Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDIDIKAN IPA

MENDESKRIPSIKAN TEORI SAINS, MISKONSEPSI SAINS TEORI SAINS, DAN


KEBENARAN SAINS

Nama : Sisina Cantika


Nim : 34302200048
Kelas : 2A

TEORI SAINS

1. HUKUM TERMODINAMIKA
Teori dan hukum saintifik yang menjelaskan kinerja energi dan relasi materi dan massa
benda, termasuk hukum kekekalan energi. Penemuan bahwa panas dan kinerja adalah dua
bentuk energi yang dapat dikonversi satu sama lain. Teori termodinamika terkait erat dengan
penemuan mesin uap, kekuatan yang bisa dihasilkannya, dan ikut menggerakkan Revolusi
Industri. Sejumlah saintis mengakumulasi pengetahuan terkait teori dan hukum
Termodinamika, antara lain James Joule, Rudolf Clausius, Lord Kelvin, Ludwig Boltzmann,
Helmhozt, dan masih banyak lagi.

2. HUKUM GRAFITASI NEWTON


Salah satu hukum sains yang paling terkenal adalah Hukum Gravitasi Newton. Hukum ini
menyatakan bahwa terdapat gaya tarik menarik di antara dua buah benda, bahkan partikel
terkecil sekalipun.
Dalam ilmu fisika, setiap benda pasti memiliki massa. Nah, benda-benda yang memiliki
massa tadi memiliki gaya saling tarik menarik. Hukum ini ditemukan oleh Sir Isaac Newton,
seorang ilmuwan fisika, astronom, dan ahli matematika jenius yang lahir pada 4 Januari 1643
di Inggris Melansir Live Science, penemuan Isaac Newton bukan hanya sebatas pada Hukum
Gravitasi, melainkan juga lensa teleskop, kalkulus, dan mengembangkan analisis spektral
(pembiasan warna pada cahaya matahari).

3. TEORI EVOLUSI
Di antara semua teori sains yang ada, mungkin teori evolusi merupakan satu-satunya teori
besar yang banyak mengundang pro dan kontra, bahkan di tengah kalangan ilmuwan sendiri.
Teori ini dicetuskan oleh Charles Darwin pada 1838-1858, namun masih sebatas pada hipotesa
tentang seleksi alam. Sebetulnya konsep evolusi (adanya nenek moyang bersama) sudah ada
jauh sebelum era Darwin. Beberapa ilmuwan dan filsuf kuno sudah memiliki konsep ini di
antaranya Anaximander, Lucretius, Al Jahiz, dan filsuf kuno Tiongkok bernama Zhuangzi.
Pada dasarnya masih banyak orang yang salah kaprah tentang bagaimana memahami teori
ini secara utuh. Kebanyakan orang akan menganggap bahwa manusia adalah hasil dari evolusi
kera, padahal bukan itu esensi dari teori evolusi.Esensi dari evolusi sesungguhnya menyatakan
bahwa manusia dan semua hewan yang ada di bumi ini memiliki nenek moyang yang sama,
dan akhirnya mereka terpisah dalam percabangan spesies (spesiasi) dalam kurun waktu ribuan
hingga jutaan tahun.
Saat ini teori evolusi telah diterima secara luas dalam dunia sains, khususnya bidang biologi
dan biomolekuler. Pada era 1900-an terdapat hukum Mendel tentang genetika dan DNA
makhluk hidup, yang juga menguatkan teori evolusi sebagai pondasi teori biologi modern.
4. TEORI BIG BANG ( ledakan dahsyat)
Nasa dalam lamannya menyatakan bahwa Big Bang atau ledakan dahsyat merupakan satu-
satunya teori yang sampai saat ini masih bisa diterima, berkaitan dengan pembentukan alam
semesta.
Teori ini ditemukan dan dirumuskan oleh Georges Lemaitre, seorang pastor sekaligus
ilmuwan fisika dan astronomi asal Belgia. Menurut rumusan teori Big Bang, pada 13,7 miliar
tahun lalu terdapat sebuah ledakan maha dahsyat yang mengeluarkan objek-objek yang
akhirnya menjadi bahan baku pembentukan alam semesta. Kerangka teori ini juga berkaitan
erat dengan teori relativitas yang pernah dicetuskan oleh Albert Einstein. Saat ini, NASA
dengan peralatan canggih dan penelitiannya, mengungkap bahwa alam semesta masih terus
mengembang akibat ledakan dahsyat yang terjadi pada belasan miliar tahun lalu tersebut
Kerangka teori ini juga berkaitan erat dengan teori relativitas yang pernah dicetuskan oleh
Albert Einstein. Saat ini, NASA dengan peralatan canggih dan penelitiannya, mengungkap
bahwa alam semesta masih terus mengembang akibat ledakan dahsyat yang terjadi pada
belasan miliar tahun lalu tersebut.

