2006.

Anonim, 2003a, Diabetes dan Penurunan Kualitas Hidup, http//www.kompas.com./


kompas-cetak/0302/20/kesehatan/137008/htm. Diakses pada 10 Januari
2006.

Anonim, 2003b, The Dangerous Toll of Diabetes, http://www.diabetes.org/diabetes-


statistics/dangerous-toll.jsp. Diakses pada 3 Desember 2006.

Anonim, 2004a, Diabetic Nephropathy Illustrations, http//www.nlm.nih.gov.


Diakses pada tanggal 23 September 2006.

Anonim, 2004b, Diabetic Nephropathy Topic Overview,


http://www.everettclinic.com/kbase/topic/mini/uf3486/overview.htm.
Diakses pada tanggal 23 September 2006.

Anonim, 2005a, Diabetes Mengancam Kita, Ethical Digest, 15 (III), 10-15.

Anonim, 2005b, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, 32-43,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2005c, Profil Kadar Gula Darah Sewaktu pada 1 Juta Subyek di Indonesia,
Ethical Digest, 22 (III), 55-57.

Astuti, N.H., 2000, Waspadai Nefropati Diabetik, Medika, 4, XXVI, 209.

Carlisle, B.A., Kroon, L.A., and Koda-Kimble, M.A., 2005, Diabetes Mellitus, dalam
Koda-Kimble, M.A., Young, L.Y., Kradjan, W.A., and Guglielmo, B.J.,
(Eds.), Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs, Eight Ed., 50.47-
50.57, Lippincott Williams and Wilkins, United State of America.

Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
First (1st) Ed., 82-83, Mc Graw Hill, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

De Paullin, B., 2000, Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping, dan Kontraindikasi Obat di
Instalasi Rawat Inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.

Elwell, R.J. and Foote, E.F., 2005, Hemodialysis and Peritoneal Dialysis, dalam
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and
Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth
(6th) Ed., 205-207, The Mc Graw-Hill Companies, New York.

Genuth, S., 2003, Diabetes Mellitus, in Pale, D.C., Federman, D.D., (Eds.), Scientific
American Medline, 2003 Ed., Vol.1, 582-584,606, WebMD Inc., United
States of America.

Gross,J.L., de Azevedo,M.J., Silveiro, S.P., Canani, L.H., Caramori, M.L. and


Zelmanovitz, T., 2005, Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and
Treatment, http://care.diabetesjournals.org/cgi/content/full/28/1/. Diakses
tanggal 5 Desember 2006

Handoko, T., dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon, Antidiabetika, dalam
Ganeswara, S.G., (Ed.), Farmakologi dan Terapi, Ed.4, 471-475, 479,
Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.

McPhee, S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F., and Lange, W.F., 1995,
Pathophysiology of Disease an Introduction to Clinical Medicine, First (1st)
Ed., 384-387, Prentice-Hall International Inc., London.

Molitch, M.E., 2004, Nephropathy in Diabetes, Diabetes Care, Vol.27, Supll.1, 79-
83.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Ed.5, 345, 349-351, Penerbit ITB, Bandung.

Nadeak, N.I., 1995, Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien DM Rawat
Jalan di RS Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember 1998),
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Octa, 2003, Diabetes Melitus, http//www.promosikesehatan.com. Diakses pada 10


Januari 2006.

O’Meara, Y.M., Brady, H.R., and Brenner, B.M., 2001, Diabetic Nephropathy,
dalam Eugene B., Anthony S.F., Dennis L.K., Stephen L.H., Dan L.L.,
James L.J.,(Eds.), Harrison’s Principles of Internal Medicine, Fifteenth
(15th) Ed., 1590, The Mc Graw-Hill, United State of America.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Powers, A.C., 2001, Diabetes Mellitus, dalam Eugene B., Anthony S.F., Dennis
L.K., Stephen L.H., Dan L.L., James L.J.,(Eds.), Harrison’s Priciples of
Internal Medicine, Fifteenth (15th) Ed., 2132, The Mc Graw-Hill, United
State of America.

Retnari, N.W., 2002, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi Nefropati pada


Kasus DM di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode
2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Saseen, J.J. and Carter, B.L., 2005, Hypertension, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,
Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., (Eds.),
Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed., 205-207,
The Mc Graw-Hill Companies, New York.

Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, 295-
298, Airlangga University Press, Surabaya.

Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, A.B., 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Fifth Ed., 683, The Mc Graw-Hill Companies, New
York.

Soman, S.S., 2006, Diabetic Nephropathy, http//www.emedicine.com/med/


topic549.htm. Diakses pada tanggal 23 September 2006.

Suryawanti, M.R., 1999, Pola Peresepan Obat Hipoglikemi dan Studi Literatur
Interaksi Obat pada Pasien DM Rawat Inap di RS Bethesda Yogyakarta
Periode Januari-Maret 2002, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.

Suyono, S., 2002, Patofisiologi, dalam Soegondo, S., (Ed.), Penatalaksanaan


Diabetes Mellitus Terpadu, 8-11, 13, FKUI, Jakarta.

Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalam Dipiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M.,
(Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed.,
1333-1363, The Mc Graw-Hill Companies, New York.

Yusmainita,2001, Perlindungan Pasien Melalui Pelayanan Asuhan Kefarmasian di


Rumah Sakit, http://www.tempointeraktifs.com/medika/arsip/042001/huk-
1.htm. Diakses pada 21 Januari 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Lampiran 1
Data Rekam Medis Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Tahun 2005

