Anda di halaman 1dari 4

SUMPAH ANAK MERDEKA UNTUK BANGSA MERDEKA

Aku anak merdeka Untuk sebuah bangsa merdeka


Bangkit dari persada luka jauhlah daripada rendah diri dan hipokrasi
Berdiri megah di pentas wira mimpi malam kolonialisme yang ngeri
Inginku tebus maruah bangsa keluh-kesah hak asasi
menghilang identiti diri.
Aku anak merdeka
Terjaga dari ranjang kecewa Untuk sebuah bangsa merdeka
Berpaksi gagah di panggung perkasa luas dalam horizon perjuangan
Ingin ku bela nasib bangsa tiada lupa akar bangsa
serta sejarah yang mengalurkan nama
Aku anak merdeka
megahnya
Harapan nusa dan bangsa
tiada lupa tentang jerit bahasa.
Akan kutentang petualang negara
Yang tegar membuat angkara Untuk sebuah bangsa merdeka
teruslah bergelut dengan dilema yang
Aku anak merdeka
mengganggu citra unggul
Di hati semangat waja
semakin kuat ditekan makin kemas berpegang
Di dada penuh satria
kepada ikatan
Ini Tuah akan membela
bukan nama simbol keris merdeka
Untuk kubalut luka lama
tapi semangatnya menjadi tajam hingga
Serunai Faqir akhirnya.
Wangsa Maju
Seperti sebuah jarak padang terbuka
tetap berani dengan kewujudan dirinya
seorang yang memahami tangis bangsa
monolog pada dirinya sendiri
bersyukur kepada hari-hari lalunya.

MOHD FADZIL YUSOF


DAMAI (TANAHAIRKU DAN DUNIA) PADA TANAH YANG INDAH

Usman Awang A. SAMAD SAID

Sisa hidup ini hendak kita pelihara Dalam mata yang bersih merayap cahaya
jernih
juga tanah, pohon dan buah-buah
aku sama menagih kemerdekaan kekasih,
juga tulang, daging dan darah
dalam dada yang mesra tenang telaga cinta
jangan suara jadi parau di musim kemarau.
aku janji setia membela tanah pusaka.

Tapi tanah kami sudah kerecikan api Kira ribut mendurja mengancam tanah yang
indah
lama bermula, tidak hilang sampai kini
setapak tiada kurela untuk melutut kecewa,
dan meski tawaran damai sudah diberi
biar peluru selaksa mendendam liar
orang masih tidak peduli!
mangsanya

untuk kekasih pusaka hatiku tetap rela.

Pohon getah dan tanah mengandung bijih


Dalam lari berlari berbaja kasih di hati
rebutan manusia daerah asing
azam besi berumbi: melebur penjajah di
kita gali kubur dan masuk berdiam di
bumi!
dalamnya!
Dalam rindu berpadu, hitam dendam
terpendam

aku terlalu merindu fajar cemerlang


Damai - seruan dan tawaran
menjelang.
damai - untuk tanahairku dan kemerdekaan

damai - untuk dunia dan kesejahteraan!


Hati ini seluruh kasihkan kekasih sepenuh

beri janji yang teguh hingga badanku luluh!


Mastika, Ogos 1955.

1956
Pintaku Padamu Sumpah Anak Watan
Adi Badiozaman Tuah
Dharmawijaya
Kawan
buat kesekian kalinya
Kalau esok kasih kita 'kan hancur jua kita titis air mata darah
usah ditaburi bumi ini dengan air mata kita hembus nafas panas api

dunia bukan semata milik orang bercinta bersama bulan bintang


hidup jua bukan semata untuk berlagu ke gunung kita
kecewa. ke hutan bersama
kita patah duri beracun
terlalu lama menusuk daging
di bawah sinar mentari pagi demikian
dan kalian di hutan
jernihnya
ketagih pada kibaran bendera merah
hayunkan gagah langkahmu sepenuh khidmat ayuh! putar haluan
kembali ke pangkal jalan
usapi kesetiaan hati seluruh umat.
anak peribumi
kira berdegilbatu hatinya
Kalau esok jua hidup dijenguk kematian buat kesekian kali
usah ditangisi sepinya tanah kelahiran kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
nyanyikan lagu perindu ke wajah Tuhan kita bakar mereka
tanda hatimusetia dalam usia pengembaraan. bersama
api yang mereka nyala sendiri

Tatau 73
tau-taulah di bintang satu

di hari hidup kita mengejar bahagia dalam


sengsara

di hari mati kita mengira pahala dalam dosa.

1963
Di Sini Di Tanah Ini
Zam Ismail

Di bumi inilah
tiada lain
nasi dan lauknya
sawah ladang segenggam
menjadilah gegunung perak.

Bukankah tanah ini


sawah ladang ini
yang memberikan nafas
dan anak-anakmu yang menginjak
memamah lumat daging tulang
tanah sejengkal ini
kasihmu masih berbelah
hatimu di bumi lain
asing bagai ikan-ikan di gurun.

Mengucaplah mereka yang wajar mengucap


dengan dua bibir hatimu sendiri
di sinilah udara yang kau hirup
usahlah hembuskan kembali
dengan racun yang berbisa
membunuh pucuk yang baru bertunas
menginjak dahi para wali
yang kepadanya kauberikan kepercayaan.

Tiada kematian yang lebih nikmat


dari mengasihi tanah keramat ini

1975

Anda mungkin juga menyukai