Oleh
Kelompok 02
i
MAKALAH
Diajukan guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya
dalam Keperawatan dengan Penanggung Jawab Mata Kuliah Ns. Emi Wuri
Wuryaningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J
Disusun oleh
ii
KATA PENGANTAR
Demikian makalah ini kami susun, semoga informasi dalam makalah ini
dapat menambah kekayaan intelektual bangsa.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kemungkinan akan menderita kelumpuhan pada lengan, tetapi syaraf-syaraf otot
atau tulang lengan tidak rusak.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui reaksi psiko-fisioloigi terhadap penyakit akut maupun kronis
b. Untuk mengetahui bagaimana perspektif psikologi terhadap nyeri
c. Untuk mengetahui maksud Gate Theory of Pain
d. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian nyeri yang harus dilakukan
e. Untuk mengetahui faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi terhadap
nyeri
f. Untuk mengetahui bagaimana manajemen nyeri berdasarkan pendekatan
psikologis
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
respon autonom) sering mengikuti nyeri akut. Secara patofisiologi yang
mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri neuropatik.
4
Fisiologis Kondisi alert Muncul
(BP, HR) puncak-puncak
nyeri
Istirahat Mengurangi Memperburuk
nyeri nyeri
Pekerjaan Terkendali Dipertanyakan
Keluaraga & Menolong, Lelah,
relasi suportif deteorasi
Finansial Terkendali Menurun &
bisa
kekurangan
Mood Asietas, akut Depresi, rasa
bersalah,
iritabilitas,
marah, frustasi,
putus asa
Toleransi nyeri Terkendali Kurang
terkendali
Respon dokter Positif, Merasa
memberi disalahkan,
harapan menambah
jumlah obat,
follow-up
menjemukan
Pengobatan Mencari Fokus pada
penyebab dan fungsi dan
mengobatinya manajemen
2.2.2.1 Organik
5
Nyeri timbul akibat adanya rangsangan oleh zat-zat algesik pada
reseptor nyeri yang banyak dijumpai pada lapisan superficial kulit dan pada
beberapa jaringan di dalam tubuh, seperti periosteum, permukaan sendi, otot
rangka dan pulpa gigi. Zat-zat algesik yang mengaktifkan reseptor nyeri
adalah ion K, H, asam laktat, serotonin, bradikinin, histamin dan
prostaglodin. Respon terhadap stimulus untuk stimulus nyeri disebut
nosiseptor yang merupakan ujung-ujung saraf bebas tidak bermielin yang
mampu mengubah berbagai stimulus menjadi impuls saraf, yang
diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi nyeri. Badan-badan sel saraf
tersebut terdapat pada ganglia radiks dorsalis, atau saraf trigeminal pada
ganglia trigeminal, dan badan-badan sel saraf tersebut mengirimkan satu
cabang serat saraf menuju ke perifer, serta cabang lainnya menuju medula
spinalis atau batang otak.
Transduksi
6
Transduksi merupakan proses pengubahan stimuli nyeri (noxious
stimuli) menjadi suatu impuls listrik pada ujung-ujung saraf. Proses
transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors)
merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti
kerusakan jaringan atau trauma. Trauma tersebut kemudian menghasilkan
mediatormedator nyeri perifer sebagai hasil dari respon humoral dan neural.
Prostaglandin beserta ion H+ dan K+ berperan penting sebagai activator
primer nosiseptor perifer serta menginisiasi respon inflamasi dan sensitisasi
perifer yang menyebabkan pembengkakan jaringan dan nyeri pada lokasi
cedera.
Transmisi
Modulasi
7
bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui
saraf-saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.
Persepsi
8
dan proses glukoneogenesis, selanjutnya terjadi katabolisme protein dan
lipolisis. Kejadian ini akan menimbulkan balans nitrogen negatif.
Aldosteron, kortisol, ADH menyebabkan terjadinya retensi NA dan air.
Katekolamin merangsang reseptor nyeri sehingga intensitas nyeri
bertambah sehingga terjadilah siklus vitrousus. Sirkulus vitiosus merupakan
proses penurunan tekanan O2 di arteri pulmonalis (PaO2) yang disertai
peningkatan tekanan CO2 di arteri pulmonalis (PCO2) dan penurunan pH
akan merangsang sentra pernafasan sehingga terjadi hiperventilasi. Respon
nyeri memberikan efek terhadap organ dan aktifitas. Berikut beberapa efek
nyeri terhadap oragan dan aktifitas:
9
Terhadap fungsi immunologik, nyeri akan menimbulkan limfopenia, dan
leukositosis sehingga menyebabkan resistensi terhadap kuman patogen
menurun.