No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
1. 00949692 / L, Badan lemas, mual, muntah, ada luka Utama : ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 Oral 06/02—08/02 52 -
050206002 50 di kaki kanan, luka nyeri, badan DM+nefro+ulkus ƒ Cipro 500 mg, 2x1 Oral 06/02—08/02 6 Obat jalan
2 hari thn panas 3 hari, pusing. Sekunder : anemia ƒ Captopril 25 mg, 2x1 Oral 06/02—08/02 4
Riwayat DM 1 tahun. Di.pulang : ƒ Pamol bp Oral 06/02—07/02
DM+nefro+ulkus+ane ƒ Zumadiac ½-0-½ Oral 07/02—08/02 9½
mia ƒ Vometa 3x1 Oral 07/02
ƒ Rantin 2x1 IV 06/02—08/02 3 amp
ƒ Ceftriaxon 2x1 IV 06/02—08/02 3 fl
ƒ Vomidex 2x1 amp IV 07/02—08/02 3 amp
2. 00569602 / L, Sudah 1 minggu kedua tungkai kaki Utama : nefropati DM ƒ CaCO3 250 mg, 2x2 Oral 21/08—22/08 Belum
050820013 43 bengkak, badan lemes, mual, tak ƒ Lasix IV 21/08 1 amp sembuh
2 hari thn muntah, BAB/BAK lancar, tdk nafsu ƒ Hemapo IV 21/08 300μl (APS)
makan. ƒ Methycobal 2x1 amp IM 21/08—22/08 HD
ƒ Folavit 2x1 Oral 21/08—22/08 Obat jalan
3. 00410160 / P, Pusing, badan lemas, Hb=5.9, Utama : DM ƒ CaCO3 3x2 caps Oral 07/04—08/04 12 Perbaikan
050407010 42 makan-minum mau, bengkak. Komplikasi : nefropati ƒ Folavit 3x1 Oral 07/04—08/04 3 (APD)
1 hari thn DM ƒ Aspar K 1x1 Oral 08/04 5 Obat jalan
ƒ Glurenorm 1x1 Oral 08/04 24
ƒ Lasix 1x1 Oral 08/04 5
ƒ Captopril 2x12,5 Oral 08/04 10
4. 00972660 / P, Sejak 2 minggu, badan lemas, mual Utama : DM ƒ Hemobion 1x1 Oral 04/11—13/11 Obat jalan
051104020 55 ⊕, muntah ⊕, BAK lancar, riwayat Sekunder : hepatitis ƒ Enzyplex 3x1 Oral 04/11—05/11
4 hari thn DM. Komplikasi : nefropati ƒ Narfoz 2x1 IV 05/11—06/11
diabetik ƒ Metrix ½-0-0 Oral 05/11—08/11
ƒ Curliv 3x1 Oral 05/11—08/11
ƒ Primperan Oral 05/11—10/11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Outcome
No. No.Reg / Id. Keluhan Diagnosa Tanggal
Nama D CP JO & Ket.
LP Px Pemberian
5. 00973800 / L, Kaki terasa nyeri, bengkak-bengkak, Utama : nefropati DM ƒ Folavit 3x1 Oral 30/11—03/12 43 Perbaikan
051130008 45 mual-mual, kadang seseg. ƒ Ketosteril 3x1 Oral 30/11—03/12 6 (APD)
2 hari thn ƒ Alopurinol 100 mg, 3x1 Oral 30/11—03/12 30 Obat jalan
ƒ Methycobal 2x1 amp IV 30/11—02/12
ƒ Epocaldi 1-0-0 Oral 01/12—03/12 6
ƒ Amaryl 3 mg, 1-0-0 Oral 01/12—03/12 30
ƒ Ceradolan 2x1 Oral 01/12—03/12 10
ƒ Ascardia 80 mg, 2x1 Oral 01/12—03/11 10
6. 00974160 / L, Seseg, riwayat CRF (sakit ginjal). Nefro DM ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 Oral 08/12—14/12 12 -
051208047 62 Operasi CRF ƒ Asam Folat 3x1 Oral 08/12—10/12 6 HD
6 hari thn ƒ Methycobal 1x2 amp IV 09/12—13/12 10 Obat jalan
ƒ Lasix 1x2 amp IV 09/12—13/12 10
ƒ Fraxiparine IV 09/12, 12/12 1
ƒ Irvel 300mg,1-0-0 Oral 09/12—14/12 10
ƒ Ascardia 80 mg, 2x1 Oral 11/12—14/12 60
ƒ Folavit 3x1 Oral 11/12—14/12 60
ƒ Pronalges 100 mg, 2x1 Oral 12/12—14/12 4
ƒ Actrapid 3x8 U IM 13/12—14/12
ƒ Broadced HP 1x1 IV 11/12—12/12 2
7. 00966573 / P, Tiga hari seseg nafas, batuk. Utama : DM ƒ Cordarone 3x½ tab Oral 04/06—06/06 5 Perbaikan
050604043 57 Riwayat DM dan darah tinggi. Sekunder : Nefropati ƒ Captensin 2x1 Oral 06/06—07/06 8 (APD)
7 hari thn DM ƒ Yekalgin Oral b/p Obat jalan
ƒ Aspar K 1x1 Oral 06/06—11/06
ƒ Lasix 1x1 Oral 04/06—10/06
ƒ Laxadin Syr 2x2 cth Oral 05/06 1 btl
ƒ Polycrol Syr 3x1 cth Oral 05/06 1 btl
ƒ Folavit 3x1 Oral 07/06—11/06
ƒ Tonar 3x1 Oral 07/06—11/06
ƒ Tensifask 1x1 Oral 07/06—11/06
ƒ Romilar 3x1 Oral 07/06—10/06
ƒ Zumadiac 1-0-0 Oral 07/06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
8. 00962244 / L, Tadi malam sesak nafas, riwayat DM Utama : DM-nefro ƒ Norvask 1x1 Oral 14/02—16/02 3 -
050214008 51 dan hipertensi, obat rutin Glucobay Sementara : ƒ Spasmium 2x1 Oral 14/02—15/02 3 Obat jalan
5 hari thn masih di rumah tidak dibawa. Renal Failure ƒ Glucobay 2x1 Oral 14/02—19/02 10
ƒ Letonal 1x½ Oral 14/02—19/02 6
ƒ Micardis 1x1 Oral 15/02—19/02 10
ƒ Allopurinol 2x1 Oral 15/02—19/02 20
ƒ Legres 2x1 Oral 15/02—19/02 20
ƒ Mentalium 1x1 Oral 15/02—19/02 5
ƒ Bactesyn 3x1 Oral 18/02—19/02 10
ƒ Irvel 0-0-1 Oral 17/02—19/02
ƒ CaCO3 2x2 Oral 17/02—19/02
ƒ Folavit 3x1 Oral 17/02—19/02 10
ƒ Toral 1x1 Oral 17/02—19/02 10
ƒ Rantin 1 amp IV 14/02
ƒ Combivent 14/02
Nebulizer
ƒ Lasix 1x1 amp IV 15/02—18/02 2
ƒ Hemapo 3000 U IV 15/02
9. 00538514 / L, Cegukan ± 2 hari, riwayat CRF, Utama : nefropati DM ƒ Folavit 3x1 Oral 21/05—22/05 10 APS
050521029 57 seseg ⊕, pasien tanggal 20/05/2005 ƒ Prosogan 1x1 Oral 22/05—23/05 2 HD
3 hari thn program HD tapi belum mau. ƒ Kalitake 1x1 Oral 21/05—22/05 2 Obat jalan
ƒ Irvel 1x300 mg Oral 22/05—24/05 21
ƒ Xanax 0,5 mg, 2x1 Oral 21/05—22/05 2
ƒ Norvask 1x1 Oral 22/05—24/05 62
ƒ Largactil 25 mg, 2x1 Oral 22/05—24/02 10
ƒ Vomidex 2x1 amp IV 21/05—22/05
ƒ Lasix 1x1 amp IV 21/05—22/05
10. 00778060 / P, Sesak nafas ± 3 minggu, batuk-batuk, Utama : Nefropati ƒ Dramamin 3x½ Oral 13/04—15/04 4½ Perbaikan
050413006 47 kaki-kaki udem, mual−, riwayat DM DM+CRF ƒ Glibenclamid ½-0-0 Oral stop (atas izin)
4 hari thn dan hipertensi. Sementara : CRF ƒ Captopril 25 mg, 2x1 Oral 13/04 7 HD
ƒ Furosemid 1-0-0 Oral 13/04, 17/04 10 Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Mucosolvon 3x1 Oral 13/04—17/04 7
ƒ Tensivask 1x1 Oral 13/04—17/04 5
ƒ CaCO3 500 mg, 3x2 Oral 14/04—17/04 20
ƒ Folavit 3x1 Oral 14/04—17/04 10
ƒ Irvel 0-0-1 Oral 16/04—17/04 30
ƒ Farmasal 2x1 Oral 17/04 60
ƒ Dex 40 2x1 IV 13/04
ƒ Lasix 1x1 IV 13/04—17/04 3
ƒ Ceftriaxon 1x1 IV 14/04—15/04 2
11. 00960464 / L, Mulai tadi jam 24.00 merasa pusing, Utama : Uncontrolled ƒ Pamol 3x1 Oral 02/01, b/p 13 Perbaikan
050102002 56 mual, demam, riwayat DM sudah 10 DM. ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 Oral 04/01—09/01 15 (APD)
8 hari thn tahun, diare 3x, sudah 1 bulan tidak Komplikasi : Nefropati ƒ Folavit 400 mg, 3x1 Oral 04/01—09/04 15 Obat jalan
minum obat. DM ƒ Tonar 3x1 Oral 04/01—09/04 15
ƒ Cefadroxil 500 mg, 2x1 Oral 07/01—10/01 10
ƒ Metrix 2 mg, 1-0-0 Oral 07/01—10/01 5
ƒ Ceftriaxon 1x1g IV 02/01—06/01 1
ƒ Rantin 2x1 amp IV 02/01 1
ƒ Actrapid 3x16 U SC 03/01—07/01
ƒ Insulatard 15 U 07/01—09/01
Penfil
12. 00973543 / P, Pindah dari RS P Jakarta dengan Utama : Nefropati DM ƒ Letonal ½-0-0 Oral 25/11—26/11 Perbaikan
051124042 50 CRF, udem Sementara : Nefropati ƒ Lasix 1-0-0 Oral 25/11—30/11 5 (APD)
9 hari thn DM lama, bengkak DM ƒ Pariet 1-0-0 Oral 25/11—30/11 5 HD
ƒ Tonar 3x2 Oral 26/11—29/11 20 Obat jalan
ƒ Glurenorm 1-0-0 Oral 25/11—03/12 5
ƒ Narfoz 2x1 Oral 26/11—29/11 6
ƒ Prosogan 1x1 Oral 27/11
ƒ Frisium 2x1 Oral 28/11—01/12
ƒ Lasix 2x1 amp IV 24/11, 29/11— 10
02/12
ƒ Broadced HP 1x1g IV 25/11—01/12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Dulcolac 26/11
Supp.
ƒ Methycobal 2x2 amp IV 29/11—02/12 12
ƒ Ca. Gluconate 02/12 1 amp
ƒ Primperan 02/12 1 amp
ƒ OMZ 02/12 1 amp
ƒ Alinamin F 1x1 02/12—03/12 1 amp
13. 00970347 / P, ± sudah 2 bulan kencing berkurang, Utama : nefropati DM ƒ Irvel 300 mg, 1x1 Oral 09/09—22/09 3 -
050909029 53 sehari kencing 2x, kedua kaki Sementara : DM ƒ CaCO3 3x2 Oral 09/09—22/09 8 HD
13 hari thn bengkak, nafas seseg. ƒ Asam Folat 3x1 Oral 09/09—22/09 4 Obat jalan
ƒ Lasix IV 09/09—10/09 4
ƒ Methycobal 2x1 amp IM 09/09—13/09, 2
17/09—22/09
14. 00555442 / P, Sudah ± 2 minggu badan bengkak, Utama : DM + ƒ Glurenorm 1x1 Oral 11/04—19/04 10 Belum
050411014 60 nafas seseg, kulit muka terasa gatal, Nefropati + oedem ƒ Farmasal 1x1 Oral 11/04—19/04 10 sembuh
8 hari thn badan lemas. ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 Oral 11/04—19/04 20 (APS)
ƒ Glucobay 3x1 Oral 11/04—17/04, 10 Obat jalan
19/04
ƒ Allopurinol 3x1 Oral 11/04—19/04 10
ƒ Furosemid 2x1 Oral 11/04—19/04 10
ƒ Captensin 12,5mg, 2x1 Oral 11/04—19/04 10
ƒ Racikan 1x1 Oral 15/04—18/04 10
Halloperidol+
Abilify
ƒ Racikan 1x1 Oral 15/04—19/04 10
Haloperidol+
Trihexypenid
yl
ƒ Lasix IV 11/04—18/04
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
15. 00969317 / P, Sudah 3 hari kepala pusing, mual Utama : nefropati ƒ Noperten 1x1 Oral 16/08—23/08 8 Perbaikan
050815022 37 muntah, nafsu makan kurang, otot- diabetik + retinopati + ƒ Vometa 3x1 Oral 15/08—23/08 6 (APD)
8 hari thn otot pegel, pandangan kabur. hipertermia ƒ Clonidin 0,15mg, 2x1 Oral 15/08—22/08 4 Obat jalan
ƒ Glurenorm ½-0-0 Oral 16/08—23/08 2
ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 Oral 15/08—23/08 12
ƒ Mentalium 2x1 Oral 15/08—17/08, 5
20/08—23/08
ƒ Cetalgin 3x1 Oral 16/08—23/08 10
ƒ Lasix 2x1 Oral 16/08—23/08 10
ƒ Glucobay 50 mg, 3x1 Oral 18/08—23/08 10
ƒ Ranitidin 150 mg, 2x1 Oral 19/08—23/08 10
ƒ Norvask 1x1 Oral 20/08—23/08 10
ƒ Irvel 300mg,1-0-0 Oral 22/08—23/08 5
ƒ Sporacid 2x2 Oral 22/08—23/08 6
ƒ Rantin 2x1 amp IV 15/08—16/08 1
ƒ Ceftriaxon 2x1g IV 16/08—18/08 3
ƒ Epotrex SC 19/08, 23/08 1
ƒ Methycobal 2x1 amp IM 22/08—23/08 2
ƒ Insulatard 6U SC 22/08
ƒ Gynoxa ovule 1x1 Perva 5
gina
16. 00503241 / L, Klien mengeluh sudah ± 2 hari mual, Utama : DM + ƒ Vometa 3x1 Oral 19/03—25/03 10 Perbaikan
050319030 48 muntah, tak nafsu makan, badan nefropati febris ƒ Metrix 20 mg, 1x1 Oral 19/03—25/03 5 (APD)
6 hari thn lemes, ada luka di kaki kanan, kaki Sekunder : hipertensi ƒ Captensin 25 mg, 2x1 Oral 19/03—25/03 6 Obat jalan
kiri luka kering, riwayat hipertensi ƒ Simvastatin 10 mg, 1x1 Oral 19/03—25/03 5
dan DM. ƒ Frisium 2x1 Oral 19/03—25/03 9
ƒ Primperan 2x1 Oral 19/03—22/03 2
ƒ Norvask 1x1 Oral 21/03—25/03 5
ƒ Glucobay 50 mg, 3x1 Oral 21/03—25/03 10
ƒ Pamol bp Oral 21/03—22/03 10
ƒ Cravit 500 mg, 1x1 Oral 22/03—25/03 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Rantin 2x1 IV 19/03—20/03 3
ƒ Narfoz IV 19/03
ƒ Insulatard 1x10 U SC 20/03—24/03
17. 00548260 / P, Klien merasa sesak sudah dari Utama : DM + ƒ Aspar K 1x1 Oral 10/06—19/06 3 Belum
050610016 63 seminggu, kedua kaki bengkak tidak nefropati, penyakit ƒ Captensin 12,5mg, 2x1 Oral 10/06—19/06 4 sembuh
9 hari thn bisa jalan, mulai tadi siang tidak bisa jantung iskemia ƒ Farmasal 100 mg, 1x1 Oral 10/06—19/06 3 (APS)
kencing, nafsu makan kurang. ƒ Cedocard 5 mg, 3x1 Oral 10/06—19/06 3 Obat jalan
ƒ Lasix 1x1 Oral 11/06—19/06 3
ƒ Diabex 500 mg, 2x1 Oral 11/06—17/06 10
ƒ Zumadiac 1x½ Oral 11/06—15/06 5
ƒ Letonal 3x½ Oral 13/06—19/06 10
ƒ Digoxin 2x½ Oral 13/06—19/06 10
ƒ Tarivid 400mg, 2x2 Oral 14/06—19/06 6
ƒ Rantin 150 mg, 2x1 Oral 18/06—19/06 10
ƒ Vometa 3x1 Oral 17/06—19/06 10
ƒ Lasix 2 ampx2 IV 13/06, 16/06—
19/06
ƒ Dex 40% 17/06
18. 00959489 / L, ± 3 minggu kencing tidak lancar / Utama : Nefropati DM ƒ CaCO3 3x2 Oral 03/09—13/09 12 Perbaikan
050903031 74 menetes, nafsu makan berkurang. Sekunder : Obstruksi ƒ Asam Folat 3x1 Oral 03/09—05/03 6 (APD)
10 hari thn Sementara : CRF ƒ Folavit 3x1 Oral 05/09—13/09 30 Obat jalan
ƒ Ketosteril 3x1 Oral 04/09—13/09 60
ƒ Zyloric 100 mg, 3x1 Oral 04/09—13/09 60
ƒ Catarlent 4x2 tts Tetes 05/09—08/09 1
mata
ƒ Mucosolvon 2x1 Oral 06/09—09/09 10
(da
Mucopect)