5. TEORI SEGALA SESUATU


Dibutuhkan orang yang super jenius untuk dapat merumuskan teori ini. Ya, ilmuwan itu
siapa lagi kalau bukan mendiang Stephen Hawking. Ia memang diakui oleh dunia sebagai salah
satu ilmuwan paling jenius setelah era Albert Einstein.
Pada dasarnya teori ini merupakan hipotesis tunggal dari seluruh kerangka teori sains yang
ada di dunia. Dengan pembahasan yang sangat detail dan mendalam, teori ini mengacu pada
semua aspek fisik yang ada di alam semesta.Teori ini juga menjabarkan bagaimana relativitas
ala Einstein bekerja, dan bahkan juga menjabarkan bagaimana korelasi teori yang satu dengan
teori sains lainnya. Namun tentu tidak mudah untuk memahami teori yang dicetuskan oleh
Hawking ini, beberapa hipotesanya juga masih dianggap misteri hingga kini.

6. REVALITAS
Teori relativitas merupakan teori yang paling terkenal dan berpengaruh di muka bumi ini.
Dirumuskan oleh ilmuwan bernama Albert Einstein, teori ini dianggap sebagai pondasi dari
teori-teori sains lainnya, bahkan semua teori Hawking juga berpatokan pada teori relativitas.
Memiliki dua konsep utama, yakni relativitas umum dan relativitas khusus, teori ini dapat
digunakan oleh sebagian ilmuwan untuk menciptakan alat atau bahan yang berpengaruh bagi
kehidupan, baik itu untuk kebaikan manusia maupun yang menghancurkan kehidupan.Jika
dipelajari secara mendalam, teori Einstein ini akan berkaitan erat dengan ruang dan waktu yang
ada di alam semesta. Bahkan konon katanya, jika Einstein masih hidup, ia dapat menciptakan
mesin waktu dengan dasar teori relativitas khusus.
Secara mendalam teori ini merumuskan bahwa hukum fisika akan selalu sama dan konstan,
namun yang membuatnya berubah adalah sesuatu yang terjadi pada ruang, waktu, dan dimensi.
Teori ini berkaitan erat dengan lengkungan waktu, keberadaan dimensi, dan keadaan ruang
yang kita tinggali saat ini. Dengan kata lain, semua perbedaan dan perubahan tersebut bersifat
relatif