10
Lemah
2.2.2.2 Psikogenik
11
nonpiskiatrik maupun neurologik. Gangguan ini berkaitan dengan
penderitaan emosional dan hendaya dalam fungsi kehidupan.
12
2.2.3 Gate Theory of Pain
13
Perawat harus mengetahui lebih dalam tentang pengalaman nyeri
dari sudut pandang klien. Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien adalah
nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai sesuatu yang nyata, dapat diukur,
dapat dijelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan.
Pengkajian nyeri yang benar akan memudahkan perawat untuk status nyeri
klien, lebih bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap perawatan
yang diberikan.
1. Jenis Kelamin
2. Usia
14
muda tidak cenderung tidak dapat menahan nyeri dan mengeluhkan nyeri
tersebut.
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variable penting yang
mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi bagaimana keduanya bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak
kesulitan untuk memahami nyer dan beranggapan kalau apa yang dilakukan
perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak belum dapat
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua
atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perwat
harus mengkaji respon nyeri pada anak. \pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi
(Tamsuri, 2007)
3. Budaya
15
Memahami nilai-nilai budaya yang dimiliki seseorang dan
memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan
lainnya membantu untuk mengindari perilaku klien berdasarkan harapan
dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya
akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan
akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku
terhadap nyeri jua efektif dalam meghilangkan nyeri pasien (Smeltzer &
Bare, 2003)
4. Ansietas (Kecemasan)
Menurut Racham dan Philips (dalam Niven 1994) ansietas
(kecemasan) mempunyai efek yang besar terhadap kualitas maupun
terhadap intensitas nyeri. Ambang batas nyeri dapat berkurang dengan
adanya penigkatan rasa cemas dan kecemasan menyebabkan terjadinya
lingkaran yang terus berputa karena peningkatan ansietas akan
mengakibatkan peningkatan sensitivitas nyeri. Secara umum, cara yang
afektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan
nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002)
16
6. Pola Koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka sendiri dan
hasil akhir dari suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya individu yang
memiliki lokus kendali eksternal, mempersepsi faktor-faktor lain di dalam
lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggung
jawab terhadap hasil akhir peristiwa seperti kesembuhan pasien. Individu
yang memiliki lokus kendali internal melaporkan mengalami nyeri yang
tidak terlalu berat daripada individu yang memiliki lokus kendali eksternal
(Potter & Perry, 2005)
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien
mungki tergantung pada support emosianal dari anak-anak, keluarga atau
teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian.
Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyaman untuk berdo’a,
memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
dating (Potter & Perry, 1993)
17
memodulasi ganguan-gangguan fisikal (physical
pertubations); faktor-faktor predisposisi dan psikologis yang ada
mempengaruhi penilaian dan persepsi dari tanda-tanda fisiologis internal;
dan faktor-faktor sosial membentuk respon-respon behavioral dari pasien
terhadap persepsi-persepsi dari gangguan-gangguan fisikal mereka
(Asmundson & Wright, 2004).
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nyeri dibagi menjadi 2, yaitu nyeri akut serta nyeri kronis. Dalam
mekanisme pendekatan dalam nyeri terdapat 2 pendekatan, yaitu organic dan
psikogenik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri dengan persepi, antara
lain jenis kelamin, usia, budaya, ansietas (kecemasan), pengalaman masa lalu, pola
koping, serta dukungan social dan keluarga.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Putri, S, A., P. 2010. Peranan Psikolog Dalam Menangani Penderita Nyeri Psikolog
Di Rumah Sakit. Majalah Ilmiah informatika. 1(1): 80-92.
Swari, A.A.D.A. 2015. Hubungan antara Nyeri dan Psikogenik dan Cemas. Referat.
Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana.
http://www.academia.edu/31522484/Documents.tips_referat_hubungan_ant
ara_nyeri_psikogenik_dan_gangguan_cemas (Diunduh pada tanggal 15
Oktober 2018)
20