ƒ Methycobal 2x2 IV 03/09—04/09, 2


07/09—09/09
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Humulin R 3x8 U 04/09—08/09
ƒ Actrapid 3x8 U 09/09—13/09
ƒ OMZ 1x1 fl SC 13/09
19. 00964884 / L, Perut nyeri ± 3 hari ini, mual ⊕, Utama : DM ƒ Tonar 2x1 Oral 21/04 2 -
050421017 39 muntah ⊕. Riwayat DM sejak 10 Sekunder : Parkuatitis ƒ Tensicap 3x1 Oral stop 8 Obat jalan
14 hari thn tahun yang lalu. kuavik, hipertensi ƒ Tensivask 1x5 mg Oral 21/04—23/04, 5
Komplikasi : nefropati 29/04—05/05
diabetik ƒ CaCO3 3x500 mg Oral 21/04—23/04, 30
01/05—05/05
ƒ Asam Folat 3x1 Oral 21/04—23/04, 15
05/05
ƒ Vometa 3x1 Oral 21/04—23/04, 10
29/04—05/05
ƒ Inpepsa 3x1 Oral 23/04—24/04,
28/04
ƒ Irvel 300 mg, 1x1 Oral 01/05—05/05 5
ƒ Letonal 2x½ Oral 30/04—04/05
ƒ Acidum 3x1 Oral 01/05—04/04
Folicum
ƒ Digest 1x1 Oral 02/05—05/05
ƒ Enzyplex 3x1 Oral 02/05—05/05 10
ƒ Glurenorm 1-0-0 Oral 05/05 1
ƒ Zantac IV 21/04 10
ƒ Vomidex 2x1 IV 21/04—26/05 4
ƒ Rantin 2x1 amp 21/04—22/04
ƒ Actrapid 3x8 U SC 21/04—29/04,
3x5 U 03/05—05/05
ƒ Remopain 2x1 21/04—23/04
(Toradon)
ƒ OMZ 1x1 22/04—01/05
ƒ Stesolid 23/04 1 amp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Tramal 2x1 amp 25/04—26/04
ƒ Diazepam 2x1 amp 25/04—26/04
ƒ Alinamin 2x1 26/04—27/04 5
ƒ Alinamin-F 2x1 28/04—30/04
20. 00423874 / L, Klien mengeluh sudah 8 hari tidak Utama : DM + ƒ Captensin 12,5mg, 2x1 Oral 16/02—24/02 3 Perbaikan
050216043 67 bisa BAB, badan lemes, seseg, kaki Nefropati + ulkus ƒ Farmasal 100 mg, 1x1 Oral 17/02—24/02 10 (APD)
8 hari thn udem, ada luka di kaki, pusing. Sekunder : penyakit ƒ ISDN 5 mg, 3x1 Oral 17/02—24/02 30 HD
jantung iskemi + ƒ Velocef 500 mg, 3x1 Oral 17/02—24/02 10 Obat jalan
hipertensi ƒ Furosemide 2x1 Oral 18/02—24/02 10
ƒ Laxadine 1x2 cth Oral 18/02 1 btl
ƒ Cendomycos 4x1 tts Tetes 1 btl
mata
ƒ Catarlent 4x1 tts Tetes 1 btl
mata
ƒ CaCO3 250 mg, 3x2 Oral 21/02—24/02 10
ƒ Clonidin 150mg, 2x½ Oral 21/02—24/02 10
ƒ Ranitidin 2x1 Oral 21/02—24/02 10
ƒ Vometa 3x1 Oral 21/02—24/02 10
ƒ Adalat Oros 30 mg, 0-0-1 Oral 21/02—24/02 15
ƒ Bactesyn HP 2x1 IV 16/02—17/02 2
ƒ Lasix 1 amp IV 16/02 1
21. 00558901 / L, Mulai tadi pagi jam 03.00 muntah Utama : DM ƒ Callos 3x1 Oral 05/05—10/05 15 Perbaikan
050505016 62 darah segar 3x, sebelumnya perut Komplikasi : nefropati ƒ Tonar 3x1 Oral 05/05—10/05 1 btl (APD)
5 hari thn terasa mules. Kemudian pasien pergi DM ƒ Glurenorm 3x1 Oral 05/05—10/05 44 Obat jalan
ke RS Bethesda opname. Sekarang ƒ Lipanthyl 1-0-1 Oral 06/05—10/05 30
sudah merasa enak. ƒ Glucobay 160 mg, 1x1 Oral 06/05—10/05 14
ƒ Toral 100 mg, 3x1 Oral 05/05—10/05 45
ƒ Xanax 1x1 Oral 06/05—10/05 10
ƒ Betaserc 1x0,5 Oral 07/05, 09/05
ƒ Vometa 3x1 Oral 08/05—09/05 3
ƒ Vomidex 3x1 Oral 08/05—09/05 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Adona Forte 1 amp IV 05/05 1
ƒ Vitamin K 10mg, 2x1 IV 05/05 2
amp
ƒ Rantin 50mg, 2x1 IV 05/05 2
amp
ƒ Kalnex 500mg, 2x1 IV 05/05 2
amp
22. 00558901 / L, Pasien mengeluh pinggang kiri nyeri, Utama : DM ƒ Sistenol 3x1 Oral 03/07—04/07 4 Perbaikan
050703021 62 mual −, muntah −. Sekunder : Batutuline ƒ Librax 2x1 Oral 03/07—04/07 3 (APD)
15 hari thn Kemih, BPA ƒ Clavamox 500 mg, 3x1 Oral 03/07—11/07 15 Obat jalan
Komplikasi : nefropati ƒ Buscopan 3x1 Oral 03/07—06/07 10
DM Plus
Operasi : URS ƒ Glurenorm 1-1-0 Oral 04/07—18/07 10
ƒ Glucobay 100 mg, 2x1 Oral 03/07—18/07 10
ƒ Irvel 300mg,1-0-0 Oral 07/07—10/07
ƒ Synflex 2x1 Oral 17/07—18/07 10
ƒ Ciproxin XR 1x1 Oral 17/07—18/07 5
ƒ Toradol 1 amp 03/07, 08/07,
2x1 amp 15/07—17/07 5
ƒ Rantin 03/07
ƒ Actrapid 3x8 U 06/07—08/07
ƒ Actrapid 3x14 U 09/07—14/07
ƒ Ceftum 2x1 g 15/07—17/07 2
23. 00950492 / P, Pasien mengeluh sesak nafas, riwayat Utama : DM ƒ Lasix 1-0-0 Oral Stop (obat di Perbaikan
050619006 58 DM, sakit ginjal. Komplikasi : Nefropati rumah) (APD)
2 hari thn DM ƒ Ketosteril 3x1 Oral 19/06—21/06 15 Obat jalan
ƒ Epocaldi 3x1 Oral 19/06—21/06 15
ƒ Neurobion 2x1 Oral 20/06—21/06 10
5000 20/06—21/06
ƒ Aspar K 2x1 Oral 20/06—21/06 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Mixtard 15U, 12 U 20/06, 21/06
Nofolet
ƒ Venover 1 amp 19/06—20/06
ƒ Mixtard 15 U-0-12 U 19/06—22/06
ƒ Lasix 2 amp 19/06—22/06
24. 00962404 / L, Badan lemes, mual-mual terus, Utama : Nefropati ƒ Folavit 3x1 Oral 07/03—16/03 15 Perbaikan
050307012 47 riwayat DM dan CRF, sekarang mata diabetik, CRF ƒ Adalat Oros 0-0-1 Oral 07/03—13/03 (APD)
9 hari thn kabur, badan lemes, ada hernia. Sementara : Nefropati ƒ Irvel 150 mg, 1x1 Oral 07/03—13/03 HD
DM ƒ CaCO3 3x2 Oral 07/03—16/03 Obat jalan
Operasi : CRF ƒ Angioten 1x1 Oral 07/03—16/03 15
ƒ Ascardia 160 mg, 1x1 Oral 09/03—16/03 30
ƒ Profenid 100mg, 3x½ Oral 09/03 9
ƒ Yefamox 3x1 Oral 09/03—14/03 15
ƒ Kaltrofen 3x½ Oral 10/03—12/03 4½
ƒ Prosogan 1x1 Oral 13/03—15/03 3
ƒ Neurotam 2x400 Oral 15/03 10
ƒ Nootropil 2x1 Oral 16/03 8
ƒ Methycobal 2x2 08/03—10/03 10
ƒ Pronalges 3x1 09/03, 12/03 9
25. 00962404 / L, Pasien mengeluh mual-mual, badan Utama : Nefropati DM ƒ Folavit 3x1 Oral 18/02—24/02 -
050218027 47 lemes, luka di kaki kiri, tak sembuh- Sementara : CRF ƒ CaCO3 3x2 Oral 18/02—24/02 HD
6 hari thn sembuh. ƒ Irvel 300 mg, 1x1 Oral 19/02—23/02 Obat jalan
ƒ Nootropil 3x1 Oral 22/02—24/02
ƒ Adalat 0-0-1 Oral 23/02—24/02
ƒ Nicholin 2x1 amp IV 19/02—21/02
ƒ Ceftriaxone 1x1g 18/02—21/02
26. 00962094 / P, Pasien mengeluh lemes, perut nyeri Utama : nefropati DM ƒ Epocaldi 1x1 Oral 11/08—17/08 10 Perbaikan
050809049 57 seperti kram, nafas seseg, demam, Sekunder : Ca.Urinaria ƒ Digest 1-0-0 Oral 11/08—17/08 4 (APD)
8 hari thn pusing. st III ƒ Ceradolan 2x1 Oral 15/08—17/08 10 Obat jalan
Komplikasi : CRF ƒ Dulcolax 0-0-1 Oral 15/08
Sementara : DM ƒ Folavit 3x1 Oral 16/08—17/08 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Irvel 1x1 Oral 17/08 30
ƒ Primperan 1 amp 09/08
ƒ Remopain 1 amp 09/08
ƒ OMZ 1 amp 09/08
ƒ Lasix 20 amp 10/08
ƒ Humulin R 3x12 U 11/08—17/08
ƒ Methycobal 2x1 amp IM 11/08—15/08 10
ƒ Ceradolan 2x1 IV 11/08—13/08 4
ƒ Epotrex 2x / minggu SC 11/08, 15/08 2
27. 00962094 / P, Tadi pagi tiba-tiba pingsan, keringat Utama : DM ƒ Irvel 1x1 Oral 09/06—15/06 Perbaikan
050609012 58 dingin, badan lemes. Komplikasi : nefropati ƒ Allopurinol 3x1 Oral 09/06—15/06 (APD)
6 hari thn DM ƒ Ketosteril 3x1 Oral 09/06—15/06 Obat jalan
ƒ Epocaldi 3x1 Oral 09/06—15/06
ƒ Folavit 3x1 Oral 09/06—11/06
ƒ Callos 3x1 Oral 09/06—12/06
ƒ Metrix Oral stop
ƒ Kalitake 3x1 Oral 10/06—15/06
ƒ Norvask 10 mg, 0-0-2 Oral 11/06—15/06
ƒ Natrilix Sr 1-0-0 Oral 10/06
ƒ Metycobal 2 amp 11/06—15/06
ƒ Epotrex 4000 U 11/06 30
ƒ Venover 1 amp/ infus 14/06 15
28. 00962094 / P, Pasien mengatakan kemarin sore Utama : DM ƒ Captensin 12,5mg, 2x2 Oral 10/02—19/02 4 Perbaikan
050210008 58 pasien makan telat, malam badan Komplikasi : nefropati ƒ Neurosanbe 2x1 Oral 10/02—11/02 4 (APD)
21 hari thn lemas, bicara agak pelo. DM, CVA infark ƒ Nootropil 400 mg, 2x1 Oral 10/02—15/02 10 Obat jalan
ƒ Neurobion 2x1 Oral 10/02—03/03 10
ƒ Diabex F 2x1 Oral 12/02—15/02 4
ƒ Metrix 2 mg, 1-0-0 Oral 12/02—15/02, 2
22/02—03/03
ƒ Tensivask 1x1 Oral 13/02—20/02 5
ƒ HCT 25 mg, 1x½ Oral 14/02—19/02 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Benadril di kamar
DMP Syr Oral pasien
ƒ Farmasal 15/02—02/03 10
ƒ Liphantyl 100 mg, 1x1 Oral 15/02—02/03 5
Supra 160 mg, 1x1 Oral
ƒ Vometa 13/03—03/03 10
ƒ OMZ 3x1 Oral 17/02—02/03 10
ƒ Xanax 2x1 Oral 16/02—27/02 3
ƒ Trental 0,5 mg, 1x½ Oral 19/02—03/03 10
ƒ Orgabolin 2x1 Oral 24/02—03/03 7
ƒ Folavit 1x1 Oral 24/02—03/03 15
ƒ Ketosteril 3x1 Oral 24/02—03/03 15
ƒ Callos 3x1 Oral 24/02—03/03 15
ƒ Norvask 3x1 Oral 21/02—03/03 6
ƒ Glucobay 5 mg, 1x1 Oral 28/02—03/03 9
100 mg, 2x1 Oral
ƒ Lasix 2 amp 12/02—13/02
ƒ Vomidex 1 amp 12/02, 15/02
ƒ Lovenox 1x1 15/02 1
ƒ Trental 2 amp/ infus infus 6
ƒ OMZ 1x1 fl 15/02—16/02 2
ƒ Actrapid 3x10 U, 20/02, 22/02,
3x15 U 23/02
ƒ Dex 40 % 21/02
ƒ Methycobal 2x seminggu IM 03/03 4
29. 00550842 / L, Setelah HD badan lemes, pasien Utama : nefropati ƒ Nootropil 3x1 Oral 22/08—25/08 20 Perbaikan
050822012 54 minta opname. diabetik ƒ Curcuma 3x2 Oral 22/08—25/08 4 (APD)
3 hari thn Sekunder : Chronic ƒ Folavit 3x1 Oral 22/08—25/08 57 HD
kidney disease stage V ƒ Ascardia 2x80 mg Oral 22/08—25/08 94 Obat jalan
Sementara : ND ƒ Prexum 1x1 Oral 22/08—25/08 3
ƒ Epocaldi 3x1 Oral 22/08—25/08 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Lanjutan Lampiran 1
No.RM / Obat
Id. Outcome
No. No.Reg / Keluhan Diagnosa Tanggal
Px Nama D CP JO & Ket.
LP Pemberian
ƒ Arcapet 2 Oral
ƒ Methycobal 2x1 amp 22/08—25/08
ƒ Recormon 5000 U SC 23/08
30. 00550842 / L, Pasien HD 2x / minggu, oedema Utama : nefropati DM ƒ Folavit 3x1 Oral 05/09—10/09 Perbaikan
050904036 54 ext.kiri. Sementara : CRF ƒ Curcuma 2x1 Oral 05/09—10/09 (APD)
6 hari thn ƒ Ascardia 2x80 mg Oral 05/09—10/09 HD
ƒ Prexum 1x1 Oral 05/09—10/09 Obat jalan
ƒ CaCO3 250 mg, Oral 05/09—07/09
ƒ Nootropil 3x2800 mg, Oral 07/09—10/09
ƒ Epocaldi 2x1 Oral 08/09—10/09
ƒ Racikan 3x1 Oral 07/09—10/09
Haloperidol+ 3x1
Trihexypenid
yl
ƒ Rochepin 1x1g 05/09—07/09
ƒ Lasix 2x1 05/09—11/09
ƒ Methycobal 2x1 07/09—11/09
ƒ Recormon 5000 U SC 08/09, 12/09