Miskonsepsi teori sains

Miskonsepsi berasal dari kata miss yang berarti hilang, luput dan konsepsi yang berasal dari
kata concept. Sehingga miskonsepsi adalah kehilangan konsep, konsep-konsep yang hilang,
atau terlewat. Orang-orang yang mengalami miskonsepsi adalah orang yang memiliki
pemahaman konsep kurang lengkap, kurang tuntas, salah paham, memiliki perbedaan
interpretasi. Menurut Ibrahim (2012:13), miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang salah
tentang suatu konsep yang di milki seseorang yang berbeda dengan konsep yang disepakati dan
dianggap benar oleh para ahli, biasanya pandangan yang berbeda ( salah) ini bersifat
resistendan persisten. Suparno (2005) memandfang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak
akurat akan konsep , penggunaan konsep yang salah, klarifikasi contoh-contoh yang salah ,
kekacauan konsep yang berbeda dan hubungan yang hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Hancock (1940) mendefinisikan miskonsepsi sebagai satu idea yang kurang berasas yang
tidak dipengaruhi oleh elemen rasa takut, tuah, takdir, atau fenimena luar biasa. Barras(1984)
pula menyatakan bahwa guru atau murid yang pintar boleh membetulkan miskonsepsi.
Miskonsepsi bukanlah sesuatu yang bersifat kekal, hanya boleh dibetulkan, dengan bimbingan
dan langkah pengajaran yang terancang dan terbimbing sesuatu miskonsepsi pada kanak-kanak
boleh diperbetulkan selari dengan idea saintifik yang terguna pakai. Malangnya jika hanya
tidak diperbetulkan miskonsepsi ini anggap di anggap betul selama-lamanya dan menjadi
pegangan individu tertentu untuk menerangkan sesuatu kejadian atau fenomena yang di
perhatikan.
Harus ditegaskan bahwa miskonsepsi boleh dialami siapa saja. Seseorang yang kurang
medapatkan penjelasan tentang suatu perkara akan coba membuat sesuatu generalisasi yang
adakalanya amat bertentangan dengan idea sesuatu perkara tersebut. Miskonsepsi bukan hanya
bukan berlaku pada kanak-kanak malah guru juga boleh mengalami miskonsepsi.
Sesetengah yang rasa berpuas hati dengan ilmu yang ada dan tidak coba mengembang dan
memperbaruinya. Jika idea yang baru tentang suatu perkara hanya tidak direndangkan karena
berpuas hati dengan penerangan yang ada pada dirinya. Ilmu itu senantiasa berkembang dan
jika ada penerangan yang lebih baik terhadap sesuatu perkara maka hanya perlu diambil
perhatian yang secukupnya.
Menurut Dahar, terbentuknya miskonsepsi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Siswa cenderung mendasarkan berpikir hal-hal yang terlihat dalam suatu
Permasalahan
2) Siswa hanya fokus terhadap aspek-aspek tertentu dalam satu kondisi. Hal ini dikarenakan
siswa lebih menginterprestasikan suatu peristiwa dari segi absolut benda-benda, bukan
lagi dari segi interaksi unsur-unsur suatu sistem.
3) Siswa cenderung memperhatikan perubahan daripada situasi diam. KRITERIA
MISKONSEPSI
Untuk menilai suatu konsep telah mengalami kesalahan pengertian
(miskonsepsi) dapat di gunakan 3 kriteria berikut ini
1) Kesesuaian dengan observasi/pengamatan
2) Konsistensinya dengan penjelasan yang lain.
3) Memiliki penjelasan yang komprehensif.
SIFAT-SIFAT MISKONSEPSI
Dalam proses pembelajaran biasanya siswa memiliki bekal konsep awal yang di
kembangkan melalui lingkungan dan pengalaman sebeluknya, tetapi konsep ini dapat
berbeda dengan konsep para ahli. Konsepsi para ahli umumnya sangat komplek dan
canggih serta memilki hubungan antar konsep satu dengan konsep yang lainnya. Hal ini
berbeda dengan konsep yang dimilki dengan siswa apabila konsep siswa sama dengan
kosep para ahli yang disederhanakan tidak di katakana salah tetapi jika konsep yang
dimiliki dengan siswa bertentangan dengan konsep para ahli hal ini dspat di katakana
sebagai miskonsepsi. Dari ringkasan literatur miskonsepsi memiliki sifat sebagai berikut:
1) Miskonsepsi sulit diperbaiki, berulang dan mengganggu konsep selanjutnya.
2) Sering kali miskonsepsi mengganggu untuk pembelajaran konsep yang lainnya.
3) Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan hanya dengan metose ceramah.
PENYEBAB MISKONSEPSI
Penyebab miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik tidak hanya dari faktor internal
tetapi juga disebabkan factor eksternal peserta didik. Foktor pengalaman yang diperoleh
peserta didik merupakan faktor internal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi,
sedangkan foktor eksternal yang menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu dapat
berasal dari guru, buku, dan media pembelajaran yang digunakan selama proses
pembelajaran
SYARAT MISKONSEPSI
Suatu konsep dianggap miskonsepsi apabila memenuhi bebrapa syarat berikut
1) Atribut tidak lengkap, yang menyebabkan gagalnya pendefinisian konsep secara
lengkap dan benar.
2) Gambaran konsep yang salah, bagi seseorang yang memiliki tingkat pemikiran yang
masih kongkrit akan menemui banyak hambatan dalam proses generalisasi konsep
yang abstrak.
3) Penerapan konsep yang tidak tepat, akibat dalam perolehan konsep, terjadi deferensiasi
yang gagal.
4) Kegagalan dalam melakukan klarifikasi.
5) Misinterpretasi terhadap suatu objek abstrak dan proses yang berakibat gambaran yang
diberikan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Kebenaran sains

