ADA tahun 1927, saat Einstein sedang ngetop-ngetopnya, Heisenberg mengembangkan suatu teori yang
ditentang Einstein habis-habisan, yaitu teori ketidakpastian. Menurut teori ini makin akurat kita
menentukan posisi suatu benda, makin tidak akurat momentumnya (atau kecepatannya) dan sebaliknya.
Jadi kita tidak bisa menentukan letak benda secara akurat. Dengan kata lain benda mempunyai
kemungkinan berada di mana saja.
Einstein bilang teori ini tidak masuk akal. Ia menentang teori ini hingga akhir hayatnya. "Mana
mungkin kita bisa percaya pada teori yang mengatakan bahwa posisi bulan tidak menentu," ejek
Einstein. Einstein lebih suka melihat bulan mengorbit secara teratur, "I like to believe that the moon
is still there even if we don't look at it." Einstein juga berargumen bahwa tidak mungkin Tuhan
bermain dadu "God doesn't play dice" dalam mengatur alam semesta ini. Nah lho….
Walau ditentang oleh fisikawan sekaliber Einstein, rupanya Heisenberg tidak kapok, ia maju terus
mengembangkan teorinya. Usahanya ini tidak sia-sia, akhirnya teori Heisenberg ini menjadi salah satu
fondasi dari mekanika kuantum. Kini mekanika kuantum menjadi primadonanya fisika. Oleh Feynman,
elektrodinamika kuantum (mekanika kuantum yang digabung dengan teori relativistik Einstein) dijuluki
"the jewel of physics". Berkat mekanika kuantum inilah orang dapat mengembangkan
berbagai teknologi mutakhir yang ada sekarang ini, mulai dari TV, kulkas, mainan elektronika, laser, bom
atom yang dahsyat, hingga pembuatan-pembuatan chip-chip komputer super cepat. Sayang Einstein
tidak melihat ini semua. YOHANES SURYA PH.D
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0306/06/muda/351507.htm
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat
dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan /
internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
Interval kalibrasi:
1. 1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodik
2. 2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian, dan
pemeliharaan.
3. 3. Bisa dinyatakan dalam beberapa cara :
2. Kalibrasi Legal
Kalibrasi peralatan ukur untuk keperluan perdagangan.
Dilakukan oleh Direktorat Metrologi-Depdag.
Gambar 1. Pasangan transform Fourier dari sinyal delta Dirac
Contoh dari sinyal kontinyu terlokalisir waktu adalah sinyal delta Dirac. Transform Fourier dari
sinyal ini akan tersebar keseluruh rentang frekuensi, seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 1.
Karena delta Dirac adalah fungsi riil, maka haruslah transform Fouriernya bernilai kompleks.
Gambar 1 sebelah kanan hanya menunjukkan nilai magnitude dari koefisien Fourier-nya untuk
memperlihatkan sebaran komponen dominan dan terlihat disini bahwa semua komponen sama
dominan-nya.
Fungsi delta dapat dilihat sebagai fungsi (distribusi) Gaussian dengan limit variansi mendekati
nol. Kita akan memakai fungsi Gaussian ini untuk memperlihatkan (bukan membuktikan) bahwa
implikasi tidak langsung dari WHUP adalah,
“sinyal kontinyu yang tersebar dalam kawasan waktu, akan terlokalisir pada kawasan
frekuensi dan begitu pula sebaliknya.”
Pasangan Fourier dari fungsi Gaussian dengan mean nol dapat dituliskan sebagai berikut
Dari relasi diatas terlihat bahwa peningkatan variansi di kawasan waktu atau pelebaran sinyal
Gaussian akan mengakibatkan penyempitan spektrum dikawasan frekuensi dan demikian pula
sebaliknya, penyempitan sinyal di kawasan waktu akan melebarkan spektrum-nya. Dengan
demikian, implikasi tak langsung dari WHUP tersebut menjadi jelas, khususnya untuk fungsi
Gaussian. Fungsi-fungsi atau sinyal-sinyal waktu-kontinyu yang lain juga akan memiliki sifat
yang demikian. Matlab Script berikut ini dapat dipakai untuk memperlihatkan fenomena ini.
%—————————————————–———-
% Script Matlab untuk memperlihatkan WHUP
%—————————————————————–
clear;clc;
t=-5:0.1:5; w=t; %koordinat waktu dan frekuensi.
sigma1=1; sigma2=0.5; sigma3=0.25;
%Hitung Fungsi Gaussian
g1=normal_baku(sigma1,t); g2=normal_baku(sigma2,t); g3=normal_baku(sigma3,t);
%Hitung transform Fourier-nya
G1=F_normal_baku(sigma1,w);
G2=F_normal_baku(sigma2,w);
G3=F_normal_baku(sigma3,w);
figure(1);plot(t,g1,t,g2,t,g3);
legend(’sigma’,’0.5sigma’,’0.25sigma’)
figure(2);plot(w,G1,w,G2,w,G3);
legend(’sigma’,’0.5sigma’,’0.25sigma’)
%—————————————————–
% Fungsi Gaussian
%—————————————————–
function [g]= normal_baku(sigma,t)
g=(1/sqrt(2*pi*sigma*sigma))*exp(-t.*t/(sigma*sigma));
%————————————————————————–
% Transform Fourier dari fungsi Gaussian
%————————————————————————–
function [G]= F_normal_baku(sigma,w)
G=exp(-w.*w*(sigma*sigma));
Keluaran dari program Matlab diatas diperlihatkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Disini jelas
terlihat penyempitan fungsi Gauss pada kawasan waktu akan mengakibatkan pelebaran pada
kawasan frekuensi.