Keterangan :
No.RM : Nomor Rekam Medis Caps : Capsul
LP : Lama Perawatan APS : Atas Permintaan Sendiri
Id.Px : Identitas Pasien APD : Atas Persetujuan Dokter
CP : Cara Pemberian
D : Dosis
JO : Jumlah Obat
Ket. : Keterangan
SC : Sub Cutan
IM : Intramuskular
IV : Intravena
Amp : Ampul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Lampiran 2
Daftar Nama Obat yang Digunakan dalam Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
1. Obat Sistem Saluran Antitukak Penghambat Pompa Lansoprazol Prosogan® 3
Cerna (Gastrointestinal Proton Digest® 2
Tract / GIT) Omeprazol OMZ® 6
Antagonis Reseptor H2 Ranitidin Ranitidin 2
Zantac® 1
Rantin® 9
Antasida Metilpolisiloxane, MgOH2, AlOH3 Polycrol® 1
Natrium Rabeprazol Pariet® 1
Kelator dan Senyawa Sukralfat Inpepsa® 1
Kompleks
Regulator Saluran Cerna dan Metoklopramid Vomidex® 5
Antiflatulen Metoklopramid HCL Primperan® 4
Domperidon Vometa® 8
Antispasmodik Fenilpropiletilamina, Spasmium® 1
Klordiazepoksida HCl
Klordizepoksida, Klidinium Librax® 1
bromida
Hiosin N butilbromida, Buscopan Plus® 1
parasetamol
Antidiare Attapulgit, Pektin Arcapec® 1
Pencahar Pelunak Tinja Parafin Cair, gliserin Laxadine® 2
Pencahar Stimulan Bisakodil Dulcolax® 2
Enzim Pencernaan Amilase, Protease, Asam Enzyplex® 2
Desoksikolat
2. Obat Sistem Glikosida Jantung Digoksin Digoxin 1
Kardiovaskuler dan Antihipertensi Penghambat ACE Kaptopril Kaptopril 3
Hematopoietik Captensin® 6
Tensicap® 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Lanjutan Lampiran 2
No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Perindopril Prexum® 2
Lisinopril Noperten® 1
Antihipertensi yang Klonidin Hidroklorida Clonidine® 2
Bekerja Sentral
Antagonis Reseptor Losartan Kalium Angioten® 1
Angiotensin II Telmisartan Micardis® 1
Irbesartan Irvell® 12
Antiangina Antagonis Kalsium Amlodipin Besilat Tensivask® 4
Norvask® 6
Nifedipin Adalat oros® 2
Adalat® 1
Nitrat Isosorbid dinitrat ISDN 1
Cedocard® 1
Antiaritmia Amiodarone HCl Cordarone® 1
Diuretika Diuretika Kuat Furosemid Furosemid 3
Lasix® 20
Torasemid Toral® 3
Diuretika Hemat Kalium Spironolakton Letonal® 4
Diuretika Golongan Indapamid Natrilix Sr® 1
Tiazid Hidroklortiazid HCT 1
Antikoagulan, Asetosal Ascardia® 5
Antiplatelet,Fibrinolitik Farmasal® 5
(Trombolitik) Enoksaparin Lovenox® 1
Heparin Fraxiparine® 1
Hemostatik Asam Traneksamat Kalnex® 1
Karbazokrom natrium sulfonat Adona Forte® 1
Vasodilator Perifer Pentoksifilin Trental® 2
Sitikolina Nicholin® 1
Obat Hipolipidemik Klofibrat Fenofibrat Lipanthyl® 1
Lipanthyl Supra® 1
Statin Simvastatin Simvastatin 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Lanjutan Lampiran 2
No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
3. Obat yang Bekerja Bronkodilator Ipratropium Bromida Combivent® 1
pada Sistem Saluran antimuskarinik
Pernafasan Mukolitik Bromheksina HCl Mucosolvan® 1
Ambroxol Mucopect® 1
Antitusif Dekstrometorfan Romilar® 1
Dekstrometorfan kombinasi Benadryl DMP® 1
4. Obat yang Bekerja Ansiolitik Klobazam Frisium® 2
pada Sistem Saraf Diazepam Diazepam 1
Pusat Mentalium® 2
Stesolid® 1
Alprazolam Xanax® 3
Obat untuk Mual dan Antagonist 5-HT3 Ondansetron Narfoz® 3
Vertigo Dimenhidrinat Dramamine® 1
Betahistamin diHCL Betaserc® 1
Antipsikotik Klorpromasin HCL Largactil® 1
Haloperidol Haldol® 2
Aripiprazole Abilify 1
Antiparkinson Obat Antimuskarinik Triheksifenidil Trihexyphenidil 2
Nootropik dan Neurotonik Piracetam Nootropil® 5
Neurotam® 1
Mecobalamin Methycobal® 14
5. Analgesik Analgesik Non-opioid Parasetamol Pamol® 3
Parasetamol kombinasi Sistenol® 1
Metampiron Yekalgin® 1
Arsinovel 1
Metampiron, diazepam Cetalgin® 1
Ketorolak trometamin Remopain® 2
Toradol® 1
Analgesik Opioid Tramadol Tramal® 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Lanjutan Lampiran 2
No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
6. Antiinfeksi Antibiotik Penisilin Amoksisilin Yefamox® 1
Co-amoksiklav Clavamox® 1
Sultamisilin Bactesyn® 1
Bactesyn HP® 1
Sefalosporin Seftriakson Ceftriaxon 5
Rochepin® 1
Broadced® 2
Sefadroksil Cefadroxil 1
Seftazidim Ceftum® 1
Sefotiam Ceradolan® 3
Sefradin Velosef® 1
Kuinolon Ofloksasin Tarivid® 1
Siprofloksasin Ciprofloksasin 1
Ciproxin Xr® 1
Levofloksasin Cravit® 1
Antijamur Itrakonasol Sporacid® 1
7. Obat Antidiabetik Insulin Insulin kerja singkat Insulin Actrapid® 6
Insulin kerja sedang mula Insulin Insulatard® 2
kerja singkat Insulatard Penfil® 1
Sediaan campuran Insulin Mixtard® 1
Mixtard Nofolet® 1
Humulin R® 2
ADO Sulfonilurea Glikazid Zumadiac® 3
Glibenklamid Glibenclamid 1
Glikuidon Glurenorm® 7
Glimepiride Amaryl® 1
Metrix® 5
Biguanida Metformin Diabex® 1
Diabex F® 1
Penghambat α Akarbosa Glucobay® 7
glukosidase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Lanjutan Lampiran 2
No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
8. Antianemia Anemia defisiensi besi Ferofumarat Hemobion® 1
FeOH3 Venover® 2
Anemia megaloblastik Asam folat Asam Folat 4
Folavit® 17
Anemia hipoplastik, Epoetin beta Recormon® 2
hemolitik, dan renal Recombinan eritropoetin Epoetin alfa & Epoetin beta Epotrex® 3
Anemia karena gagal ginjal Recombinan Human Hemapo® 2
Erythropoietin
9. Obat untuk Penyakit AINS Ketoprofen Profenid® 1
Otot Skelet dan Sendi Kaltrofen® 1
Pronalges® 2
Naproksen Na Synflex® 1
Obat untuk Mengatasi Gout Alopurinol Allopurinol 4
Zyloric® 1
10. Nutrisi Suplemen dan Terapi Leucoselect phytosomal, lycopene Legres® 1
tambahan Penambah nafsu makan Serbuk Rhizoma Curcuma Curcuma® 2
Nutrisi Parenteral L-treonin,L-serin,L-prolin,L- Aminofusin 1
sistein,L-alanin,L-valin,L-
metionin,L-isoleusin,L-leusin,L-
fenilalanin,L-triptofan,L-lisin,L-
histidin,L-arginin
Asam amino Kidmin 2
Renxamin 6
11. Vitamin dan Mineral Elektrolit dan Mineral Sediaan Parenteral dan Ca-Klorida, K-Klorida, Na- Asering 14
Larutan Steril lainnya Klorida, Na-Asetat
Na, K, Ca, Mg, Cl, Acetat, sorbitol Tutofusin Ops 1
Maltosa Martos 13
Natrium Klorida NaCl 7
NaCl Kombinasi Kaen 1B 9
Kaen 3B 2
Kalium L-aspartat Aspar K® 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Lanjutan Lampiran 2
No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Glukosa Intravena Glukosa Dextrose 5% 4
Dextrose 10% 3
Dextrose 40% 3
Kalsium / dengan vitamin Kalsium Karbonat Kalsium Karbonat 16
(CaCO3)
Callos® 3
Kalsium dan vitamin Epocaldi 6
Garam kalsium Ca.Gluconate® 1
Vitamin B / dengan Vitamin Tiamina Tetrahidrosulfuril Alinamin® 1
C Disulfida Basa (Vit B1) Alinamin F® 2
Vit B1, B6, B12 Neurobion® 2
Neurosanbe® 1
Vitamin K Vit K Vitamin K 1
12. Obat yang Bekerja Antiseptik dengan Hidrokortison asetat Cendomycos® 1
pada Mata Kortikosteroid
Sediaan lain obat mata K-Iodida, CaCl2, Na-Tiosulfat Catarlent® 2
13. Obat Hormon Seksual Anabolik steroid Etilestrenol Orgabolin® 1
14. Obat Sistem Genital- Obat lain yang beraksi di Ketoacid essensial Tonar® 4
Urinaria sistem genital-urinaria Ketosteril® 5
Sediaan untuk penyakit pada Nimorazol, kloramfenikol, nistatin Gynoxa Ovule® 1
vagina
15. Obat lain-lain Hepatoprotektif Curcuma Curliv® 1
Hiperkalemia Kalsium polistirena sulfonat Kalitake® 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Lampiran 3
Data Laboratorium dan Non Laboratorium pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Tahun 2005

