PEMBAHASAN
yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, dan keterbatasan yang ditemukan
sikap terhadap suatu permasalahan tertentu dan hal ini bermanfaat bagi
baik. Selain itu, dengan tingkat pengetahuan yang tinggi perawat juga
Oleh karena itu kiranya pengetahuan dapat menjadi suatu hal yang penting bagi
pasien, dengan pengetahuan yang baik diharapkan sikap dan performa yang
1
ditampilkan perawat dapat menjadi lebih berkualitas dan memberikan kepuasan
memiliki kedudukan yeng lebih penting daripada sekedar mengetahui atau tidak
terhadap suatu teori tanpa adanya sikap dan kesadaran individu untuk
2002). Oleh karena itu kiranya aplikasi dari teori yang telah dikuasai memiliki
kedudukan yang lebih penting, karena melalui aplikasi teori kiranya pelaksanaan
asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dikembangkan. Hal ini juga dapat
kondisi ini tentu saja dapat berlaku juga di negara kita, karena pada dasarnya
setiap individu selalu berharap untuk mendapatkan perlakuan yang hangat dan
ramah terutama ketika berada dalam keadaan lemah akibat kondisi sakit.
2
professional disebut sebagai komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994).
dasar, tujuan, manfaat, proses atau teknik dan tahapan komunikasi serta
6.1.2 Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
serapan panca indera. Selain dipengaruhi oleh sensasi yang merupakan hasil
harapan (expectation), motivasi dan ingatan. Secara umum tiga hal yang disebut
pertama terbagi menjadi dua faktor personal dan faktor situasional. Penarik
perhatian yang bersifat situasional merupakan penarik perhatian yang ada di luar
Secara internal, ada yang dinamakan perhatian selektif (selective attention) yang
dan sosiogenis.
Dari hasil penelitian ini diketahui secara umum sebagian besar persepsi
mencederai orang lain, agitasi, dan percobaan bunuh diri, adalah isolasi
3
pembentukan tim krisis (Stuart dan Sundeen, 1998). Kesemuanya masih
mengarah pada perlindungan pada aspek keselamatan pada pasien dan juga
kemarahan itu sendiri dan kurang memperhatikan respon fisik dan psikologis dari
tersebut untuk mengamati dan melaporkan kegiatan yang dilakukan (Stuart and
proses pengolahan informasi pada diri manusia atau biasa disebut dengan
pesan.
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara
secara holistic
emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence);
4
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian
diri, motivasi diri, empati dan keterampilan soasial (Goleman, 2002). Hasil
pengaturan emosi oleh fungsi fisiologis otak dimana pusat pengaturan emosi
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah apa yang
dengan teori sebelumnya faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi
jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan
5
seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi, dan 2)
dapat menyadari perasaan diri dan orang lain. Seseorang dapat mengatur
ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress
6.1.4 Usia
Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa responden memiliki usia
rata-rata 39,13 tahun yang berjumlah 19 responden (47.5%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Dedah (2001), Hasan (2002), dan Edyana (2008) yang
kedewasaan atau maturitas seseorang, hal ini dapat diartikan bahwa semakin
atau kematangan jiwanya baik secara teknis maupun psikologis. Namun pada
kenyataannya dari beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Dedah (2001)
6
disebutkan bahwa usia tidak dapat dibuktikan pengaruhnya terhadap
dengan hasil penelitian Hasan (2002) yang menyatakan bahwa usia perawat
Hal ini sebagaimana disebutkan dala Potter dan Perry (2005) bahwa karakteristik
pendidikan yang memadai serta secara psikososial dianggap lebih mampu dalam
memecahkan tugas pribadi dan sosial. Pada rentang usia ini individu juga
bahwa status sosial ekonomi yang dimilikinya telah mencapai tingkat yang
memuaskan. Sementara itu Erikson dalam Craven dan Himle (2000) yang dikutip
Bhakti (2002) juga menyebutkan bahwa tugas perkembangan yang terjadi pada
Ruang IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang juga perlu diberikan
usia masing-masing agar lebih mampu dan lebih termotivasi dalam bekerja
keseluruhan.
7
6.1.5 Pendidikan
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sebagian besar perawat yang
responden (77.5%). Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya akan tinggi pula. Hal ini
seseorang, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin besar
dan lain-lain) akan menunjukkan aspek kemampuan konseling yang lebih baik
seperti Hasan (2002) yang menemukan bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki
kiranya kondisi ini juga dapat dijadikan salah-satu faktor pendukung bagi rumah
8
sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan memanfaatkan sumber daya
Pendidikan berkelanjutan juga kiranya perlu didorong bagi setiap perawat agar
memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap suatu permasalahan. Hal ini
perawat melalui studi pasca sarjana, seminar dan pelatihan, membuat perawat
perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus pada
persepsi, identifikasi tema, diam, informasi dan saran, dimana tehnik komunikasi
9
baik yaitu 34 orang responden (85%). Faktor-faktor yang mempengaruhi
seseorang berkaitan erat dengan etika. Nilai yang dianut oleh perawat dalam
dan pasien dapat berjalan dengan baik dan efektif. Dalam segi pengetahuan
perawat dan pasien, dengan demikian perawat dituntut untuk mumpuni dalam
kedua pihak telah saling mengenal. Dalam kondisi demikian lawan komunikasi
akan dengan leluasa mengemukakan perasaan atau sesuatu yang dialami atau
Perry, 2002).
Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda
10
untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan
dalam kelompoknya (Potter Perry, 2002). Hasil penelitian tentang jenis kelamin
Terapeutik
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman, didapatkan nilai p value lebih besar dari 0.05 (0.080) maka dapat
lebih tinggi. Hal tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik di
rumah sakit. Hubungan terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh
11
akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien secara
Terapeutik
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman, didapatkan nilai p value lebih besar dari 0.05 (0.130) maka dapat
mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau tidak baginya, serta
menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan. Berdasarkan atas pengertian dan
laku. Oleh sebab itu para remaja yang persepsinya positif tentang obyek atau
suatu masalah yang ada, ia akan bertingkah laku positif tentang obyek itu. Tetapi,
jika para remaja yang juga sering menganggap dirinya benar dan serba mampu
itu salah mempersepsikan suatu masalah, maka remaja itu akan bertingkah laku
sesuai dengan apa yang ia fikirkan. Proses terjadinya persepsi pada diri individu
tidak berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi
adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Terjadinya persepsi
melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap suatu obyek atau sasaran
12
Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik, stimulus
suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui
obyek yang diterima oleh alat inderanya, dalam hal ini terjadilah adanya proses
persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu
komunikasi juga menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang
akan berkomunikasi.
Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman, didapatkan nilai p value lebih kecil dari 0.05 (0.002) maka dapat
begitu juga sebaliknya jika semakin rendah tingkat kecerdasan emosi perawat
emosi, mengendalikan emosi, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial maka
potensi untuk mengetahui dan menangani perasaannya sendiri dengan baik dan
13
mampu membaca, menghadapi perasaan orang lain dengan baik. Sedangkan
(Goleman, 2004).
Spearman, didapatkan nilai p value lebih besar dari 0.05 (0.505) maka dapat
Lawang.
Usia dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-
pola kehidupan baru seperti banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh perawat dan jam kerja shift yang berlaku di rumah sakit. Usia
dewasa awal dikenal dengan masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan
mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti
responden berusia pada rentang dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 19
responden (47,5%), dalam tabel 5.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar
terapeutik kurang baik. Analisis bivariat pada tabel 5.9. didapatkan bahwa nilai P
value usia perawat 0,505 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan usia perawat
14
pemberian asuhan keperawatan pada pasien kegawatan dan kritis (Wallis, 2011).
yang tepat, cepat dan efektif untuk berkomunikasi dengan pasien maupun
rentang usia perawat dalam klasifikasi dewasa awal dimana pada masa tersebut
pada usia dewasa awal dimana dalam penyampaian pendapat individu lebih
angota tim kesehatan, keluarga pasien dan pasien itu sendiri. Terlepas dari
kegawat daruratan dan kritis. Meski demikian hubungan tersebut tidak tampak
15
pada hubungan antara usia dengan pelaksanaan komunikasi perawat. Dalam
(p>0,05). Hasil penelitian ini di perkuat oleh penelitian Khodadadi, 2013 bahwa
komunikasi perawat.
Memberi informasi yang akurat sesuai dengan kebutuhan keluarga pasien
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi seorang perawat
IPCU.
Terapeutik
Berdasarkan Diagram 5.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar
kebawah yaitu sebanyak 27 responden (67,5%). Analisis bivariat pada tabel 5.10.
16
pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang IPCU RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
Komunikasi secara efektif antara perawat dengan pasien, maupan tim
kemampuan mengenali bahasa non verbal dari keadaan pasien pada situasi
tepat, cepat dan efektif. Komunikasi merupakan hal dasar yang di ajarkan
baik pada ranah pendidikan diploma III keperawatan maupun pendidikan profesi
kemampuan bertukar informasi secara tepat dan efektif (Wallis, 2011). Dalam
penanganan pasien jiwa di IPCU komunikasi secara baik verbal, non verbal antar
pasien sehingga menjadi data untuk menemukan penyebab kondisi yang dialami
17
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menyimpulkan respon non
tempat kerja. Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang
sebanyak 16 orang (40%) telah bekerja lebih dari 10 tahun. Dari kecenderungan
kecerdasan emosi dengan nilai p = 0,03 (p < 0,05) dengan nilai r 0.3440
18
Setiap penelitian pasti memiliki keterbatasan-keterbatasan sehingga
agitasi, dan percobaan bunuh diri. Kondisi pasien yang demikian menuntut
melebihi ruang perawatan yang lain dan perawat diharapkan dapat selalu
tersebut. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit sejauh
ini sudah baik, sehingga hal tersebut dapat dipertahankan atau bahkan dapat
19
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi menjadi faktor
komunikasi terapeutik pada pasien jiwa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
6.10.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini hanya terbatas di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
sakit jiwa yang lain dimana setting pelayanannya sama atau hampir sama
dengan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, agar hasil penelitian lebih
20