Gambar 2. Fungsi Gaussian dengan berbagai nilai variansi
ttp://ahmuzaki.multiply.com/journal/item/3
Salah satu aspek pengujian kebenaran sebuah teori sains (modern) adalah dengan melakukan
eksperimen / pengamatan yang bisa diukur oleh manusia. Namun demikian, tidak semua
pengukuran bisa diterima sains. Hasil pengukuran baru bisa diterima jika pengukuran tersebut
menghasilkan kesimpulan yang sama saat diulang kembali. Tentu saja pengukuran ulang
tersebut harus dilakukan pada kondisi yang sama. Misalnya, kecepatan gelombang suara di
udara saat diukur sekarang, besok, minggu depan atau tahun depan harus menunjukkan hasil
yang sama.
Namun demikian, bisa jadi sebuah teori sains tidak atau belum bisa dibuktikan namun
dipercaya kebenarannya. Teori tersebut disebut dengan postulat. Sebagai contoh, dalam
postulat kedua Relativitas Khusus Einstein mengatakan bahwa di dalam ruang hampa, cahaya
bergerak dengan kecepatan yang sama (yaitu sekitar 300.000 km/dtk).
Pendapat ini tidak mudah diterima oleh ilmuwan pada masa itu. Bagi pengendara yang berada
di dalam kendaraan yang sedang melaju di sebuah jalan raya, kendaraan itu dikatakan diam
(secara relatif) terhadap pengendaranya. Tapi bagi pejalan kaki yang dilewatinya kendaraan itu
bergerak menjauhinya.
Tapi Einstein bersikeras bahwa gerak relatif hanya berlaku bagi semua benda, kecuali cahaya.
Pendapat ini terbukti pada eksperimen Michelson dan Morley (1887) yang membuktikan bahwa
cahaya bergerak dengan kecepatan yang sama untuk semua pengamat sebagaimana teori
Einstein tersebut.
Salah satu prinsip dasar pengukuran adalah bahwa tidak ada pengukuran dunia nyata yang
memiliki ketepatan sempurna. Selalu ada kesalahan dalam setiap pengukuran. Semakin baik
alat ukur maka tingkat kesalahan yang dihasilkan akan semakin kecil. Demikian pula sebaliknya.
Namun betapapun baiknya alat ukur, kesalahan pengukuran tidak akan pernah dapat benar-
benar dihilangkan.
Fenomena kesalahan pengukuran ini disebut dengan ketidakpastian (uncertainty).
Ketidakpastian ini merupakan konsekuensi dari ketidakmampuan manusia membuat instrumen
yang dapat mencatat hasil pengukuran dengan jumlah digit tak hingga.
Misalnya, sebuah timbangan memiliki tingkat presisi hingga satu kilogram dengan batas
pengukuran sampai 5 kg. Itu artinya, dengan alat itu hasil pengukuran yang mungkin diperoleh
hanyalah 1, 2, 3, 4, atau 5. Kita tidak akan menemukan hasil pengukuran 3,5 kg atau 1,4 kg.
Jika timbangan itu kita perbaiki sehingga mampu mengukur dengan ketelitian
hingga sepersepuluh kilogram, maka pengukuran yang mungkin dihasilkan adalah : 0,1; 0,2;0,3;
…4,9; atau 5,0 kg. Kita mungkin bisa meningkatkan presisi alat tersebut hingga seperseratus
bahkan sepersejuta kg. Kita bisa katakan bahwa kita mungkin dapat membuat alat ukur dengan
ketelitian 10, 20, atau 1.000.000 digit. Tapi, tak hingga digit?
Atas alasan ini, sistem chaos yang sebenarnya tidak random (teratur) namun tidak dapat
diprediksikan alias “deterministic but unpredictable”. Bagaimana kaitannya, insya Allah pada
kesempatan lain kita bahas hal ini.
Alat ukur Massa dan Timbangan paling banyak digunakan di laboratorium maupun di pabrik sebagai alat
ukur quality control maupun sebagai alat timbang produksi suatu produk, sehingga perlu setiap saat
dapat dipastikan kebenarannya.
Ilmu pengetahuan yang mempuyai berbagai cabang pengetahuan salah satunya fisika sudah
mempunyai banyak teori yang diimbangi dengan pengamatan yang diakukan berulang kali untuk
mendapatkan suatu keakuratan/ketelitian. Salah satunya yang sesuai dengan disiplin ilmu yang
saya pelajari adalah menentukan jarak fokus kensa. Dimana materi ini berguna untuk profesi
yang akan saya jalani nanti sebagai tenaga medis untuk membnatu orang-orang yang
membutuhka bantuan medis khususnaya pada orang yang mempunyai masalah dengan
penglihatan yaitu mata.