No. No. RM Tgl.Periksa Data Lab. Ket. Pemeriksaan Urin Tgl.Periksa Data Non Lab.
1. 00949692 06/02 Hematologi 06/02 (07:46) 06/02 TD : 150/100 mmHg
(01:09) Hb : 5,3 T Warna : kuning Nadi : 126 x/menit
Hct : 15,9 R BJ : 1.025 Suhu : 39o C
Lekosit : 12,27 T pH : 5 Respirasi : 24 x/menit
Eritrosit : 2,11 R Protein : + 07/02 (05:00) Suhu : 387 C
Trombosit : 338 Glukosa : - Nadi : 112
Metabolit Sedimen (19:00) TD : 120/70
Ureum : 69 T Leko pucat : - Suhu : 392 C
Creatinin : 2,2 T Sel gliter : - Nadi : 110 x/menit
Elektrolit Leko gelap : 4-5 TD : 150/80 mmHg
Na : 120 R Eritrosit : -
K:5 Epitel : -
Cl : 88 R
Ca : 2,11
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 262 T
06/02 Enzim
(07:46) AST : 20,7
ALT : 52,4 T
Metabolisme Glukosa
Glukosa puasa : 212 T
Glukosa 2 jam pp : 195 T
2. 00569602 20/08 (11:02) Hematologi 20/08 TD : 150/100
Hb : 5,9 R Respirasi : 18 x/menit
Hct : 17,7 R Nadi : 80 x/menit
Lekosit : 6,66
Eritrosit : 2,05 R
Trombosit : 184
Metabolit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Ureum : 268 T
Creatinin : 18,4 T
20/08 (19:38) Glukosa Sesaat : 226 T
Post HD Hb : 17,6 T
Hct : 51,8
Fungsi Ginjal
Ureum : 136 T
21/08 (07:44) Creatinin : 10,3 T
Kalium : 5,3
Hb : 9,2 R
Hct : 28,5 R
Glukosa puasa : 137 T
Asam Urat : 5,9
AST : 41 T
ALT : 19
HbA1c : 6 %
Ca : 2,15
Phosphat anorganik : 0,38
Kolesterol : 142
Trigliserid : 115
HDL : 53,9
LDL kolesterol : 65,1 R
3. 00410160 01/04 Hematologi 01/04 01/04 TD : 200/110
Hb : 5,9 R Warna kuning Suhu : 362 C
Lekosit : 7,1 BJ : Respirasi : 20 x/menit
Protein total : 6,3 pH : 5 Nadi : 72 x/menit
Albumin : 3,2 R Protein : +
Globulin : 3,1 Glukosa : -
Ureum : 71,7 T Sedimen
Creatinin : 2,2 T Leko pucat : 0-1
Kolesterol : 260 T Ca oksalat : 2-3
HDL Kolesterol : 42,9 Epitel : 0-1
LDL Kolesterol : 177,1 T
Trigliserida : 201 T
Asam urat : 6,6
Enzim
AST : 20
ALT : 32
Metabolisme Glukosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Glukosa puasa : 74,9


Glukosa 2 jam pp : 156,4
07/04 (10:39) Hb : 9,6
Lekosit : 6
Protein total : 5,7
Albumin : 2,9
Globulin : 2,8
Ureum : 64
Creatinin : 2,1
Asam urat : 7
Kalium : 4,9
Glukosa sesaat : 71
Hct : 29,3
Eritrosit : 3,26
4. 00972660 04/11 (11:09) Hematologi 04/11 TD : 120/90 mmHg
Hb : 10,9 R Suhu : 365 C
Hct : 31,9 R Respirasi : 22 x/menit
Lekosit : 4,28 Nadi : 84 x/menit
Trombosit : 322
Glukosa sesaat : 285
Ureum : 97,6 T
Creatinin : 2,7 T
AST : 228,9 T
05/11 (08:02) ALT : 196,3 T
Hb : 8 R
Hct : 22 R
06/11 Glukosa puasa : 149 T
Glukosa 2 jam pp : 220 T
Besi : 91
07/11 (12:11) TIBC : 256
IBC : 165
Hb : 11,2 R
Hct : 33 R
5. 00973800 30/11 (10:36) Hematologi 30/11 TD : 160/110 mmHg
Hb : 14,4 Suhu : 36o C
Hct : 42,3 Respirasi : 22 x/menit
Lekosit : 17,9 T Nadi : 88 x/menit
Trombosit : 251 01/12 (19:00) Suhu : 365 C
Fingsi Ginjal Nadi : 88 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Ureum : 182 T Respirasi : 22 x/menit


Creatinin : 4,3 T
Asam urat : 9,4 T
HbA1c : 6,5
AST : 54,7 T
ALT : 73,4 T
Protein total : 6,2
Albumin : 3,2 R
Globulin : 3,0
Kolesterol : 258 T
HDL : 102,6 T
LDL : 113
21/11 Trigliserid : 209
Glukosa puasa : 95
02/12 Glukosa 2 jam pp : 185 T
Glukosa puasa : 86
Ureum : 228,8 T
Creatinin : 4,5 T
Asam urat : 9,2 T
6. 00974160 08/12 (18:07) Hematologi 08/12 TD : 150/90 mmHg
Hb : 7,4 R Nadi : 92 x/menit
Hct : 21 R Respirasi : 20 x/menit
Lekosit : 7,35 Suhu : 365 C
Eritrosit : 2,34 R 09/12 (12:00) TD : 120/100 mmHg
Trombosit : 177 Nadi : 88 x/menit
Glukosa darah : 128 T Respirasi : 22 x/menit
Asam folat : 7,7 10/12 (13:00) Suhu : 37 C
Elektrolit TD : 160/100 mmHg
Na : 141 Nadi : 92 x/menit
K : 5,2 11/12 (12:00) Respirasi : 22 x/menit
Cl : 105 Suhu : 37 C
09/12 (08:29) Ca : 1,91 R TD : 150/90 mmHg
Hb : 22,4 T 12/12 (13:00) Nadi : 80 x/menit
Hct : 66,1 T Respirasi : 20 x/menit
10/12 (08:40) Ureum : 92,8 T Suhu : 37 C
12/12 (08:43) Creatinin : 5,6 T TD : 170/110 mmHg
13/12 (17:32) Hb : 10 R Nadi : 92 x/menit
14/12 (09:19) Hct : 29,4 R Respirasi : 20 x/menit
Ureum : 164,6 T Suhu : 367 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Creatinin : 11,5 T
Metobolisme Glukosa
Glukosa sewaktu : 354 T
Glukosa sewaktu : 197 T
7. 00966573 04/06 (23:37) Hematologi 10/06 (10:41) 04/06 TD : 195/93 mmHg
Hb : 9,8 R Warna : kuning Nadi : 110 x/menit
Hct : 29,4 R BJ : 1030 Respirasi : 32 x/menit
Lekosit : 20,91 T pH : 5 Suhu : 36 C
Eritrosit : 3,3 R Protein : + 06/06 (12:00) Suhu : 37 C
Fungsi Ginjal Glukosa : - TD : 190/100 mmHg
Ureum : 123 T Sedimen Nadi : 88 x/menit
Creatinin : 6,2 T Leko pucat: 5 (18:00) Respirasi : 30 x/menit
AST : 60 T Sel gliter : - Suhu : 36 C
05/06 (07:38) ALT : 46,8 T Leko gelap: 10 TD : 220/140 mmHg
(12:07) Metobolisme Glukosa Eritrosit : 2-3 Nadi : 130 x/menit
07/06 (11:53) Glukosa sewaktu : 58 R Epitel : (+) (22:00) Respirasi : 36 x/menit
10/06 (08:12) Glukosa sewaktu : 50 R Suhu : 36 C
Glukosa puasa : 353 T TD : 170/80 mmHg
Glukosa 2 jam pp : 432 T Nadi : 122 x/menit
Glukosa puasa : 120 T Respirasi : 26 x/menit
Ureum : 210 T Suhu : 362 C
Creatinin : 7,8 T
Glukosa 2 jam pp : 245 T
8. 00962244 14/02 (05:15) Hematologi 14/02 (05:15) 14/02 TD : 170/100 mmHg
Hb : 9,3 R Warna : kuning Nadi : 90 x/menit
Hct : 26,5 R BJ : 1025 Respirasi : 26 x/menit
Lekosit : 7,31 pH : 6 Suhu : 37 C
Limfosit : 12,7 R Protein : + 15/02 (13:00, TD : 180/120 mmHg
Eritrosit : 2,97 R Glukosa : + 15:00) Nadi : 80 x/menit
Metabolit Sedimen Respirasi : 20 x/menit
Ureum : 84 T Leko pucat: - 17/02 (05:00) TD : 130/90 mmHg
Creatinin : 6,1 T Ca oksalat : - Nadi : 88 x/menit
15/02 (08:02) Metobolisme Glukosa Sel gliter : - Respirasi : 20 x/menit
Glukosa puasa : 128 T Leko gelap: 2-3 (18:00) Suhu : 362 C
17/02 (08:00) Glukosa 2 jam pp : 181 T Eritrosit : - TD : 150/90 mmHg
Ureum : 80 T Epitel : - Nadi : 88 x/menit
Creatinin : 6,6 T Granula : 0-1 Suhu : 368 C
9. 00538514 21/05 (17:25) Hematologi 22/05 (09:18) 21/05 TD : 180/100 mmHg
Hb : 9 R Warna : kuning Nadi : 96 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Hct : 24,9 R BJ : 1010 Respirasi : 26 x/menit


Lekosit : 8 pH : 6 Suhu : 37 C
Eritrosit : 2,85 R Protein : + 22/05 (09:00) TD : 200/110 mmHg
Trombosit : 221 Glukosa : + Nadi : 88 x/menit
Metabolit Sedimen 23/05 (05:00) TD : 210/130 mmHg
Ureum : 101 T Leko pucat: - Nadi : 86 x/menit
Creatinin : 6,5 T Sel gliter : - Respirasi : 22 x/menit
K : 6,9 T Leko gelap: 1-2 24/05 (05:00) Suhu : 36 C
Metobolisme Glukosa Eritrosit : - TD : 180/100 mmHg
24/05 (00:20) Glukosa sesaat : 207 T Epitel : sedikit Nadi : 82 x/menit
Ureum : 29 Granula : 0-1 Respirasi : 24 x/menit
Creatinin : 2,7 T Suhu : 375 C
10. 00778060 13/04 Hematologi 13/04 13/04 TD : 180/100 mmHg
Hb : 8,3 R Warna : kuning Nadi : 100 x/menit
Hct : 25,9 R BJ : 1025 Respirasi : 32 x/menit
Lekosit : 12,44 pH : 5 Suhu : 365 C
Eritrosit : 3,09 R Protein : + 14/04 (05:05) TD : 160/90 mmHg
Trombosit : 555 T Glukosa : + Nadi : 132 x/menit
Metabolit Urobilin : + (18:00) Suhu : 373 C
Ureum : 165 T Sedimen TD : 180/110 mmHg
Creatinin : 10,10 T Leko pucat: 5 Nadi : 124 x/menit
Elektrolit Sel gliter : - Suhu : 378 C
Na : 143 Leko gelap: 10
K : 5,4 Eritrosit : 2-3
Cl : 113 T Epitel : ++
Ca : 1,98 R
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 45 R
(08:14) : 120
15/04 Hb : 17,9
Hct : 54,3 T
Ureum : 85 T
Creatinin : 5 T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