Upaya “mencari kebenaran”, terinspirasi pemikiran Popper, perlu dimulai dengan


membuat garis pemisah yang jelas antara sikap subyektif dan obyektif. Dengan metode
demarkasi sains vs pseudosains dan falsifikasi. Dimulai dengan memilah antara yang
epistemik (bagaimana kita tahu) dengan yang ontologis (realitas yang ada). Upaya mencari
kebenaran bersifat subyektif. Tidak ada pengetahuan epistemik yang obyektif. Termasuk
sains dengan metode ilmiahnya. Pengetahuan epistemik adalah konstruksi manusia. Kita
menamai susunan atom, struktur kimia, organisme, spesies, hingga sistem planet dan
galaksi secara arbriter berbasis konsensus (dalam hal ini konsensus subyektif saintis dan
ilmuwan).
Menafsirkan realitas ontologis adalah upaya mencari makna hidup. Pencarian makna
lazimnya adalah wilayah agama, spiritualitas, atau filsafat. Sains tidak menyentuh
pemaknaan, karena abstrak. Pertanyaan saintifik yang valid bukanlah “apa makna
kehidupan”, melainkan “bagaimana membuat hidup lebih bermakna”. Makna hidup pada
akhirnya harus dihadapkan atau didamaikan dengan “hal-hal yang tidak menyenangkan”
dengan dunia. Misalnya soal penderitaan, ketidak-adilan, kejahatan, termasuk pandemi.
Manusia tidak perlu mencari kebenaran, melainkan cukup bagaimana menjalani hidup
dengan benar. Kebenaran mungkin tidak akan ditemukan, karena tidak jelas lokus-nya.
Namun manusia bisa merumuskan hal-hal benar. Kebenaran pada akhirnya adalah soal
konsensus manusia, seperti kebenaran moralitas, misalnya, adalah sebuah probabilitas.
Alih-alih terobsesi kebenaran, lebih relevan memastikan untuk terus-menerus berupaya
mengurangi kesalahan. Rhichard Rorty dalam “The Contingency of Language”
menyatakan “truth Is made rather than found.” Kebenaran sebagai konstruksi manusia, bisa
dikonstruksi dan didekonstruksi.
Bukan tugas sains untuk mencari dan menemukan kebenaran. Sains hanya membantu
menjelaskan realitas dunia. Secara umum, temuan sains telah membuka kesadaran manusia
untuk meninggalkan paradigma antroposentris yang mengistimewakan manusia sebagai
pusat dunia. Manusia tidak istimewa, cuma satu dari sekian banyak mahluk hidup, dan
bukan ciptaan entitas supranatural. Stephen Hawking menyebut: “manusia adalah buih
kimia di permukaan tipikal planet, yang mengorbit mengelilingi tipikal matahari, di tepian
tipikal galaksi.”
Manusia muncul dari proses evolusi kehidupan yang panjang, berbagi genetik dengan
semua mahluk hidup, dari bakteri, buah mangga, sampai gorila. Secara genetik perbedaan
manusia dan simpanse kurang dari dua persen. Namun perbedaan kecil ini memungkinkan
manusia membangun metropolitan, membuat roket, mendarat di bulan dan mungkin
menjelajahi planet; sementara simpanse tetap simpanse. Apa yang membedakan? Manusia
memiliki sains, simpanse tidak. Ini kebenaran factual yang patut dirayakan. Sains perlu
disyiarkan sebagai pegangan hidup, karena tidak seperti ideologi, politik, atau keyakinan,
yang sering memecah-belah, sains menyatukan manusia. Untuk pertama kali dalam sejarah
peradaban, manusia bisa bersatu dalam satu metode, satu pemikiran bersama, mengabaikan
latar belakang kultural dan identitas. Khususnya saat ini, di era pasca-kebenaran (post-
truth), fakta-alternatif, politik identitas dan semangat tribalisme semakin menggejala.
Ketika perdebatan atau tafsir tentang realitas mulai mengarah ke pemikiran anti-sains.
Ketika pikiran tanpa-nalar memiliki platform yang sama dengan yang nalar. Maraknya
obscurantisme, teori konspirasi, matinya ekspertise, terpilihnya politikus busuk (Donald
Trump dan sejenisnya). Paradigma sains mendesak untuk dikampanyekan, oleh kita yang
memiliki nalar, sebagaimana politik dikampanyekan. Bukan untuk tujuan kekuasaan, tapi
untuk membangun budaya nalar, menyemai scientific temper (perangai ilmiah) sebagai
gaya hidup. Sains penting, karena, mengutip fisikawan Richard Feynman: “metode bagi
manusia agar tidak mudah dibodohi; karena sejatinya manusia adalah mahluk yang paling
gampang dibodohi.”

Anda mungkin juga menyukai