11. 00960464 02/01 Hematologi 02/01 02/01 TD : 120/70 mmHg


Hb : 11,7 R Warna : kuning Nadi : 120 x/menit
Hct : 32,4 R BJ : 1010 Respirasi : 23 x/menit
Trombosit : 229 pH : 5 Suhu : 385 C
Metabolit Protein : + (13:00) TD : 120/80 mmHg
Ureum : 42 Glukosa : ++ Nadi : 100 x/menit
Creatinin : 2,2 T Sedimen Suhu : 362 C
Elektrolit Leko gelap: 1-2 03/01 (09:00) Nadi : 100 x/menit
Na : 135 Epitel : sedikit 04/01 (05:00) TD : 150/90 mmHg
K : 4,8 TD : 160/100 mmHg
Cl : 90 R 08/01 (20:00) Nadi : 88 x/menit
Ca : 2,44 Warna : kuning Suhu : 36 C
Glukosa sewaktu : BJ : 1030 TD : 160/100 mmHg
(03:34) : 687 T pH : 6 07/01 (05:00) Nadi : 80 x/menit
(05:30) : 508 T Protein : sp Suhu : 376 C
(06:30) : 229 T Glukosa : ++ (18:30) TD : 160/100 mmHg
(12:00) : 90 Sedimen Nadi : 74 x/menit
Glukosa puasa : 688 T Leko pucat: 0-1 Suhu : 369 C
Glukosa 2 jam pp : 680 T Leko gelap: 1-2 08/01 TD : 190/100 mmHg
Glukosa puasa : 337 T (02:05) Nadi : 84 x/menit
03/01 Glukosa 2 jam pp : 279 T Suhu : 388 C
Ureum : 50 (18:00) TD : 140/100 mmHg
06/01 Creatinin : 2,3 T TD : 170/110 mmHg
Glukosa puasa : 231 T Nadi : 76 x/menit
10/01 Glukosa 2 jam pp : 291 T Suhu : 378 C
12. 00973543 24/11 Hematologi 26/11 24/11 TD : 180/90 mmHg
Hb : 9 R Warna : kuning Nadi : 88 x/menit
Hct : 25,5 R BJ : 1030 Respirasi : 25 x/menit
Lekosit : 14,79 T pH : 5 Suhu : 36 C
Albumin : 2,9 Protein : + 25/11 (07:50) TD : 150/90 mmHg
Ureum : 206,9 Glukosa : - 27/11 (20:10) Suhu : 37 C
Creatinin : 3,1 Sedimen TD : 140/80 mmHg
Kolesterol : 251 T Leko gelap: 4-5 Nadi : 88 x/menit
HDL kolesterol : 61,3 Eritrosit : 1-2 Suhu : 36 C
LDL kolesterol : 146,7
Fosfatase alkali : 159
Glukosa sesaat : 158 T
26/11 Glukosa puasa : 169 T
Glukosa 2 jam pp : 204 T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Ureum : 214,2 T
Creatinin : 3,3 T
27/11 Hb : 8 R
Ureum : 109,1 T
Creatinin : 2 T
02/12 Hb : 10,6 R
Hct : 31 R
03/12 Ureum : 139,7 T
Creatinin : 2,3 T
13. 00970347 09/09 Hematologi 10/09 09/09 TD : 170/90 mmHg
Hb : 10 R Warna : kuning Nadi : 100 x/menit
Hct : 29,8 R BJ : 1300 Suhu : 36 C
Na : 132 pH : 5 (19:00) TD : 170/100 mmHg
K : 5,7 T Protein : sp Nadi : 92 x/menit
Glukosa sesaat : 125 Glukosa : + Suhu : 366 C
09/09 Hb : 10,9 R Urobilin : + 10/09 (05:00) TD : 180/100 mmHg
Lekosit : 5,2 Bilirubin : - Nadi : 92 x/menit
Ureum : 206,1 T Sedimen (13:00) Suhu : 365 C
Creatinin : 5,1 T Ca oksalat : - (14:30) TD : 150/80 mmHg
AST : 13,5 Leko gelap: 5-7 Suhu : 365 C
ALT : 58,2 T Eritrosit : 2-3 (19:00) Nadi : 88 x/menit
Glukosa puasa : 118 T Epitel : ++ TD : 160/90 mmHg
Glukosa 2 jam pp : 143 T Nadi : 92 x/menit
10/09 Ureum : 100 T 12/09 (09:00) Suhu : 37 C
Creatinin : 5,1 T (13:00) Suhu : 376 C
13/09 Hb : 10,8 R 13/09 (05:00) Nadi : 92 x/menit
Ureum : 140 T TD : 170/120 mmHg
Creatinin : 7,8 T (19:00) TD : 160/100 mmHg
14/09 Hb : 15,4 Nadi : 90 x/menit
Hct : 45 Suhu : 364 C
Ureum : 49 19/09 (09:00) TD : 140/100 mmHg
Creatinin : 3,7 T (13:00) Nadi : 88 x/menit
19/09 Hb : 9,7 R 22/09 Suhu : 373 C
Ureum : 90 T Suhu : 367 C
Creatinin : 8,1 T Nadi : 88 x/menit
22/09 Hb : 10 R TD : 140/90 mmHg
Hct : 28 R TD : 160/100 mmHg
Ureum : 63 T Nadi : 88 x/menit
Creatinin : 6,2 T Suhu : 365 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

14. 00555442 11/04 Hematologi 11/04 TD : 130/90 mmHg


Hb : 12,8 Nadi : 88 x/menit
Hct : 40,2 Respirasi : 24 x/menit
Lekosit : 7,17 Suhu : 362 C
Trombosit : 174
Metabolit
Ureum : 107 T
Creatinin : 3 T
Asam urat : 12,3 T
Elektrolit
Na : 137
K : 5,6 T
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 170 T
14/04 Total protein : 5,6 R
Albumin : 3 R
Globulin : 2,6
15/04 Glukosa puasa : 124 T
Glukosa 2 jam pp : 104
Ureum : 99 T
Creatinin : 2,9 T
15. 00969317 15/08 Hb : 8,7 R 19/08 15/08 TD : 200/110 mmHg
Hct : 26 R Warna : kuning Nadi : 96 x/menit
Lekosit : 21,8 T BJ : 1020 Respirasi : 20 x/menit
Trombosit : 320 pH : 5 Suhu : 37 C
Ureum : 71 T Protein : - 16/08 (05:00) TD : 170/100 mmHg
Creatinin : 4,6 T Glukosa : + Nadi : 88 x/menit
AST : 22 Urobilin : + (09:00) Suhu : 362 C
ALT : 16 Bilirubin : - Suhu : 36 C
Amylase : 106,9 T Sedimen (13:00) Nadi : 80 x/menit
Lipase : 39,3 Leko gelap: 3-4 17/08 (17:00) TD : 130/100 mmHg
Elektrolit Epitel : ++ TD : 180/110 mmHg
Na : 143 18/08 Nadi : 88 x/menit
K : 5,4 19/08 (05:00) Suhu : 366 C
Cl : 108 TD : 150/80 mmHg
Ca : 2,23 20/08 (18:00) TD : 190/110 mmHg
17/08 Hb : 7,9 R Nadi : 72 x/menit
Hct : 22 R 22/08 (18:30) Suhu : 365 C
Glukosa puasa : 155 T TD : 160/100 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Glukosa 2 jam pp : 385 T 23/08 (08:30) Nadi : 80 x/menit


Ureum : 75 T (13:00) Suhu : 363 C
Creatinin : 4,4 T TD : 170/90 mmHg
Total protein : 5,2 R Nadi : 80 x/menit
Albumin : 2,7 R Suhu : 364 C
20/08 Hb : 8,3 R Suhu : 365 C
Hct : 24,5 R Nadi : 80 x/menit
Ureum : 64 T TD : 160/100 mmHg
Creatinin : 5,3 T
22/08 Glukosa puasa : 160 T
Glukosa 2 jam pp : 242 T
23/08 Glukosa puasa : 117 T
16. 00503241 19/03 Hematologi 20/03 19/03 TD : 150/90 mmHg
Hb : 12,6 R Warna : kuning Nadi : 96 x/menit
Hct : 37,4 R BJ : 1030 Respirasi : 20 x/menit
Glukosa sesaat : 335 T pH : 5 Suhu : 365 C
20/03 Glukosa sewaktu : 314 T Protein : ++ (18:00) TD : 200/120 mmHg
Glukosa puasa : 313 T Glukosa : ++ Suhu : 38 C
Glukosa 2 jam pp : 340 T Sedimen 21/03 (05:00) TD : 200/110 mmHg
Ureum : 99 T Leko gelap: 0-1 Nadi : 92 x/menit
Creatinin : 2,1 T Epitel : sedikit (19:00) Suhu : 385 C
Na : 146 TD : 160/90 mmHg
K : 4,3 Nadi : 96 x/menit
AST : 24,4 22/03 (05:00) Suhu : 38 C
ALT : 16,1 TD : 150/90 mmHg
21/03 Glukosa sewaktu : 242 T (19:00) Nadi : 90 x/menit
22/03 Glukosa puasa : 237 T TD : 160/100 mmHg
24/03 Glukosa puasa : 215 T (20:00) Suhu : 36 C
Ureum : 66 T Nadi : 96 x/menit
Creatinin : 1,9 T TD : 140/90 mmHg
17. 00548260 10/06 Hematologi 11/06 10/06 TD : 170/100 mmHg
Hb : 10,2 R Warna : kuning Nadi : 80 x/menit
Hct : 31,9 R BJ : 1030 Respirasi : 26 x/menit
Eritrosit : 3,33 R pH : 5 Suhu : 36 C
Metabolit Protein : + 12/06 (05:00) Suhu : 36 C
Ureum : 71 T Glukosa : + TD : 160/90 mmHg
Creatinin : 2,5 T Urobilin : + 13/06 (05:00) Nadi : 100 x/menit
Kolesterol : 162 Bilirubin : - Suhu : 36 C
Trigliserida : 97 Sedimen (09:00) TD : 180/100 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

HDL : 55,6 Leko pucat: + Nadi : 108 x/menit


LDL Kolesterol : 87 Ca oksalat: - (13:00) Suhu : 36 C
Total protein : 6,4 R Sel gliter : - 17/06 (13:45) Suhu : 372 C
Albumin : 3,5 Leko gelap: ++ Nadi : 86 x/menit
Globulin : 2,9 Eritrosit : ++ 18/06 (05:00) TD : 150/110 mmHg
Na : 145 Epitel : ++ TD : 210/120 mmHg
K : 4,8 Asam urat : - (15:30) Nadi : 130 x/menit
Cl : 111 Granuler : 1-2 Respirasi : 14 x/menit
Ca : 2,15 (19:00) TD : 170/100 mmHg
Alkali phospatase : 266 T Nadi : 80 x/menit
11/06 Glukosa sesaat : 193 T Suhu : 36 C
Glukosa puasa : 159 T 19/06 (05:00) TD : 210/100 mmHg
15/06 Glukosa 2 jam pp : 240 T Nadi : 112 x/menit
Hb : 11,1 R (09:00) TD : 160/100 mmHg
Hct : 33 R Nadi : 96 x/menit
Glukosa puasa : 78 Suhu : 363 C
17/06 Glukosa 2 jam pp : 93 TD : 160/90 mmHg
Ureum : 87 T Nadi : 76 x/menit
18/06 Creatinin : 2,5 T Suhu : 363 C
Glukosa sewaktu : 42 R Nadi : 74 x/menit
Glukosa puasa : 63 R Suhu : 362 C
18. 00959489 03/09 Hb : 12,7 R 04/09 03/09 TD : 120/80 mmHg
Hct : 36,4 R Warna : kuning Nadi : 96 x/menit
Lekosit : 13,2 T BJ : 1015 Respirasi : 20 x/menit
Trombosit : 335 pH : 5 Suhu : 36 C
Ureum : 126,7 T Protein : + 04/09 (05:00) TD : 110/60 mmHg
Creatinin : 6,34 T Glukosa : + Nadi : 84 x/menit
Asam urat : 13,8 T Sedimen (18:15) Suhu : 36 C
Na : 126,2 R Leko pucat: + Suhu : 36 C
K : 4,02 Leko gelap: + (19:00) Nadi : 80 x/menit
Cl : 95,4 Epitel : sedikit 05/09 (05:00) TD : 120/70 mmHg
Glukosa sesaat : 344 T TD : 100/60 mmHg
05/09 Glukosa puasa : 303 T 06/09 (13:00) Nadi : 80 x/menit
Glukosa 2 jam pp : 425 T 09/09 (14:10) Suhu : 36 C
06/09 Glukosa sesaat : 295 T Warna : kuning
08/09 Hb : 11,8 R BJ : 1025 08/09 (19:00) TD : 110/70 mmHg
Ureum : 214 T pH : 6 Suhu : 362 C
Creatinin : 4,8 T Protein : + 09/09 (18:30) Nadi : 84 x/menit
09/09 Glukosa puasa : 449 T Glukosa : + TD : 110/70 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

(11:42) Glukosa sewaktu : 391 T Urobilin : + 12/09 (22:00) Nadi : 100 x/menit
(21:13) Glukosa sewaktu : 377 T Bilirubin : - Suhu : 37 C
10/09 Glukosa sewaktu : 520 T Sedimen TD : 120/80 mmHg
(15:54) Glukosa sewaktu : 483 T Leko pucat: ++ Nadi : 88 x/menit
(21:45) Glukosa sewaktu : 370 T Sel gliter : - Suhu : 362 C
11/09 Glukosa sewaktu : 375 T Leko gelap: +++ TD : 120/70 mmHg
12/09 Glukosa sewaktu : 366 T Eritrosit : 1-2 Nadi : 96 x/menit
(21:25) Glukosa sewaktu : 335 T Suhu : 375 C
(22:15) Glukosa sewaktu : 248 T
19. 00964884 21/04 Hb : 8,3 R 22/04 21/04 TD : 190/110 mmHg
Hct : 23,8 R Warna : kuning Nadi : 92 x/menit
Eritrosit : 2,9 R BJ : 1025 Respirasi : 24 x/menit
Fungsi Ginjal pH : 5 Suhu : 37 C
Ureum : 51 T Protein : +
Creatinin : 4 T Glukosa : +
Total protein : 4,8 R Sedimen
Albumin : 2,6 R Leko gelap: 4-5
Alkali phospatase : 175 Eritrosit : 2-3
Na : 133 Granula : 1-2
K : 4,1
Cl : 91 R
Ca : 2,06
22/04 Glukosa puasa : 267 T
23/04 Glukosa sewaktu : 541 T
25/04 Glukosa sewaktu : 397 T
26/04 Na : 133
K : 3,2 R
Cl : 105
Ca : 2,01
28/04 Glukosa puasa : 167 T
29/04 Glukosa puasa : 133 T
30/04 Glukosa puasa : 253 T
Glukosa 2 jam pp : 225 T
Ureum : 50 R
Creatinin : 3,9 R
03/05 Glukosa puasa : 169 T
Glukosa 2 jam pp : 218 T
20. 00423874 16/02 (19:40) Hematologi 17/02 (08:03) 16/02 TD : 160/110 mmHg
Hb : 9,1 R Warna : kuning Nadi : 70 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Hct : 28,1 R BJ : 1030 Respirasi : 24 x/menit


Lekosit : 3,86 pH : 5 Suhu : 368 C
Eritrosit : 3,11 R Protein : - 17/02 (09:00) Suhu : 367 C
Glukosa sewaktu : 170 T Glukosa : - (13:00) Nadi : 88 x/menit
Ureum : 161 T Sedimen (19:00) TD : 190/130 mmHg
Creatinin : 7,4 T Leko gelap: 3-4 TD : 130/100 mmHg
AST : 39,8 T Nadi : 82 x/menit
ALT : 17,9 18/02 (05:00) Suhu : 365 C
Na : 148 TD : 180/110 mmHg
K : 5,2 (19:00) Nadi : 92 x/menit
Cl : 110 Suhu : 365 C
17/02 (08:00) Ca : 2,13 TD : 140/100 mmHg
18/02 (10:39) Glukosa puasa : 116 T 21/02 (19:00) Nadi : 80 x/menit
Glukosa 2 jam pp : 124 Suhu : 36 C
22/02 (17:29) Hb : 8,7 R TD : 170/110 mmHg
Hct : 28,8 R Nadi : 84 x/menit
Ureum : 177 T Suhu : 36 C
Creatinin : 7,8 T
Hb : 9 R
Hct : 26,6 R
Ureum : 91 T
Creatinin : 4 T
21. 00558901 05/05 (08:57) Hb : 13,3 R 06/05 05/05 TD : 100/70 mmHg
Hct : 39,5 R Warna : kuning Nadi : 90 x/menit
Lekosit : 6,86 BJ : 1005 Respirasi : 20 x/menit
Eritrosit : 4,43 R pH : 7.5 Suhu : 36 C
Ureum : 42 Protein : - (19:00) TD : 110/80 mmHg
Creatinin : 2 T Glukosa : - Nadi : 80 x/menit
Total protein : 6,4 R Sedimen Suhu : 369 C
Albumin : 3,5 Leko gelap: 3-4 06/05 (13:00)
Globulin : 2,9 TD : 120/80 mmHg
Alkali phospatase : 153 Suhu : 366 C
Cholinesterase : 7,74 08/05 (09:00) Nadi : 88 x/menit
Na : 142 (13:00) Suhu : 365 C
K : 4,5 (19:00) Nadi : 84 x/menit
Cl : 108 TD : 130/80 mmHg
06/05 Ca : 2,23 TD : 90/60 mmHg
Glukosa puasa : 153 T 09/05 (14:30) Nadi : 84 x/menit
08/05 Glukosa 2 jam pp : 259 T 10/05 Suhu : 364 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

09/05 Glukosa sesaat : 262 T Suhu : 364 C


Ureum : 61 T Nadi : 70 x/menit
10/05 Creatinin : 2,7 T TD : 120/80
Glukosa puasa : 250 T
Glukosa 2 jam pp : 356 T
22. 00558901 03/07 Hb : 12,7 R 04/07 03/07 TD : 110/70 mmHg
Hct : 38,1 R Warna : kuning Nadi : 84 x/menit
Lekosit : 16,5 T BJ : 1015 Respirasi : 20 x/menit
Eritrosit : 4,38 R pH : 5 Suhu : 365 C
Ureum : 45 Protein : + 08/07 Nadi : 84 x/menit
Creatinin : 2,3 T Glukosa : + Respirasi : 20 x/menit
Na : 142 Sedimen Suhu : 36 C
K : 4,1 Leko pucat: ++
Cl : 109 Sel gliter : -
Ca : 2,43 Leko gelap: +
Glukosa sewaktu : 299 T Eritrosit : 10
06/07 Glukosa puasa : 191 T
09/07 Glukosa 2 jam pp : 331 T
Glukosa puasa : 183 T
11/07 (08:05) Glukosa 2 jam pp : 227 T
(21:09) Glukosa sewaktu : 114
12/07 Glukosa sewaktu : 167 T
14/07 Glukosa sewaktu : 189 T
15/07 Glukosa sewaktu : 168 T
16/07 Hb : 12,2 R
Hct : 35 R
Glukosa puasa : 188 T
Glukosa 2 jam pp : 294 T
23. 00950492 19/06 (05:29) Hematologi 19/06 TD : 140/90 mmHg
Hb : 10,9 R Nadi : 84 x/menit
Hct : 34,5 R Respirasi : 22 x/menit
Lekosit : 4,99 Suhu : 365 C
Eritrosit : 3,79 R
Metabolit
Ureum : 137 T
Creatinin : 3,9 T
Elektrolit
Na : 142
K : 5,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Cl : 104
(10:07) Ca : 2,24
20/06 (08:57) Glukosa sewaktu : 242 T
Glukosa puasa : 78
Glukosa 2 jam pp : 134 T
Ureum : 131 T
Creatinin : 3,5 T
Asam urat : 6,8
Total protein : 6,3 R
Albumin : 2,7 R
Globulin : 3,6
24. 00962404 07/03 (09:26) Hematologi 08/03 (08:39) 07/03 TD : 190/100 mmHg
Hb : 11 R Warna : kuning 09/03 (19:00) Nadi : 84 x/menit
Hct : 32,6 R BJ : 1010 Respirasi : 22 x/menit
Eritrosit : 3,81 R pH : 6 (20:00) Suhu : 372 C
Trombosit : 338.000 Protein : + 14/03 (16:00) TD : 140/90 mmHg
Ureum : 147 T Glukosa : + Nadi : 84 x/menit
Creatinin : 12,5 T Sedimen 15/03 (20:00) Respirasi : 20 x/menit
Total protein : 6 R Eritrosit : 2-3 Suhu : 37 C
Albumin : 2,3 R Bakteri : + TD : 170/100 mmHg
Na : 120 R
K : 6,2 T
Cl : 82 R
Ca : 2,16
AST : 15
ALT : 10,4
(19:52) Alkali phospatase : 255
Ureum : 69 T
08/03 (15:49) Creatinin : 7,3 T
Hb : 9,1 R
Hct : 30 R
Glukosa sewaktu : 73
12/03 (07:51) Ureum : 29
Creatinin : 3,5 T
Hb : 9,4 R
13/03 (10:05) Hct : 31 R
Ureum : 65 T
Creatinin : 9 T
Ureum : 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

Creatinin : 4,7 T
25. 00962404 18/02 (15:26) Hematologi 19/02 18/02 TD : 170/100 mmHg
Hb : 7,7 R Warna : kuning Nadi : 88 x/menit
Hct : 22,7 R BJ : 1020 Respirasi : 22 x/menit
Lekosit : 13,72 T pH : 5 Suhu : 367 C
Eosinofil : 0,9 Protein : + 22/02 (14:30) Nadi : 84 x/menit
Eritrosit : 2,69 R Glukosa : + Respirasi : 20 x/menit
Trombosit : 347 Urobilin : + 23/02 (05:00) Suhu : 365 C
Kolesterol : 363 T Bilirubin : - Nadi : 88 x/menit
Trigliserida : 358 T Sedimen Respirasi : 22 x/menit
HDL : 52,7 Leko gelap: 2-4 Suhu : 367 C
LDL Kolesterol : 238,7 T Eritrosit : 1-2
Total protein : 4,8 R
Albumin : 1,8 R
Globulin : 3
AST : 10,2
ALT : 13,7
Na : 124 R
K : 5,8 T
Cl : 104
18/02 (22:35) Ca : 2 R
Hb : 10,6 R
Hct : 32 R
19/02 (08:14) Ureum : 111 T
21/02 (13:56) Creatinin : 7,3 T
Glukosa puasa : 123 T
Glukosa 2 jam pp : 153 T
Hb : 10,8 R
Hct : 31 R
Ureum : 32
Creatinin : 3,6 T
26. 00962094 09/08 (18:11) Hb : 10,8 R 10/08 (08:40) 09/08 TD : 170/90 mmHg
Hct : 31,9 R Warna : kuning Nadi : 120 x/menit
Lekosit : 15,81 T BJ : 1030 Respirasi : 22 x/menit
Eritrosit : 3,62 R pH : 5 Suhu : 384 C
MCV : 88,1 R Protein : + 10/08 (05:00) TD : 180/100 mmHg
MCH : 29,8 R Glukosa : + Nadi : 88 x/menit
MCHC : 33,9 Sedimen (09:00) Suhu : 365 C
Trombosit : 140 Leko pucat: ++ Suhu : 366 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Glukosa sewaktu : 389 T Sel gliter : - (13:00) Nadi : 84 x/menit


Ureum : 137 T Leko gelap: ++ 12/08 TD : 170/110 mmHg
Creatinin : 5,9 T Eritrosit : ++ TD : 160/90 mmHg
AST : 6,8 Nadi : 108 x/menit
ALT : 1 13/08 (09:00) Suhu : 374 C
10/08 (08:40) K : 5,3 (13:00) Suhu : 37 C
13/08 (08:09) Glukosa puasa : 371 T 14/08 (05:000 Nadi : 96 x/menit
Glukosa 2 jam pp : 417 T TD : 180/90 mmHg
Hb : 10,9 R TD : 160/70 mmHg
Hct : 34 R Nadi : 96 x/menit
Glukosa puasa : 240 T Suhu : 362 C
16/08 (08:40) Glukosa 2 jam pp : 394 T
Ureum : 138 T
Creatinin : 6,3 T
Glukosa puasa : 215 T
Glukosa 2 jam pp : 303 T
27. 00962094 09/06 (08:48) Hb : 8,9 R 10/06 (10:05) 09/06 TD : 160/100 mmHg
Hct : 27,4 R Warna : kuning Nadi : 80 x/menit
Lekosit : 8,94 BJ : 1030 Respirasi : 22 x/menit
Eritrosit : 2,99 R pH : 6 Suhu : 365 C
MCV : 91,6 R Protein : - 10/06 TD : 120/80 mmHg
MCH : 29,8 R Glukosa : - 11/06 (05:00) TD : 170/100 mmHg
MCHC : 32,5 Sedimen Nadi : 96 x/menit
Trombosit : 161 Leko gelap: 4-5 Respirasi : 22 x/menit
Total protein : 6,9 Eritrosit : 1-2 (09:00) Suhu : 358 C
Albumin : 3,4 R Nadi : 96 x/menit
Globulin : 3,5 Respirasi : 22 x/menit
Na : 143 Suhu : 367 C
K : 6,4 T
Cl : 97
09/06 Ca : 2,12
10/06 Glukosa sewaktu : 86
15/06 (08:04) Glukosa 2 jam pp : 178 T
Hb : 12,4 R
Hct : 35,4 R
Glukosa sewaktu : 262 T
Ureum : 151 T
Creatinin : 6,26 T
Asam urat : 4,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Kalium : 4,9
28. 00962094 10/02 Hb : 10,3 R 10/02 TD : 190/100 mmHg
Hct : 31 R Nadi : 88 x/menit
Lekosit : 9,63 Respirasi : 20 x/menit
Eritrosit : 3,51 R Suhu : 37 C
Ureum : 81 T 12/02 TD : 180/100 mmHg
Creatinin : 3,5 T (12:50) TD : ka : 190/100 mmHg
AST : 37 ki : 210/100 mmHg
ALT : 49 T (20:00) TD : ka : 190/100 mmHg
Na : 145 ki : 180/100 mmHg
K : 4,8 13/02 (20:00) TD : 200/100 mmHg
Cl : 100 Nadi : 96 x/menit
Ca : 2,33 Respirasi : 20 x/menit
11/02 (07:52) Asam urat : 7,1 14/02 (19:00) Suhu : 375 C
Kolesterol : 421 TD : 170/100 mmHg
Trigliserid : 254 Nadi : 80 x/menit
HDL : 71,2 15/02 (05:00) Respirasi : 20 x/menit
(08:19) LDL Kolesterol : 299 Suhu : 375 C
Glukosa puasa : 201 T TD : 190/90 mmHg
15/02 Glukosa 2 jam pp : 360 T (19:00) Nadi : 84 x/menit
16/02 Glukosa sewaktu : 77 Respirasi : 20 x/menit
Glukosa puasa : 84 Suhu : 368 C
20/02 Glukosa 2 jam pp : 167 T TD : 160/80 mmHg
(21:57) Glukosa sewaktu : 526 T 16/02 Nadi : 92 x/menit
(23:11) Glukosa sewaktu : 546 T Respirasi : 20 x/menit
21/02 (00:36) Glukosa sewaktu : 340 T Suhu : 375 C
Glukosa sewaktu : 251 T TD : 200/100
(05:36) Ureum : 179 T
(07:42) Creatinin : 9,1 T
(09:10) Glukosa sewaktu : 67 R
22/02 Glukosa sewaktu : 85
Glukosa sewaktu : 230 T
23/02 Glukosa puasa : 456 T
Glukosa 2 jam pp : 581 T
Glukosa sewaktu : 152 T
24/02 Ureum : 182 T
Creatinin : 7,8 T
Kolesterol : 307 T
Trigliserid : 366 T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Na : 137
K : 4,2
26/02 Cl : 107
Ca : 2,08
27/02 Glukosa puasa : 0,0 (diulang)
28/02 Glukosa 2 jam pp : 382 T
Glukosa puasa : 258 T
Ureum : 141 T
Creatinin : 5,9 T
29. 00550842 24/08 (08:18) Total protein : 6,8 22/08 TD : 140/90 mmHg
Albumin : 2,5 R
24/08 (23:43) Globulin : 4,3
Hb : 5,3 R
Hct : 15,9 R
30. 00550842 04/09 Hb : 8 R 04/09 TD : 100/60 mmHg
Hct : 23,6 R Nadi : 112 x/menit
Lekosit : 9,62 Respirasi : 24 x/menit
Eritrosit : 2,5 R Suhu : 365 C
Ureum : 170 T 05/09 (09:00) Nadi : 108menit
Creatinin : 6,3 T Respirasi : 28/menit
Hb : 8,6 R (12:00) Suhu : 373 C
05/09 Ureum : 188 T TD : 110/70 mmHg
Creatinin : 6,5 T
06/09 (11:24) Hb : 8,6 R
Hct : 25,9 R
(23:14) Ureum : 124 T
Creatinin : 4,7 T
Total protein : 7,1
Albumin : 2,8 R
09/09 Globulin : 4,3
Hb : 13,1 R
Hct : 40,3 R
10/09 Ureum : 142 T
Creatinin : 4,8 T
Total protein : 6,4 R
Albumin : 3 R
Globulin : 3,4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Nilai Normal AST : 0-37 u / l


Hematologi ALT : 0-41 u / l
Hb : 12,0-18,0 g% (P) Elektrolit
13,5-17,5 g% (L) Na : 130-150 mmol / L
Hct : 36,0-46,0 % (P) K : 3,5-5,5 mmol / L
41,0-53,0 % (L) Cl : 94-111 mmol / L
Lekosit : 4,1-10,9 ribu / mmk Ca : 2,02-2,60 mmol / L
Eosinofil : 0,0-5,0 % Metobolisme Glukosa
Basofil : 0,0-2,0 % Glukosa puasa : 70-100 mg / dl
Segmen Netrofil : 47,0-80,0 % Glukosa sesaat : 70-140 mg / dl
Limfosit : 13,0-40,0 % Glukosa 2 jam pp : 70-140 mg / dl
Monosit : 2,0-11,0 % HbA1c : 5,0-8,0 %
Eritrosit : 4,5-5,9 juta / mmk Tanda Vital
MCV : 92,0-121,0 fl TD : 90/60-140/90 mmHg
MCH : 31,0-37,0 pg Suhu : 36o-37o C
MCHC : 29,0-36,0 g / dl Respirasi : 16-24 x / menit
Trombosit :140-440 ribu / mmk Nadi : 60-100 x / menit
Amylase : 0,0-100
Lipase : 17,0-60
Metabolit
Ureum : 10-50 mg / dl
Creatinin : 0,8-1,5 mg / dl
Protein total : 6,6-8,7 g / dl Keterangan :
Albumin : 3,5-5,5 g / dl
Globulin : - R : rendah (di bawah normal)
Fosfatase alkali : 91,0-258,0 U / L
T : tinggi (di atas normal)
Bilirubin total : 0,0-1,1 mg / dl
Bilirubin direk : 0,0-0,3 mg / dl TD : tekanan darah
Bilirubin indirek : -
Kolesterol : 0-200 mg / dl
LDL Kolesterol : 100-159 mg / dl
HDL Kolesterol : 35-65 mg / dl
Trigliserida : 0-200 mg / L
Asam urat : 3,5-8,5 mg / dl (P)
3,3-7,7 mg / dl (L)
TIBC : 250-450 μg / dl
IBC : -
Besi : 37-170 μg / dl
Enzim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Lampiran 4

Distribusi 10 Besar Penyakit Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005

No. Kode ICD-X Diagnosa Jumlah


A 09 Diarrhoe and Gastroenteritis of presumed infection
1. 1160
origin
I 64 Stroke, not specified as haemorrhage or infarction /
2. 668
cva
3. Z 38.0 Neonatus / Singleton, born inside hospital 590
4. S 06.2.0 Closed-Diffuse brain injury / contusio cerebri 474
5. B 34.9 Viral Infection, unspecified 472
6. E 10-14 Diabetes Mellitus 400
7. J 45.9 Asthma, unspecified 382
8. S 06.0.0 Comotio cerebri 381
9. O 80.0 Spontaneous vertex delivery / partus 313
10. N 39.0 UTI (Urinary Tract Infection), site not specified / ISK 307

Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap


RS. Bethesda Tahun 2005

No. Kode ICD-X Diagnosa Jumlah


1. E 10.1 IDDM dengan Ketoacidosis 1
2. E 10.5 IDDM with Peripheral Cilculatory Complication 1
3. E 10.9 IDDM tanpa Komplikasi 3
4. E 11.0 NIDDM dengan Koma 1
5. E 11.5 NIDDM + Peripheral Cilculatory Complication 2
6. E 11.9 NIDDM tanpa Komplikasi 2
7. E 14.0 DM dengan Koma 36
8. E 14.1 DM dengan Ketoacidosis 7
9. E 14.2 DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik 48
10. E 14.3 DM dengan Opthalmic Complication 2
11. E 14.5 DM dengan Ulcer 89
12. E 14.6 DM dengan Arthropathy 6
13. E 14.9 DM unspecified 203
Total 400

Jumlah Pasien DM dari Tahun 2002 s/d September 2006

Nama Jumlah Pasien


No Kode ICD-X
Penyakit 2002 2003 2004 2005 2006 s/d Sept
Diabetes
1. E 10-E 14 410 416 416 400 284
Melitus
DM
2. E 14.2/N 08.3 11 28 39 48 31
Nephropathy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Lampiran 5

Daftar Nilai Clearance Creatinin (Clcr) pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati

Kasus Tanggal Cr Clcr Kasus Tanggal Cr Clcr


1. 06/02/05 2,2 33,64 20/08/05 5,3 14,33
2. 20/08/05 18,4 4,33 16. 20/03/05 2,1 36,00
--(p.HD) 10,3 7,73 24/03/05 1,9 39,79
21/08/05 7,2 11,06 17. 10/06/05 2,5 22,90
3. 01/04/05 2,2 32,89 17/06/05 2,5 22,90
07/04/05 2,1 34,46 18. 03/09/05 6,3 8,70
4. 04/11/05 2,7 23,33 08/09/05 4,8 11,42
5. 30/11/05 4,3 18,14 19. 21/04/05 4,0 20,70
02/12/05 4,5 17,33 30/04/05 3,9 21,23
6. 07/12/05 10,5 6,13 20. 16/02/05 7,4 8,16
09/12/05 5,6 11,50 21/02/05 7,8 7,74
12/12/05 11,5 5,60 22/02/05 4,0 15,10
7. 04/06/05 6,2 9,93 21. 05/05/05 2,0 32,20
10/06/05 7,8 7,89 09/05/05 2,7 23,85
8. 14/02/05 6,1 12,00 22. 03/07/05 2,3 28,00
17/02/05 6,6 11,09 23. 19/06/05 3,9 15,60
9. 21/05/05 6,5 10,52 20/06/05 3,5 17,38
24/05/05 2,7 25,33 24. 07/03/05 12,5 6,11
10. 13/04/05 10,1 6,81 --(p.HD) 7,3 10,47
15/04/05 5,0 13,75 08/03/05 3,5 21,83
11. 02/01/05 2,2 31,46 12/03/05 9,0 8,49
10/01/05 2,3 30,09 13/03/05 4,7 16,26
12. 24/11/05 3,1 21,48 25. 18/02/05 7,3 10,47
26/11/05 3,3 20,18 21/02/05 3,6 21,22
27/11/05 2,0 33,3 26. 09/08/05 5,9 10,43
03/12/05 2,3 28,96 13/08/05 6,3 9,77
13. 09/09/05 5,1 12,64 27. 15/06/05 6,2 9,81
10/09/05 5,1 12,64 28. 10/02/05 3,5 17,38
13/09/05 7,8 8,26 21/02/05 9,1 6,69
14/09/05 3,7 17,42 23/02/05 7,8 7,80
19/09/05 8,1 7,96 28/02/05 5,9 10,31
22/09/05 6,2 10,39 29. - - -
14. 11/04/05 3,0 19,80 30. 05/09/05 6,3 11,24
15/04/05 2,9 20,48 06/09/05 6,5 10,89
15. 15/08/05 4,6 16,51 --(p.HD) 4,7 15,06
17/08/05 4,4 17,26 10/09/05 4,8 14,75

Rumus Jellife :

98 − 0,8(umur − 20)
× 0,9( jikawanita )
Scr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

BIOGRAFI PENULIS

Penulis yang bernama lengkap Margaretha Rianasari


Dwi Swastika lahir di Singkawang pada tanggal 20
Juli 1985. Penulis merupakan anak kedua dari
pasangan Bapak Yoseph Siyono dan Ibu Marcia
Kiryani. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh
penulis yaitu Taman Kanak-Kanak Santa Miriam
Balikpapan pada tahun 1989-1991, SD Santa Theresia
Balikpapan pada tahun 1991-1997. Kemudian
dilanjutkan di SLTP Slamet Riyadi Jakarta Timur
pada tahun 1997-2000 dan penulis mengenyam pendidikan di SMU PL Van Lith
Muntilan pada tahun 2000-2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi S1 di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis
selama menjalani perkuliahan di Fakultas Farmasi antara lain :
1. anggota Herbal Garden Team (HGT) tahun 2003
2. seksi kesenian (theater) pada Titrasi tahun 2004
3. seksi dana dan usaha pada Titrasi tahun 2005
4. bendahara dalam acara Reaksi tahun 2005.

Anda mungkin juga menyukai